Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (Depkes RI,
2004). Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih dan tanpa bubur nasi dan tim (Roesli U, 2001). Pada tahun 2001
World Health Organization/Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan
bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang
terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu
cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi. (WHO, 2001)
Di dalam ASI, terdapat nutrisi ideal yang diciptakan khusus sesuai
kebutuhan tiap bayi. Karenanya, bayi hanya butuh ASI sebagai satu-
satunya asupan makanan di bulan pertama kehidupan mereka.
Masalahnya, jumlah dan kualitas ASI juga bisa berubah-ubah. ASI macet,
puting lecet, bahkan kekhawatiran soal kecukupan ASI dapat menurunkan
rasa percaya diri yang berakibat pada turunnya kualitas maupun kuantitas
ASI. Siklus yang sering terjadi adalah ibu cenderung stres karena ASI
macet atau putingnya lecet. Rasa tertekan itu memengaruhi jumlah ASI.
Ketika melihat ASI makin sedikit, dia makin stres. Dan situasi ini akan
terus berulang, seperti lingkaran tiada akhir. Kunci utama menyusui adalah
perasaan tenang, rileks, dan sabar. Bayi sangat menyukai kondisi ibu yang
bahagia dan memiliki afirmasi positif karena mereka bisa ikut
merasakannya. Berbagai penelitian menunjukkan dukungan dari suami dan
keluarga bisa memengaruhi keberhasilan menyusui.
Namun kenyataannya, menurut data WHO (2016b), cakupan ASI
eksklusif di seluruh dunia hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014.
Berdasarkan hasil Riskesdas (2012), cakupan pemberian ASI eksklusif di
Indonesia sebesar 54,3%, dimana persentase tertinggi terdapat di Provinsi

1
NTB sebesar 79,7% dan terendah di Provinsi Maluku sebesar 25,2%
(Balitbangkes, 2013).
Oleh karena itu, suami dapat berpartisipasi dalam pemberian ASI
eksklusif pada bayi. Peran itu bisa dimulai dengan memberi motivasi,
dukungan, dan pujian kepada ibu guna meningkatkan rasa percaya diri
mereka. Suami juga harus siap menjadi pendengar yang baik, siapkan
waktu khusus untuk bicara jujur tentang perasaan masing-masing soal
hadirnya anggota keluarga baru dan cara mengasuhnya.
Para ayah ASI ini juga bisa berperan dalam pengasuhan. Misalkan
bergantian menggendong bayi, sekaligus memberikan waktu istirahat bagi
ibu. Cara lain yaitu membantu pekerjaan rumah sehingga ibu bisa sering-
sering menyusui bayi. Ingatkan juga agar ibu makan dan minum secara
cukup dan teratur agar kesehatannya terjaga serta pasokan ASI-nya
mencukupi.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana peran Ayah dalam pemberian ASI
eksklusif

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan peran sebagai Ayah ASI
b. Dapat memahami Ibu agar dapat memberikan ASI secara optimal

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tujuan Tindakan

Tujuan pengorganisasian masyarakat dalam upaya meningkatkan program


eksklusif ayah asi di komunitas.

a. Tujuan umum

Meningkatkan derajat kesehatan ibu menyusui dan bayi serta


dapat meningkatkan peran serta suami dan apresiasi masyarakat dalam
pengembangan pemberian asi ekslusif.

b. Tujuan khusus
1. Dipahaminya pengertian dari asi eksklusif oleh ibu menyusui, ibu
nifas beserta suami.
2. Meningkatkan kemampuan individu serta keluarga dalam proses
menyusui untuk meningkatkan keberhasilan dalam pemberian asi
ekslusif.
3. Meningkatkan pengetahuan individu dan keluarga tentang perawatan
payudara, teknik menyusui yang tepat, nutrisi yang harus dipenuhi
untuk ibu menyusui, dan mengetahui tanda-tanda bayi kenyang.
4. Meningkatkan partisipasi ayah dalam proses pemberian asi ekslusif
oleh ibu dan anak serta membentu ibu untuk membangun
kepercayaan dirinya dalam memberikan asi eksklusif.

2.2 Sasaran

Sasaran pengorganisasian masyarakat dalam upaya meningkatkan


program eksklusif ayah asi di komunitas.

Sasaran peningkatan peran serta masyarakat dalam meningkatkan


keberhasilan dalam pemberian asi eksklusif:

3
1. Individu
Sasaran prioritas individu adalah ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan pasangannya.
2. Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang memiliki bayi atau anak
yang masih menyusui dengan prioritas sebagai berikut.
a. Keluarga yang ekonomi rendah.
b. Keluarga yang tinggal serumah dengan orang tua.
c. Keluarga yang istri dan suami yang bekerja.
3. Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat yang banyak
anggotanya masih menyusui baik yang terikat maupun tidak terikat
institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus yang tidak terikat dalam suatu
institusi seperti ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan pkk.
b. Kelompok masyarakat khusus yang terikat dalam suatu institusi
seperti sekolah dan pekerjaan yang formal.
4. Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang tingkat kegagalan
pemberian asi eksklusif tinggi seperti masyarakat yang memberikan
susu formula untuk bayi karena asi yang berikan ibu kurang dan asi
ibu tidak keluar.

2.3 Strategi Perubahan


a. Konselor ASI
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI
eksklusif pemerintah mendukung progam konselor ASI.
Disediakannya konselor ASI di fasilitas pelayanan kesehatan dapat
meningkatkan keberhasilan pemberian ASI. Konselor ASI adalah
tenaga terlatih yang memiliki sertifikat pelatihan konseling menyusui.
Kementerian kesehatan mengupayakan agar setiap pelayanan
kesehatan terutama di Puskesmas dan RS tersedia konselor ASI

4
sehingga dapat membantu para ibu yang memiliki kendala
memberikan ASI (Kemenkes. 2011). Strategi konseling secara formal
maupun informal dengan informasi yang lengkap dan juga
digabungkan dengan kegiatan diskusi pada target konseling dapat
memotivasi dan meningkatkan praktik ASI eksklusif.
Dengan adanya konselor ASI diharapkan pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya ASI eksklusif meningkat dan penurunan prevalensi
pemberian makanan prelakteal serta peningkatan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) yang juga berpengaruh pada peningkatan cakupan ASI
eksklusif di Indonesia.

b. Fasilitas Laktasi
Penyediaan fasilitas khusus laktasi di tempat kerja dan tempat
sarana umum diatur dalam UU No.36/2009 tentang kesehatan Pasal
128 ayat 2. Didukung oleh Undang-undang Nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan pasal 83 menyebutkan bahwa pekerja
perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan
sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilaksanakan
selama waktu kerja.
Sarana fasilitas menyusui sangat penting untuk memudahkan
praktik ASI eksklusif terutama pada ibu bekerja. Sesjen Kemenkes RI
mengimbau kepada para pengusaha, pengelola tempat kerja baik milik
pemerintah maupun swasta untuk dapat mendukung program
pemerintah mewujudkan pemberian ASI eksklusif melalui upaya-
upaya yaitu: memberikan kesempatan kepada pekerja perempuan yang
masih menyusui untuk memberikan ASI kepada bayi/anaknya selama
jam kerja; menyediakan tempat untuk menyusui bayinya berupa ruang
ASI dan tempat penitipan anak apabila kondisi tempat kerja
memungkinkan untuk membawa bayinya; atau menyediakan ruang dan
sarana prasarana untuk memerah ASI dan menyimpan ASI ditempat
kerja, agar ibu selama bekerja tetap dapat memerah ASI untuk
selanjutnya dibawa pulang setelah selesai bekerja (Kemenkes. 2011).

5
Ibu bekerja yang mempunyai bayi kemungkinan kecil untuk
mengambil cuti saat bekerja hanya untuk merawat bayinya yang sakit
akibat sistem imun yang rendah akibat tidak ASI eksklusif, bahkan
mengurangi biaya kesehatan perusahaan ketika karyawan dapat
menyusui mereka bayi serta meningkatkan produktivitas. Keberhasilan
program ASI bagi pekerja wanita perlu adanya dukungan dari semua
pihak khususnya pihak manajemen.

c. Penegakan Peraturan Pemasaran Susu Formula ASI


Salah satu peraturan hukum terkait ASI eksklusif yaitu Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 39 Th 2013 tentang susu formula
bayi. Dalam Permenkes tersebut susu formula bayi hanya dapat
diiklankan produsen melalui media cetak khusus kesehatan. Materi
iklan harus terdapat keterangan bahwa susu formula bayi hanya
diberikan atas keadaan tertentu sesuai pasal 6 serta keterangan bahwa
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.
Pemasaran susu formula bayi tidak boleh menggunakan jasa sales
yang datang ke rumah maupun di tempat umum. Tenaga kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan juga dilarang melakukan promosi susu
formula bayi dengan cara apapun. Pada kenyataannya pelanggaran-
pelanggaran terhadap peraturan ini masih banyak terjadi. Tenaga
kesehatan masih ada yang memberikan susu formula bayi, dan sales
juga masih melakukan promosi ke tempat umum bahkan posyandu
sekalipun. Perusahaan susu formula memberikan hadiah kepada bidan
yang dapat menjual susu formula bayi sesuai target perusahaan.
Kontrol pemasaran susu formula bayi diharapkan diperketat oleh
pemerintah. Pemerintah bertanggungjawab membina dan mengawasi
periklanan dan promosi susu formula bayi sesuai Permenkes No 39 Th
2013 pasal 3 tentang susu formula bayi dan produk bayi lainnya.

6
2.4 Peran Masing-Masing Pihak
Kendala yang sering ditemukan dalam pemberian ASI secara
eksklusif diantaranya ASI yang keluar sedikit, ibu yang bekerja, ibu yang
melahirkan di Rumah Sakit dengan caesar biasanya bayi akan mendapat
susu formula, kurang dukungan dari pihak keluarga baik suami atau
anggota keluarga yang lain yang tinggal dalam satu rumah, karena budaya
atau kebiasaan misalnya bayi rewel diberi makan bukan ASI seperti susu
formula, bubur bayi, madu, larutan gula dan pisang kepada bayi, dengan
alasan bayi belum kenyang bila hanya diberikan ASI saja, hal ini
disebabkan karena keluarga kurang pemahaman tentang ASI eksklusif.
Support system atau sistem dukungan merupakan suatu hubungan
sebagai wujud kepedulian dan perhatian dari sekelompok orang yang
mana dapat memberikan motivasi kepada anggota yang lainya agar bisa
mengerjakan segala sesuatu secara optimal. (Friedman, 2010 &
Andarmoyo, 2012).
Menurut Kane dalam Friedman, (2010) mendefinisikan dukungan
keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga. Dukungan
keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh
keluarga sebagai sesuatu yang dapat dilakukan untuk keluarga itu.
Dukungan bisa/tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa
dukungan internal seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari
saudara kandung dan dukungan eksternal seperti dukungan dari sosial atau
keluarga besar (Friedman, 2010). Contoh praktis dukungan yang diberikan
suami kepada istrinya antara lain mencarikan informasi tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif, memberikan masukan kepada ibu untuk makan
makanan yang bergisi supaya ASInya lancar, menyediakan fasilitas untuk
menyimpan ASI ketika ibu harus bekerja, dll (Roesli, 2001).
Dukungan keluarga dari sekitar ibu mempunyai peran yang besar
terhadap keberhasilan menyusui. Dukungan itu berasal dari lingkungan
disekitar ibu selain suami, juga ada keluarga misalnya nenek dan keluarga

7
lain yang sudah mempunyai pengalaman menyusui, peran nenek biasanya
yang lebih dominan terhadap ibu. Dukungan suami/keluarga yang bagus
akan senantiasa mendukung ibu dalam menumbuhkan sikap yang positif
dalam pemberian ASI (Suradi et al, 2010).
Peran bidan juga di butuhkan dalam hal ini, yaitu mengenai
pemberian konseling bagaimana cara menyusui yang benar, nutrisi apa
saja yang di butuhkan ibu untuk meningkatkan produksi asinya serta
bagaimana cara merawat payudaranya.

2.5 Media Perubahan


Poster, media sosial, banner, LCD.

2.6 Pemanfaatan Pemberdayaan


Memberikan ASI pada bayi dapat mempererat ikatan antara bayi
dengan ibu. Saat menyusui, ibu akan bersentuhan dengan kulit si kecil
sehingga menimbulkan rasa aman bagi bayi. Proses menyusui juga akan
mengembangkan dasar kepercayaan (Basic sence of trust) pada bayi.
Selain bermanfaat bagi bayi, ASI juga memberikan manfaat yang besar
bagi si ibu. Pemberian ASI dapat mengurangi terjadinya kanker leher
rahim dan kanker payudara. Involusi uterus atau kembalinya rahim ke
ukuran normal setelah melahirkan akan berjalan lebih cepat. Hormon
oksitoksin yang keluar saat menyusui juga dapat membantu rahim
berkontraksi. Hal ini mungkin bisa mengurangi perdarahan rahim usai
persalinan, sekaligus kembali ke bentuk rahim sebelum hamil.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ayah ASI dapat bersikap mendukung dalam proses pemberian ASI
yang berarti ayah ASI juga dapat ikut menggendong bayi yang hendak
menyusu, setelah bayi selesai, ayah dapat menyendawakan bayinya.Ibu
menyusui yang didukung suami, cenderung mampu menyusui lebih lama
dibandingkan yang kurang mendapat dukungan dari suami selmain itu
juga dapat maksimalkan kontak dengan bayi, membantu memberi ASI
perah, menemani ibu memperoleh informasi menyusui selain itu
support system atau sistem dukungan juga sangat penting untuk diberikan
kepada ibu sebagai wujud kepedulian dan perhatian yang mana dapat
memberikan motivasi kepada anggota yang lainya agar bisa mengerjakan
tugas ibu secara optimal.

3.2 Saran
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penulis merasa
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik
dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah
ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/20574/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

https://www.kompasiana.com/meiliatriani9949/5b81f8286ddcae7301356db3/eduk
asi-pentingnya-asi-eksklusif-bagi-ibu-dan-si-kecil-oleh-kkn-undip

Strategi:

Banner2

Grup fb, ig

Pijat oksitosin

Pemanfaatan pem berdayaan: penjabaran lengkap mengenai strategi

10

Anda mungkin juga menyukai