Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN

PADA KELUARGA BERENCANA


METODE KONTRASEPSI MANTAP (MOW DAN MOP)

DISUSUN OLEH :
NAMA : SISKA
NIM : PO. 62.24.2.18.351
PRODI/ANGKATAN : DIV ALIH JENJANG KEBIDANAN/II
SEMESTER : II (DUA)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN
TAHUN 2019

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena

atas limpah rahmat dan karunianya makalah ini dapat diselesai kan.

Penyusunan makalah ini masih banyak kesulitan yang amat sangat

dirasakan oleh kami. Atas dasar kekurangan dan kelemahan kami dalam

menyelesaikan makalah ini, kamipun menyadari bahwa masih banyak kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan.

Makalah ini dapat dituntaskan sebagaimana yang kami harapkan, banyak

hambatan , rintangan, coban serta bermacam-macam ujian namun pada akhirnya

ALLAH SWT memperkenankan kami menyelesaikan makalah ini yang berjudul

METODE MODERN STERILISASI (MOW DAN MOP), insyaallah di

dalamnya terdapat ilmu yang bermanfaat. Sesungguh nya makalah ini disusun

untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas Asuhan kebidanan persalinan

dan bayi baru lahir.

Tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak banyak

membantu kepada kami berupa saran ,tenaga dan juga pemikiran.

Palangka Raya, Mei 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut

jumlah, kualitas, maupun persebaranya merupakan tantangan yang berat yang

harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia.

Situasi dan kondisi kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu

fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama, lebih

sungguh-sungguh, dan berkelanjutan.

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk

melahirkan menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program

keluarga berncana ( KB ) sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya

angka kematian ibu. Banyaknya anak-anak terlantar dan dengan jarak usia

yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Medis Operatif

Wanita (MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP). Medis Operatif Wanita

(MOW) sering dikenal dengan tubektomi (sterilisasi) karena prinsip metode

ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba fallopi sehingga mencegah

pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan Medis Operatif Pria (MOP)

sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran

vasdeferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasi.

Angka prevalensi metode kontrasepsi jangka panjang khususnya

tubektomi masih sangat rendah dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya.


Mekanisme kerja Medis Operatif Wanita (MOW) yaitu dengan mencapai tuba

fallopi dan menutup atau mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong

atau memasang cincin) sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan

ovum.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan kontrasepsi MOW?

2. Apa keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW?

3. Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOW?

4. Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi MOP?

5. Apa keuntungan dan kerugian kontrasepsi MOP?

6. Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOP?

`    1.3 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui Apa yang di maksud dengan kontrasepsi

MOW

2. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi

MOW

3. Mahasiswa dapat mengetahui Teknik apa saja untuk melakukan

kontrasepsi MOW

4. Mahasiswa dapat mengetahui Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi

MOP

5. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dan kerugian kontrasepsi MOP


6. Mahasiswa dapat mengetahui Teknik apa saja untuk melakukan

kontrasepsi MOP

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 MOW ( Tubektomi )

2.1.1 Pengertian.

 Pemotongan ( oklusi ) kedua tuba falopii sehingga spermatozoa dan

ovum tidak dapat bertemu.Disebut juga tubektomi atautubal ligation.

 MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan

penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang

menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur, dengan

demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki

sehingga tidak terjadi kahamilan.

 Metode operasi wanita  merupakan salah satu cara kontrasepsi diikuti

dengan tindakan pembedahan pada saluran telur wanita. Tubektomi

merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan

penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak

mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup.

 Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi

wanita yang mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak

menyebabkan kehamilan lagi. Sterilisasi

adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi

mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena

alasan kesehatan).

 MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut

dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap

kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak
dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat

bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan,

oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006)

 Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan

fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi

(mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma

tidak dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009)

jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga

spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).

2.1.2 Keuntungan dan kerugian MOW.

1. Keuntungan.

Menurut BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini

antara lain:

1.      Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi

2.      Tidak mengganggu kehidupan suami istri

3.      Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri

4.      Tidak mempengaruhi ASI

5. Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan

satu kali tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat

kecil), lebih ekonomis

Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) keuntungan dari

kontrasepsi mantap adalah sebagai berikut:


1. Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun

pertama penggunaan).

2. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breasfeeding).

3. Tidak bergantung pada faktor senggama.

4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko

kesehatan yang serius.

5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.

6. Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada

produksi hormon ovarium)

2. Kerugian:

1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini

tidak dapat dipulihkan kembali.

2. Klien dapat menyesal dikemudian hari

3. Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi

umum

4. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah

tindakan

5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis

ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.

6. Tidak melindungi diri dari IMS.

2.1.3 Teknik MOW di sertai keuntungan dan kerugian.


1. Penyinaran

Penggunaan sinar laser untuk oklusi tuba.

Keuntungan:

   a)      Kerusakan tuba falopii terbatas 

   b)      Morbiditas rendah

   c)      Dapat dikerjakan dengan laparoskopi histeroskopi atau

laparatomi

Kerugian:

   a)      Memerlukan peralatan yang mahal 

   b)      Memerlukan latihan khusus

   c)      Belum ditentukan standardisasi prosedur ini

   d)     Potensi reversibilitas belum diketahui 

2. Operatif 

Dapat dilakukan dengan 3 cara :

1) Abdominal

a. Laparotomi

Laparotomi saja untuk kontap wanita tidak dianjurkan karena

diperlukan insisi yang panjang dan anestesi umum atau

anestesi spinal.Laparotomi hanya diperlukan bila cara-cara

kontap lainnya gagal atau timbulkomplikasi sehingga

sehingga memerlukaninsisi yang lebih besar. Atau jika

padakeadaan lain, jika kontap bukan meriupakan operasi


utama, tetapi sebagai pelengkapmisalnya padasectio sesaria,

KET dll.

b. Mini- Laparatomi

1) Waktu operasi

 Post-partum

 Post-abortus

 Interval (dilakukan pada saat bukan post-partum atau

post-abortus)

2) Tempat Insisi

 Sub-umbilikal / infra-umbilika

 Supra-pubis / Mini-Pfannenstiel

Keuntungan:

1. Mudah dipelajari

2. Dapat dikerjakan oleh setiap tenaga medis yang memiliki

dasar-dasar ilmu bedah dan keterampilan bedah

3. Hanya memerlukan alat-alat sederhana dan tidak mahal,

terutama alat-alat bedahstandar 

4. Komplikasibiasanya hanya komplikasi minor 

5. Dapat dilakukan segera setelah melahirkan

Kerugian:

1. Waktu operasi lebih lama

2. Sukar dilakuakn pada wanita yang sangat gemuk 

3. Meninggalkan bekas luka kecil yang masih dapat terlihat


4. Nyeri singkat

5. Angka kejadian infeksi lebih tinggi daripada laparoskopi

c. Laparoskopi

Adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam

rongga peritoneum denganalat laparoskop yang dimasukkan

melalui dinding anterior abdomen.

Keuntungan:

1. Komplikasi rendah

2. Cepat ( rata-rata 5-15 menit )

3. Insisi kecil sehingga luka parut rendah sekali

4. Dapat dipakai juga untuk diagnostik maupun terapi

5. Kurang memnyebabkan rasa sakit bila dibanding dengan

mini- laparatomi

6. Sangat berguna jika jumlah calon akseptor banyak

 Kerugian:

1. Risiko komplikasi bisa serius.

2. Memerlukan pneumo-peritoneum dengan segala akibatnya

3. Lebih sukar dipelajari

4. Memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus dalam

bedah abdomen
5. Harga peralatan mahal dan memerlukan perawatan yang

teliti

6. Tidak dianjurkan untuk dilakukan segera post-partum.

2) Vaginal

a. Kolpotomi

Cara yang dikenal yaitu kolpotomi posterior dan kolpotomi

anterior.

Kolpotomi posterior lebih sering dipakai.Tekniknya dengan 

membuka cavum douglas yang terletak diantara dinding

depan rectum dan dinding belakang uterus melalui vagina

untuk sampai ke tuba fallopii.Kolpotomi anterior dilakukan

dengan caraperitoneum diinsisi diantara kandung kencing

dan uterus, kemudian uterus diputar sehingga tuba fallopii

terlihat.

Keuntungan:

1. Dapat dilakukan dengan rawat jalan

2. Hanya memerlukan waktu sekitar 5-15 menit

3. Cukup dengan neurolept-analgesia + anestesi lokal

4. Rasa sakit post-operatif lebih kecil dibandingkan

cara-cara kontap lainnya

5. Tidak ada insisi abdominal sehingga tidak ada bekas

luka parut eksternal


6. Peralatan yang dipakai sederhana, murah dan mudah

pemeliharaanya.

7. Morbiditas dan komplikasi mayor rendah

8. Angka kegagalan rendah ( kira-kira 1% ) 

b. Kuldoskop

Pada kuldoskopi, rongga pelvis dapat dilihat melalui alat

kuldoskop yang dimasukkan melalui fornix posterior melalui

cavum douglas, yaitu suatu kantong peritoneum yang

terletak diantara dinding depan rectum dan dinding belakang

uterus.Dengan adanya laparoskopi trans-abdominal, maka

kuldoskopi kurang mendapatkanminat sehingga sekarang

jarang dilakukan.Waktu operasi Kuldoskopi post-partum

atau post-abortus sebaiknya dikerjakan minimal 5

minggusetelah melahirkan atau 2-4 minggu setelah

abortus.Sebagai prosedur interval, kuldoskopi paling baik

dikerjakan selama fase dini darisiklus haid ( tidak ada

kehamilan).

Keuntungan:

1. Tidak meninggalkan luka parut eksternal

2. Cukup dengan neurolept-analgesia + anestesi lokal

3. Dapat dikerjakan secara rawat jalan


4. Peralatan lebih sederhana dan lebih murah bila

dibandingkan dengan laparoskopi.

5. Waktu operasi singkat

6. Komplikasi dan morbiditas rendah

7. Tidak memerlukan pneumo-peritoneum buatan

8. Elektro-koagulasi jarang dikerjakan.

Kerugian:

Harus dilakukan dengan posisi knee-chest yang mungkin

kurang menyenangkan.

3. Transcervikal

Merupakan metode kontrasepsi dimana oklusi tuba fallopii

dilakukan melaui cervix uteri.Metode ini belum banyak

dikerjakan dan pada umumnya masih dalam tahap

eksperimental.

a. Histeroskopi

Prinsipnya sama seperti laparoskopi, hanya pada

histeroskopi tidak dipakai trocar,tetapi suatu vacum

cervical adaptor untuk mencegah keluarnya gas saat

dilatasicervix/ cavum uteri.

Keuntungan:

1. Sederhana

2. Relatif murah
3. Mudah dipelajari

4. Anestesi minimal

5. Dapat dikerjakan secara rawat jalan.

6. Tidak diperlukan insisi

7. Dapat dilakukan secara rawat jalan karena

prosedurnya cepat/singkat

Kerugian:

1. Resiko perforasi uterus dan luka bakar 

2. Angka kegagalan tinggi ( 11-35 % )

3. Risiko kehamilan ektopik/ kehamilan cornu

4. Sering timbul kesulitan teknis dalam mencari lokasi

orificium tubae

5. Oklusi tuba fallopii mungkin tidak segera efektif  

b. Blind- delivery

Pada metode ini, operator tidak melihat langsung kedalam

cavum uteri untuk melokalisir orificium tubae. Alat-alat

yang diperlukan hanya alat-alat sederhana

c. Penyumbatan tuba mekanis

 Tubal clipsTubal clips dipasang pada isthmus tuba

fallopii, 2-3 cm dari uterus, melalui

laparotomi,laparoskopi, kolpotomi atau


kuldoskopi.Tubal clips menyebabkan kerusakan yang

lebih sedikit atau kecil pada tuba fallopiidiandingkan

dengan cara-cara oklusi tuba fallopii lainnya.

 Tubal ringDengan memasang cincin berdiameter 1 mm

pada tuba fallopii. Dapat dipakai pada minilaparotomi,

laparoskopi dan cara trans-vaginal, dipasang pada

ampula tuba atauampulary-isthmic junction, 2-3 cm dari

uterus. Tubal ring merusak tuba fallopii sepanjang1-3

cm.

d. Penyumbatan tuba kimiawi

Banyak zat-zat kimia yang saat ini dalam penelitian

eksperimental untuk oklusi tuba fallopii,terutama dilakukan

pada hewan percobaan. Sedangkan pada manusia baru

beberapa zat kimiasaja yang telah diteliti.

Cara kerja :

 Tissue adhesiveZat kimia akan menjadi padat sehingga

terbentuk sumbat didalam tuba fallopii.

 Sclerosing agent 

Zat kimia akan merusak saluran tuba fallopii dan

menimbulkan fibrosis.Zat kimia dalam bentuk cairan,

pasta atau padat, diasukkan melalui serviks kedalam

utero-tubal junction, dapat dengan visualisasi secara


langsung yaitu dengan histeroskop, atau tanpavisualisasi

langsung ( blind-delivery ) dengan kateter, kanula atau

tabung suntik. Atau dapatdikerjakan juga melalui ujung

fimbriae, dengan melihat secara langsung melalui jalan

trans-abdominal atau trans-vaginal.Saat ini, zat-zat kimia

yang telah diteliti untuk kontap wanita yaitu :

phenol (carbolic acid)compounds, Quinacrine, dan

Methyl-cyanoacrylate (MCA).

 Zat-zat kimia yang ideal untuk oklusi tuba fallopii harus :

1. Sedapatnya diberikan dalam 1 kali pemberian

2. Efektif 100%

3. Non-toksik 

4. Murah

5. Tersedia setiap saat

6. Terbatas pada tuba fallopii, tidak boleh sapai ke

rongga abdomen.

7. Tidak menyebabkan rasa sakit

8. Stabil, dengan masa kerja tak terbatas.

Keuntungan:

1. Mengerjakannya mudah

2. Dapat dikerjakan secara rawat jalan.

Kerugian:
1. Kebanyakan zat kimia kurang efektif setelah satu kali

pemberian, sehingga akseptor haruskembali untuk

peberian berikutnya (sampai tiga kali pemberian)

dengan interval satu minggu atau satu bulan.

2. Ada beberapa zat kimia yang sangat toksik, sehingga

dapat menyebabkan kerusakan jaringan sektarnya.

3. Beberapa zat kimia memerlukan alat khusus untuk

aplikasinya.

4. Irreversibel

5. Dosis zat kimia sukar ditentukan sebelumnya.

2.1.4Teknik Melakukan Mow

1.      Tahap persiapan pelaksanaan

a.       Informed consent

b.      Riwayat medis/ kesehatan

c.       Pemeriksaan laboratorium

d.      Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah

abdomen

e.       anesteri

2. Tindakan pembedahan (2009) teknik yang digunakan dalam

pelayanan tubektomi antara lain:

a.       Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu,

hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah

perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar

pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak

klien, relative murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang

mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan

efektif (Syaiffudin, 2006)

Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan,

pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba

didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian.

Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup

dengan kasa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan

komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4 hari.

(Syaiffudin,2006).

b.      Laparoskopi

Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan

Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar

pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan

pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus (tanpa

komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah

klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya

pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi,


laparaskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan

diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan.

(Syaiffudin,2006).

3.      Perawatan post operasi

a.       Istirahat 2-3 jam

b.      Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu

c.       Ambulasi dini

d.      Diet biasa

e.       Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat

selama 1 minggu, cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit

pada abdomen yang menetap, perdarahan luka insisi.

2.1.5 Waktu Pelaksanaan Mow

Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan

MOW dapat dilakukan pada saat:


1.      Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)

2.      Pasca persalinan (post partum)

Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam,

atau selambat lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan.

Tubektomi pasca persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit oleh

edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan

sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai

hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat

genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan

lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.  

3.       Pasca keguguran

Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi

4.      Waktu opersi membuka perut

Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut

hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah

mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus

diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini

dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi

mantap.

2.1.6 Indikasi MOW

Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia

tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada


umur 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri

antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 – 35

tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 – 40 tahun dengan satu

anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30

tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang

diinginkan oleh pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005)

Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut:

1.      Indikasi medis umum

Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat

bila wanita ini hamil lagi.

a.       Gangguan fisik

Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum,

penyakit jantung, dan sebagainya.

b.      Gangguan psikis

Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofrenia

(psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain lain.

2. Indikasi medis obstetrik

Indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang berulang,

seksio sesarea yang berulang, histerektomi obstetri, dan sebagainya.

3. Indikasi medis ginekologik

Pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula

dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.

4. Indikasi sosial ekonomi


Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial

ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.

a. Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan

umur ibu, kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas

persetujuan suami istri, misalnya umur ibu 30 tahun dengan

anak hidup 4, maka hasil perkaliannya adalah 120.

b. Mengikuti rumus 100

Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang

Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3 orang

Umur ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang

2.1.7 Kontraindikasi MOW

1.      Kontra indikasi mutlak

a.       Peradangan dalam rongga panggul

b.      Peradangan liang senggama aku (vaginitis, servisitis akut)

c.       Kavum dauglas tidak bebas,ada perlekatan

2.      Kontraindikasi relative

a.       Obesitas berlebihan

b.      Bekas laparotomi

menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak menjalani

Tubektomi yaitu:

1. Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai


2. Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya

3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu

disembuhkan atau dikontrol

4. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan

5. Belum memberikan persetujuan tertulis.

2.1.8 Komplikasi dan Penanganan Mow

KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi Luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan

antibiotik.
Demam pascaoperasi ( > 38 oC) Obati infeksi berdasarkan apa yang

ditemukan
Luka pada kandung kemih. Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.

Intestinal (jarang terjadi). Apabila kandung kemih atau usus luka dan

diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi

primer. Apabila ditemukan pasca operasi,

dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.


Hematoma (subkutan) Gunakan pack yang hangat dan lembab

ditempat tersebut.
Emboli gas yang dilakukan oleh Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan

laparoskopi (sangat jarang terjadi) mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan

intravena, resusitasi cardiopulmonary dan

tindakan penunjang kehidupan lainnya.


Rasa sakit pada lokasi pembedahan Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati

berdasarkan apa yang ditemukan


Perdarahan superficial (tepi tepi Mengontrol perdarahan dan obati
kulit atau subkutan) berdasarkan apa yang ditemukan.

2.2 MOP ( Vasektomi )

2.2. 1.Pengertian

Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi.Caranya ialah dengan

memotong saluran mani (vasdeverens) kemudian kedua ujungnya di

ikat, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar  penis (urethra).

Sterilisasi laki-laki termasuk operasi ringan, tidak melakukan perawatan

di rumahsakit dan tidak mengganggu kehidupan seksual. Nafsu seks

dan potensi lelaki tetap, dan waktu melakukan koitus terjadi pula

ejakulasi,tetapi yang terpancar hanya semacam lendir yang

tidak mengandung sperma.Kontap pria ini masih merupakan metode

yang “terabaikan” dan kurang mendapatkan perhatian.

 2.2.2 Cara kerja MOP

Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan

tidak didapatkan spermatozoa didalam semen/ejakulat.

2.2.3 Efektifitas MOP

a. Angka kegagalan 0-2,2 % ,umumnya < 1 % 

b. Kegagalan kontap , umumnya disebabkan oleh:

 Senggamaa yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas

sama sekali dari spermatozoa.


 Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah

pembentukan granulomaspermatozoa

 Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi

 Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens.4.

2.2.4 keuntungan dan kerugian MOP

1. Keuntungan:

 Efektif  

 Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas

 Sederhana

 Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit

 Hanya memerlukan anestesi lokal saja

 Biaya rendah

 Secara kultural, sangat dianjrkan di negara-negara dimana wanita

merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia

dokter wanita dan paramedis wanita.

2. Kerugian:

 Diperlukan suatu tindakan operatif  

 Kadang-kadangmenyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau

infeksi
 Belum memberi perlindungan total sampai semua spermatozoa

yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat

oklusi vas deferens dikeluarkan.

 Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual

mungkin bertambah parahsetelah tindakan operatif yang

menyangkut sistem reproduksi pria.

2.2.5 Teknik MOP

1. Operatif 

a. Vasektomi dengan pisau setelah anestesilokal yaitu dengan

larutan prokain lidokain atau lignokain tanpamemakai adrendin

maka dilakukan irisan pada kulit scrotum. Kulit dan otot-otot

disayat,maka tampak vas deferens dengan sarungnya. Irisan

dapat dilakukan pada garis tengah antara dua belahan scrotum

atau pada dua tempat di atas masing-masing vas deferensKedua

vas tampak sebagai saluran yang putih dan agak kenyal pada

perabaan. Vas dapatdibedakan dari pembuluh-pembuluh darah,

karena tidak berdenyut. IdentifikasiVasterutaa sukar apabila

kulit scrotumtebal.

b. Vasektomi

Tanpa pisau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut

calon akseptor kontap pria akantindakan operasi ( yang

umumnya dihubungkam dengan pemakaian pisau operasi ),


danuntuk menggalakkan penerimaan kontap pria, di Indonesia

sekarang telah diperkenalkanmetode vasektomi tanpa pisau

( VTP ).Vasektomi pada pisau juga dapat dilakukan tanpa

mengiris kulit, jadi tanpa memakai pisau sama sekali, yaitu

dengan cara:

 Saluran diikat bersama-sama dengan kulit scrotum dengan

cara mencobloskan jarum dengan benang sampai ke bawah

saluran mani. 

 Dapat juga disuntikkan ke dalam saluran mani.

 Saluran mani dapat dibakar dengan mencobloskan jarum

kauter halus melalui kulit ke dalam saluran mani.

2. Penyumbatan vas deferens

 Mekanis dilakukan dengan penjepitan vas deferens menggunakan :

 Vaso-clips

 Intra Vasal Thread (IVT)

 Reversible Intravas Device (R-IVD).

 Shug

 Phaser (Bionyx Control)

 Reversible Intravasal Occlusive Devices (RIOD)

3. Penyumbatan vas deferens kimiawi


dilakukan penyumbatan terhadap vas deferens menggunakan zat-zat

kimiawi berupa :

1.Quinacrine

2.Ethanol

3.Ag-nitrat

2.2.6 Indikasi dan Kontraindikasi MOP

 Indikasi

Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa

pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak

suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.

 Kontraindikasi

1. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies (penyakit kulit menular

akibat tuma gatal).

2. Infeksi traktus genetalia.

3. Kelainan skrotum dan sekitarnya :

a. Varicocele (varikositas pleksus pampiniformis korda

spermatika, yang membentuk benjolan skrotum yang

terasa seperti ”kantong cacing”).

b. Hydrocele besar

c. Filariasis.

d. Hernia inguinalis.
e. Orchiopexy (fiksasi testis yang tidak turun pada

skrotum).

f. Luka parut bekas operasi hernia.

g. Skrotum yang sangat tebal.

4. Penyakit sistemik :

a. Penyakit-penyakit perdarahan.

b. Diabetes Mellitus.

c. Penyakit jantung koroner yang baru.

5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

2.2.7 Konseling pasca operasi

1. Menjaga daerah insisi agar tetap kering 

2. Tidak menarik-narik atau menggaruk-nggaruk luka yang sedang

dalam penyembuhan.

3. Memakai penahan skrotum (celana dalam).

4. Menghindari mengangkat benda berat dan kerja keras untuk 3 hari.

5. Klien boleh bersenggama sesudah tidak merasa sakit (hari ke 2-3),

namun untuk mencegah kehamilan,pakailah kondom atau cara

kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi15-20 kali.

6. Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau sesudah 15-20 kali

ejakulasi

2.2.8 Macam-Macam Efek Samping Atau Masalah Kontrasepsi


Efek samping yang dapat timbul yang akan timbul adalah:

a. Timbul rasa nyeri.

b. Infeksi pada bekas luka.

c. Membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan.

d. Belum ada efek samping jangka panjang.

e. Mengalami ketidak-nyamanan setelah operasi.

f. Komplikasi yang serius karena operasi jarang terjadi.

BAB III

PENUTUP

2.3  Kesimpulan

3.1.1 MOW atau Tubektomi

MOW atau tubektomi merupakan alat kontrasepsi modern

sterilisasi pada wanita atau juga merupakan alat kontarsepsi mantap


yaitu penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang

menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian

sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak

terjadi kahamilan.

Adapun keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW ini salah

satunya yaitu Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi

dan tidak dapat dipulihkan kembali.

Sedangkan teknik melakukan kontrasepsi ini yaitu ada berbagai

cara : penyinaran, operatif, dan penyumbatan tuba secara kimiawi.

3.1.2 MOP atau Vasektomi

MOP atau vasektomi merupakan alat kontrasepsi mantap pada laki-

laki yaitu dengan memotong saluran mani (vasdeverens) kemudian

kedua ujungnya di ikat, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir

keluar  penis (urethra)

Kerugian dari kontrasepsi ini yaitu salah satunya yaitu Belum

memberi perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada

didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens

dikeluarkan.

Teknik melakukan kontrasepsi ini ada berbagai cara yaitu :

operatif, penyumbatan vas deverens, dan penyumbatan vas deferens

kimiawi.
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, ari . 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba

Medika

Bari Abdul, Saifudin. 2006. Buku

Panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Notodiharjo, Riono. 2002. Reproduksi, Kontrasepsi, dan Keluarga Berencana.

Jakarta : Yayasan bina pustaka


Wikhjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.

Proverawati atikah, dkk. 2010. panduan memilih kontrasepsi. Yogyakarta : nuha

medika

Anda mungkin juga menyukai