Anda di halaman 1dari 9

AKSEPTOR KB M.O.

W ( METODE OPERASI WANITA)


ATAU TUBEKTOMI

Diajukan sebagai Tugas Keselamatan Pasien

Disusu Oleh Kelompok 15 :

1. Levis Mart Hartati F622250


2. Anne Permata Yugha F622263
3. Nani Maryani F622408
4. Karina Maya Fadilah F622410

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
MATERI
KONTAP MOW TUBEKTOMI

A. Definisi
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara
mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada
lelaki). Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap Pria dan
Kontap Wanita. Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi pada wanita dikenal
dengan MOW atau tubektomi.
MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat disebut dengan
sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan
kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel
telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh
karena itu gairah seks wanita tidak akan turun (BKKBN, 2006).

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau


kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum, jadi dasar dari
MOW ini adalah mengokulasi tuba fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat
bertemu.

B. Etiologi
Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan
ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan
bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi
embrio yang kemudian melekat di uterus.
Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa
ditutup dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan memotong atau
mengikat. Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan mempergunakan
laparoskopi kemudian menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau dengan memasang
ring.
Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu :
laparoskopi, mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC),
mini-laparotomi (operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan
merangsang jaringan ikat, sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan / teknik
melalui vagina (sekarang tidak dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).
Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter dapat
menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop
berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil
di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat
untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi
kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi
tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

C. Jenis-jenis
1. Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyerdahanaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan
sayatan kecil sekitar 3 cm baik pada perut bawah (suprapubik) maupun sub umbilical
(pada lingkar perut pusat). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien,
relative murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang diberi latihan khusus. Operasi ini
aman dan efektif.

2. Laparoskopi
Prosedur ini memelukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan yang
telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat
dilakukan pada 6-8 minggu pasca persalinan atau setelah atau abortus (tanpa
komplikasi). Laparoskopi sebaiknya digunakan pada jumlah klien yang cukup banyak
karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal.

D. Keuntungan dan Kerugian


1. Keuntungan tubektomi
a. Motivasi hanya dilakukan 1 kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang
berulang-ulang
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksual
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
e. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
f. Tidak bergantung pada faktor senggama
g. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
h. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
i. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
j. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium).

2. Kerugian Tubektomi
a. Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
b. Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan
c. Klien dapat menyesal dikemudian hari
d. Risiko komplikasi kecil (meningkat bila digunakan anestesi umum)
e. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
f. Tidak melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual (IMS)

E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan lokal pada bagian post operasi
2. Pucat

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi
2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca bedah.
G. Syarat-syarat Kontrasepsi Tubektomi
1. Harus sudah memiliki paritas > 2 anak terkecil berumur 2 tahun.
2. Umur ibu
Menganjurkan rumus 100 artinya umur ibu dikalikan dijumlah anak setidak-
tidaknya mendekati angka 100/lebih, contoh : ibu yang berumur 30 tahun bila 12
berumur 25 dijumlah anak minimal adalah 4 (Santoso, 2006) dan menurut
Prawirohardjo (2003), usia ibu > 26 tahun.
3. Perkawinan stabil (Keluarga harmonis). Karena perceraian setelah kontap dapat
membuat penyesalan yang sangat sulit diatasi.
4. Konseling
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Klien diberi
kesempatan untuk menilai keuntungan, kerugian, akibat, prosedur dan alternatif lain
dan tidak harus menentukan pilihannya ada saat itu juga. Sangat penting karena
penyesalan setelah kontap kebanyakan terjadi karena konseling yang kurang adekuat.
Konseling harus dilakukan pada saat calon klien (pasangan) berada pada kondisi
psikologis yang prima.
5. Informed consent
Adalah pernyataan klien bahwa 12 menerima atau menyetujui sebuah tindakan
medis (dalam hal ini Tubektomi) secara sukarela dan menyadari sepenuhnya semua
risiko dan akibatnya

H. Indikasi
Yang Dapat Menjalani Tubektomi :
1. Usia > 26 tahun.
2. Paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil > 2 thn.
3. Yakin telah mempunyai keluarga besar yang sesuai dengan kehendak
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
5. Pascapersalinan.
6. Pascakeguguran.
7. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

Indikasi sterilisasi (tubektomi) dapat dibagi lima macam, yaitu :


1. Indikasi medis
Adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung (termasuk derajat
3 dan 4) ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Penyakit jantung, gangguan
pernafasan, diabetes mellitus tidak terkontrol, hipertensi, maligna, anemia gravis,
tumor ginekologik, infeksi panggul 3 bulan terakhir, riwayat penyakit operasi yang
sulit observasi (Santoso, 2006).

2. Indikasi obsetri
Adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat. Meskipun secara
medis tidak menunjukkan apa-apa seperti multiparitas (banyak anak) dengan usia
relatif lanjut (grandemultigravida) yakni paritas umur 35 tahun atau lebih, seksio
sesarea dua kali atau lebih.
3. Indikasi genetik
Adalah penyakit herediter yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak
seperti : Huntington`s chorea, Tayschs disease dan lain-lain.
4. Indikasi kontrasepsi
Adalah indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan artinya
pasangan tersebut tidak menginginkan kelahiran anak lagi.
5. Indikasi ekonomi
Adalah pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban
ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga

I. Kontra Indikasi
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
1. Hamil (sudah dideteksi atau dicurigai).
2. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi).
3. Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau
dikontrol).
4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan.
6. Belum memberikan persetujuan tertulis.

I. Kemungkinan Risiko /Masalah Komplikasi MOW


1. Adanya reaksi alergi anestesi
2. Infeksi atau abses pada luka
3. Perforasi rahim
4. Perlukaan kandung kencing
5. Perlukaan usus
6. Perdarahan mesosalping

J. Analisis Kemungkinan Risiko /Masalah Komplikasi MOW


Tubektomi digolongkan sebagai prosedur yang aman dengan risiko komplikasi yang
jarang terjadi. Meski demikian, apa pun jenis prosedur operasi yang dilakukan, tetap ada
risikonya.
1. Adanya reaksi alergi anestesi
Merupakan reaksi hipersensitif atau alergi karena masuknya larutan anestesi lokal
ke dalam sirkulasi darah atau pemberian anestesi lokal yang melebihi dosis.
Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan tindakan operasi baik operasi besar
atau kecil.
2. Infeksi atau abses pada luka
Sebab terjadinya karena tidak terpenuhinya standar sterilitasi alat operasi dan
pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya teknik perawatan luka pasca
operasi.Gejala ini umumnya terjadi karena kurang diperhatikannya strerilitas alat
dan ruangan, kurang sempurnanya persiapan operasi teknik dan perawatan luka
pasca operasi
3. Perforasi rahim
Sebab terjadinya dikarenakan elevator rahim didorong terlalu kuat kearah yang
salah, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta
keadaan anatomi tubuh yang rumit (biasanya posisi rahim hiperretrofleksi, adanya
perlengketan pada rahim, pasca keguguran). Terangkan mengenai teknik yang
dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia.
4. Perlukaan kandung kencing
Sebab terjadinya dikarenakan tidak sempurnanya pengosongan kandung
kencing.Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi
tubuh manusia.
5. Perlukaan usus
Sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur, teknik operasi yang
cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan anatomi tubuh
yang rumit. Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta
anatomi tubuh manusia.
6. Perdarahan mesosalping
Sebab terjadinya karena terpotongnya pembuluh darah di daerah mesosalping.

K. Upaya RS dalam Keselamatan Akseptor KB MOW


Upayan RS dalam mencegak risiko komplikasi pada akseptor KB MOW yaitu
berlandaskan pada Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Selain
itu juga, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehtan (Permenkes) Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien. Dalam ketentuan yang di atur dalam Permenkes tersebut,
mengharuskan Rumah Sakit menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
Poin ini yang kemudian menjadi dasar bagi manajemen rumah sakit dalam
menetukan sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien mencakup 6 kriteria
yaitu :
1. Kepatuhan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Kewaspadaan terhadap obat High-Alert.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi
5. Pengurangn risiko infeksi terkait pelayanan Kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2012, Pedoman Pelayanan Keluarga berencana Pasca Persalinan, Jakarta,


BKKBN.

Bobak, 2005, Rencana Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC.

Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3. Jakarta : EGC.

Nanda. 2005. Diagnosis Keperawatan Nanda: Definisi & Klasifikasi 2005-2006.


Jakarta : prima Medika.

Prawirohardjo, S, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta,


Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai