Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

KONTRASEPSI MANTAP (PERMANEN)

Disusun Oleh:
Kelompok 5

1. Natalia Rosa Correia Barros (132111123030)


2. Imelda Adelwati Kaba’u (132111123031)
3. Desmianti Anawulang (132111123032)
4. M. Zuhdi Rizqullah (132111123005)
5. Maulida Fitri Arifinanda (132111123006)
6. Desy Kaita Anaamah (132111123027)
7. Dewi Maryam (132111123011)

Kelas:
AJ 1 / B24

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
Kontrasepsi mantap adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam
jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari
pasangan suami istri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela.
Kontap dapat diikuti baik wanita maupun pria. Tindakan kontap pada wanita di sebut
kontap wanita atau MOW (metode operasi wanita) atau Tubektomi, sedangkan pada
pria MOP atau Vasektomi.

1. MOW (Medis Operasi Wanita)


a. Pengertian
Metode operasi wanita (MOW) adalah tindakan pada kedua saluran
telur yangmengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan
mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering
disebut tubektomi atau sterilisasi (Handayani, 2010). MOW atau bisa disebut
dengan metode kontrasepsi mantap pada wanita adalah Prosedur bedah
sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan seorang perempuan dengan
menyumbat atau memotong kedua saluran telur (tuba fallopi) (Anggraini,
2011).
Mekanisme Kerja MOW yaitu dengan mengoklusi tuba falopii
(mengikat, memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan uvum (Arum, 2009).
b. Persyaratan
Tiga syarat untuk mejadi peserta kontap, yaitu:
1) Syarat sukarela
Calon peserta secara sukarela, tetap memilih kontap setelah diberi
konseling mengenai jenis-jenis kontrasepsi, efek samping, keefektifan,
indikasi, kontraindiksi, serta waktu pelaksanaan.
2) Syarat bahagia
Setelah syarat sukarela terpenuhi, maka perlu dinalai pula syarat
kebahagiaan kluarga. Meliputi terkait dalam perkawinan yang syah dan
harmonis, memiliki sekurang-kurangnya dua anak yang hidup sehat baik
fisik maupun mental, dan umur istri sekitar 25 tahun (kematangan
kepribadian).
3) Syarat sehat
Setelah syarat bahagia terpenuhi, maka syarat kesehatan perlu dilakukan
pemeriksaan
(Handayani, 2010)
c. Indikasi
Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut:
1) Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila
wanita ini hamil lagi.
a) Gangguan fisik
 Tuberculosis pulmonum adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis complex.
 Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan
Jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal
tersebut antara lain: Otot jantung yang lemah.
b) Gangguan psikis
 Skizofrenia (psikosis)
 Sering menderita psikosa nifas yaitu gangguan jiwa yang berat
yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa
kenyataan (sense of reality) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca
persalinan.
2) Indikasi medis obstetric
a) Toksemia gravidarum yang berulang yaitu tekanan darah tinggi yang
disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai
akhir minggu pertama setelah persalinan. (Manuaba, 1998)
b) Seksio sesarea yang berulang
c) Histerektomi obstetrik
3) Indikasi medis ginekologik
Pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan
untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
4) Indikasi sosial ekonomi
Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi
yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.
5) Mengikuti rumus 120
Yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu, kemudian dapat
dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami istri, misalnya umur ibu 30
tahun dengan anak hidup 4, maka hasil perkaliannya adalah 120.
6) Mengikuti rumus 100
a) Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang
b) Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3 orang
c) Umur ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang
d. Kontraindikasi MOW
Menurut Mochtar (1998) kontraindikasi dalam melakukan MOW yaitu
dibagi menjadi 2 yang meliputi indikasi mutlak dan indikasi relative:
1) Kontra indikasi mutlak
a) Peradangan dalam rongga panggul
b) Peradangan liang senggama akut (vaginitis, servisitis akut)
c) Kavum dauglas tidak bebas, ada perlekatan
2) Kontraindikasi relatif
a) Obesitas berlebihan
b) Bekas laparotomi
Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak
menjalani MOW yaitu:
1) Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
2) Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya
3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan atau
dikontrol
4) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
5) Belum memberikan persetujuan tertulis.
e. Prosedur MOW
Tubektomi bisa dilakukan dengan anestesi lokal atau umum (total).
Jenis anestesi ini akan ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi pasien serta
jenis operasi yang dijalani. Tubektomi bisa dijalani bersamaan dengan operasi
Caesar. Namun jika dijalani di luar operasi Caesar, terdapat 2 jenis prosedur
tubektomi yang bisa dipilih, yaitu laparoskopi dan minilaparotomi.
1) Laparoskopi
Metode ini paling umum dipilih karena prosedur dan masa pemulihannya
yang tergolong cepat. Prosedurnya meliputi:
a) Membuat 1 atau 2 sayatan kecil di dekat pusar.
b) Memompa gas ke dalam perut agar tuba falopi dan rahim terlihat
jelas.
c) Memasukkan laparoskop (tabung kamera mini) ke dalam perut
untuk melihat tuba falopi.
d) Memasukkan alat untuk menutup atau memotong tuba falopi
melalui laparoskop atau sayatan kecil lain.
e) Membakar atau menyumbat tuba falopi.
f) Mengeluarkan laparoskop dan alat lainnya, lalu menjahit sayatan.
2) Minilaparotomi
Metode ini dilakukan melalui sayatan kecil di bawah pusar dan
dianjurkan bagi pasien yang mengalami obesitas, baru menjalani operasi
perut atau panggul, serta pernah mengalami infeksi panggul yang
berdampak pada rahim maupun tuba falopi.
Di samping operasi, tubektomi bisa dilakukan dengan prosedur
histeroskopi. Metode ini dilakukan lewat leher rahim sehingga tidak
membutuhkan operasi dan jarang memerlukan anestesi.
f. Waktu Dilakukan Operasi MOW
1) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional
klien tersebut tidak hamil.
2) Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
3) Pasca persalinan
Minilap: di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
Laparoskopi: tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan.Pasca
keguguran
4) Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik (minilap atau laparoskopi).
5) Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik (minilap saja)
(Arum, 2009)
g. Efek Samping MOW
Efek samping pemakaian kontrasepsi MOW (Medis Operasi Wanita) menurut
Handayani (2010), yaitu:
1) Perubahan-perubahan hormonal
Efek samping kontap wanita pada umpan balik hormonal antara kelenjar
hypofise dan kelenjar gonad ditemukan kadar FSH, LH, dimasukan kedalam
cavum douglas.
2) Pola haid
Pola haid abnormal setelah menggunakan kontap merupakan tanda dari “post
tubal ligation syndrome”.
3) Problem psikologis
Dinegara maju wanita (usia <30 tahun) yang menjalani kontap tidak merasa
puas dibandingkan usia lebih tua dan minta dipulihkan
2. Medis Operatif Pria (MOP)
a. Pengertian
Menurut Handayani (2010), kontrasepsi Mantap Pria/ Vasektomi/
Metode Operatif Pria (MOP) adalah suatu metode kontrasepsi operatif kecil
pada pria yang aman, sederhana, efektif, memakan waktu operasi yang singkat
dan tidak memerlukan anestesi umum.
Vasektomi adalah tindakan mengikat atau memotong saluran
spermatozoid yang berasal dari testis, sehingga semen (air mani) tidak lagi
mengandung spermatozoid (sel kelamin pria). Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa vasektomi adalah operasi kecil mengikat saluran sperma pria sehingga
benih pria tidak mengalir ke dalam air mani pria. Akibat dari pengikatan atau
pemotongan saluran ini, maka sel benih yang diproduksi pada buah zakar tidak
bisa keluar dan terbendung pada saluran benih bagian sisi testis yang diikat.
Dengan kontrasepsi vasektomi, seorang pria tidak bisa lagi menghamili
wanita karena saat ejakulasi air mani pria tidak mengandung sel sperma.
Efek kontrasepsi ini umumnya baru muncul sekitar 3 bulan setelah
operasi vasektomi. Vasektomi bersifat permanen, sehingga efek metode
kontrasepsi ini tidak bisa dihilangkan.
b. Persyaratan
Menurut Anggraeni & Martini (2012), syarat pelaksanaan MOP antara lain:
1) Syarat Sukarela Calon peserta dianggap dapat menerima MOP secara
sukarela jika telah diberikan konseling.
2) Syarat Bahagia
Selain syarat sukarela, calon akseptor MOP juga harus memenuhi syarat
bahagia. Syarat bahagia yang dimaksud adalah sebagai berikut:
 Perkawinan sah dan harmonis.
 Memiliki anak hidup minimal dua orang dengan umur anak terkecil
lebih dari 2 tahun, keadaan fisik dan mental anak sehat.
 Mendapat persetujuan istri.
 Umur istri tidak kurang dari 25 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun.
 Umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun.
3) Syarat Sehat
Syarat kesehatan dilakukan melalui pemeriksaan pra bedah oleh dokter.
c. Indikasi MOP
Indikasi MOP menurut Syaifuddin (2006) yaitu terdiri atas indikasi
medik seperti: kelainan jiwa, kemungkinan kehamilan yang dapat
membahayakan, penyakit keturunan atau ingin membatasi jumlah anak.
Menurut Thomas (2008) indikasi MOP yaitu: keluarga telah lengkap
setelah berumur 30 tahun, kontraindikasi untuk seorang istri hamil atau
intoleran metode kontrasepsi lain, dan ditawarkan pada usia dibawah 30
tahun hanya dalam keadaan sangat khusus.
Menurut Hartanto (2010) yaitu: usia > 26 tahun, paritas > 2 tahun,
yakni telah memenuhi keluarga besar yang sesuai, pada kehamilannya
pasangan menimbulkan risiko kesehatan, paham dan sukarela dengan
prosedur ini.
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2008) indikasi MOP yaitu: umur
minimal 25 tahun dengan 4 anak hidup, umur 30 tahun dengan 3 anak hidup
dan umur 35 tahun dengan 2 anak hidup
d. Kontra Indikasi MOP
Kontrasepsi MOP tidak dianjurkan bagi calon akseptor dengan kondisi
tertentu karena dapat menimbulkan masalah baru. Menurut Anggraeni &
Martini (2012) kontra indikasi kontrasepsi MOP antara lain:
1) Infeksi kulit lokal
2) Infeksi traktus genitalia
3) Kelainan skrotum dan sekitarnya: Varicocle, Hydrocele besar,
Filariasis, luka parut bekas operasi, skrotum yang sangat tebal.
4) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
e. Prosedur MOP
Berikut langkah-langkah prosedur MOP standar:

1) Celana dibuka dan baringkan pasien dengan posisi terlentang.


2) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam bingkai
dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak
merangsang seperti larutan betadin 0,75 atau larutan klorheksidini
(hibiscrub) 4% atau asam pikrat 2%.

3) Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril


berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.

4) Tepat di linea mediana diatas vas deferens, kulit skrotum diberi anastesi
(Prokain atau Lidokain atau Novokain atau Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu
jarum diteruskan masuk dan di daerah distal serta proksimal vas
deferens di deponir lagi masing-masing 0,5 ml.

5) Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm, tepat diatas vas deferens
yang telah ditonjolkan ke permukaan kulit.

6) Setelah kulit dibuka, vasdeferens dipegang dengan klem, disiangi sampai


tampak vas deferens mengkilat seperti mutiara. Kemudian fasia disayat
longitudinal sepanjang 0,5 cm. Usahakan tepi sayatan rata hingga
memudahkan penjahitan kembali. Setelah fasia vas deferens dibuka,
terlihat vas deferens yang berwarna putih mengkilat seperti mutiara.
Selanjutnya vas deferens dan fasianya dibebaskan dengan gunting halus
berujung runcing.

7) Jepitkan vas deferens dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1-2 cm
dan ikat dengan benang kedua ujungnya. Tariklah benang yang
mengkilat kedua ujung vas deferen tersebut untuk melihat kalau ada
perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada titik perdarahan,
jangan terlalu banyak karena dapat menjepit pembuluh darah lain
seperti arteri testikularis atau defernsialis yang berakibat kematian
testis.
8) Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm. Ikatan tidak
boleh terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat
memotong vas deferens.

9) Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan adalah dengan


melakukan interposisi vas deferens, yakni menjahit kembali fasia yang
terluka sedemikian rupa, vas deferens bagian distal (sebelah ureteral
dibenamkan dalam fasia dan vas deferens bagian proksimal (sebelah
testis) terletak diluar fasia.

10) Lakukanlah tindakan langkah 6-9 untuk vas deferens kanan dan kiri,
dan setelah selesai, tutuplah kulit dengan 1-2 jahitan kemudian rawat
luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan
diplester.
f. Komplikasi
Meski jarang terjadi, vasektomi dapat menimbulkan beberapa komplikasi,
seperti
1) Infeksi pada luka bekas sayatan
2) Pengumpulan darah (hematoma) di dalam skrotum
3) Granuloma sperma
4) Testis terasa penuh
5) Nyeri pada testis
g. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi MOP
Setiap calon akseptor berhak mendapatkan informasi tentang MOP,
selain itu juga harus memenuhi beberapa syarat agar tidak menyesal setelah
dilakukan tindakan MOP. Menurut BKKBN (2010), ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi MOP antara lain:
1) Faktor budaya
Faktor budaya disini menyangkut dengan nilai agama, bahwa MOP
dilarang karena penggunaan metode ini dipersepsikan menolak anugerah
dari Tuhan.
2) Faktor pengetahuan Minimnya pengetahuan tentang MOP menyebabkan
jumlah akseptor MOP menempati urutan paling rendah.
3) Faktor kecemasan
Kecemasan disini dipicu oleh kekhawatiran menjadi mandul secara
permanen dan hilangnya kemampuan seksual untuk memenuhi
kebutuhan istri.

4) Faktor biaya
Kekhawatiran membutuhkan biaya yang besar karena kontrasepsi MOP
harus melalui tindakan operasi.
5) Faktor usia
Orang yang usianya lebih dari 50 tahun merasa sudah tua dan jarang
melakukan hubungan seksual dengan istrinya, sehingga mereka merasa
tidak perlu menggunakan kontrasepsi MOP.

Anda mungkin juga menyukai