Anda di halaman 1dari 18

BAB I

Pendahuluan
1. Latar Belakang

KONTRASEPSI mantap berupa tubektomi kerap menjadi momok bagi wanita. Kabarnya,
wanita yang tubektomi akan mengalami risiko disfungsi seksual.
Menurut sebuah studi baru yang okezone lansir dari Health24, wanita yang telah menjalani
sterilisasi untuk mencegah kehamilan, tidak memiliki risiko disfungsi seksual setelah itu.

Para peneliti menemukan fakta bahwa partisipan wanita yang telah menjalankan
prosedur tubektomi menunjukkan risiko rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu.
Bahkan, mereka cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seks daripada wanita lain.

2. Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai KB tubektomi

3. Tujuan

Makalah ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah pelayanan KB

4. Manfaat

Makalah ini dibuat untuk memperluas pengetahuan kita semua (pembaca) mengenai KB
tubektomi yang merupakan metode kotrasepsi mantap wanita. Sehingga diharapkan,dengan
makalah ini, para pembaca dapat mengerti dan paham mengenai metode kontrasepsi ini.

5. Metode

Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode deskripsi, eksposisi, argumentasi dan kajian
pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
Sterisilisasi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang disterilisasi
namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali
menyambung setelah dipotong atau ditutup.

Penelitian menemukan bahwa wanita yang menjalani tubektomi biasanya memberikan


nilai lebih tinggi untuk kehidupan seks mereka. Sebesar 36 persen dilaporkan "sangat tinggi
kepuasan seksualnya”. Kepuasan tersebut hanya dirasakan 30 persen wanita yang tidak
menjalani tubektomi.
Tidak jelas mengapa wanita tubektomi umumnya memiliki fungsi seksual lebih baik. Tapi,
peneliti mencatat bahwa wanita dan pasangannya lebih menikmati seks karena mereka bebas
dari kecemasan atas potensi kehamilan yang tidak direncanakan.

A. PENGERTIAN

Kata tubektomi berasal dari tuba dan


ektomi, tuba = saluran telur wanita ektomi =
membuang / mengangkat. Namun sekarang
definisi ini sudah diperluas dengan
pengertian sterilisasi tuba.

 Tubektomi adalah metode


kontrasepsi permanen di mana saluran tuba
di blokir sehingga sel telur tidak bisa masuk
ke dalam rahim.

 Tubektomi adalah prosedur bedah


sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan)
seseorang perempuan secara permanen

 Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang


hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin
atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan).
Disebut permanen karena metode kontrasepsi ini tidak
dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda ingin punya
anak.

 Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk


menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan
secara permanen (Saifuddin, 2003).

 Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua


saluran telur wanita yang mengakibatkan orang tidak akan
mendapat keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002).

B. CARA

Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm


yang menghubungkan ovarium dengan uterus. Pada saat
ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak
menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang
kemudian melekat di uterus.

Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa ditutup
dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan memotong atau mengikat.
Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan mempergunakan laparoskopi kemudian
menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau dengan memasang ring.

Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu : laparoskopi,
mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC), mini-laparotomi
(operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan merangsang jaringan ikat,
sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan / teknik melalui vagina (sekarang tidak
dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).

Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter dapat


menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa
pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut
untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk
memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian
ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak
menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

C. JENIS
 Minilaparotomi

Sayatan kecil sekitar 3 cm daerah perut bawah (suprapubik)/ subumbilikal (pada


lingkar pusat bawah)

 Laparoskopi (sayatan besar)

D. MEKANISME KERJA

Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum

E. KEUNTUNGAN

 Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
 Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
 Tidak bergantung pada faktor senggama
 Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius
 Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
 Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)

F. KERUGIAN
Kerugiannya, bila situasi Anda berubah dan ingin punya anak, peluang Anda sangat
kecil. Oleh karena itu, pertimbangkan baik-baik bila Anda akan menjalani operasi ini. Jangan
memutuskan ketika Anda sedang kalut atau krisis. Bila Anda memiliki keraguan, diskusikan
dengan dokter dan pasangan Anda.

G. KETERBATASAN
 Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali), kecuali dengan rekanalisasi
 Klien dapat menyesal di kemudian hari
 Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
 Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
 Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses
laparoskopi)
 Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS

H. ISU-ISU KLIEN
 Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
 Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani
oleh klien sebelum prosedur dilakukan

I. EFEK SAMPING

1) Reaksi alergi anestesi

Penanggulangan KIE:

 Menjelaskan sebab terjadinya bahwa adanya reaksi hipersensitif atau alergi


karena masuknya larutan anestesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau
pemberian anestesi lokal yang melebihi dosis

 Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan tindakan operasi baik operasi besar
atau kecil.

2) Infeksi atau abses pada luka

Penanggulangan KIE:

 Menjelaskan sebab terjadinya karena tidak terpenuhinya standar sterilitasi alat


operasi dan pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya teknik perawatan
luka pasca operasi

 Gejala ini umumnya terjadi karena kurang diperhatikannya strerilitas alat dan
ruangan, kurang sempurnanya persiapan operasi teknik dan perawatan luka
pasca operasi

3) Perforasi rahim
Penanggulangan KIE :

 Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan elevator rahim didorong terlalu kuat


kearah yang salah, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang
memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang rumit (biasanya posisi rahim
hiperretrofleksi, adanya perlengketan pada rahim, pasca keguguran)

 Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia

4) Perlukaan kandung kencing

Penanggulangan KIE :

 Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan tidak sempurnanya pengosongan


kandung kencing

 Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia

5) Perlukaan usus
Penanggulangan KIE :

 Menjelaskan sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur, teknik
operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan
anatomi tubuh yang rumit

 Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia

6) Perdarahan mesosalping
Penanggulangan KIE :

 Menjelaskan sebab terjadinya karena terpotongnya pembuluh darah di daerah


mesosalping

J. YANG DAPAT MENJALANI TUBEKTOMI


 Usia >26 tahun
 Paritas>2
 Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
 Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kes yang serius
 Pasca persalinan
 Pasca keguguran
 Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

K. YANG TIDAK BOLEH MENJALANI TUBEKTOMI
(KONTRAINDIKASI)

 Hamil
 Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
 Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
 Tidak boleh menjalani proses pembedahan
 Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
 Belum memberikan persetujuan tertulis
 Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan
paru yang berat
 Jika ada permintaan sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi ada ibu
atau janin maka permintaan tersebut bisa di tolak

L. WAKTU DILAKUKAN
 Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak
hamil
 Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
 Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu,
laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
 Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua
(minilap saja)

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Bahwa tubektomi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang
disterilisasi namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi
wanita kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup. Dengan kategori ;

 Sangat efektif dan mantap


 Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana
 Tidak ada efek samping
 Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan

Keuntungan tubektomi :

 Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
 Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
 Tidak bergantung pada faktor senggama
 Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risik kesehatan yang serius
 Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
 Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)

Kontraindikasi :

 Hamil
 Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
 Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
 Tidak boleh menjalani proses pembedahan
 Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
 Belum memberikan persetujuan tertulis
 Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan
paru yang berat
 Jika ada permintaan sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi pada ibu
atau janin maka permintaan tersebut bisa di tolak
 PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang
 Kontrasepsi mantap berupa tubektomi kerap menjadi momok bagi wanita. Kabarnya,
wanita yang tubektomi akan mengalami risiko disfungsi seksual. Menurut sebuah
studi baru yang okezone lansir dari Health24, wanita yang telah menjalani sterilisasi
untuk mencegah kehamilan, tidak memiliki risiko disfungsi seksual setelah itu. Para
peneliti menemukan fakta bahwa partisipan wanita yang telah menjalankan prosedur
tubektomi menunjukkan risiko rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu.
Bahkan, mereka cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seks daripada wanita
lain.
 Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif
dalam mencegah kehamilan secara permanen. Setelah menjalani tindakan vasektomi,
ada upaya tindak lanjut yang harus dijalani oleh akseptor yaitu perawatan luka
operasi, pencegahan kehamilan dan kunjungan ulang. Tindakan vasektomi
mempunyai efek atau keluhan. Efek atau keluhan yang muncul dapat berupa keluhan
medis, keluhan psikologis dan terjadinya kehamilan. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan upaya tindak lanjut pasca vasektomi dengan timbulnya keluhan
pada akseptor vasektomi.

 B. Tujuan
 1. Untuk mengetahui definisi dan jenis-jenis tubektomi dan vasektomi
 2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tubektomi dan vasektomi
 3. Untuk mengetahui efek samping dari tubektomi dan vasektomi
 4. Untuk mengetahui indikasi dari dilakukannya tubektomi dan vasektomi
 5. Untuk mengetahui kontra indikasi dari dilakukannya tubektomi dan vasektomi

 BAB II
 PEMBAHASAN
 A. Definisi
 1. Kontrasepsi
 Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma
(sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.
 Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
 2. Tubektomy
 Kata tubektomi berasal dari tuba dan ektomi, tuba : saluran telur wanita, ektomi :
membuang / mengangkat. Namun sekarang definisi ini sudah diperluas dengan
pengertian sterilisasi tuba.
 Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen di mana saluran tuba di blokir
sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim. Tubektomi adalah prosedur bedah
sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan secara
permanen (Saifuddin, 2003).
 Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang
memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut
permanen karena metode kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila
kemudian Anda ingin punya anak.
 Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang tidak akan mendapat keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002).
 Tubektomi adalah menutup saluran tuba palopi sehingga tidak perlu memakai alat
kontrasepsi serta dapat menghambat penyakit kebidanan/kandungan.
 3. Vasectomy
 Vasektomi adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong
saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung
spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang
lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di Puskesmas,
tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan
swasta, dan karena tindakan vasektomi murah dan ringan sehingga dapat dilakukan di
lapangan (Siswosudarmo, 2007).
 Vasektomi adalah menutup saluran sperma yang menyalurkan sperma dari pusat
produksinya di testis.

 B. Jenis
 a. Tubektomy
 Minilaparotomi
 Sayatan kecil sekitar 3 cm daerah perut bawah (suprapubik)/ subumbilikal (pada
lingkar pusat bawah)
 Laparoskopi (sayatan besar)
 Pemeriksaan rongga perut dengan peneropongan memakai alat melalui sayatan pada
dinding perut, setelah lebih dahulu dilakukan pengisian dengan udara atau gas ke
dalamnya (KBBI daring).
 b. Vasectomy
 Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)
 Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional)
 Vasektomi semi permanen
 Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa dibuka kembali
untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya
pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan
semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan
menganggap sperma adalah benda asing dan akan menghancurkan benda asing.

 C. Prosedur Kerja
 a. Tubektomy
 1. Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa
ditutup dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan memotong atau
mengikat.
 2. Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan mempergunakan
laparoskopi kemudian menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau dengan
memasang ring.
 3. Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu :
laparoskopi, mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC),
mini-laparotomi (operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan
merangsang jaringan ikat, sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan /
teknik melalui vagina (sekarang tidak dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).
 4. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter dapat
menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop
berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan
kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian
dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung
tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut
laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

 b. Vasectomy
 1. Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga saluran
transportasi sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak bekerja.
Seorang pria yang sudah divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15 cc yang
tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena scrotum yang mengalirkannya
sudah dibikin buntu. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh,
tetapi diserap & dihancurkan oleh tubuh.

 2. Teknik Vasektomi Tanpa Pisau


 a. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
 b. Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih.
 c. Penis diplester ke dinding perut
 d. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri
kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor
(Betadine) atau larutan klorheksidin (Hibis-crub) 4%.
 e. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang
pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
 f. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anestesi local
(Prokain atau Novokain atau Xilokain 1%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk
sejajar vas deferens kearah distal, kemudian dideponair lagi masing-masing 3-4 ml,
prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri.
 g. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di dalam lingkaran
klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan ke bawah
sehingga vas deferens mengarah ke bawah kulit.
 h. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat disebelah
distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut ±
45 derajat.
 i. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit
sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu
dinding vas deferens yang telah telanjang dapat terlihat.
 j. Dengan ujung klem diseksi menghadap kebawah, tusukkan salah satu ujung klem
diputar menghadap keatas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding
anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk
memegang vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem
fiksasi.
 k. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan
pelan-pelan kebawah dengan klem diseksi. Kalau lobang telah cukup luas, lalu klem
diseksi dimasukkan ke lobang tersebut. Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan
paralel dengan arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas
deferens yang bebas. Vas deferens di-crush secara lunak dengan klem diseksi,
sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3 – 0.
 l. Di antara dua ligasi kira-kira 1 – 1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat.
Benang pada putung distal sementara tidak dipotong. Kontrol perdarahan dan
kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum.
 m. Tarik pelan-pelan pada putung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens
dengan klem diseksi dan tutup lobang fasia dengan mengikat sedemikian rupa
sehingga putung bagian epididimis tertutup dan putung distal ada di luar
fasia. Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang, maka
benang yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan dalam skrotum.
 n. Lakukanlah tindakan di atas (langkah 7 – 13) untuk vas deferens sebelah yang
lain, melalui luka di garis tengah yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka kulit
tidak perlu dijahit hanya diaproksimasikan dengan band aid atau tensoplas.

 D. Keuntungan
 a. Tubektomy
 1. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan)
 2. Tidak mempengaruhi proses me nyusui (breastfeeding)
 3. Tidak bergantung pada faktor senggama
 4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius
 5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
 6. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
 7. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)

 b. Vasectomy
 1. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja.
 2. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
 3. Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat
 4. vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam suasana alami (Manuaba, 1998)
 5. Baik yang dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin punya anak.
 6. Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari sterilisasi tubulus.
 7. Laki-laki memiliki kesempatan untuk mengubah kontrasepsi dengan istrinya.
 8. Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati hubungan seksual.

 E. Kerugian
 a. Tubektomy
 1. Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat dipulihkan
kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi
 2. Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode ini. Ini
bisa terjadi jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar mantap memilih
metode ini.
 3. Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah
dilakukan pembedahan
 4. Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum
 5. Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika yang
dilakukan adalah proses laparoskopi
 6. Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

 b. Vasektomy
 1. Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah benar-
benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma.
 2. Masih merupakan tindakan operasi maka pria masih merasa takut.
 3. Beberapa laki-laki takut vasektomi akan mempengaruhi kemampuan seks atau
menyebabkan masalah ereksi.
 4. Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari setelah operasi, rasa
sakit ini biasanya dapat lega oleh konsumsi obat-obatan lembut.
 5. Seringkali harus melakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk mengurangi
pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus memakai celana yang
dapat mendukung skrotum selama 2 hari.
 6. Pasien diminta untuk memakai kondom terlebih dahulu untuk membersihkan
tabung dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui yang steril atau tidak,
pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi.
 7. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual
termasuk HIV.
 8. Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika orang itu masih di bawah usia 25
tahun, telah terjadi perceraian atau anak yang meninggal.
 9. Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan apakah vasektomi dapat
bekerja efektif 100 persen atau tidak. Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk
mrngontrol kesuburan pria namun masih mungkin di jumpai suatu kegagalan.
 10. Vasektomi dianggap gagal bila:
 11. Pada analisis sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau setelah 15 – 20 kali
ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.
 12. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma
 13. Istri ( pasangan ) hamil.

 F. Efek Samping
 a. Tubektomy
 Reaksi alergi anestesi
  Menjelaskan sebab terjadinya bahwa adanya reaksi hipersensitif atau alergi
karena masuknya larutan anestesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau pemberian
anestesi lokal yang melebihi dosis
  Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan tindakan operasi baik operasi besar
atau kecil.
 Infeksi atau abses pada luka
  Menjelaskan sebab terjadinya karena tidak terpenuhinya standar sterilitasi alat
operasi dan pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya teknik perawatan luka
pasca operasi
  Gejala ini umumnya terjadi karena kurang diperhatikannya strerilitas alat dan
ruangan, kurang sempurnanya persiapan operasi teknik dan perawatan luka pasca
operasi
 Perforasi rahim
  Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan elevator rahim didorong terlalu kuat
kearah yang salah, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang
memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang rumit (biasanya posisi rahim
hiperretrofleksi, adanya perlengketan pada rahim, pasca keguguran)
  Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia
 Perlukaan kandung kencing
  Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan tidak sempurnanya pengosongan
kandung kencing
  Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia

 Perlukaan usus
  Menjelaskan sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur, teknik
operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan anatomi
tubuh yang rumit
  Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia
 Perdarahan mesosalping
  Menjelaskan sebab terjadinya karena terpotongnya pembuluh darah di daerah
mesosalping

 b. Vasektomy
  Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya hanya
berlangsung beberapa hari.
  Pembentukan granuloma relatif jarang dan merupakan keluhan yang nantinya
hilang sendiri.
  Infeksi apabila perawatan pasca operasinya tidak bagus.

 G. Indikasi
 1. Usia >26 tahun
 2. Memiliki keturunan > 2
 3. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
 4. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
 5. Pasca persalinan
 6. Pasca keguguran
 7. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini


 H. Kontraindikasi
 a. Tubektomy
 1. Hamil
 2. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
 3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
 4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
 5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
 6. Belum memberikan persetujuan tertulis
 7. Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung
dan paru yang berat
 8. Jika ada permintaan sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi
ada ibu atau janin maka permintaan tersebut bisa di tolak
 b. Vasectomy
 Beberapa hal yanga dapat menimbulkan kontra indikasi dan cara penanganannya:
 1. Perdarahan
Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan pengamatan saja. Bila banyak, hendaknya
dirujuk segera ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Di sini akan dilkukan
operasi kembali dengan anestesi umum, membuka luka, mengeluarkan bekuan-
bekuan darah dan kemudian mencari sumber perdarahan serta menjepit dan
mengikatnya. Setiap keluhan pembengkakan isi skrotum pascavasektomi hendaknya
dicurigai sebagai perdarahan dan dilakukan pemeriksaan yang seksama. Bekuan darah
di dalam skrotum yang tidak dikeluarkan akan mengundang kuman-kuman dan
menimbulkan infeksi.
 2. Hematoma
Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang berlebihan, misal naik sepeda,
duduk terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan sebagainya.
 3. Infeksi
Infeksi pada kulit skrotum cukup dengan mengobati menurut prinsip pengobatan luka
kulit. Apabila basah, dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang). Apabila
kering dengan salep antibiotika. Apabila terjadi infiltrat di dalam kulit skrotum di
tempat vasektomi sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Di sini pasien akan
diistirahatkan dengan berbaring, kompres es pemberian antibiotika, dan analgetika.
 4. Granuloma sperma
 Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau rpidemilis. Gejalanya merupakan
benjolan kenyal dengan kadang – kadang keluhan nyeri. Granuloma sperma dapat
terjadi 1 – 2 minggu setelah vasektomi. Pada keadaan ini dilakukan eksisi granuloma
dan mengikat kembali vas deferens. Terjadi pada 0.1 – 30 % kasus.

 I. Waktu Dilakukan
 Tubektomy
 1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien
tidak hamil
 2. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
 3. Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12
minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
 4. Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua
(minilap saja).

 BAB III
 PENUTUP

 Bahwa tubektomi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang
disterilisasi namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba
falopi wanita kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup. Dengan kategori ;
  Sangat efektif dan mantap Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana
  Tidak ada efek samping
  Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan
  Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)
 Vasektomi merupakan salah satu pilihan alat kontrasepsi untuk pria yang aman dan
tentunya diperuntukan untuk pria yang tidak ingin punya anak. Prosedur yang
dilakukan untuk vasektomi pun sangat aman karena ini adalah operasi kecil.

Anda mungkin juga menyukai