Anda di halaman 1dari 12

A.

Teknik Pengumpulan Data


Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu angket, wawancara, observasi, studi
dokumentasi, dan teknik lainnya.

1. Wawancara
Wawancara atau intreview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari sumber informasi.
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang sebuah variabel, latar belakang, sikap terhadap sesuatu
dan lain sebagainya.
Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D” menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data jika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, atau jika peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari narasumber yang lebih mendalam namun jumlah narasumbernya sedikit.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur.
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan. Pengumpulan data dengan wawancara terstruktur ini, peneliti
dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai narasumber.
b. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur sering
digunakan dalam penelitian pendahuluan, yang mana peneliti berusaha
mendapatkan informasi awal tentang beragai isu atau permasalahan yang ada.
2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan
berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak
hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok
digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia,
proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden
yang kuantitasnya tidak terlalu besar.
Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang
diamati, observasi dapat dibedakan menjadi :
a. Participant observation
Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan
sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
b. Non participant observation
Berlawanan dengan participant observation, non participant observation
merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam
kegiatan atau proses yang sedang diamati. Sebagai contoh, dalam sebuah
lembaga pendidikan seorang peneliti mengamati sebuah proses belajar mengajar
dalam penelitian penggunaan metode pendidikan. Pada waktu itu maka peneliti
harus mencatat dan pada akhirnya memberikan pengamatan.

Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan , observasi juga dibedakan


menjadi dua, yaitu:
a. Observasi Terstruktur
Obserbasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi observasi ini
akan dilakukan apabila telah mengetahui dengan pasti apa yang menjadi
variable dalam penelitian tersebut. Pedoman wawancara terstruktur dapat juga
sebagai pedoman observasi, sehingga dalam observasi tidak perlu repot-repot
untuk membuat lagi pedoman.
b. Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini tidak jauh dari wawancara
tidak terstruktur, intinya berjalan menuju ke lembaga secara langsung sekedar
jalan-jalan namun sambil mengamati

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan
masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah:
a. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat
struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll.
b. Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-
bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema,
krepitasi (patah/retak tulang), dll.
c. Auskultasi
ssAdalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan
adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
d. Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh
menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui
reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain yang
berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya: kembung, batas-batas jantung,
batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.

Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :


a. Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke
kaki. Mulai dari : keadaanumum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,
punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
b. ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan
umum, tanda vital, sistempernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan,
sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistemmuskuloskeletal dan integumen,
sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untukmenentukan
sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
c. Pola fungsi kesehatan Gordon
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi
kesehatan danmemfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi :
persepsi kesehatan-penatalaksanaankesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola
eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan,
aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress,
nilai-pola keyakinan.
d. DOENGOES
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan
cairan, hygiene, neurosensori, nyeri/ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan,
seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan/ pembelajaran.

4. Studi Dokumentasi
Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung
kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang
meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:
a. Dokumen primer
Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung
mengalami suatu peristiwa, misalnya: autobiografi
b. Dokumen sekunder
Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/
cerita orang lain, misalnya: biografi.

B. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengukur data yang
hendak dikumpulkan. Instrumen pengumpulan data ini pada dasarnya tidak terlepas dari
metode pengumpulan data. Bila metode pengumpulan datanya adalah depth interview
(wawancara mendalam), instrumennya adalah pedoman wawancara terbuka/tidak
terstruktur. Bila metode pengumpulan datanya observasi/pengamatan, instrumennya
adalah pedoman observasi atau pedoman pengamatan terbuka/tidak terstruktur.
Begitupun bila metode pengumpulan datanya adalah dokumentasi, instrumennya adalah
format pustaka atau format dokumen.
1. Bentuk Instrumen Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat
digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari
subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal ter terdiri atas
butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.
Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapatt beberapa macam tes, yaitu:
a. Tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap kepribadian
seseoranng yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan,
bakat khusus, dan sebagainya
b. Tes bakat atau aptitude test, tes ini digunkan untuk mengetahui bakat seseorang.
c. Tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat
intelektual seseorang.
d. Tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap oranng
dalam menghadapi suatu kondisi,
e. Tes minat atau measures of interest, ditunjukan untuk menggali minat seseorang
terhadap sesuatu,
f. Tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui pencapaian
sesorang setelah dia mempelajari sesuatu.
2. Bentuk Instrumen Interview
Suatu bentuk dialaog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh
informasi dari responden dinamakan interview. Instrumennya dinamakan pedoman
wawancara atau interview guide.
3. Bentuk Instrumen Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagi pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data.
Observasi merupakan pengamatan langsunng dengan menggunakan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen
yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner,
rekaman gambar, dan rekaman suara.
4. Bentuk Instrumen Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi
yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list
yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antar
kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada
pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom
gejala, sedangkan check-list, peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan
gejala.

C. Pengembangan Kuisioner
Penelitian yang baik menggunakan intrumen yang baik pula. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah instrumen yang sudah dibakukan maupun instrumen yang
dibuatan oleh peneliti. Khususnya penelitian pendidikan yang ada dan sudah baku tapi
sulit untuk ditemukan, untuk itu peneliti dituntut mampu membuat instrumen yang akan
digunakan untuk penelitian. Instrumen penelitian disusun dari variabel-variabel yang
hendak diteliti. Variabel diukur menggunakan alat atau instrumen yang relevan dengan
variabel penelitian.
Variabel yang menjadi acuan penelitian diberikan pengertian operasional kemudian
selanjutnya dientukan indikator yang akan di ukur. Dari indikator ini kemudian
dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.
Angket (kuisioner) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak
langsung (Nana, 2013), yakni peneliti secara tidak langsung bertanya jawab dengan
responden. Furchan (1982) mengemukakan bahwa angket adalah kumpulan pertanyaan
tertulis yang diberikan kepada subyek. Dalam pendidikan jasmani dan olahraga angket
juga digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang sesuatu
yang akan diteliti (Winarno, 2011).
Teknik pengumpulan data menggunakan angket atau kuesioner mempunyai banyak
kebaikan. Peneliti akan memiliki kuesioner yang baik apa bila cara dan pengadaan
kuesioner mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam penelitian. Ada beberapa
prosedur penyusunan kuesioner menurut Winarno (2011) diantaranya sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesefik dan tunggal
4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus menentukan teknik
analisisnya.

Untuk mengembangkan intrumen penelitian maka peneliti harus jeli kepada apa
yang menjadi sorotan penelitian yakni variabel judul menjadi pusat perhatian. Variabel
penelitian kemudian didefinisikan dan kemudian menjadi indikator-indikator. Indikator
ini dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan atau pertanyaan. Untuk menetapkan
indikator dari setiap variabel yang diteliti diperlukan wawasan yang luas dan mendalam
tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Kecermatan untuk
penggunaan teori harus secermat mungkin guna memperoleh indikator yang valid.

Sebelum instrumen penelitian disusun perlu dibuat dulu kisi-kisi instrumen tersebut.
Setiap variabel atau sub-variabel dirincikan menjadi deskripsi keadaan, kegiatan atau
prilaku yang dapat diukur. Untuk memudahkan penyusunan instrumen yang akan
dikembangkan maka perlu digunakan metrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi
instrumen (Sugiyono, 2012). Rincian variabel diambil dari definisi operasional, definisi
operasional adalah suatu rumusan yang menggambarkan keadaan, kegiatan atau perilaku
yang dapat diukur.

Penyusunan kisi-kisi instrumen menurut Nana (2013) minimal memuat tiga


komponen, yaitu : variabel atau aspek yang akan diukur/dihimpun datanya, teknik
pengumpulan data, dan sumber data atau responden. Jika varaibel atau aspeknya cukup
luas maka perlu dibagi atau di uraikan menjadi sub-variabel. Setiap variabel atau sub-
variabel dirinci menjadi menjadi deskripsi keadaan, kegiatan atau prilaku yang dapt
diukur. Kalu instrumennya bersifat mengukur maka perlu dicantumkan kruteria
peguasaannya.

D. Merancang Kuisioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk
memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau
dengan mengajukan pertanyaan. Sebuah kuesioner memberikan suatu kerangka dimana
pewancara dapat mencatat jawaban, tanpa kuesioner wawancara tidak akan teratur.
Bagian pengolahan data menggunakan kuesioner yang telah diisi untuk membuat analisis
jawaban.
1. Tetapkan Informasi Yang Ingin Diketahui
a. Pastikan bahwa anda mempunyai pemahaman yang baik tentang suatu isu dan
apa yang ingin anda ketahui (kecuali untuk belajar). Susunlah pertanyaan riset
anda sedemikian rupa, tetapi jangan mengulang pertanyaan-pertanyaan yang
sudah ada dalam kuesioner pada waktu ini.
b. Buatlah daftar pertanyaan riset anda. Review pertanyaan itu secara periodik
ketika anda sedang menyusun kuesioner.
c. Gunakan tabel contoh atau dummy ketika melakukan analisis data guna
menentukan pertanyaan yang akan dicantumkan dalam kuesioner.
d. Langkah pencarian atas pertanyaan mengenai isu-isu yang ada.
e. Revisilah pertanyaan tentang isu-isu yang ada, dan susunlah pertanyaan baru
mengenai isu yang akan anda bahas dalam riset.
2. Tentukan Jenis Kuesioner dan Metode Administrasinya
a. Gunakan jenis data yang dikumpulkan sebagai dasar untuk memutuskan jenis
kuesioner.
b. Gunakan tingkat struktur dan samaran serta faktor biaya untuk menentukan
metode administrasinya.
c. Bandingkan kemampuan dan keterbatasan utama dari setiap metode
administrasinya, serta nilailah data yang dikumpulkan oleh masing-masing
metode untuk keperluan survei.
3. Tentukan Isi dari Masing-masing Pertanyaan
a. Untuk setiap pertanyaan riset yang diajukan kepada anda sendiri, “Mengapa
saya ingin mengetahui hal ini ?” jawabannya harus dapat membantu riset anda.
“Hal itu penting untuk diketahui” adalah bukan suatu jawaban yang dapat
diterima.
b. Pastikan bahwa setiap pertanyaan adalah penting dan hanya berkaitan dengan
isu-isu yang penting.
c. Tanyakan pada diri anda sendiri apakah pertanyaannya berlaku untuk semua
responden: ya : atau suatu ketentuan harus dibuat untuk mengabaikannya.
d. Pecahlah satu pertanyaan yang dapat dijawab dari kerangka referensi yang
berbeda menjadi pertanyaan-pertanyaan terpisah, yang mencerminkan kerangka
acuan atau referensi yang mungkin digunakan.
e. Tanyakan pada diri anda sendiri apakah responden mempunyai informasi
tentang, dan dapat mengingat, isu-isu yang disampaikan dalam pertanyaan.
f. Tentukan periode waktu pertanyaan berkaitan dengan signifikansi topik.
Gunakan teknik-teknik aided-recall seperti buku harian atau catatan tertulis.
g. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan upaya ekstra, yang
mempunyai jawaban yang sulit untuk diutarakan dengan baik, dan yang
berhubungan dengan isu-isu yang mengancam atau memalukan.
4. Tentukan Bentuk Respons atas Setiap Pertanyaan
a. Tentukan mana jenis pertanyaan open-ended, dichotomous, atau pilihan ganda
yang menyediakan data yang sesuai dengan informasi yang diperlukan proyek.
b. Gunakan pertanyaan terstruktur bila memungkinkan.
c. Gunakan pertanyaan terbuka atau open-ended yang hanya memerlukan jawaban
singkat untuk mengawali suatu kuesioner.
d. Cobalah untuk mengubah pertanyaan open-ended atau terbuka menjadi
pertanyaan dengan respons tetap guna mengurangi beban kerja responden dan
upaya pengkodean pada studi deskriptif serta kausal.
e. Jika pertanyaan terbuka dinilai penting, maka buatlah pertanyaan-pertanyaan
langsung secukupnya untuk memberikan para responden kerangka acuan atau
referensi ketika menjawab.
f. Apabila menggunakan pertanyaan dichotomous, nyatakan sisi negatif atau
alternatif secara rinci.
g. Menyediakan jawaban “tidak tahu“, “tiada pendapat“ dan “keduanya“.
h. Menyadari bahwa mungkin ada responden yang bersikap netral.
i. Sensitif terhadap “ kehalusan“ dan “kekasaran“ alternatif.
j. Apabila menggunakan pertanyaan pilihan berganda, pastikan pilihannya
lengkap serta bersifat mutually exclusive, dan jika kombinasi keduanya
memungkinkan , maka masukkan.
k. Pastikan kisaran alternatifnya jelas dan semua jawaban alternatifnya yang
masuk akal telah dimasukkan.
l. Jika respons yang mungkin sangat banyak, maka pertimbangkan dengan
menggunakan lebih dari satu pertanyaan untuk mengurangi informasi yang
berlebihan.
m. Apabila menggunakan pertanyaan dichotomous atau pilihan berganda, maka
gunakan prosedur split-ballot untuk mengurangi bias urutan.
n. Tunjukkan apakah item-item telah diberi peringkat atau hanya satu item yang
ada pada daftar yang akan dipilih.
5. Tentukan Kata-Kata yang Digunakan untuk Setiap Pertanyaan
a. Gunakan kata-kata yang sederhana.
b. Hindari kata-kata dan pertanyaan yang bermakna ganda.
c. Hindari pertanyaan yang mengandung jawabannya atau menuntun.
d. Hindari alternatif implisit.
e. Hindari asumsi-asumsi implisit.
f. Hindari generalisasi dan estimasi.
g. Gunakan kalimat-kalimat yang sederhana dan hindari kalimat-kalimat yang
sama.
h. Ubahlah kalimat dengan kata-kata yang panjang dan tanggung atau frasa-frasa
yang pendek.
i. Hindari pertanyaan double-barreled.
j. Buatlah setiap pertanyaan sespesifik mungkin.
6. Tentukan Urutan Pertanyaan
a. Gunakan pertanyaan yang sederhana dan menarik sebagai pembuka.
b. Gunakan pendekatan corong, dengan pertama kali mengajukan pertanyaan yang
bersifat umum, baru kemudian yang bersifat khusus.
c. Ajukan pertanyaan yang sulit atau sensitif pada bagian akhir kuesioner, ketika
hubungan yang baik telah terjalin.
d. Ikuti urutan kronologis ketika mengumpulkan informasi historis.
e. Jawablah pertanyaan mengenai suatu topik sebelum melangkah ke pertanyaan
selanjutnya.
f. Susunlah suatu bagan arus apabila pertanyaan bercabang digunakan.
g. Ajukan pertanyaan saringan sebelum mengajukan pertanyaan yang terinci.
h. Ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang demografi terakhir sehingga jika
responden menolak menjawabnya, data yang lain masih dapat digunakan.
7. Tentukan Karakteristik Fisik Kuesioner
a. Buatlah kuesioner dengan profesional dan secara relatif mudah dijawab.
b. Gunakan kertas dan cetakan yang berkualitas, jangan menggunakan kuesioner
yang difotokopi.
c. Upayakan untuk membuat kuesioner sesingkat mungkin dan hindari kuesioner
yang terlalu padat.
d. Gunakan format buku kecil untuk memudahkan analisis dan mencegah
halaman-halaman yang hilang.
e. Cantumkan nama organisasi yang melakukan survei pada halaman pertama.
f. Berilah nomor pertanyaan untuk memudahkan pemrosesan data.
g. Jika responden harus melewati lebih dari satu pertanyaan, gunakan “go to“.
h. Jika responden harus melewati seluruh bagian, maka gunakan kode warna pada
bagian-bagian tertentu.
i. Nyatakan bagaimana respons akan dilaporkan, seperti memberi tanda check
mark, nomor, lingkaran, dan lain sebagainya.
8. Uji Kembali Langkah 1 Sampai 7 dan Lakukan Perubahan Jika Perlu
a. Periksa beberapa kata dari setiap pertanyaan untuk memastikan bahwa
pertanyaan itu tidak membingungkan, bermakna ganda, bersifat menyerang ,
atau mengandung jawabannya (menuntun).
b. Mintalah evaluasi dari teman sebaya anda mengenai draft kuesioner.
9. Lakukan Uji Awal atas Kuesioner dan Lakukan Perubahan Jika Perlu
a. Lakukan uji awal atas kuesioner pertama melalui wawancara pribadi diantara
para responden seperti yang digunakan dalam studi aktual.
b. Mintalah komentar dari para pewawancara dan responden untuk menemukan
setiap masalah dalam kuesioner, dan revisi kuesioner tersebut jika perlu.
Apabila revisinya adalah substansi, ulangi langkah 1 dan 2 dari 9 langkah.
c. Lakukan uji awal atas kuesioner melalui pos atau telepon untuk mengungkapkan
masalah-masalah unik pada mode administrasinya.
d. Berilah kode dan buatlah tabulasi atas respons uji awal dalam tabel contoh
atau dummy untuk menentukan apakah pertanyaan-pertanyaan menyediakan
informasi yang memadai.
e. Eliminasi pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyediakan informasi yang
memadai , dan revisilah pertanyaan yang menimbulkan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
https://yenibeth.wordpress.com/2008/05/31/pengkajian-keperawatan-3/

http://belajaraskep.blogspot.com/2012/02/metode-pengumpulan-data-pengkajian.html

https://www.academia.edu/9922424/Pengumpulan_Data_dalam_Keperawatan

http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/metode-pengumpulan-data-dalam-penelitian

https://www.academia.edu/29878762/Teknik_Pengumpulan_Data

https://www.academia.edu/25309659/Teknik_Pengumpulan_Data_dan_Instrumen_Penelitian_Kuali
tatif

https://www.academia.edu/18322425/Pengembangan_angket_penelitian

Anda mungkin juga menyukai