Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN KATARAK SINILIS MATUR

Dosen Pembimbing :
Ns. Mashudi, S.Kep, M.Kep

Nurul Hidayah
NIM. PO71202200011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata memiliki fungsi utama sebagai indra pengelihatan yang juga berperan dalam
meningkatkan estetika fisik individu. Organ ini terdiri dari beberapa bagian, yang secara
fisiologisnya dibagi menjadi rongga orbita, bola mata, dan adneksa yang terdiri atas kelopak
mata dan sistem air mata (sistem lakrimal). Masingmasing bagian ini saling bersinergi
sehingga individu dapat melihat. Adanya kerusakan pada salah satu bagian mata dapat
menyebabkan. penurunan fungsi mata yang akan mengganggu aktivitas seseorang dalam
kesehariannya.
Salah satu bagian mata yang penting adalah lensa. Lensa mata merupakan struktur
globular yang transparan, terletak di belakang iris, di depan badan kaca. Bagian depan
ditutupi kapsul anterior dan bagian belakang oleh kapsul posterior. Lensa memiliki fungsi
dalam refraksi yaitu untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning dan juga berfungsi dalam
akomodasi mata, untuk melihat objek dekat maka lensa akan menjadi cembung. Terdapat
beberapa keadaan patologis yang dapat terjadi pada lensa, salah satunya adalah katarak.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang mencegah terbentuknya pengelihatan
yang jelas. Walaupun sebagian besar kasus katarak disebabkan oleh proses penuaan,
terkadang katarak bisa ditemukan pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut, atau
katarak dapat terjadi setelah adanya cidera pada mata, inflamasi, maupun penyakit mata
lainnya

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pada klien katarak sinilis matur ?

A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada klien. katarak sinilis matur
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep katarak sinilis matur
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan katarak sinilis matur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Katarak Sinilis Matur


1. Pengertian
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak
berasal dari Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya
merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga
memberikan gambaran area berawan atau putih. Katarak senilis merupakan tipe katarak
didapat yang timbul karena proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50
tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya
mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu.

2. Etiologi
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata
menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti
merokok, paparan sinar uv yang tinggi, alkohol, defisiensi vit e, radang menahun dalam
bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal. Cedera pada mata
seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak
lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak. Katarak juga dapat terjadi pada bayi
dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat
adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi
sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.

3. Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah
di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan 3 pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke
dalamlensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi
lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Komposisi lensa sebagian besar
berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin α dan β adalah chaperon, yang merupakan
heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal dan
mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa
orangdewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang
rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
a. Katarak senilis kortikal
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan asam
ino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium meningkat. Hal ini menyebabkan
lensa memasuki keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein. Pada katarak
senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut:
1) Derajat separasi lamellar
Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat
diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.
2) Katarak insipient
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya area yang
jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral
(kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform).
3) Katarak imatu
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume lensa
dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang
degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.
4) Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa. Deposisi ion
Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus
berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.
5) Katarak hipermatu
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan
keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.
6) Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa menggenang
bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan
hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.

2. Katarak senilis nuclear


Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi keras
dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui
proses sklerotik, dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang
mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar
cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer.
Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran
nucleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit
pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).
4. Pathway katarak

Usia lanjut dan proses Traumatik atau cedera Penyakit metabolik


penuaan Kongenital. pada mata (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg


memanjang dari badan silier kesekitar daerah lensa)

Hilangnya tranparansi lensa


Kurang terpapar
terhadap informasi
Resiko Cedera
Perubahan kimia dlm protein lensa tentang prosedur
tindakan pembedahan

koagulasi
Gangguan
penerimaan
CEMAS
sensori/status Terputusnya protein lensa disertai influks
organ indera air kedalam lensa

Usia meningkat Tidak mengenal Kurang


sumber pengetahuan
Menurunnya
informasi
ketajaman Penurunan enzim menurun
penglihatan
Resiko Cedera
Degenerasi pada lensa

KATARAK
Gangguan persepsi Mata ditutup beberapa hari dan
sensori-perseptual menggunakan kacamata
penglihatan mengaburkan pandangan

prosedur invasif
Post op pengangkatan katarak

Nyeri
Resiko tinggi terhadap
infeksi
5. Tanda dan Gejala
a. Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran
secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
b. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan
katarak senilis.
c. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika
endekat ke lampu pada malam hari.
d. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa
yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien
presbiop melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang
membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas,
perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior
atau anterior.
e. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada
bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari
lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan
diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa
kontak
f. Noda, berkabut pada lapangan pandang.
g. Ukuran kaca mata sering berubah.

6. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak
mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula
pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang
menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C
dan vitamin E. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode
yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi
IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut
ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak
yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
a. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dIpindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak
boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pem
b.bedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. Extra
Capsular Cataract Extraction (ECCE) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana
dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder
lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolapse badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami
prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid
macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
c. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.
Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2- 3mm) di kornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi
limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun
sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan
melalui incisi kecil seperti itu.
d. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
sembuh dan murah. Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka
penderita memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan
cara sebagai berikut:
1) kacamata afakia yang tebal lensanya
2) lensa kontak
3) lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada
saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat

7. Komplikasi
a. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam
luka serta retinal light toxicity
b. Komplikasi dini pasca operatif
1) COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang
keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma
dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan
daerah sentral yang bersih paling sering)
2) Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
3) Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak
sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
4) Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
c. Komplikasi lambat pasca operatif
1) Ablasio retina
2) Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah yang
terperangkap dalam kantong kapsuler
3) Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa
intraokuler, jarang terjadi

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klin. Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar terang
menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan
perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea
berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair (glaukoma
kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala 
(glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,
gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh
peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien yang mengalami katarak adalah:
a. Hambatan berjalan berhubungan dengan adanya gangguan penglihatan (katarak)
b. Risiko jatuh dengan faktor risiko fisiologis: kesulitan melihat (katarak)
c. Risiko trauma dengan faktor risiko penglihatan yang buruk (katarak)
d. Ansietas berhubungan dengan stress situasional akibat prosedur medi
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Hambatan berjalan Hambatan NOC: NIC: Fall prevention


(00088) berjalan 1. Mengetahui kebiasaan-kebiasaan klien
berhubungan akan dapat Fall prevention 1. Identifikasi kebiasaan dan
behaviour yang berpotensi mengakibatkan jatuh pada
dengan adanya dikontrol faktor-faktor yang
klien
gangguan oleh klien Indikator: mengakibatkan risiko jatuh
penglihatan setelah 2. Mengetahui penyebab jatuh klien agar
a. Penggunaan 2. Kaji riwayat jatuh pada klien
(katarak) diberikan untuk selanjutnya dapat dihindari
intervensi alat bantu dan keluarga
3. Memodifikasi lingkungan yang berisiko
keperawata
dengan benar menyebabkan jatuh klien
n selama 3. Identifikasi karakteristik
1x24 jam b. Tidak ada
lingkungan yang dapat
penggunaan
meningkatkan terjadinya 4. Membantu klien untuk berjalan, agar
karpet
risiko jatuh (lantai licin) dapat menghindari benda yang
c. Hindari
4. Sediakan alat bantu (tongkat, menghalangi klien ketika berjalan
barang-
walker) 5. Agar klien dapat menggunakan alat bantu
barang
berserakan di 5. Ajarkan cara penggunaan dengan tepat

lantai 6. Bantuan dibutuhkan klien untuk


alat bantu (tongkat atau
melakukan mobilitas karena terganggunya
walker)
penglihatan klien karena katarak
6. Instruksikan pada klien
7. Lantai rumah yang licin dapat
untuk meminta bantuan
mengakibatkan klien tergelincir dan jatuh
ketika melakukan
perpindahan, joka diperlukan 8. Keluarga juga harus berperan serta dalam
7. Ajarkan pada keluarga untuk meminimalkan risiko terjadinya jatuh pada
menyediakan lantai rumah klien
yang tidak licin
8. Ajarkan pada keluarga untuk
meminimalkan risiko
terjadinya jatuh pada pasien
2. Ansietas Ansietas NIC: Anxiety NIC: Anxiety reduction
berhubungan klien self control 1. Agar klien dapat memperoleh informasi
dengan stress berkurang 1. Berikan informasi faktual
Indikator: yang sesuai fakta
situasional akibat setelah meliputi dignosa, prognosis,
prosedur medis dilakukan 1. mencari dan terapi sesuai kondisi 2. Pendampingan bertujuan agar klien tidak
perawatan
informasi klien merasa sendiri sehingga menimbulkan
1x24 jam
untuk 2. Dampingi klien untuk ketakutan
mengurangi mengurangi ketakutan klien 3. Respon kecemasan digunakan untuk
ansietas mengetahui adanya perubahan emosi pada
2. menggunaka 3. Kaji respon kecemasan
klien
n koping verbal maupun non verbal
4. Komunikasi terapeutik untuk membina
yang efektif klien
hubungan saling percaya dan mengurangi
3. mengontrol kecemasan klien akan terapi
4. Gunakan komunikasi
respon
terapeutik dan pendekatan 5. Terapi non farmakologis digunakan untuk
ansietas membuat klien nyaman sekaligus
yang baik pada klien
4. menggunaka
n teknik mengurangi kecemasan yang dialami klien
relaksasi 5. Berikan terapi 6. Obat-obatan digunakan jika kecemasan
untuk nonfarmakologis untuk klien meningkat dan mengganggu
mengurani mengurangi ansietas klien kehidupan klien.
ansietas
6. Kolaborasi dengan tim medis
terkait pemberian obat untuk
menurunkan kecemasan
klien
BAB III

TINJAUAN KASUS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
JURUSAN KEPERAWATAN
JL. Dr. Tazar No.05 Buluran Kenali Telanaipura Jambi Telp (0741)65816

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal/ jam masuk RS : 27 Agustus 2012/ 08.00 WIB


Ruang : -
No. Register : 32165
Diagnosa Medis : Katarak Senil Matur
Tanggal Pengkajian : 27 Agustus 2012

IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. R Suami/Isteri/Ortu : Isteri
Umur : 50 th Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : IRT
Agama : Islam Alamat : Kekalik Gerisak
Suku/ bangsa : Sasak
Bahasa : Melayu. Penanggung : Isteri
Jawab
Pendidikan : SD Nama : Ny. S
Pekerjaan : Petani. Alamat : Kekalik Gerisak
Status : Menikah
Alamat : Kekalik Gerisak

KELUHAN UTAMA
Pandangan kabur pada mata sebelah kiri seperti tertutup kabut asap
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan padangan kabur pada mata sebelah kiri seperti tertutup kabut,
keluhan ini sudah klien rasakan sejak 9 tahun yang lalu, pasien juga mengatakan perlahan lahan
matanya terasa memberat dan mengganggu aktivitas, silau jika melihat sinar dan sakit kepala

Upaya yang telah dilakukan : Tidak Ada

Terapi yang telah diberikan : Tidak Ada

RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pernah operasi katarak 9 tahun yang lalu

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Tidak ada yang menderita penyaki seperti klien
Genogram :

KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT


Tidak Ada
POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Klien mengatakan ketika sakit ia berobat ke puskesmas atau pelayanan kesehtan terdekat
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien makanan : frekuensi 3x sehari
Klien minum : 4 - 6 gelas / Hari
Pola eliminasi
Pola eliminasi Eliminasi Buang Air Besar (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) tidak ada
perubahan yaitu Frekuensi BAK : 4 -6 x sehari dan BAB : 1 x sehari

4. Pola aktivitas
Normoaktif
5. Pola istirahat tidur
Klien mengatakan ia mulai tidur pada pukul 22.00 dan bangun pada pukul 05.00
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Klien mnegtakan mersa sedih terhadap kondisinya karena ia tidak dapat melihat dengan jelas dan
klien mengatakan susah dalam melakukan kegitann sehari hari
7. Pola konsep diri
Pasien mengatakan terkadang merasa sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa
8. Pola hubungan peran
Klien mengatakan hubungan natra issteri dan anak- anaknya baik dan klien juga berhubungan
baik dengan tetangga- tetangganya
9. Pola fungsi seksual-seksualitas
Pasien mengatakan mempunyai 3 orang anak dan selama berkeluarga tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi
10. Pola mekanisme koping
Pasien selalu terbuka atas segala masalah pasrah kepada petugas kesehatan dan juga menyerahkan
kesembuhannya pada Tuhan Yang Maha Esa
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien sering mengikuti pengajian di mushola di tempat tinggalnya sekarang hanya bisa berdoa
sambil tiduran di tempat tidur

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/ penampilan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis GCS : 15
BB sebelum sakit : 68 Kg TB : 170 cm
BB saat ini : 66 Kg
BB ideal :
Perkembangan BB :
Status gizi :
Status Hidrasi :

Tanda-tanda vital :
TD : 150/90 mmHg Suhu : 36,2 0C
N : 92 x/mnt RR : 24 x/mnt

2. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada luka atau cedera kepala dan kulit kepala tidak ada kotoran atau
bersih.
Mata : visus mata kanan : 3/60 sc, visus mata kiri : 1/300 sc
3. Leher
Kelenjar getah bening, dan tekanan vena jugularis tak ada kelainan (tidak mengalami
pembesaran), tidak ada kaku kuduk.
4. Thorak (dada)
Inspeksi : simetris, pengembangan dada optimal, frekuensi pernapasan 24 x/menit. Palpasi :
hangat, ada vokal fremitus, ekspansi paru pada inspirasi dan ekspirasi maksimal. Perkusi : tidak
ada penumpukan sekret, tidak ada hiperresonan dan bunyi konsolidasi. Auskultasi : tidak ada
ronchii, ataupun wheezing.
5. Abdomen
Inspeksi : tidak ada massa, abdomen simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi vena ataupun
kemerahan. Palpasi : tidak ada spasme abdomen, tidak ada nyeri tekanan lepas. Perkusi : tidak
ada distensi kandung kemih, ataupun lambung/saluran cerna. Auskultasi : bising usus normal (15
X/menit).
6. Tulang belakang
Tidak dikaji
7. Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan kanan. Kekuatan cukup, dimana mampu membolak – balikan
tangan dan menggerakan kakinya.
8. Genitalia dan anus
Tidak dikaji
9. Pemriksaan neurologis
Tidak dikaji
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Tidak ada

2. Radiologi
Tidak ada

3. Lain-lain
TERAPI
1. Oral
Tidak ada

2. Parenteral

Tidak ada

3. Lain-lain
.............................................................................................................................................................
.......
.............................................................................................................................................................
.......
.............................................................................................................................................................
.......
.............................................................................................................................................................
.......

Jambi, 27 Agustus 2012


Mahasiswa

Nurul Hidayah
NIM. PO71202200011
ANALISA DATA

N KEMUNGKINAN
DATA MASALAH
O PENYEBAB

1 Data Subjektif: gangguan pengelihatan Gangguan


- Klien mengatakan padangan persepsi sensori
kabur pada mata sebelah kiri
- Mata terasa berat

Data Objektif:
- Bola mata tampak keruh
- Visus mata sebelah kiri
1/300 sc

2 Data Subjektif: gangguan pengelihatan Risiko jatuh


- Klien mengatakan padangan
kabur pada mata sebelah kiri
- Mata terasa berat dan
mengganggu aktivitas

Data Objektif:
- Bola mata tampak keruh
- Visus mata sebelah kiri
1/300 sc
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama/TTD

1 27-08-2012 Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pengelihatan Nurul


Klien mengatakan padangan kabur pada mata sebelah
09.00 kiri, Mata terasa berat, Bola mata tampak keruh, Visus
mata sebelah kiri 1/300 sc

2 17-12-2020 Resiko jatuh b.d gangguan pengelihatan d.d Klien Nurul


mengatakan padangan kabur pada mata sebelah kiri,
09.00 Mata terasa berat dan mengganggu aktivitas, Bola mata
tampak keruh, Visus mata sebelah kiri 1/300 sc
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnose
Tujuan Intervensi
Keperawatan

Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan 1. kaji ketajaman penglihatan


sensori b.gangguan keperawatan 3 x 24 jam klien klien
pengelihatan mampu beradaptasi dengan 2. orientasikan klien
perubahan dengan kriteria hasil : terhadap lingkungan
1. lapang pandang normal 3. Beritahu klien untuk
2. tajam penglihatan baik mengoptimalkan alat
3. mata tidak buram pandangan indera yang lain
kembali normal dan tidak 4. Libatkan orang terekat
melihat bayangan asap dalam perawatan dan
aktivitas

Resiko jatuh b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebutuhan


trauma mata keperawatan 3 x 24 jam klien tidak
keamanan klien
mengalami resiko jatuh dengan
kriteria hasil : berdasarkan fungsi fisik
1. Tidak ada kejadian jatu dan kognitif serta riwayat
2. Adanya peningkatan perilaku di masa alalu
pemahaman pencegahan jatuh
2. Identifikasi hal-hal yang
membahayakan di
lingkungan
3. Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bahaya dan resiko
4. dekatkan barang-barang
yang dibutuhkan klien
5. Gunakan peralatan
perlindungan (missal
pegangan pada sisi, kunci
pintu, pagar, dll)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnose
Implementasi Evaluasi
Keperawatan

Gangguan persepsi 1. Mengkaji ketajaman penglihatan S : Klien mengatakan


sensori b.d klien pandangan masih kabur
gangguan 2. Mengorientasikan klien
pengelihatan O : Klien nampak kesulitan
terhadap lingkungan beraktivitas
3. Memberitahu klien untuk
mengoptimalkan alat indera A : Masalah belum teratasi
yang lain P : Lanjutkan intervensi
4. Melibatkan orang terekat dalam
perawatan dan aktivitas

Resiko jatuh b.d 1. Mengidentifikasi hal-hal yang S: klien mengatakan


gangguan padangan masih kabur
membahayakan di lingkungan
pengelihatan seperti tertutup kabut
2. Memodifikasi lingkungan untuk asap
meminimalkan bahaya dan O : Klien mengatakan
resiko sudah jarang terjatuh

3. mendekatkan barang-barang yang A : Masalah teratasi


dibutuhkan klien sebagian
4. menggunakan peralatan
P : Lanjutkan intervensi
perlindungan (missal pegangan
pada sisi, kunci pintu, pagar, dll)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak disebabkan oleh
faktor usia, penyakit (seperti diabetes), cidera mata, obat-obatan, radiasi dan bisa juga secara
kongenitalis, yaitu ditemukan pada bayi ketika lahir. Katarak yang disebabkan oleh usia
disebut katarak senile, katarak ini mempunyai 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumessen,
matur dan hipermatur.

Pada penderita katarak penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur
atau buram, bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap, mata
juga akan kesulitan melihat ketika malam hari dan terasa sensitif bila terkena cahaya.

Untuk mengobati katarak dapat dengan terapi pencegahan seperti mengurangi


terpaparnya mata terhadap sinar ultraviolet, menggunakan pelindung mata dari hal yang
berpotensi menyebabkan kerusakan mata, mengobati penyakit-penyakit sistemik yang
menjadi faktor resiko mempercepat terjadinya katarak. Tindakan operasi dapat dilakukan jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis.

B. Saran

Meskipun katarak banyak ditemukan pada pasien usia lanjut dan dapat disembuhkan
dengan operasi namun pencegahan sejak awal saat masih muda menjadi langkah yang sangat
penting untu dilakukan, seperti menghindari paparan asap rokok, melindungi mata dari sinar
UV, melakukan pemeriksaan mata secara teratur, mengkonsumsi makanan sehat seperti
vitamin A, vitamin E, beta karoten dan membatasi makanan yang banyak mengandung gula.
Jika telah mengalami penyakit Diabetes Mellitus, yang harus diperhatikan adalah diet, olah
raga, memonitor gula darah, tekanan darah, kolesterol dan memakai obat-obatan diabet secara
teratur, selain itu juga memeriksakan matanya secara rutin
Daftar Pustaka

Librianty, Nurfanida. 2015. Menjadi Dokter Pertama Panduan Mandiri Melacak Penyakit.
Jakarta : Lintas Kata
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai