Dosen Pembimbing :
Ns. Mashudi, S.Kep, M.Kep
Nurul Hidayah
NIM. PO71202200011
A. Latar Belakang
Mata memiliki fungsi utama sebagai indra pengelihatan yang juga berperan dalam
meningkatkan estetika fisik individu. Organ ini terdiri dari beberapa bagian, yang secara
fisiologisnya dibagi menjadi rongga orbita, bola mata, dan adneksa yang terdiri atas kelopak
mata dan sistem air mata (sistem lakrimal). Masingmasing bagian ini saling bersinergi
sehingga individu dapat melihat. Adanya kerusakan pada salah satu bagian mata dapat
menyebabkan. penurunan fungsi mata yang akan mengganggu aktivitas seseorang dalam
kesehariannya.
Salah satu bagian mata yang penting adalah lensa. Lensa mata merupakan struktur
globular yang transparan, terletak di belakang iris, di depan badan kaca. Bagian depan
ditutupi kapsul anterior dan bagian belakang oleh kapsul posterior. Lensa memiliki fungsi
dalam refraksi yaitu untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning dan juga berfungsi dalam
akomodasi mata, untuk melihat objek dekat maka lensa akan menjadi cembung. Terdapat
beberapa keadaan patologis yang dapat terjadi pada lensa, salah satunya adalah katarak.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang mencegah terbentuknya pengelihatan
yang jelas. Walaupun sebagian besar kasus katarak disebabkan oleh proses penuaan,
terkadang katarak bisa ditemukan pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut, atau
katarak dapat terjadi setelah adanya cidera pada mata, inflamasi, maupun penyakit mata
lainnya
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pada klien katarak sinilis matur ?
A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada klien. katarak sinilis matur
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep katarak sinilis matur
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan katarak sinilis matur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata
menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti
merokok, paparan sinar uv yang tinggi, alkohol, defisiensi vit e, radang menahun dalam
bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal. Cedera pada mata
seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak
lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak. Katarak juga dapat terjadi pada bayi
dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat
adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi
sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.
3. Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah
di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan 3 pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke
dalamlensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi
lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Komposisi lensa sebagian besar
berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin α dan β adalah chaperon, yang merupakan
heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal dan
mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa
orangdewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang
rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
a. Katarak senilis kortikal
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan asam
ino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium meningkat. Hal ini menyebabkan
lensa memasuki keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein. Pada katarak
senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut:
1) Derajat separasi lamellar
Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat
diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.
2) Katarak insipient
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya area yang
jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral
(kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform).
3) Katarak imatu
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume lensa
dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang
degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.
4) Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa. Deposisi ion
Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus
berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.
5) Katarak hipermatu
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan
keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.
6) Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa menggenang
bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan
hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.
koagulasi
Gangguan
penerimaan
CEMAS
sensori/status Terputusnya protein lensa disertai influks
organ indera air kedalam lensa
KATARAK
Gangguan persepsi Mata ditutup beberapa hari dan
sensori-perseptual menggunakan kacamata
penglihatan mengaburkan pandangan
prosedur invasif
Post op pengangkatan katarak
Nyeri
Resiko tinggi terhadap
infeksi
5. Tanda dan Gejala
a. Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran
secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
b. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan
katarak senilis.
c. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika
endekat ke lampu pada malam hari.
d. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa
yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien
presbiop melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang
membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas,
perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior
atau anterior.
e. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada
bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari
lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan
diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa
kontak
f. Noda, berkabut pada lapangan pandang.
g. Ukuran kaca mata sering berubah.
6. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak
mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula
pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang
menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C
dan vitamin E. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode
yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi
IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut
ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak
yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
a. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dIpindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak
boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pem
b.bedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. Extra
Capsular Cataract Extraction (ECCE) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana
dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder
lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolapse badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami
prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid
macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
c. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.
Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2- 3mm) di kornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi
limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun
sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan
melalui incisi kecil seperti itu.
d. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
sembuh dan murah. Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka
penderita memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan
cara sebagai berikut:
1) kacamata afakia yang tebal lensanya
2) lensa kontak
3) lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada
saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat
7. Komplikasi
a. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam
luka serta retinal light toxicity
b. Komplikasi dini pasca operatif
1) COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang
keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma
dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan
daerah sentral yang bersih paling sering)
2) Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
3) Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak
sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
4) Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
c. Komplikasi lambat pasca operatif
1) Ablasio retina
2) Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah yang
terperangkap dalam kantong kapsuler
3) Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa
intraokuler, jarang terjadi
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klin. Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan
perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea
berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair (glaukoma
kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,
gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh
peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien yang mengalami katarak adalah:
a. Hambatan berjalan berhubungan dengan adanya gangguan penglihatan (katarak)
b. Risiko jatuh dengan faktor risiko fisiologis: kesulitan melihat (katarak)
c. Risiko trauma dengan faktor risiko penglihatan yang buruk (katarak)
d. Ansietas berhubungan dengan stress situasional akibat prosedur medi
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. R Suami/Isteri/Ortu : Isteri
Umur : 50 th Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : IRT
Agama : Islam Alamat : Kekalik Gerisak
Suku/ bangsa : Sasak
Bahasa : Melayu. Penanggung : Isteri
Jawab
Pendidikan : SD Nama : Ny. S
Pekerjaan : Petani. Alamat : Kekalik Gerisak
Status : Menikah
Alamat : Kekalik Gerisak
KELUHAN UTAMA
Pandangan kabur pada mata sebelah kiri seperti tertutup kabut asap
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan padangan kabur pada mata sebelah kiri seperti tertutup kabut,
keluhan ini sudah klien rasakan sejak 9 tahun yang lalu, pasien juga mengatakan perlahan lahan
matanya terasa memberat dan mengganggu aktivitas, silau jika melihat sinar dan sakit kepala
4. Pola aktivitas
Normoaktif
5. Pola istirahat tidur
Klien mengatakan ia mulai tidur pada pukul 22.00 dan bangun pada pukul 05.00
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Klien mnegtakan mersa sedih terhadap kondisinya karena ia tidak dapat melihat dengan jelas dan
klien mengatakan susah dalam melakukan kegitann sehari hari
7. Pola konsep diri
Pasien mengatakan terkadang merasa sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa
8. Pola hubungan peran
Klien mengatakan hubungan natra issteri dan anak- anaknya baik dan klien juga berhubungan
baik dengan tetangga- tetangganya
9. Pola fungsi seksual-seksualitas
Pasien mengatakan mempunyai 3 orang anak dan selama berkeluarga tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi
10. Pola mekanisme koping
Pasien selalu terbuka atas segala masalah pasrah kepada petugas kesehatan dan juga menyerahkan
kesembuhannya pada Tuhan Yang Maha Esa
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien sering mengikuti pengajian di mushola di tempat tinggalnya sekarang hanya bisa berdoa
sambil tiduran di tempat tidur
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/ penampilan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis GCS : 15
BB sebelum sakit : 68 Kg TB : 170 cm
BB saat ini : 66 Kg
BB ideal :
Perkembangan BB :
Status gizi :
Status Hidrasi :
Tanda-tanda vital :
TD : 150/90 mmHg Suhu : 36,2 0C
N : 92 x/mnt RR : 24 x/mnt
2. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada luka atau cedera kepala dan kulit kepala tidak ada kotoran atau
bersih.
Mata : visus mata kanan : 3/60 sc, visus mata kiri : 1/300 sc
3. Leher
Kelenjar getah bening, dan tekanan vena jugularis tak ada kelainan (tidak mengalami
pembesaran), tidak ada kaku kuduk.
4. Thorak (dada)
Inspeksi : simetris, pengembangan dada optimal, frekuensi pernapasan 24 x/menit. Palpasi :
hangat, ada vokal fremitus, ekspansi paru pada inspirasi dan ekspirasi maksimal. Perkusi : tidak
ada penumpukan sekret, tidak ada hiperresonan dan bunyi konsolidasi. Auskultasi : tidak ada
ronchii, ataupun wheezing.
5. Abdomen
Inspeksi : tidak ada massa, abdomen simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi vena ataupun
kemerahan. Palpasi : tidak ada spasme abdomen, tidak ada nyeri tekanan lepas. Perkusi : tidak
ada distensi kandung kemih, ataupun lambung/saluran cerna. Auskultasi : bising usus normal (15
X/menit).
6. Tulang belakang
Tidak dikaji
7. Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan kanan. Kekuatan cukup, dimana mampu membolak – balikan
tangan dan menggerakan kakinya.
8. Genitalia dan anus
Tidak dikaji
9. Pemriksaan neurologis
Tidak dikaji
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Tidak ada
2. Radiologi
Tidak ada
3. Lain-lain
TERAPI
1. Oral
Tidak ada
2. Parenteral
Tidak ada
3. Lain-lain
.............................................................................................................................................................
.......
.............................................................................................................................................................
.......
.............................................................................................................................................................
.......
.............................................................................................................................................................
.......
Nurul Hidayah
NIM. PO71202200011
ANALISA DATA
N KEMUNGKINAN
DATA MASALAH
O PENYEBAB
Data Objektif:
- Bola mata tampak keruh
- Visus mata sebelah kiri
1/300 sc
Data Objektif:
- Bola mata tampak keruh
- Visus mata sebelah kiri
1/300 sc
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Diagnose
Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak disebabkan oleh
faktor usia, penyakit (seperti diabetes), cidera mata, obat-obatan, radiasi dan bisa juga secara
kongenitalis, yaitu ditemukan pada bayi ketika lahir. Katarak yang disebabkan oleh usia
disebut katarak senile, katarak ini mempunyai 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumessen,
matur dan hipermatur.
Pada penderita katarak penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur
atau buram, bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap, mata
juga akan kesulitan melihat ketika malam hari dan terasa sensitif bila terkena cahaya.
B. Saran
Meskipun katarak banyak ditemukan pada pasien usia lanjut dan dapat disembuhkan
dengan operasi namun pencegahan sejak awal saat masih muda menjadi langkah yang sangat
penting untu dilakukan, seperti menghindari paparan asap rokok, melindungi mata dari sinar
UV, melakukan pemeriksaan mata secara teratur, mengkonsumsi makanan sehat seperti
vitamin A, vitamin E, beta karoten dan membatasi makanan yang banyak mengandung gula.
Jika telah mengalami penyakit Diabetes Mellitus, yang harus diperhatikan adalah diet, olah
raga, memonitor gula darah, tekanan darah, kolesterol dan memakai obat-obatan diabet secara
teratur, selain itu juga memeriksakan matanya secara rutin
Daftar Pustaka
Librianty, Nurfanida. 2015. Menjadi Dokter Pertama Panduan Mandiri Melacak Penyakit.
Jakarta : Lintas Kata
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.