Oleh:
DODIK TRISTIAWAN
NIM. 1601003
i
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
DODIK TRISTIAWAN
NIM. 1601003
ii
SURAT PERNYATAAN
NIM : 1601003
Sidoarjo, 23 Mei2019
Yang Menyatakan,
Dodik Tristiawan
NIM. 1601003
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing2
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh
Pembimbing 1 Pembimbing2
Mengetahui,
Direktur
AkademiKeperawatanKertaCendekiaSidoarjo
Agus Sulistyowati,S.Kep.,M.Kes
NIDN.07030878
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh tim penguji pada sidang di program D3
Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Mengetahui,
Direktur
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
v
KATA PENGANTAR
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan
2. Ayah dan Ibu atas jasa-jasanya, kesabaran, doa, support, dan tidak pernah
lelah dalam mendidik dan member cinta yang tulus dan ikhlas kepada
vi
6. Direktur RSUD Bangil Pasuruan yang telah membantu dan memberikan
9. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan proposal ini yang tidak
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan
bagi keperawatan.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
SampulDepan ..................................................................................................... i
LembarJudul...................................................................................................... ii
SuratPernyataan............................................................................................... iii
LembarPersetujuanKaryaTulisIlmiah ............................................................. iv
HalamanPengesahan ........................................................................................ v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Daftar Isi.......................................................................................................... vii
DaftarTabel ...................................................................................................... ix
DaftarGambar................................................................................................... x
DaftarLampiran ............................................................................................... xi
viii
BAB 3 TINJAUAN KASUS.......................................................................... 35
3.1Pengkajian .................................................................................................. 35
3.2 Analisa Data .............................................................................................. 49
3.3MasalahKeperawatan ................................................................................. 51
3.4DiagnosaKeperawatan................................................................................ 51
3.5RencanaKeperawatan ................................................................................. 51
3.6 TindakanKeperawatan............................................................................... 54
3.7 CatatanPerkembangan ............................................................................... 58
3.8 EvaluasiKeperawatan ................................................................................ 60
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
kontinuitas tulang atau tulang rawan yang di akibatkan karena adanya rudapaksa
yang terjadi di masyarakat orang fraktur atau patah tulang tidak harus dibawa ke
rumah sakit terlebih dahulu, tetapi yang sering kita jumpai di masyarakat fraktur
sampai sekarang sering kita jumpai jika fraktur atau patah tulang sering di bawah
ke sangkal putung( Mulyono, 2006, dikutip oleh Sari, 2013). Menurut sudut
pandang tenaga kesehatan patah tulang adalah keadaan tulang sendiri dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur itu lengkap atau tidak
sekitar 8 juta orang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda. Insiden
fraktur di Indonesia 5,5% dengan rentang setiap provinsi antara 2,2% sampai 9%.
Secara keseluruhan, kejadian fraktur di Indonesia sekitar 1,3 juta jiwa setiap
tahunnya dengan jumlah penduduk 238 juta jiwa, kejadian ini merupakan angka
1
2
(Badan Kesehatan Dunia) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang
mengalami kecacatan fisik (WHO 2011). Sedangkan menurut data riskesdas tahun
2013 penyebab cidera terbanyak yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor
(40,6%) (Riskesdas 2013). Di provinsi Jawa Timur tahun 2007 didapatkan sekitar
2.700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik,
awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa total penderita fraktur yang
2016berjumlah 551 orang yang terdiri dari laki-laki sejumlah 314 orang dan
Bangil dalam 6 bulan terakhir 2017 yaitu dengan jumlah 50 orang. (Rekam Medik
pergeseran fragmen tulang, krepitasi akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada daerah fraktur akibat
Komplikasi awal yang dapat terjadi pada fraktur yaitu kerusakan arteri terjadi
saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut, Fat Embolism Syndrom terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrowkuning masuk ke aliran darah
sehingga menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah, Infeksi terjadi karena
sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan, Avaskuler Nekrosis
terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga dapat
Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan
alat pelindung diri. Sedangkan upaya kuratif adalah perawat secara mandiri dapat
kepada pasien dan keluarga tentang nyeri yang dialami oleh pasien akibat teknik
mencegah kelanjutan terjadinya infeksi, melakukan fiksasi dengan gift atau spalk
sebelum pembedahan serta pemasangan plat dan wire pada saat pembedahan.
dan rawat luka steril setelah dilakukan pembedahan, menganjurkan untuk kontrol
4
mengikuti progam olahraga (di bawah bimbingan seorang terapis atau dokter)
serta latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot, serta memotivasi
1.3 Tujuan
1.3.2.1. Melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa post op fracture femur
1.3.2.3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa post
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat member
manfaat :
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
Pasuruan.
6
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
1.5.2.1 Wawancara
1.5.2.2 Observasi
1.5.2.3 Pemeriksaan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
terdekat klien, catatan medic, perawat, hasil-hasil pemeriksaan lain dan tim
kesehatan lain.
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi
1.6.2 Bagian inti , terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub
Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakt dari sudut medis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan pada Fraktur. Konsep penyakit akan diuraikan definisi,
etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan
evaluasi.
2.1.1.Definisi
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
2.1.2.Etiologi
2.1.2.2. Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. yang patah biasanya adalah bagian yang
2.1.2.3. Kekerasan akibat tarikan otot patah tulang akibat tarikan otot sangat
2.1.2.4. Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh
Jfikriamrullah (2011).
1) Fraktur traumatic
3) Fraktur stres terjadi karena adanya stres yang kecil yang berulang-
1) Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
2) Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari
kulit.
tulang.
Menurut Nurarif (2015), tanda dan gejala dri fraktur, antara lain :
2.1.4.3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh
2.1.4.5. Deformitas.
2.1.5.Komplikasi
1) Kerusakan Arteri
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
pembedahan.
2) Compartment Syndrome
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan
parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot,
12
saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis.
6)Shock
Beberapa komplikasi dalam waktu lama yang dapat terjadi pada fraktur,
1) Delayed Union
2) Nonunion
sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga
3) Malunion
peradangan.
ginjal.
2.1.6.6. Profil koagolis : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
2.1.7. Penatalaksanaan :
dan traksi manual. Alat yang di gunakan biasanya traksi, bidai dan alat
atau sintetis.
Hamdan, 2013).
dengan bengkak, memerah dan teraba hangat serta tentunya terasa sakit.
Tahap ini dimulai pada hari ketika patah tulang terjadi dan berlangsung
tulang ini, terbentuk kalus yang halus di kedua ujung tulang yang patah
kalus ini belum dapat terlihat melalui rongsen. Tahap ini biasanya
callus berubah menjadi hard callus) dan dapat dilihat pada x-ray atau
setiap cacat yang mungkin tetap sebagai akibat dari cedera. Ini tahap
bervariasi untuk setiap orang dan tergantung pada usia, kesehatan, jenis
2010 : 15).
17
Akibat fraktur terutama pada fraktur akan menimbulkan dampak baik terhadap
klien sendiri maupun keadaan keluarganya. Dampak fisik pasien tidak bisa
pemasangan fiksasi. Dampak ekonomi jika pasien bekerja maka pasien akan cuti
selama masa penyembuhan. Dampak sosial pasien merasa malu akan kondisinya
2.1.8.1 Biologis
Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang
2.1.8.2. Psikologis
Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari
fraktur, perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun
dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi rawat inap dan harus beradaptasi
dengan lingkungan yang baru serta takutnya terjadi kecacatan pada dirinya.
2.1.8.3. Sosial
karena harus menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga
18
2.1.8.4. Spiritual
apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan sembuh total. Koping yang tidak
efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat disini sangat vital dalam
menanggung semua biaya perawatan dan operasi klien. Hal ini tentunya
menambah beban bagi keluarga (Syamsul, 2010 dikutip oleh Regina, 2014).
2.2.1 Pengkajian
1) Identitas
penyembuhan fraktur, akan semakin lama karena saat usia tua tulang
kecelakaan.
2) Keluhan utama
pembedahan.
(2) Quality of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
menusuk.
(4) Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
Tipe nyeri :
(5) Time : kapan nyeri itu timbul, dan berapa lama nyeri
hari.
21
osteoporosis sebelumnya.
dan menular.
6) Pemeriksaan fisik
Berdasarkan B1-B6
(1) B1(Breathing)
(2) B2(Blood)
lupdup tidak ada suara tambahan seperti mur mur atau gallop.
(3) B3 (Brain)
(4) B4 (Bladder)
(5) B5 (Bowel)
(6) B6 (Musculoskeletal)
kontraksi otot.
sokongan.
sedikit tahanan.
24
tahanan penuh.
(7) B7 (Penginderaan)
pupil isokor.
(8) B8 (Endokrin)
fracture.
(Nurarif, 2015).
kejaringan menurun.
6. Kolaborasi
dengantimmedisden
ganpemberian anti
platelet
atauantiperdarahan.
fracture.
traksi).
2.2.4 Implementasi
dibuat untuk proses penyembuhan klien selama klien di rawat di rumah sakit.
Setiap tindakan yang di berikan dari rencana tindakan harus di beri tanggal, waktu
vital pasien, mengkaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri, menjelaskan kepada
klien tentang penyebab nyeri, melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian analgesik.
30
berhubungan dengan penurunan suplai darah selama 2x24 jam dilakukan kegiatan
atauantiperdarahan.
kulit pada tahap perkembangan luka, mengkaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta
jumlah dan tipe cairan luka, memantau peningkatan suhu tubuh, memberikan
perawatan luka dengan tehnik aseptik, membalut luka dengan kasa kering dan
imobilisasi, mengajarkan dan member dukung pasien dalam latihan ROM aktif
dan pasif, melakukan pemantauan pada pasien dalam hal penggunaan alat bantu,
sesegera mungkin, melakukan kolaborasi dengan ahli terapi fisik / okupasi dan /
spesialis rehabilitasi.
31
infuse, kateter, drainase luka, dan lain-lain, jika di temukan tanda infeksi lakukan
pemberian antibiotic.
keperawatan berupa memantau dan catat kehilangan darah pada pasien (jumlah,
warna), memantau adanya peningkatan denyut nadi dan penurunan tekanan darah,
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu hasil akhir dari perkembangan klien dari setiap
rileks.
penurunan suplai darah selama 2 x 24 jam tekanan systole dan distole dalam batas
32
normal, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakanial (tidak lebih dari 15
mmHg).
operative, selama 2 x 24 jam diharapkan luka bersih tidak lembab dan tidak kotor,
orang lain dan alat bantu, 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
organisme sekunder akibat trauma, selam 2 x 24 jam diharapkan : tidak ada tanda-
tanda infeksi seperti pus, luka bersih tidak lembab dan tidak kotor, tanda-tanda
terus menerus akibat luka terbuka, selama 2 x 24 jam diharapkan asupan volume
cairan dapat teratasi, tidak ada tanda-tanda syok, turgor kulit lembab, CRT < 3
detik.
33
Edema Emboli
Penekanan Menyumbat
pembuluh darah pembuluh darah
MK : Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah. EGC. Jakarta
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang
3.1 Pengkajian
beralamatkan Pandean-Pasuruan.
35
36
roda empat saat mau pulang kerumah. Kejadiannya sekitar jam 17.00, lalu
pasien dibawa oleh warga ke RSUD Bangil dengan kondisi kaki sebelah
kanan bengkak dan terasa nyeri yang hebat. Lalu pasien di masukkan ke
didapatkan hasil fraktur femur dextra dan dibawa ke ruang melati jam
21.00. Pada tanggal 25 februari jam 09.00 pasien dibawa ke ruang operasi
itu pasien dibawa kembali ke ruang melati pada jam 15.00. pengkajian
ini.
baik.
3.2.4.1 Nafsu makan pasien sebelum sakit tidak ada penurunan nafsu
makan 3x1 porsi makan habis, saat sakit hanya habis ½ porsi
Keterangan :
Laki ± laki :
Perempuan :
Meninggal :
Pasien :
GCS 4-5-6.
20x/menit.
Susunan ruas tulang belakang: Normal, Irama nafas teratur, tidak ada
Kussmaul), tidak ada otot bantu nafas, perkusi thorax: Resonan, tidak
ada alat bantu nafas, vokal fremitus: Getaran pada punggung sisi kanan
dan kiri semua, suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
Pada pemeriksaan B2 ditemukan data, tidak ada nyeri dada, irama jantung: teratur,
bunyi jantung: S1 S2 tunggal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, tidak ada
mengatakan dijaga oleh istri, anaknya dan adiknya secara bergantian ketika
ditanya tentang orang yang asa dui tempat itu, yang menjaga dirinya, pasien
ketika ditanya tentang tempat dia berada saat ini. Pasien mampu mengenali waktu
dengan baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada budsky, tidak ada
nyeri kepala, istirahat/tidur : saat sebelum sakit pasien jarang tidur siang karena
sibuk bekerja dan tidur malam hari yaitu 8 jam (dari jam 21.00-05.00) saat sakit
pasien tidur siang 3 jam per hari, malam 8 jam per hari, tidak ada kelainan
nervous cranialis,
normal, alat kelamin bersih, frekuensi berkemih, Jumlah kencing 1500cc/hari Bau
khas urine, warna kuning jernih, tempat yang digunakan urine bag, alat bantu
Norma.l, bersih, kebiasaan gosok gigi: 2x sehari, tidak ada kesulitan menelan,
Cokelat, bau : Khas feses, tempat yang digunakan : under pad, tidak ada masalah
(ROM): Terbatas. Tangan kanan terpasang infus, kekuatan otot 5,5,5,2, adanya
fraktur, lokasi femur dextra, luka ditutup dengan kasa steril dan dibalut, terdapat
dislokasi pada femur dextra, kulit bersih, akral hangat, turgor elastis, CRT
kembali dalam <2 detik, kulit lembab, terdapat oedema pada paha atas, klien
dibantu oleh keluarga dalam memenuhi kebutuhan seperti mandi dan BAB, klien
Pada pemeriksaan B7 ditemukan data. Pupil isokor, refleks cahaya sensitif dan
mengecil saat terkena cahaya, konjungtiva merah muda, palpebra simetris kanan
dan kiri, sklera putih tidak ada ikterus, tidak ada strabismus, ketajaman
penglihatan normal, tidak ada alat bantu penglihatan, hidung normal, mukosa
hidung lembab, tidak ada sekret, ketajaman penciuman normal, bentuk telinga
antara kanan dan kiri sama, pasien juga mengatakan tidak ada keluhan, ketajaman
42
pendengaran normal, tidak ada alat bantu pendengaran, Perasa : pasien mampu
merasakan asam, manis, pahit dan asin dengan baik, Peraba : pasien sensitif
3.4.11.2 Identitas
3.4.11.3 Peran
(3) Status ( dalam keluarga) : Pasien puas dalam melaksanakan perannya dalam
keluarga.
3) Harapan pasien tentang penyakit yang diderita dan tenaga kesehatan : pasien
sembuh.
sholat 5 waktu.
Sajadah.
3.4.12.6 Persepsi terhadap penyakit : Pasien menganggap sakit ini ujian dari
Tuhan.
3.4.13.1 Laboratorium
45
Terlampir
Tabel 3.2 Analisa data pada Tn. Dengan diagnosa fraktur femur dextra
tusuk.
R:femur (D)
S :skala nyeri 6
DO :
- Pasien tampak
menyerengai saat
bergerak
- Terdapat fraktur
dan dibalut
- TTV : Tekanan
84x/mnt, RR :
47
20x/mnt.
2. DS :
digerakkan.
K/U : lemah
ROM : 5 5
2 5
keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
- Perrgerakan terbatas
- Terdapat fraktur
dan dibalut.
48
closed dextra.
closed dextra.
No RM : 000387xx
rileks 3) Untuk
3. Ajarkan pasien
2) Wajah pasien mengurangi
teknik distraksi
tidak menyeringai. nyeri.
dan relaksasi.
3) Pasien dapat 4) Analgetik
mendemonstrasika berfungsi
4. Kolaborasi
n dekstraksi dan untuk
50
memenuhi mobilisasi.
4) Ajarkan
kebutuhannya 4. Mempercepat
mobilisasi pada
secara mandiri. penyembuhan.
pasien.
2) Kekuatan otot
pasien meningkat.
3) ROM : 5. Mencegah
5) Lakukan rawat
terjadinya
luka pada luka
infeksi pada
post op.
luka post oip.
51
6) Kolaborasi 6. Mencegah
pemberian terjadinya
luka post op
dari debu.
52
No RM : 0003875xx
Umur : 50 th
Tabel 3.1 implementasi keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa Fraktur femur
dextra.
DX
februari antrain 2 mg
ceftriaxone 1 mg
asering 14 tpm
4. Mengkaji karakteristik
nyeri.
5. Mengajarkan tekhnik
(menyarankan pasien
disukai pasien,
bag.
pentingnya mobilisasi.
2. Mengajarkan mobilisasi ke
miki.
1 mg.
14 tpm.
dan relaksasi.
bag.
pentingnya mobilisasi.
2. Mengajarkan mobilisasi ke
pasien.
fraktur.
55
Umur : 50 tahun
No RM : 0003875xx
Tabel 3.1 catatan perkembangan pada Tn.S dengan diagnosa fraktur femur dextra.
keperawatan
femur closed O :
A:
P:
Hambatan S:
dengan kelemahan O :
5 5
3 5
A:
P:
Umur : 50 tahun
No RM : 0003875xx
Tabel 3.1 evaluasi keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa fraktur femur dextra.
dapat mendemonstrasikan
skala nyeri 2.
A:
Masalah teratasi.
P:
fisik berhubungan
dengan kelemahan S :
mika ± miki.
58
O:
5 5
4 5
A:
Masalah teratasi
P:
Pasien pulang.
s
BAB IV
PEMBAHASAN
yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan
pada Klien dengan diagnosa medis Post Op Fraktur femur dextra di RSUD Bangil
4.1 Pengkajian
untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien sehingga klien dan keluarga
tidak banyak kesenjangan yaitu pada tinjauan pustaka yang didapat keluhan utama
biasanya ditandai dengan biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi
adanya luka terbuka bada bagian tubuh (Muttaqin, 2008). Riwayat penyakit
dahulu biasanya pada pasien tidak memiliki penyakit yang sama sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum dan tanda-tanda vital : Tekanan darah
GDODP EDWDV QRUPDO UHVSLUDWRU\ UDWH [ PQW 6XKX ˆ& QDGL [ PQW WLGDN
ada cianosis, konjungtiva tidak anemis, CRT kembali dalam 3dtk, turgor kulit
elastis, tidak ada nyeri dada, tidak sesak nafas, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan didapatkan bentuk dada simetris, pola nafas teratur dengan frekuensi
nafas 24x/menit, suara nafas vesikuler, tidak ada retraksi otot bantu nafas, perkusi
62
63
thorax sonor, tidak memakai alat bantu nafas, tidak batuk. Pada pemeriksaan
kardiovaskuler didapatkan tidak ada nyeri dada, irama jantung regular, bunyi
jantung S1 S2 tunggal, CRT < 2 detik, tidak ada cyanosis, tidak ada pembesaran
JVP (Muttaqin,2011).
perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada tidaknya sesak nafas,
pernafasan cuping hidung, dan pengembangan paru antara kanan dan kiri simetris,
Tidak ada nyeri tekan, gerakan vokal fremitus antara kanan dan kiri sama, Bunyi
paru resonan, Suara nafas vesikuler tidak ada suara tambahan seperti whezzing
B1 ditemukan data, Bentuk dada : Normal cest, Susunan ruas tulang belakang:
Normal, Irama nafas teratur, tidak ada gangguan irama pernafasan (baik cheyne-
Stokes,Biot, maupun Kussmaul), tidak ada otot bantu nafas, perkusi thorax:
Resonan, tidak ada alat bantu nafas, vokal fremitus: Getaran pada punggung sisi
kanan dan kiri semua, suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
Menurut opini penulis tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus.
membran mukosa pucat. Tidak ada peningkatan frekunsi dan irama denyut nadi,
tidak ada peningkatan JVP, CRT menurun >3detik Bunyi jantung pekak tekanan
darah normal atau hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri), bunyi jantung
I dan II terdengar lupdup tidak ada suara tambahan seperti mur mur atau gallop.
data, tidak ada nyeri dada, irama jantung: teratur, pulsasi: Kuat Posisi: ICS IV
64
tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, tidak ada cianosis, tidak ada clubbing
finger, tidak ada pembesaran JVP. Menurut opini penulis terdapat kesenjangan
antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, alasannya yaitu pada tinjauan pustaka
dengan nilai GCS, tidak ada kejang, tidak ada kelainan nervus cranialis. Tidak
composmentis, GCS 4-5-6, tidak ada nyeri kepala. selain itu tidak ditemukan
perkemihan didapatkan frekuensi berkemih 1200 ml/hr, warna jernih, bau khas
urine, tempat yang digunakan urine bag, alat bantu yang digunakan kateter DC.
Menurut opini penulis terdapat kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan
pustaka, alasannya yaitu pada tinjauan pustaka pasien tidak menggunakan kateter,
sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan pasien menggunakan alat bantu kateter.
tidak mengalami gangguan, warna urin jernih, buang air kecil 3 ± 4 x/hari. tidak
ada nyeri tekan pada kandung kemih. (Muttaqin,2011) Pada tinjauan kasus
1500cc/hari Bau khas urine, warna kuning jernih, tempat yang digunakan urine
bag, alat bantu yang digunakan kateter. Menurut opini penulis terdapat
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, alasannya yaitu pada
65
tinjauan pustaka pasien tidak menggunakan urine bag, tidak menggunakan alat
bantu, sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan pasien menggunakan urine bag,
bersih, mukosa lembab, keadaan abdomen normal tidak asites, Tidak ada nyeri
tekan atau massa pada abdomen, Normal suara tympani, Peristaltik normal.
lidah kotor, rongga mulut bersih, klien tidak menggosok gigi, keadaan gigi ada
caries, tenggorokan baik, tidak ada kesulitan menelan, saat diinspeksi bentuk
abdomen simetris, normal, saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan, peristaltik
20x/mnt, BAB 1x pada saat dirumah sakit, dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, bau khas feses, tempat yang digunakan pampers dewasa, tidak
ada pemakaian obat pencahar. Menurut opini penulis terdapat kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, alasannya pada tinjauan pustaka tidak
operative fracture sehingga kebutuhan perlu dibantu baik oleh perawat atau
tempat tidur. (Muttaqin,2011) Pada area luka beresiko tinggi terhadap infeksi,
sehingga tampak diperban / dibalut. Tidak ada perubahan yang menonjol pada
sistem integumen seperti warna kulit, adanya jaringan parut / lesi, adanya
perdarahan, adanya pembengkakan, tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat serta
66
kulit kotor. Adanya nyeri , kekuatan otot pada area fraktur mengalami perubahan
trauma. ROM menurun yaitu mengkaji dengan skala ROM : Skala 0 : Paralisis
total. Skala 1 : Tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya kontraksi otot. Skala 2 :
sendi dan tungkai : bebas, kekuatan otot ekstremitas atas (5,5), ekstremitas bawah
(2,5).terdapat fraktur pada kaki kanan , tidak ada dislokasi, akral hangat, turgor
kembali < 3 detik, terdapat oedema pada paha kanan atas, kebutuhan klien dalam
pergerakan kurang, klien sulit untuk berpindah, klien tidak menunjukkan mampu
mobilisasi, aktivitas klien dibantu oleh keluarga seperti seka, mandi, dan bergerak.
sedangkan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan nyata yang dialami
klien karena penulis menghadapi klien secara langsung, menurut opini penulis
(Muttaqin, 2008)
semua ada pada tinjauan kasus. Terdapat dua diagnosa yaitu nyeri akut
4.3 Perencanaan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada
mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
dekstraksi dan relaksasi, Skala nyeri berkurang, Ttv dalam batas normal.
kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada kasus nyata keadaan klien
4.4 Pelaksanaan.
pada tinjauan pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan klien
yang sebenarnya.
dalam asuhan keperawatan yaitu antara lain: adanya kerjasama baik dari
Cuci tangan 6 langkah, Kaji skala nyeri, Ajarkan pasien teknik distraksi
hubungan saling percaya, Cuci tangan 6 langkah, Kaji skala nyeri, Ajarkan
4.5 Evaluasi
slangsung.
sesuai dengan kemampuan sudah sdah dapat terpenuhi selama 3x24 jam
karena tindakan yang tepat dan telah dilaksanakan dan masalah teratasi
jam karena tindakan yang tepat dan telah dilaksanakan dan masalah
kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. Hasil
evaluasi pada Tn.S belum sesuai dengan harapan karena masalah teratasi
PENUTUP
keperawatan secara langsung pada Klien dengan diagnosa medis Post op fraktur
femur closed dextra di ruang rawat inap Melati RSUD Bangil Pasuruan, maka
5.1 Simpulan
pada Klien dengan diagnosa medis Post op fraktur femur closed dextra, maka
Respiratory Rate 20x/mnt, suhu 36,2ˆC, terdapat oedema pada kaki kanan bagian
atas, CRT kembali dalam 3 detik, akral hangat, ROM terbatas, kekuatan otot
5.1.2 Masalah keperawatan yang muncul Nyeri akut berhubungan dengan post
post op fraktur femur closed dextra diharapkan dalam 2x24 jam nyeri pasien
68
69
luka fraktur femur dextra diharapkan dalam 2x24 jam mobilitas fisik pasien
meningkat
5.1.4 Beberapa tindakan mandiri perawat pada klien dengan diagnosa medis Post
op fraktur femur cosed dextra menganjurkan keluarga untuk tetap menjaga dan
5.1.5 Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya kerjasama
yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. Hasil evaluasi pada Tn.S
belum sesuai dengan harapan karena masalah teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan oleh pasien dan keluarga pasien karena pasien sudah diperbolehkan
untuk KRS.
5.2 Saran
berikut:
hubungan yang baik dan keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan
lainnya.
baik.
71
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah. EGC. Jakarta
BANGIL PASURUAN´
tugas pengambilan setudi kasus ini dengan jelas dari mahasiswa yang bernama
DODIK TRISTIAWAN proses pengambilan studi kasus ini dan saya mengerti
Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini
Saya,Nona/Nyonya/Tuan .............................................................................
dengan ini saya memberikan kesediaan setelah mengerti semua yang telah
dijelaskan oleh peneliti terkait dengan proses pengambilan studi kasus ini dengan
baik. Semua data dan informasi dari saya sebagai partisipan hanya akan
(....................................................................................)
Tanda Tangan....................................................................................................Saksi
(.....................................................................................)
Tanda Tangan.................................................................................................Peneliti
(.....................................................................................)