Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

DENGUE SYOK SINDROM

Oleh:

NURUL HIDAYAH
SYINTA PUSPA

TINGKAT IV DIV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis
panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "Dengue Syok
Sindrom".
Adapun makalah "Cidera Kepala Berat" ini telah penulis usahakan dapat disusun
dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,
penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan
kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang bermaksud untuk
memberikan kritik dan saran kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki kualitas
makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "Cidera Kepala Berat" ini bermanfaat, dan
pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
oleh para pembaca.

Jambi, 02 November 2019

Kelompok

i
Kata Pengantar

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Demam Berdarah Dengue.................................................................... 3

B. Etiologi Demam Berdarah Dengue.................................................................... 3

C. Patofisiologi.........................................................................................................5

D. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue................................................................ 5

E. Manifestasi Klinis............................................................................................... 6

F. Komplikasi.......................................................................................................... 7

G. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................... 8

H. WOC Demam Berdarah Dengue ...........................................................


I. Therapy................................................................................................................ 8

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian........................................................................................................ 10

B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 12

C. Rencana Tindakan............................................................................................ 13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................... 16

Daftar Pustaka....................................................................................................... 17

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue Hemoragik Fever (DHF) adalah kasusu demam dengue dengan kecenderungan
perdarahan dan manifestasi kebocoran plasm. Demam berdarah dengue atau Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai dengan pembesara hati dan
manifestasi perdarahan. Demam Berdarah Dengue (BDB) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviride, dengan
genusnya adalah Flavivirus. Virus mempunyai empat serotype yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda-beda tergantung dari sterotipe virus dengue. Mordibitas penyakit DBD menyebar di
negara-negara tropis dan sub tropis. Di setiap Negara penyakit DBD mempunyai manifestasi
klinik yang berbeda.

Dengue Shock Syndrome (SSD)/ Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus deman
berdarah dengue disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue
Shok Syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar dengan luas dan
tiba-tiba, tetapi juga merupakan permasalahan klinis. Karena 30 – 50% penderita demam
berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu kematian terutama bila
tidak ditangani secara dini dan adekuat.

Dasar penangani renjatan DBD ialah volume replacement atau penggantian cairan
intravascular yang hilang, sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan
peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan plasma leakage. Kematian dijumpai pada
waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat
dan kejang. Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk flavivirus demam
berdarah.Oleh itu, pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau
mengurangi vector nyamuk demam berdarah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Demam Berdarah Dengue ?
2. Apa saja etiologi dari Demam Berdarah Dengue ?
3. Bagaimana fatopisiologis dari Demam Berdarah Dengue ?
4. Apa saja Klasifikasi Demam Berdarah Dengue ?
5. Apa saja manifestasi Demam Berdarah Dengue ?
6. Apa saja komplikasi Demam Berdarah Dengue ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik Demam Berdarah Dengue ?
8. Bagaimana WOC Demam Berdarah Dengue?
9. Bagaiman terapy Demam Berdarah Dengue ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mampu Memahami Definisi Dari Demam Berdarah Dengue
2. Mampu Memahami Etiologi Dari Demam Berdarah Dengue
3. Mampu Memahami Fatopisiologis Dari Demam Berdarah Dengue
4. Mampu Memahami Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
5. Mampu Memahami Manifestasi Demam Berdarah Dengue
6. Mampu Memahami Komplikasi Demam Berdarah Dengue
7. Mampu Memahami Pemeriksaan Diagnostik Demam Berdarah Dengue
8. Mampu Memahami WOC Demam Berdarah Dengue
9. Mampu Memahami Terapy Demam Berdarah Dengue

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
1. Menurut Depkes (2005), Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
yangdisebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus yang ditandai dengan demam
tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2‐7 hari,
manifestasi perdarahan (peteke, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,
perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji
tourniquet (Rumple Leede) positif, trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/l,
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit ≥ 20%) disertai atau tanpa pembesaran hati
(hepatomegali).
2. Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok
(Suhendro, Nainggolan, Chen, 2006).
3. DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty betina ). (Christantie
Effendy, 1995).

B. Etiologi

1. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan
4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu
dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus

3
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
420).Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan
virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat
di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami
lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto,
1990).

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).

4
C. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi –
virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (C3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga
terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+
dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya
komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan
perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi
Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga
disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik
sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler
sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2)
agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan.Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan
permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati;
trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000).

D. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Pada 2009, World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan, atau membagi,


demam dengue ke dalam dua jenis: tanpa komplikasi dan parah. Sebelum ini, pada 1997,

5
WHO telah membagi penyakit tersebut ke dalam demam yang tidak terdiferensiasi (tidak
dapat digolongkan), demam dengue, dan demam berdarah. WHO memutuskan bahwa cara
lama pembagian dengue ini harus disederhanakan. Mereka juga menetapkan bahwa cara
tersebut terlalu membatasi: tidak mencakup semua cara yang diperlihatkan pada dengue.
Meskipun klasifikasi dengue telah diubah secara resmi, klasifikasi lama tersebut masih
sering digunakan.

Dalam sistem lama WHO untuk klasifikasi, demam berdarah dibagi ke dalam empat
fase, yang disebut tingkat I–IV:

1. Pada Tingkat I, pasien menderita demam. Dia mudah melebam atau memiliki hasil
tes tourniquet yang positif.
2. Pada Tingkat II, pasien mengeluarkan darah melalui kulit dan bagian lain
tubuhnya.
3. Pada Tingkat III, pasien menunjukkan tanda-tanda renjatan sirkulasi.
4. Pada Tingkat IV, pasien mengalami renjatan yang sangat parah sehingga tekanan
darah dan detak jantungnya tidak dapat dirasakan. Tingkat III dan IV disebut
"sindrom renjatan dengue.”

Menurut WHO beratnya DBD dikelompokkan :


1. Derajat (grade) I : demam tanpa gejala khas + tes tourniquet (+)
2. Derajat (grade) II : derajat I + manifestasi perdarahan spontan
3. Derajat (grade) III : derajat II + hipotensi (SSD)
4. Derajat (grade) IV : derajat III + syok (SSD)

E. Manifestasi Klinis

1. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun


menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala –
gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan
persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990).

2. Perdarahan

6
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura. (Soedarto, 1990). Perdarahan ringan hingga sedang
dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson,
1993). Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
(Ngastiyah, 1995).

3. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederta,
1995).

4. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (Soedarto, 1995).

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dan
gejala lain adalah :

a. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

b. Asites

c. Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

d. Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

e. Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi
dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995).

f. Komplikasi
1. Sindrom Syok Dengue (Ssd)

7
2. Ensefalopati Dengue
3. Kelainan Ginjal
4. Udem Paru
5. Pendarah
6. Hipotensi
7. Kerusakan Hati

G. Woc Dengue Syok Sindrom

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pasien DBD dilakukan pemeriksaan diagnostik, antara lain :

8
a.     Pada pemeriksaan laboratorium darah pasien DBD menurut Nursalam (2005) akan
dijumpai :
1) Hemoglobin dan PCV meningkat (20 %).
2) Trombositopenia (< 100.000 / uL).
3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokoremia dan
hiponatremia.
5) IgD dengue positif.
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
7) SGOT atau SGPT mungkin meningkat.
8) Asidosis metabolik : PCO2 < 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
b.  Uji Tornikuet atau Rample Lead Test positif. Dengan cara mengukur tekanan
sistolik dan diastolik, jumlahkan nilai sistolik dengan nilai diastolik, selanjutnya
dibagi dua. Hasil nilai pembagian digunakan untuk dipasang di lengan selama 5
menit. Jika di lengan bawah terdapat bintik – bintik merah dengan radius 2,8 cm lebih
dari 20 bintik dinyatakan positif DBD derajat I (Ngastiah, 2005)
c. Pada pemeriksaan foto rongen thorak terdapat adanya cairan yang tertimbun pada
paru (efusi pleura) terjadi pada derajat III dan IV (Ngastiah, 2005)
d.  Pada pemeriksaan USG Abdomen adanya hepatomegali (Ngastiah, 2005)

I. Therapy/tindakan penanganan
Penatalaksanaan medis menurut Mansjoer (2000), Ngastiah (2005) dan Soegijanto (2002),
yaitu :
1. Therapi
a. Tirah baring.
b. Makanan lunak.
c. Kompres bila panas.
d. Anjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum.

2. Tindakan Medis Yang Bertujuan Untuk Pengobatan


a. Berikan therapi caiaran intravena.
b. Berikan antipiretik dan antibiotik.
c. Therapi oksigen.
d. Transfusi darah segar.

9
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian menurut Nursalam (2005), yaitu :
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DBD paling sering menyerang anak – anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke Rumah Sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 – 7 dan anak
semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa gatal, manifestasi perdarahan pada kulit,
gusi (derajat III, IV), melena dan hematemesis.
4. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Anak mengalami serangan ulang DBD dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindari.
6. .Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Anak yang menderita DBD
sering mengalami mual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini

10
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih,
seperti air yang menggenang dan pakaian bergantungan di dalam rumah.

8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, nafsu makan berkurang.
b. Eliminasi bowel : kadang – kadang anak mengalami diare.
c. Eliminasi urine : sering atau sedikit BAK, sakit atau tidak BAK.
d. Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian.
e. Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat yang biasa untuk sarang
nyamuk (tempat genangan air).
f. Perilaku dan tanggapan : keluarga berperan serta untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkat (derajat), keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Derajat I : kesadaran CM, keadaan umum lemah, nadi lemah.
b. Derajat II : kesadaran CM, keadaan umum lemah, perdarahan spontan (ptechi),
perdarahan gusi, nadi lemah dan tidak teratur.
c. Derajat III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah
dan tidak teratur, tekanan darah menurun.
d. Derajat IV : kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin dan kulit
tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechi pada kulit, turgor kulit tidak elastis dan muncul keringat dingin
dan lembab.
b. Kuku tidak sianosis.
c. Kepala dan leher.

11
d. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada derajat II, III dan IV,
pada mulut didapatkan mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan telinga (pada derajat II, III dan IV)

e. Dada.
f. Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorak terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru (efusi pleura), ronchi positif yang
biasanya terdapat pada derajat III dan IV.
g. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
h. Ekstemitas akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pada pemeriksaan laboratorium darah pasien DBD menurut Nursalam (2005)
akan dijumpai :
1) Hemoglobin dan PCV meningkat (20 %).
2) Trombositopenia (< 100.000 / uL).
3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokoremia
dan hiponatremia.
5) IgD dengue positif.
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
7) SGOT atau SGPT mungkin meningkat.
8) Asidosis metabolik : PCO2 < 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
b. Uji Tornikuet atau Rample Lead Test positif. Dengan cara mengukur tekanan
sistolik dan diastolik, jumlahkan nilai sistolik dengan nilai diastolik,
selanjutnya dibagi dua. Hasil nilai pembagian digunakan untuk dipasang di
lengan selama 5 menit. Jika di lengan bawah terdapat bintik – bintik merah
dengan radius 2,8 cm lebih dari 20 bintik dinyatakan positif DBD derajat I
(Ngastiah, 2005:).
c. Pada pemeriksaan foto rongen thorak terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru (efusi pleura) terjadi pada derajat III dan IV (Ngastiah, 2005: hal).
d. Pada pemeriksaan USG Abdomen adanya hepatomegali (Ngastiah, 2005: ).

12
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat
3. Nyeri akut b. d cidera biologis

C. Rencana Tindakan
Dx Noc Nic
Hipertermi b.d Termoregulasi 1. Monitor suhu tubuh
proses infeksi virus Kriteia hasil : 2. Monitor suhu dan warna
dengue 1. Suhu tubuh dalam kulit
rentang normal 3. Monitor tekanan darah,
2. Nadi dan RR dalam nadi dan RR
rentang normal 4. Kompres pasien pada
3. Tidak ada perubahan liptan paha dan aksila
warna kulit dan tidak 5. Kolaborasi pemberian
ada pusing cairan intravena
Ketidak seimbangan Asupan makanan dan cairan 1. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari terkontrol makanan
kebutuhan tubuh b.d Kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien untuk
intake nutrisi yang 1. Adanya peningkatan meningkatkan protein dan
tidak adekuat berat badan vitamin c
2. Tidak ada tanda- 3. Berikan informasi tentang
tanda malnutrisi kebutuhan nutrisi
3. Menunjukan 4. Kolaborasi dengan ahli
peningkatan fungsi gizi untuk menentukan
pengecapan dari jumlah kalori dan nutrisi
menelan yang di butuhkan pasien
4. Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
Nyeri akut b. d Kriteria hasil : secara komprehensif

13
cidera biologis 1. Mampu mengontrol termsuk lokasi, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas, dan
2. Melaporkan nyeri faktor presipitasi
berkurang dengan 2. Ajarkan teknik non
menggunakan farmakologi
manajemen nyeri 3. Berikan analgetik untuk
3. Mampu mengenali mengurangi nyeri
nyeri 4. Kolaborasikan dengan
( skala,intensitas, dokter jika ada keluhan
frekuensi, dan tanda dan tindakan nyeri tidak
nyeri berhasil
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

syok sindrom ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada pemeriksaan anamnesis akan nampak gejala demam,lemas,gusi
berdarah.Pemeriksaan fisik yang ditemukan keadaan umum tampak sakit berat dengan
o
kesadaran menurun, suhu pasien 37 C dan saturasi oksigen 93%. Dari pemeriksaan status
general didapatkan napas normal, auskultasi paru ditemukan suata bronkovesikular, rhonki
ascites,demam tinggi, hepatomegali, acsites, , suara bronkovesikular, rhonki dan. Untuk
pemeriksaan penunjang yang kerap dilakukan berupa pemeriksaan laboratorium darah
lengkap, pemeriksaan kimia elektrolit dan albumin. Pada umumnya pada pemeriksaan
laboratorium diperoleh adalah leukopenia (WBC < 5000 cells/mm3) dengan lymphocytosis,
sel darah merah yang sedikit meningkat disertai dengan peningkatan hematokrit, dan paltelet
berkurang. WHO menggunakan kriteria gejala klinis berupa demam dengue diikuti lebih dari
2 gejala iaitu nyeri kepala,muntah,nyeri perut,nyeri otot,rash mungkin disertai dengan
menisfestasi pendarah berupa ujian torniquet positif atau pendarahan spontan, sedangkan
demam berdarah dengue gejala klinis harus disertai dengan manifestasi pendarahan baik
dengan uji tourniquet positif dan atau pendarahn spontan,terbukti terjadinya peningkatan
permeabilitas kapiler dengan nilai hematokrit maksimal> 44% hiyung trombosit minimal
≤100,000mm³.Dengue syok sndrome pula demam harus berlangsung selama beberapa hari
keadaan umum tiba-tiba memburuk,hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah demam
menurun,yaitu pada hari sakit ke 3-7.Biasanya ditemukan kegagalan perederan darah,kullit
terasa dingintampak lesu,gelisah,sianosis sekitar mulutnadi menjadi cepat.Pasien juga akan
mengeluh nyeri di perut sesaat sebelum syok seringkli karena pendarahan
gastrointestinal.Disamping kegagalan sirkulasi syok ditandai oleh nadi lembut,cepat,kecil

15
sampai tidak dapt diraba.Tekanan nadi menurun sampai 20mmHg atau kurang dan tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau lebih rendah.Secara umumnya, dengue syok sindrom
ini dapat membahayakan keadaan pasien sehingga membutuhkan perotolongan emergensi.
Oleh karena itu, penyakit dengue syok sindrom dipandang remeh dan tidak bisa besikap lalai
dalam memgambil langkah-langkah pencegaha

DAFTAR PUSTAKA

Https://Simdos.Unud.Ac.Id/Uploads/File_Penelitian_1_Dir/A96c726a15ad91180c42ebb45a1
ebb30.Pdf

Https://Www.Academia.Edu/27846945/Dss_Dengue_Syok_Sindrom

Nurarif, amin. 2015.aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan nanda nic noc. Jogjakarta :
mediaaction publishing

16
17

Anda mungkin juga menyukai