Anda di halaman 1dari 10

KONTRASEPSI MANTAP

A. Pengertian

Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam
jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari
pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan, serta mantap diri sukarela.
Kontap dapat diikuti baik oleh wanita maupun pria.

B. Syarat

1. Sukarela

Calon peserta kontrasepsi mantap harus secara sukarela menerima pelayanan


kontrasepsi mantap. Artinya calon peserta KB tersebut tidak dipaksa atau ditekan
untuk menjadi peserta kontrasepsi mantap. Untuk memantapkan syarat sukarela
ini perlu dilakukan pelayanan informasi konseling

2. Bahagia

Setiap calon peserta kontraseps mantap harus memenuhi syarat kebahagian artinya
calon peserta tersebut terikat dalam perkawinan yang sah dan harmonis, telah
dianugerahi sekurang – kurangnya 2 orang anak dengan umur anak terkecil 2
tahun,dan dengan mempertimbangkan umur istri sekurang – kurangnya 25 tahun.
Syarat bahagia ini dapat diketahui pada saat dilakukan pelayanan informasi dan
konseling

C. Jenis

1. Metode Operasi Wanita (MOW) / Tubektomi

a. Pengertian
MOW (Metode Operatif Wanita) atau tubektomi adalah setiap tindakan
pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak
akan mendapatkan keturunan lagi. (Panduan Memilih Kontrasepsi, hal. 63,
2010).
Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan sebagian saluran
telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi fertilitas dari
pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pasca persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai oleh sub umbilicus dan
rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah terlampaui
maka pilihan untuk memillih tetap tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu
persalinan atau pada masa interval (Saifuddin, 2007)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan secara permanen. (Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, hal. 162, 2003).

b. Pembagian

Tubektomi dibagikan berdasarkan:

1) Saat Operasi
a) Pasca keguguran
b) Pasca persalinan atau masa interval; dimana dianjurkan 24 jam atau
selambat-lambatnya 48 jam setelah bersalin.
2) Cara Mencapai Tuba
a) Laparotomi
b) Laparotomi Mini
c) Laparoskopi
3) Cara Penutupan Tuba
a) Pomeroy
Tuba dijepit pada pertengahannya, kemudian diangkat sampai
melipat. Dasar lipatan diikat dengan sehelai catgut nomor 0 atau
nomor 1. Lipatan tuba kemudian dipotong diatas ikatan catgut.
b) Kroener
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari
jepitan diikat dengan sehelai benang sutera, atau dengan catgut
yang tidak mudah direabsorpsi. Bagian tuba distal dari jepitan
dipotong (fimbriektomi).
c) Irving
Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung
potong diikat dengan catgut kromik nomor 0 atau 00. Ujung
potongan proksimal ditanamkan didalam myometrium dinding
depan uterus. Ujung potongan distal ditanamkan di dalam
ligamentum latum.
d) Pemasangan Cincing Falope
Dengan aplikator, bagian isthmus tuba ditarik dan cincin dipasang
pada bagian tuba tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak
keputih-putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi dan
akan menjadi fibrotic.

c. Indikasi

Indikasi tubektomi dikenal dengan istilah keputusan 100 (umur ibu x


banyak anak = 100) dengan ketentuan :
1) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2) Umur 30 tahun dengan 3 anak hidup
3) Umur 35 tahun dengan 2 anak hidup

Misalnya, seorang wanita telah berusia 35 tahun dan telah memiliki 3


anak. Lalu data tersebut diformulasikan, dengan mengalikan 35 dengan 3,
sehingga berjumlah 105. Hasil ini dapat diartikan sebagai kondisi aman. Oleh
karena itu jika ingin menjalani kontrasepsi jenis ini, maka sebaiknya usia anak
bungsu telah melewati masa balita.

d. Kontraindikasi

1) Dalam keadaan hamil.

2) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan.

3) Adanya infeksi sitemik atau pelvic yang akut

4) Tidakboleh menjalani proses pembedahan

5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.


Belum memberikan persetujuan tertulis

e. Mekanisme Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Berikut adalah gambar mekanisme kerja tubektomi
f. Manfaat

1) Kontrasepsi
a) Penggunaannya sangat efektif, yaitu 0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan.
b) Tidak mempengaruhi terhadap proses menyusui (breastfeeding).
c) Tidak bergantung pada faktor senggama.
d) Baik bagi klien bila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang
serius.
e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.
f) Tidak ada efek samping dalam jangka waktu yang panjang.
g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormone ovarium).
h) Permanen.
2) Non-Kontrasepsi
a) Berkurangnya resiko kanker ovarium.
g. Keterbatasan
1) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi.
2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.
3) Resiko komplikasi kecil, namun dapat meningkat apabila menggunakan
anastesi umum
4) Rasa sakit atau ketidaknyamanan muncul dalam waktu pendek setelah
tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter spesialis ginekologi untuk
proses laparoskopi.
6) Tidak melindungi dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.

h. Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Melaksanakan Tubektomi


1) Usia lebih dari 26 tahun.
2) Jumlah anak (paritas) minimal adalah 2, dengan umur anak terkecil dari 2
tahun.
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan keinginannya
dan pasangannya.
4) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
5) Pasca persalinan dan atau pasca keguguran.
6) Paham dan secara sukarela setuu dengan prosedur pelaksanaan. Klien
mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum pelaksanaan
prosedur ini, serta informed consent harus diperoleh oleh tim medis dan
standard consent form harus ditandatangani oleh klien sebelum prosedur
dilaksanakan.
i. Waktu Pelaksanaan Tubektomi
1) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional
klien tidak hamil.
2) Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase poliferase).
3) Pasca persalinan, minilaparoskopi dalam wkatu 2 hari atau hingga 6 atau
12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pasca persalinan.
4) Pasca keguguran; triwulan pertama (minilaparoskopi atau laparoskopi) dan
triwulan kedua (minilaparoskopi saja)

2. Metode Operasi Pria (MOP) / Vasektomi:

a. Pengertian

Menurut “Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB” oleh Lucky


Taufika Yuhedi dan Titik Kurniawati, S.Si.T, metode operasi pria atau
vasektomi merupakan tindakan pengikatan dan pemotongan vas deferens agar
sperma tidak keluar dari penis.
Menurut buku “Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi” oleh Anna
Glaiser, Vasektomi adalah pemotongan atau penyumbatan vas deferens untuk
mencegah lewatnya sperma..Cara kerja vasektomi yaitu vas deferens di tutup
sehingga tidak dapat menyalurkan spermatozoa.

b. Pemotongan dan ligasi


Vas deferens di palpasi melalui kulit skrotum bagian atas dan difikasi baik
dengan instrumen atau dengan telunjuk dan ibu jari. Vas deferens yang
terdapat di dalam selubung fasia dipanjangkan melalui sebuah insisi kecil di
kulit, fasia di buka secara longitudinal, dan vas deferens diligasi dan di potong
atau di sumbat dengan klip atau dengan diatermi.Interposisi selubung fasia di
antara ujung-ujung potongan vas deferens di perkirakan dapat meningkatkan
efektivitas prosedur ini. Vas deferens dapat di capai baik dengan insisi tunggal
di garis tengah atau dengan insisi, satu di masing-masing sisi. Variasi teknik
mencakup:
1) Eksisi sebagian kecil vas deferens. Tindakan ini kecil kemungkinannya
akan meningkatkan efektivitas, kecuali apabila di lakukan eksisi vas
deferens paling sedikit sepanjang 4cm dan eksisi menyebabkan
penyambungan kembali menjadi lebih sulit. Namun tindakan ini
memungkinkan kita memeriksa vas deferens secara histologis yang akan
membantu dalam kasus ligasi sesudahnya tetapi juga akan meningkatkan
biaya prosedur.
2) Melengkungkan masing masing ujung potongan ke arah masing masing
vas deferens.
3) Okulasi dengan menggunakan sebuah klip perak.
4) Okulasi dengan diatermi unipolar menggunakan instrumen bedah ujung
tumpul yang di rancang khusus, instrumen tersebut di masukkan 1 cm ke
arah proksimal dan distal vas deferens yang telah di potong dan di
lakukan koagulasi jaringan selama 3 sampai 4 detik sampai otot tampak
lebih gelap
5) vasektomi tanpa pisau bedah, menggunakan instrumen yang di rancang
khusus untuk mengisolasi dan mrngeluarkan vas deferens melalui kulit
skrotum dan insisi kulit di gantikan oleg sebuah tusukan kecil. Semua
metode oklusi standar dapat di terapkan.
6) Vasektomi ujung terbuka - vas deferens hanya di potong dan kedua
ujungnya di biarkan terbuka. Teknik ini jarang di gunakan karena hampir
pasti meningkatkan angka kegagalan tetapi mempermudah
penyambungan kembali.
7) Teknik non bedah-penyuntukan perkutis agens sklerosan misalnya
elastomer poliuretan atau zat-zat oklusif misalnya silikon sedang di teliti
di cina. Teknik ini tidak memerlukan insisi kulit, selain itu sumbat silikon
sikatakan mudah di keluarkan dan di nyatakan bahwa angka kehamilan
mencapai 100% sampai 5 tahun setelah penyambungan kembali
vasektomi.
Belum ada study kontrol acak dalam skala besar untuk menentukan
apakah salah satu metode lebih efektif dari pada yang lain dan efektifitas
mungkin terutama bergantung pada pengalaman ahli bedah.

c. Keuntungan :
1) Permanen dan efektif.
2) Tidak ada efek samping jangka panjang dan tidak mengganggu hubunggan
seksual.
3) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
4) Tindakan bedah yang aman dan sederhana
5) Tidak menggnggu hubungan seksual.

d. Kerugian :
1) Harus ada pembedahan minor
2) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki anak

e. Indikasi penggunaan yang dapat menjalani vasektomi


Pria subur yang sudah memiliki anak cukup (2 anak) dan istri berisiko
tinggi apabila hamil lagi.

f. Kontradiksi pengguna yang dapat menjalani vasektomi


Pria tidak diperkenankan melakukan vasektomi, jika :
1) Ada peradangan kulit atau jamur didaerah kemaluan.
2) Menderita diabetes mellitus
3) Hidrokel atau varikokel yang besar.
4) Hernia inguinalis
5) Anemia berat, gangguan pembekuan darah

g. Tempat mendapatkan pelayanan vasektomi


1) Rumah sakit
2) Puskesmas
3) Klinik KB

h. Syarat melakukan vasektomi


1) Sukarela, bahagia, sehat jasmani dan rohani
2) Mengikuti konseling (bimbingan tatap muka)
3) Menandatangani formulir persetujuan tindakan medis (operasi)

Menurut buku “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan” oleh Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba,
DSOG, fungsi bidan dalam metode kontrasepsi pria adalah:

1) Memberikan berbagai metode yang dapat dipergunakan sehingga kaum


pria dapat membantu peningkatan usaha untuk menurunkan angka
kelahiran dan memperkecil penyebaran penyakit hubungan seks.
2) Dapat membagikan dan mengerjakan pemakaian kondom
3) Memberikan keterangan dan konsultasi tentang di mana pelayanan metode
KB pria dapat dilaksanakan atau diberikan.

i. Komplikasi
1) Timbul segera
a) Memar dan hematom hampir setiap orang akan mengalami memar
diskrotum tetapi pada 1 samlai 2 persen prua terjadi pendarahan
pascaoperasi yang cukup besar untuk menimbulkan hematom.
Penannganan biasanya cukup dengan analgesia dan terapi likal, tetapi
sejumlah kecil pria perlu dirawat inap untuk drainase hematom.
b) infeksi luka operasi terjadi pada hampir 5 persen pria dan memerlukan
pemberian antibiotik.
c) kegagalan hungga 2 persen pria gagal mencapai azoopemia. Apabila
sperma tetap ditemukan didalam ejakula selama berbulan-bulan, maka
vesektomk dapat diulang. Penentuan waktu pengulangan vasektomi
atau ekplorasi ini dapay dirundingkan antara pasien dan ahli bedah.
2) Timbul lambat
a. Glanulomas perma-gumpalan kecil dapat terbentuknya di ujing-ujung
vasdeferns yang dipotong akibat respons peradangan lokal terhadap
sperma yang bocor. Gumpalan ini dapat diraba dan dapat menimbulkan
nyeri yang mungkin menetap selama bertahun-tahun. Eksisi biasanya
dapat mengatasi masalah ini. Glanulomasperma juga dapat secara fisik
menyatukan ujung-ujung vas deferens yang telah dipotong sehingga
terjadi peningkatan kemungkinan kegagalan.
b. Rasa tidak nyaman intraskrotum kronik ( sindrom pascavesektomi)
sebagian pria mengeluh rasa nyeri tumpul diskritum ya g mungkin
meningkat saat terangsang oleh seksualitas dan saat ejakulasi. Nyeri
juga dapay disebebkan oleh jaringan parut yang terbentuk disekitar
saraf-saraf halus. Nyeri kronik yang berkaitan dengan endurasi
progresif, distensi tubulan, dan pembentukan granuloma di epididimis
mungkin memerlukan eksisi epididimis vas deferens yamg tersumbat.
c. Rekanalisasi lambat kegagalan dapat terjadi sampai sepuluh tahun
setelah vesektomi walaupun dua sampel cairan seminalis setelah
vasektomi memberikan hasil negatif. Pada kasusu ini dapat dilakukan
analisis seminalis, tetapi apabila didalam ejakulat tidak ditukan sperma
maka akan timbul masalah keluarga yang besar pada keluarga tersebut.
Setiap kasus harus ditangani secara individual tetapi kadang-kadang
cumup ditawarkan tindakan ulang tanpa analisis semen.
d. Antibodi antisperma-setelah vasektomi, pada sebagian besar pria
terjadi pembentukan autoantibodi dalam kadar yang dapat dideteksi
yang diduga timbul sebagai respon terhadap kebocoran sperma.
Keberadaan antibodi ini dapat menganggu kesuburan apabila
kemudian dilakukan pemulihan.
e. Penyakit kardiovaskular, endokrin dan autoimun-diperkiraka bahwa
hal ini disebebkan oleh peningkatan kadar auto antibodi yang mungkin
mengubah resiko penyakit autoimun secara umum termasuk penyakit
sendi sklerosis multipel.
f. Kanker-dua studi epidemiologis dari Amerika Serikat dan Scotlandia
(Stetrader et al., 1988., cale at al., 1990) menyatakan adanya
peningkatan resiko kanker testis setelah vasektomi. Disebuah
pertemuan pada tahun 1991 WHO membahas bukti-bukti
epidemiologis dan biologis dan menyimpulkan bahwa belum diketahui
adanya mekanisme biologis yang dapat menjelaskan adanya
keterkaitan dan bahwa tidak mungkin ada hubungan sebab akibat
antara vasektomi dan kanker prostat. Kajian mengenai literatur pada
tahun 1998 oleh Peterson dan Howards menyimpulkan bahwa
vasektomi tidak mungkinenjadi faktor resiko utama kanker prostat.

3. Perkembangan Seksual Yang Menyimpang

Anda mungkin juga menyukai