Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI KASUS BESAR

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

OLEH :
A.Rahmaan Nur
K1A1 12 035

SUPERVISOR
dr. Steven Ridwan, M.Kes,.Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : A.Rahmaan Nur
Stambuk : K1A1 12 035
Judul Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan
klinik pada Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Halu Oleo.

Kendari, Juni 2019


Mengetahui :
Pembimbing,

dr. Steven Ridwan, M.Kes, Sp.OG

2
BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas

Nama : Ny. A

Umur : 27 tahun

Alamat : Mandonga

Agama : Kristen

Suku : Bugis

Pendidikan : Diploma III

Pekerjaan : Pegawai Honorer

No. RM : 07 78 71

Tanggal perawatan: 30 April – 3 Mei 2019

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Nyeri perut kanan bawah

2. Anamnesis Terpimpin

Pasien baru masuk datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah

yang dirasakan sejak pagi hari SMRS, nyeri yang dirasakan terus menerus

dengan sensasi nyeri seperti tertusuk-tusuk kemudian nyeri yang dirasakan

menjalar hampir seluruh perut. Keluhan ini disertai dengan mual dan

muntah, pasien juga mengeluh sering pusing dan lemas, adanya keluhan

keluarnya darah dari jalan lahir berwarna merah kecoklatan sejak 1 hari

3
yang lalu. dan pasien mengaku sedang tidak haid. Keluhan lain seperti sakit

kepala (-), sesak (-), BAB dan BAK kesan normal. Riwayat penyakit dahulu

: penyakit jantung (-), Diabetes mellitus (-), ginjal (-), hipertensi (-),asma (-

). Riwayat penyakit dalam keluarga (-). Riwayat alergi : alergi makanan atau

obat-obatan disangkal. Riwayat menarke umur 13 tahun, haid teratur setiap

bulan dengan siklus haid 28 hari dan lama haid ± 5 hari dengan 2-3 kali

ganti pembalut. HPHT tidak diingat. Riwayat perkawinan : pasien menikah

1 kali dengan usia penikahan 7 tahun. Riwayat KB : Pasien tidak

menggunakan KB

Riwayat obstetri :

1. I / 2019 / Kehamilan Sekarang

C. Pemeriksaan Fisis

1. Status Generalis

 Keadaan umum : Sakit sedang

 Kesadaran : composmentis

 Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 86x/m (reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 18 x/m
Suhu : 36,5oC
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephal, deformitas (-).
Mata : Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-,
Edema palpebra (-)
Hidung : Septum deviasi -/-, sekret -/-

4
Telinga : Liang telinga lapang, serumen -/-
Mulut : Bibir pucat (+), stomatitis (-), caries (-)
Leher : KGB tidak membesar
Tenggorok : Hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular
Paru : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Palpasi : TFU Tidak teraba, nyeri tekan perut
bawah kanan (+), Defans Muskuler (+)
Perkusi : Timpani(+)
Alat genital : Fluksus (-)
Ekstremitas : Edema -/-, pucat -/-
3. Pemeriksaan obstetri

 Pemeriksaan Luar : TFU tidak teraba, abdomen cembung, nyeri tekan

perut sebelah kanan (+), defans muskuler (+)

 Pemeriksaan dalam :

Vulva : Dalam batas normal

Vagina : Dalam batas normal

Portio : Tebal lunak, nyeri goyang (+)

OUE/OUI : Tertutup

Cavum Douglasi : Bombans

Uterus : Anteflexi

Adneksa : Dalam batas normal

Pelepasan : Darah (+)

5
4. Pemeriksaan penunjang

a. USG : 29 April 2019

Hasil USG :

- Tampak massa kistik dengan echo janin intra kistik, DJA (–) di
adneksa.
- Kesan : Kehamilan Ektopik Terganggu

b. Laboratorium 30 April 2019


Parameter Hasil Nilai
rujukan
WBC 8,38 [10^3/uL] 3,5 – 10,0
HGB 9,3 [g/dL] 10,0 – 16,5
PLT 278 [10^3/uL] 150– 390
GDS 107 Mg/dl 70 - 180
Ur/Cr 24/0,6 Mg/dl 15-40 / 0,7-1,2
SGOT/SGPT 11/8 U/L < 31

D. Diagnosa

 Pre Operatif : Kehamilan Ektopik Terganggu

6
 Post Operatif : Kehamilan Ektopik Terganggu ( Tuba Fallopi Kanan )

E. Perencanaan

1. Rencana Diagnostik

 Observasi tanda-tanda vital

 Observasi perdarahan

2. Rencana Terapi

 Informed Consent laparatomi

 IVFD RL 500 cc

 Siapkan PRC 2 sack

 Pasang kateter

 Laparatomi

F. Laporan Operasi

1. Regional Anestesi

2. Asepsis dan antisepsis.

3. Insisi abdomen

4. Tampak perdarahan intra abdominal

5. Evaluasi bekuan darah.

6. Tampak kehamilan tuba pars ampullaris kanan

7. Tindakan salphingektomi kanan

8. Evaluasi perdarahan

9. Tutup abdomen.

7
Gambar 1. Tampak fetus yang telah dikeluarkan.

G. Perkembangan Pasien

Hari / Tgl Perjalanan Penyakit Rencana Terapi


Selasa, S :Nyeri perut kiri bawah, pusing (+). R/
30/4/ 2019 O : TD : 110/ 80 mmHg  Informed Consent Laparatomi
(06.45 WITA) N : 86 x/ menit  IVFD RL 500 cc
P : 16 x / menit  Siapkan PRC 2sack
S : 36,5ºC  Pasang kateter
Konjungtiva anemis +/+  Laparatomi Jam 08.00
Palpasi : Nyeri tekan perut bawah

sebelah kanan (+), defans muskuler (+)

PDV :
V/V : dalam batas normal
Portio : tebal lunak, nyeri goyang porsio
(+)
Uterus Adneksa : sulit dinilai
Pelepasan : (-)
A : Kehamilan Ektopik Terganggu

8
Rabu, S : lemas (+) Instruksi Post Op :
1/5/2019 O : TD : 112/61 mmHg - Observasi tanda vital
N : 125x/ menit - IVFD RL 28 tpm
P : 24x / menit - Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV
S : 36,3ºC - Inj. Ranitidine 50 mg/8jam/IV
A : POH0 + Kehamilan Ektopik
Terganggu ( Tuba Fallopi Kanan )
Kamis S :Nyeri luka operasi (+) R/
2/5/ 2019 O : TD : 100/ 60 mmHg - IVFD RL 28 tpm
N : 84 x/ menit - Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV
P : 20 x / menit - Inj. Ranitidine 50 mg/8jam/IV
S : 36,5ºC
Fluksus : (+) sedikit
Urine : 600/12 jam
Verban : kering
A : POH1 + Kehamilan Ektopik
Terganggu ( Tuba Fallopi Kanan
)
Jumat, S :Nyeri bekas operasi ↓ R/
3/5/ 2019 O : TD : 100/60 mmHg - Aff infus
N : 88 x/ menit - Aff kateter
P : 18x / menit - Asam mefenamat 3x500mg
S : 37ºC - SF 2x1
Fluksus : (+) sedikit
Urine : 500/15 jam
Verban : kering
A : POH2+ Kehamilan Ektopik
Terganggu ( Tuba Fallopi Kanan
)

9
Sabtu, S : Tidak ada R/
4/5/ 2019 O : TD : 110/70 mmHg - Asam mefenamat 3x500mg
N : 80 x/ menit - SF 2x1
P : 20x / menit - GV
S : 36,5ºC - Kontrol 3 hari kemudian
Fluksus : (-) - BPL
Verban : kering
A : POH3+ Kehamilan Ektopik
Terganggu

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Blastokista, dalam keadaan normal, tertanam di dalam lapisan

endometrium rongga uterus. Implantasi ditempat lain dianggap sebagai

kehamilan ektopik. Kata ini berasal dai bahasa Yunani ektopos-di luar

tempatnya. Menurut American College of Obstetricians dan Gynecologists

(2008), 2 % dari seluruh kehamilan trimester pertama di Amerika Serikat

adalah kehamilan ektopik dan jumlah ini menyebabkan sekitar 6 % dari

semua kematian terkait kehamilan. Risiko kematian akibat kehamilan di luar

uterus lebih besar daripada kehamilan yang memberi hasil lahir hidup atau

yang diberhentikan secara sengaja. Selain itu kemungkinan untuk kembali

hamil dengan baik akan berkurang setelah kehamilan ektopik. Namun,

dengan diagnosis yang lebih dini, baik kelangsungan hidup ibu maupun

konservasi kapasitas reproduksi dapat ditingkatkan.1

Insiden kehamilan ektopik meningkat di negara maju dan kini sampai

pada angka 1 dalam 80-150 kehamilan. Alasan peningkatan insiden tidak

jelas tetapi mungkin berhubungan dengan aktivitas seksual dan

meningkatnya insiden penyakit peradangan pelvis atau diagnosis yang lebih

dini dengan ultrasonografi.2

B. Definisi

Kehamilan Ektopik (KE) adalah kehamilan dimana implantasi

blastosis terjadi diluar cavum uteri. Sebelum defenisi ini, pernah

11
dikemukakan istilah kehamilan ekstrauteri, artinya kehamilan yang terjadi

dan berada diluar uterus lebih dari 95% kehamilan ektopik berada disaluran

telur (tuba fallopi).2-5

C. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik tidak diketahui. Implantasi ovum yang

dibuahi hanya dapat berlangsung apabila zona pelusida sudah hilang

sebagian atau komplit. Hal ini terjadi jika perjalanan ovum yang dibuahi di

sepanjang tuba fallopii terganggu karena terjadi kerusakan tuba akibat

infeksi.2

Seperti diketahui, sebagian terbesar (98%) kehamilan ektopik terjadi

pada tuba fallopii. Setiap gangguan transportasi hasil konsepsi

mengakibatkan implantasi pada tuba fallopii yang merupakan penyebab

utama kehamilan ektopik. Penyebab paling utama gangguan transportasi

hasil konsepsi pada tuba adalah sebagai berikut : 5

a. Infeksi alat genitalia interna khususnya tuba fallopii

1) Infeksi STD akibat makin bebasnya hubungan seksual pranikah

2) Infeksi asenden akibat pemakaian IUD

3) Bakteri khusus yang menyebabkan gangguan tuba fallopii adalah

Chlamydia trachomatis yang menimbulkan penyempitan lumen tuba

b. Terdapat desakan dari luar tuba

1) Kista ovarium atau mioma subserosa sehingga pada bagian tertentu,

lumen tuba fallopii menyempit, akibat hasil konsepsi tidak dapat lewat

sehingga tumbuh dan berkembang setempat.

12
2) Endometriosis : menimbulkan perlekatan dengan sekitarnya sehingga

terjadi penyempitan lumen tuba fallopii

c. Operasi pada Tuba Fallopii

1) Operasi rekontruksi tuba fallopii, tetapi lumennya tidak selebar

semula sehingga hasil konsepsi tersangkut dan tumbuh-kembang di

dalamnya,

2) Rekanalisasi spontan dari sterilisasi tuba, dengan pembukaan lumen

yang tidak sempurna dan terjadi penyempitan. Akibatnya hasil

konsepsi tersangkut dan terjadi kehamilan ektopik.

d. Kelainan kongenital alat reproduksi interna

1) Tuba fallopii memanjang sehingga dalam perjalanan “blastula”

terpaksa melakukan implantasi dan menimbulkan kehamilan ektopik

2) Terdapat diverticulum dalam tuba fallopii sehingga hasil konsepsi

dapat melakukan implantasi dan menimbulkan kehamilan ektopik.

e. Terjadi migrasi intraperitoneal spermatozoa atau ovum

1) Terjadi kehamilan ektopuk pada uterus rudimenter

2) Terjadi kehamilan pada ovarium

f. Keterlambatan implantasi hasil konsepsi menyebabkan implantasi terjadi

di bagian bawah kavum uteri dalam bentuk plasenta previa dan

kehamilan servikalis.

D. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi

menjadi 5 berikut ini : 3-6

13
a. Kehamilan tuba, meliputi > 95 % yang terdiri atas : Pars ampularis

(55%), pars ismika (25%), pars fimbriae (17%) dan pars pars interstitial

(2%)

b. Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi di serviks uterus,

ovarium, atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering

merupakan kehamilan abdominal sekunder dimana semua merupakan

kehamilan tuba yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari

ostium tuba pars abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian

embrio/buah kehamilannya mengalami reimplantasi di cavuma abdomen,

misalnya dimenterium/mesovarium atau di omentum.

c. Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit

d. Kehamilan heterotopic merupakan kehamilan ganda dimana satu janin

berada di cavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan

ektopik. Kejadian sekitar per 15.000-40.000 kehamilan.

e. Kehamilan ektopik bilateral. Kehamilan ini pernah dilaporkan walaupun

sangat jarang terjadi.

Gambar 2. lokasi terjadinya kehamilan ektopik

14
E. Patofisiologi

Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai

endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran

tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan

pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk

pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami

beberapa perubahan dalam bentuk berikut ini : 3

1. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorpsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati

karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total.

Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya

terlambat untuk beberapa hari.3

2. Abortus ke dalam lumen tuba

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh

darah oleh vili korialis pada dinding tuba ditempat implantasi dapat

melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama robeknya

pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya,

bergantung pada derajat perdarahan yang timbul.Bila pelepasan

menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba

dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba pars abdominalis.
3
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus,

perdarahan akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah,

sehingga berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang berlangsung

15
terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (hematosalping),

dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba.

Darah ini akan berkumpul di cavum douglasi dan akana membentuk

hematokel retrouterina. 3

3. Ruptur dinding tuba

Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan

biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya, ruptur pada pars interstitial

terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang

menyebabkan ruptur ialah penembusan vili korialis ke dalam lapisan

muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan

atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam

hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang

sedikit, kadang-kadang banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan dalam

lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium

tuba abdominal. 3

Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur

sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis

oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. 3

Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba,

tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi

dikeluarkan dari tuba. Perdarahan dapat berlangsung terus sehingga

penderita akan cepat jatuh dalam keadaan anemia atau syok karena

16
hemoragia. Darah tertampung pada rongga perut akan mengalir ke

kavum douglasi yang makin lama makin banyak dan akhirnya dapat

memenuhi rongga abdomen. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak

meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan

yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil,

dapat diresorbsi seluruhnya, bila besar kelak dapat diubah menjadi

litopedion. Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi

oleh kantung amnion dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan

tumbuh uterus dalam rongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan

abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin,

plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya,

misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.


3

Gambar 3. Komplikasi kehamilan Ektopik, ruptur tuba

17
F. Gambaran Klinis

Gambaran klinis hamil ektopik tergantung dari dua bentuk, yaitu :5

Tabel 1. Gambaran klinis kehamilan ektopik(5,9)


Hamil ektopik intak
a. Amenore
b. Rasa tidaknyaman di abdomen bawah
c. Mungkin terdapat perdarahan ringan
d. Pemeriksaan vaginal :
1) Nyeri gerak serviks
2) Adneksa tegang atau teraba massa
3) masa adneksa terasa nyeri saat palpasi
e. Tanda perdarahan intra abdomen negatif
f. Kesimpulan diagnosis sulit :
1) Observasi gambaran darah
2) Konfirmasi dengan pemeriksaan laparoskopi
g. Terapi :
1) Laparoskopi untuk mengangkat hasil konsepsi
2) Menyuntikkan kemoterapi sehingga hasil konsepsi mati dan
direabsorpsi

Hamil ektopik dengan ruptur


a. Terdapat trias rupture hamil ektopik :
1) Amenore
2) Nyeri abdomen mendadak,
3) Terdapat perdarahan
b. Perdarahan pervaginam akibat :
1) deskuamasi endometrium
2) aliran darah melalui tuba fallopii
c. tanda perdarahan abdominal positif yaitu :
1) Tanda cairan intra abdomen
2) Collen sign mungkin positif
3) Palpasi abdomen nyeri akibat iritasi peritoneum
d. Pemeriksaan dalam :
1) Terdapat nyeri goyang serviks
2) Kavum douglas menonjol dan nyeri
3) Perdarahan per vaginam
e. Konfirmasi diagnosis :Fungsi kavum douglasa akan terdapat darah
f. Terapi :
1) Laparatomi untuk menghentikan sumber perdarahan
2) Menyelamatkan jiwa dari kemungkinan syok irreversibel

18
G. Diagnosis

Diagnosis kehamilan ektopik ada tiga golongan/bentuk : 5

a. Kehamilan ektopik intak , diagnosis didasarkan pada kombinasi :7

- Pemeriksaan hormon : Progesteron dan ẞ-Hcg

- Ultrasonografi transvaginal

- Laparoskopi untuk konfirmasi diagnostik dan terapi

b. Kehamilan ektopik subakut. Diagnosisnya didasarkan atas :

- Gejala klinik : nyeri perut (90-100%), amenore (75-95%), perdarahan

pervaginam (50-80%), pusing (20-35%), gejala hamil muda (25-35%),

pengeluaran massa (5-10%)

- Hasil pemeriksaan : nyeri-tegang abdomen (80-95%), ketegangan

adneksa (75-90%), terdapat massa adneksa (50%), pembesaran uterus

(20-30%), perubahan orthostatik (10-15%), badan panas-dehidrasi (5-

10%)

- Konfirmasi diagnosis : fungsi cavum douglass (terdapat darah encer

dan tanpa bekuan darah), laparoskopi diagnostik (terdapat darah

dalam cavum abdomen, dijumpai letak kehamilan ektopik)

Gejala hamil ektopik subakut sebagian besar dijumpai pada

kehamilan isthmus sehingga perdarahannya terjadi secara perlahan

19
c. Ruptur kehamilan ektopik akut

Ruptur kehamilan ektopik dengan cepat menyebabkan kehilangan

cukup banyak darah menuju cavum abdomen sehingga secara total

mengubah hemodinamik sirkulasi sistemik dan menimbulkan kolaps

yang disertai syok.

Dasar diagnosisnya :

1) Penderita tampak anemis, nyeri, mungkin sudah disertai dengan

gangguan pernapasan dyspneu.

2) Tensi turun, akral dingin dan nadi meningkat.

3) Pemeriksaan dijumpai : tanda cairan/darah bebas di dalam

abdomen, abdomen nyeri dan tegang.

4) Pemeriksaan dalam : nyeri goyang pada cerviks, teraba massa pada

adneksa, cavum douglass menonjol

H. Penatalaksanaan

Berdasarkan kriteria kehamilan ektopik, terapinya dapat dijabarkan

sebagai berikut : 5

a. Hamil ektopik intak :

1) Operasi laparoskopi.

2) Pemberian terapi medikamentosa dengan metrotreksat/lainnya5-10

Konsep terapi kehamilan ektopik dengan medikamentosa adalah

mematikan vili koliaris sehingga tidak menimbulkan destruksi ke

sekitarnya, dengan harapan akan diresorpsi, tanpa, menimbulkan

jaringan ikat dan lumen tuba falopii tetap terbuka dengan fungsi utama

20
yang masih normal. Metrotreksat dianggap kemoterapi yang paling
5,7,10
tepat oleh karena sensitif terhadap sel trofoblas. Syarat pemberian

metrotreksat adalah : 5

a) Hamil ektopik dengan GS < 3 cm

b) Tidak terdapat perdarahan aktif.

c) hCG < 1500 mIU/ml

d) Tidak terdapat detak jantung (relatif)

Dosis pemberian metrotreksat :5

a) 20-25 mg/IV setiap hari

b) 0 mg/m2 dengan interval sehari.

c) Transvaginal langsung 10 mg (jika trofoblas masih aktif 40 mg/7

hari kemudian)

Tabel 2. Protocol pemberian metrotreksat(5)


Hari Pemeriksaan/PemberianPengobatan
Metrotreksat :
1 50 mg/m2
Titer hCG
4 Tentukan titer hCG
7 Tentukan titer hCG
Perlu diperhatikan syarat pemberian metrotreksat diantaranya : 5

1) Gambaran darahnya :

a. Hb lebih dari 10 gr%

b. Leukosit diatas 5000/ml

c. Bleeding-chlotting time normal

21
2) Fungsi ginjal dan hati dalam batas normal . Sebaiknya setelah

mendapatkan metrotreksat dilakukan evaluasi : Gambaran darah

lengkap dan fungsi ginjal serta hati.

b. Ruptur kehamilan ektopik subakut :

1) Laparoskopi diagnostik dan diikuti terapi

2) Laparatomi

c. Ruptur kehamilan ektopik dengan gejala akut abdomen

1) Laparotomi untuk mengangkat sumber perdarahan

I. Prognosis

Prognosis kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan

diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Akan tetapi, bila

pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.3 Risiko kematian akibat

kehamilan di luar uterus lebih besar daripada kehamilan yang memberi hasil

lahir hidup atau yang diberhentikan secara sengaja. Selain itu kemungkinan

untuk kembali hamil dengan baik akan berkurang setelah kehamilan

ektopik. Namun, dengan diagnosis yang lebih dini, baik kelangsungan hidup

ibu maupun konservasi kapasitas reproduksi dapat ditingkatkan.1

22
BAB III

PEMBAHASAN

1. Anamnesa

Kasus Teori
Pada kasus ditemukan gejala berupa : Trias criteria kehamilan ektopik :
- Tidak sedang haid - Amenorea
- Nyeri perut kanan bawah - Nyeri abdomen
- Perdarahan pervaginam - Perdarahan pervaginam

Pada anamnesa didapatkan pasien mengalami nyeri perut kanan bawah dan

pasein tidak sedang haid. Hal tersebut sesuai dengan trias kehamilan ektopik

2. Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori
Pada kasus, ditemukan Pemeriksaan Fisik:
pemeriksaan Fisik: a. Umum :
PasienTampak - Tampak anemis, yang bervariasi
Anemis - Kesadaran bervariasi
a. Pemeriksaan - Tampak sakit akibat hilangnya darah dari system sirkulasi
Abdomen sistemik
- Nyeri tekan (+) - Akibat jumlah darah yang banyak di dalam peritoneum akan
- Defans muskuller tampak colleen sign
b. Pemeriksaan Dalam b. Pemeriksaan Abdomen
- Nyeri goyang - Abdomen tegang, nyeri tekan dan nyeri susulan
portio (+) - Tanda cairan bebas intraperitoneal
c. Pemeriksaan Dalam
- Nyeri goyang serviks
- Adneksa dan cavum douglasi menonjol serta nyeri

23
Pada pemeriksaan Fisik tidak didapatkan gejala yang spesifik atau

tidak khas dan penderita biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam

kehamilan sampai terjadinya abortus tuba ataupun ruptur tuba. Pada

umumnya penderita menunjukkkan gejala-gejala kehamilan muda dan

mungkin nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa

dihiraukan. Pada pemeriksaan USG sangat membantu menegakkan

diagnosis kehamilan ektopik pada kasus ini.

3. Pemeriksaan Penunjang

Kasus Teori
Pada kasus, dilakukan PemeriksaanPenunjang :3,9,10
pemeriksaan : a. Pem.Laboratorium :dilakukan dengan
a. Darah lengkap →WBC pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah
:8.38x103/ul, HGB : 9,3 merah berguna dalam menegakkan diagnosis
g/dl, PLT : 278x103/ul KET, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan
b. Tes Kehamilan : (+) dalam rongga perut.
c. USG : Nampak kantung b. Tes Kehamilan : tes kehamilan berguna apabila
gestasi yang berisi positif, akan tetapi tes negative tidak
mudigah berada diluar menyingkirkan kemungkinan kehamilan
intrauterine (pada adneksa ektopik karena kematian hasil konsepsi dan
kanan) degenerasi trofoblas menyebabkan produksi
human chorionic gonadotropin menurun dan
menyebabkan tes negatif.
c. ẞ-hCG : cukup sensitive untuk kadar 10 – 20
mIU/ml dan positif pada lebih 99% kehamilan
ektopik.
d. USG : untuk memastikan diagnose klinis yang
dicurigai mengalami gestasi ektopik dan

24
mengetahui lokasi dan ukuran kehamilan
e. Kuldosintesis : suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah dalam cavum douglas ada
darah. Cara ini sangat berguna dalam
membantu membuat diagnosis KET
f. Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat
bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan
ektopik apabila hasil penilaian prosedur
diagnostik yang lain meragukan.

Hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosiskehamilan

ektopik pada pasien ini adalah tes kehamilan dan pemeriksaan USG

4. Penatalaksanaan

Kasus Teori
Pada kasus, tindakan pembedahan Berdasarkan kriteria kehamilan ektopik,

yang dilakukan adalah terapinya dapat dijabarkan sebagai

salpingektomi dextra. berikut :

1. Hamil ektopik intak :

 Operasi laparoskopi

 Pemberian terapi medikamentosa

dengan metrotreksat/lainnya

2. Ruptur kehamilan ektopik subakut :

 Laparoskopi diagnostik dan

diikuti terapi

25
 Laparatomi

3. Ruptur kehamilan ektopik dengan

gejala akut abdomen

 Laparotomi untuk mengangkat

sumber perdarahan

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, dkk. 2013.William Obstetrics 23nd

ed. Vol.2. EGC : Jakarta. Hal. 251-62

2. Jones DL. 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Gynecologi edisi 6. Penerbit

Hipokrates : Jakarta. Hal. 104-07

3. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan, Edisi keempat. PT Bina

Pustaka : Jakarta.

4. Manuaba, IBG. 2001. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetric

ginekologi dan KB. EGC : Jakarta. Hal. 594-98

5. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IB. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.

EGC : Jakarta. Hal. 701-17

6. Prawirohardjo, sarwono.2011. Ilmu Kandungan, Edisi ketiga. PT Bina

Pustaka : Jakarta. Hal. 201-08

7. National Institute for Health and care Excellence. 2012. Ectopic pregnancy

and miscarriage : diagnosis and initial management.

www.nice.org.uk/guidance/cg154

8. Clinical Practice Guideline. 2017. The diagnosis and management of ectopic

pregnancy. Institute of Obstetricians and Gynaecologists, Royal College of

Physycians of Ireland and Directorate of clinical strategyand programmes,

Health Service Executive.

9. Lomboan PS, Mamengko L, Wantania J. 2015. Gambaran kehamilan

ektopik terganggu di RSUP Prof. DR.R.D Kandou Manado periode januari

27
2012-desember 2013. Jurnal e-Clinic. Volume 3, Nomor 2, mei-agustus

2015. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi : Manado

10. Kriswedhani GAP, Carolia N. 2016. Kehamilan Ektopik. J Medula Unila.

Volume 5, Nomor 1, Mei 2016. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung :

Bandar lampung

28

Anda mungkin juga menyukai