Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK TES DNA KASUS PATERNITAS DARI POLDA METRO JAYA

DI LABORATORIUM DNA PUSDOKKES POLRI


(DNA TESTING METHODS IN PATERNITY CASE FROM POLDA
METRO JAYA IN DNA LABORATORY, PUSDOKKES POLRI)

Elsa Virnarenata1, Elly Lestari Rustiati1, Putut Tjahjo


Widodo2, Ifan Wahyudi2 Priyambodo1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung1
Laboratorium DNA, Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri2

vrenatae@gmail.com

ABSTRAK

Analisis forensik terus dikembangkan seiring dengan kemajuan sains dan


teknologi. Aplikasinya meluas, meliputi segala lini dan kasus untuk membantu
pembuktian dalam penyelidikan kasus hukum. Salah satu di antara kasus yang
memerlukan bukti forensik adalah keraguan terhadap status keayahan sebab
diperlukan adanya upaya eksklusi terhadap seseorang yang diduga sebagai orang
tua biologis dari seorang anak. Kasus ragu ayah dapat terselesaikan dengan tes
paternitas dalam membuktikan apakah seorang pria adalah ayah biologis dari
seorang anak dengan membandingkan pola DNA anak dengan terduga ayah
untuk memeriksa bukti pewarisan DNA yang dapat menunjukkan kepastian
adanya hubungan biologis. Proses pembuktian orang tua biologis melalui tes
DNA berkekuatan hukum sebab dilakukan oleh tenaga ahli dan berkepastian
hukum karena hasil tes DNA akan dinyatakan tidak terbantahkan secara ilmiah
serta tidak akan pernah berubah. Pada tes DNA kasus paternitas dari Polda
Metro Jaya di Laboratorium DNA Pusdokkes Polri dilakukan tujuh tahapan,
dimulai dari eksaminasi I, eksaminasi II, ekstraksi, kuantifikasi, amplifikasi,
elektroforesis kapiler dan analisis data pada hasil pengambilan sampel buccal
swab dari anak, ibu dan terduga ayah.

Kata kunci : tes DNA, paternitas, ayah biologis, elektroforesis kapiler

PENDAHULUAN menemukan fakta-fakta fisik


sehingga kasus-kasus kriminal
Dewasa ini aplikasi ilmu forensik maupun sipil dapat diselesaikan.
tidak saja dipergunakan pada Salah satu kasus di bidang hukum
penyelesaian kasus dengan korban yang memerlukan penjelasan
yang telah meninggal tetapi juga forensik adalah kasus perdebatan
kasus-kasus yang melibatkan orang status keayahan. Tes paternitas
yang masih hidup. Analisa forensik adalah usaha untuk mengeksklusi
dilaksanakan terhadap bukti-bukti seseorang yang dituduh sebagai
untuk membantu peradilan orang tua biologis dari seorang anak.
Setiap sel dalam tubuh manusia berguna dari aspek medis dalam hal
memiliki 24 pasang kromosom. pendonoran darah atau transplantasi
Pada induk sel sperma dan sel telur organ. Penentuan status keayahan
terjadi pembelahan yang disebut terhadap seorang anak dapat
meiosis sehingga 24 pasang dilakukan dengan metode paling
kromosom tersebut berpisah sederhana yaitu dengan menentukan
sehingga sel-sel induk menghasilkan atau mencocokkan tingkat kesuburan
sel sperma atau sel ovum yang atau fertilitas seorang pria yang
memiliki 24 kromosom. Pada saat dituduh sebagai ayah dan waktu
pembuahan sel sperma ayah (24 terjadinya konsepsi.
kromosom) akan bersatu dengan sel
ovum ibu (24 kromosom) sehingga Selain itu kasus-kasus disputed
kromosom dari pihak ayah akan paternity juga dapat diselesaikan
berpasang-pasangan dengan dengan melakukan tes paternitas,
kromosom dari pihak ibu dan yaitu suatu tes untuk menentukan
membentuk zigot. Pada saat inilah apakah seorang pria adalah ayah
rangkaian deoxyribo nucleic acid biologis dari seorang anak. Adapun
(DNA) dari ayah dan ibu diturunkan kasus paternitas dalam kaitannya
kepada anaknya, dimana masing- dengan penelusuran hubungan
masing pihak memberikan kontribusi kekerabatan antara seorang anak
50 persen terhadap DNA anak dengan laki-laki yang diduga sebagai
(Roberts dan Pembrey, 1995). ayah biologisnya, saat ini merupakan
salah satu permasalahan yang umum
Terdapat berbagai jenis metode tes terjadi. Tes paternitas membanding-
paternitas yaitu metode konvensional kan pola DNA anak dengan terduga
dengan analisis fenotip pada berbagai ayah untuk memeriksa bukti
sistem golongan darah dan metode pewarisan DNA yang menunjukkan
forensik molekular yaitu dengan tes kepastian adanya hubungan biologis.
DNA. Analisis fenotip hanya dapat Proses pembuktian seorang anak
memberikan jawaban pasti jika si X terhadap ayah biologisnya melalui
bukan ayah si anak, sedangkan tes tes DNA memiliki kekuatan hukum
DNA didasarkan pada analisis karena dilakukan oleh para ahli dan
informasi genetik yang sangat mencerminkan kepastian hukum
spesifik dalam membedakan ciri karena sampel yang diperoleh
setiap individu sehingga dapat melalui tes DNA akan dinyatakan
menentukan identitas seseorang tidak terbantahkan secara ilmiah
hampir 100% pasti sebagai ayah serta tidak akan pernah berubah.
biologis si anak (Plueckhahn dan
Cordner, 1991).
METODE PENELITIAN
Penentuan status keayahan tidak
hanya menyangkut masalah Waktu dan Tempat
psikologi namun juga penting dalam
aspek hukum dan aspek medis. Penelitian telah dilakukan di
Dalam aspek hukum masalah ini Laboratorium DNA, Pusdokkes
berhubungan dengan pembuatan akta Polri, Jakarta Timur, DKI Jakarta,
kelahiran, hak waris dan pernikahan. pada tanggal 18 Januari – 28
Diketahuinya ayah biologis juga Februari 2018.
mengikat ion logam dan berfungsi
untuk menghilangkan inhibitor
Prosedur Penelitian DNA.

a) Tahap Eksaminasi I Kemudian 5 µl Proteinase K 10


Pada tahapan ini, dilakukan mg/ µl ditambahkan pada setiap
prosedur pemeriksaan dan tube, dilanjutkan dengan tahap
pengambilan sampel evidence vortex dengan kecepatan rendah.
atau target. Urutan evidence yaitu Penambahan Proteinase K
sampel target terduga ayah berfungsi sebagai pengurai
dengan nomor (1) dan sampel ibu struktur membran sel. Sampel
biologis dengan nomor (2). ditempatkan pada thermomixer
Langkah berikutnya yaitu tip dari dengan suhu 56°C selama satu
buccal swab stick (1) yang jam. Sampel kembali di-vortex
pertama dan kedua dipindahkan selama beberapa detik dan
ke dalam tube 2ml yang telah dipindahkan ke heating block
dipersiapkan dan diberi nomor 100°C selama delapan menit, lalu
sampel, lalu tube ditutup rapat. di-vortex kembali. Sampel
Sarung tangan diganti, lalu tangan disentrifugasi dengan kecepatan
kembali disemprot menggunakan 13000 rpm selama tiga menit.
bleach 10%, kemudian etanol Supernatan dipindahkan ke tube
70%. Ulangi untuk tip dari buccal 1,5 ml baru dan disimpan dalam
swab stick (2) yang pertama dan suhu 4°C.
kedua.
d) Tahap Kuantifikasi
b) Tahap Eksaminasi II Pada tahapan ini, dilakukan
Pada tahapan ini, dilakukan prosedur penghitungan jumlah
prosedur pemeriksaan dan DNA dalam sampel yang telah
pengambilan sampel reference diambil, baik evidence maupun
atau pembanding. Langkah reference. Setelah preparasi
berikutnya yaitu tip dari buccal aseptis selesai dilakukan, terlebih
swab stick (3) yang pertama dan dahulu Quantifiler Standard dan
kedua dipindahkan ke dalam tube Quantifiler Master Mix
2 ml yang telah dipersiapkan dan dipersiapkan. Kemudian, Human
diberi nomor sampel, lalu tube Primer Mix sebanyak 10 µl
ditutup rapat. dicampurkan dengan PCR
Reaction Mix sebanyak 12,5 µl ke
c) Tahap Ekstraksi dalam tube steril. Quantifiler
Pada tahapan ini, dilakukan Mix sebanyak 23 µl dimasukkan
prosedur ekstraksi serta ke dalam setiap tube. Tube
pemurnian DNA sampel yang kemudian di-vortex selama 10
telah diambil, baik evidence detik untuk memastikan seluruh
maupun reference. Tube kontrol reagen sudah tercampur rata.
diisi 5 µl Proteinase K dan 200 µl Sampel DNA yang akan
Chelex 5%. Selanjutnya 200 µl diidentifikasi kemudian
Chelex 5% ditambahkan pada dimasukkan ke dalam tube
setiap tube yang berisi tip dari sebanyak 2 µl kemudian
buccal swab stick. Chelex ditambahkan 2 µl Buffer TE. Tube
berisi sampel dan reagen f) Tahap Capillary Electrophoresis
disentrifugasi dengan kecepatan Pada tahapan ini, dilakukan
3000 rpm selama satu menit untuk prosedur identifikasi STR pada
menghilangkan gelembung yang sampel yang telah diambil, baik
ada pada tube. Sampel DNA evidence maupun reference.
kemudian diproses dengan mesin Tahap selanjutnya yaitu 96-well
7500 Real-Time PCR System. reaction plate ditempatkan pada
base plate. Hi-Di Formamide
e) Tahap Amplifikasi ditambahkan sebanyak 15 µl ke
Pada tahapan ini, dilakukan dalam well. Sampel dimasukkan
prosedur perbanyakan jumlah ke dalam setiap well sebanyak
DNA dalam sampel yang telah 1µl. Reaction plate kemudian
diambil, baik evidence maupun ditutup dengan 96-well separator.
reference. Tahap pertama yang Reaction plate disentrifugasi
harus dilakukan yaitu proses dengan kecepatan 3000 rpm
preparasi amplifikasi dengan selama 1 menit. Reaction plate
Amplification Kit. Master Mix diproses denaturasi dengan
dan Primer Set yang akan thermal cycler dengan suhu 95°C,
digunakan di-vortex selama 3 kemudian reaction plate
detik. Master mix sebanyak 7,5 µl dimasukkan ke dalam freezer
dan Primer set sebanyak 2,5 µl selama tiga menit.
dimasukkan ke dalam tube.
Campuran di-vortex selama 3 Sampel yang sudah diproses
detik, kemudian disentrifugasi amplifikasi dan kuantifikasi
selama beberapa detik. Sebanyak kemudian dilakukan identifikasi
10 µl campuran dipindahkan ke STR dengan menggunakan mesin
dalam setiap tube. Genetic Analyzer 3500 xL. Hasil
dari proses CE akan dianalisis
Tahap selanjutnya yang harus menggunakan software
dilakukan yaitu mempersiapkan GeneMapper ID. Label warna
sampel kontrol negatif berisi 15 µl mengeluarkan emisi fluoresen
low-TE buffer, sampel target tes pada panjang gelombang tertentu
yaitu 15 µl DNA dan kontrol yang kemudian dideteksi oleh
positif berisi 10 µl control DNA mesin berdasarkan sinar laser
(0.1 ng/ µl) 5 µl low-TE buffer yang ditembakkan. Informasi
kemudian ditambahkan ke dalam panjang gelombang disimpan dan
tube yang dikehendaki (volume dianalisis oleh piranti lunak yang
akhir 25 µl). Tube disentrifugasi kemudian diterjemahkan sebagai
pada kecepatan 3000 rpm selama puncak-puncak grafik
20 detik. Proses amplifikasi (elektroforegram). Data yang
dilakukan dengan menggunakan muncul berupa grafik dengan
PCR System 9700. PCR kode STR serta kromosom dari
memanfaatkan proses enzimatik sampel.
yang memperbanyak rantai DNA
pada daerah spesifik. g. Analisis Data
Pada tahapan ini, dilakukan
prosedur identifikasi kesamaan
alel antara sampel evidence maupun reference.
Pada tahap terakhir, hasil analisis antara sampel evidence maupun
data berupa diagram reference.
elektroforegram diolah menjadi
tabel proyeksi kecocokkan alel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis dilakukan terhadap sampel evidence dari ibu dan terduga ayah serta
reference dari anak. Adapun dari hasil analisis data berupa diagram
elektroforegram yang diolah menjadi tabel proyeksi kecocokkan alel antara
sampel evidence maupun reference, didapatkan hasil sebagai berikut:

Diagram Elektroforegram – Sampel 1

Diagram Elektroforegram – Sampel 2


Diagram Elektroforegram – Sampel 3

Gambar 1. Hasil Proyeksi Elektroforegram

Tabel 2. Tabel Proyeksi Kecocokkan Alel

Adapun data dari proses CE dicocokkan dengan software, kemudian dari hasil
elektroforegram yang masuk ke komputer dilakukan pengeditan terhadap peak
atau puncak grafik yang tidak sesuai dengan standar. Peak standard yang
digunakan adalah di antara 75-100 RFU (Relative Fluorescence Unit). Peak di
bawah angka tersebut atau peak minor dihapus, sedangkan peak yang sesuai
dengan standar atau peak major dibaca hasil identifikasinya. Pada jenis reagen
GlobalFiler jumlah alel yang terdeteksi sebanyak 24 alel (Gambar 1).
Selanjutnya dilakukan pembuatan tabel untuk mempermudah dalam
menganalisis keterkaitan evidence (target) dengan reference (pembanding).
Pada hasil yang didapatkan dari hasil proyeksi elektroforegram yang diolah
menjadi tabel proyeksi kecocokkan alel diketahui bahwa pemilik sampel
evidence yaitu sampel target terduga ayah (nomor 1) merupakan ayah biologis
dari pemilik sampel reference yaitu sampel pembanding anak dengan (nomor
3).

KESIMPULAN
Alur prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk penanganan kasus paternitas di
Laboratorium DNA Pusdokkes Polri terbagi dalam tujuh tahapan inti.
Terdapat kecocokkan DNA antara sampel evidence yaitu sampel target terduga
ayah (nomor 1) dengan sampel reference yaitu sampel pembanding terduga anak
(nomor 3).

Anda mungkin juga menyukai