Anda di halaman 1dari 36

FORENSIK & APLIKASI PCR

Indri Mutia Fajri


Tes paternitas adalah tes DNA untuk menentukan apakah
seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak

Tes maternitas adalah untuk menentukan apakah


seorang wanita adalah ibu biologis dari seorang anak

Pengujian didasarkan pada analisis
profil genetik yang sangat akurat dari

ibu, anak dan ayah yang diduga.

FUNGSINYA
Membuktikan atau tidak membuktikan
kekerabatan (karena alasan hukum,
pribadi, atau medis)

Menjawab pertanyaan sulit, menyelesaikan


perselisihan, membantu proses pengadilan dan
memfasilitasi penylesaian praperadilan
Pengujian paternitas dapat dilakukan dengan metode konvensional
dan metode forensik molekuler.

METODE METODE FORENSIK


KONVESIONAL MOLEKULER

Px. Golongan darah Tes DNA


Px. Leukosit
menggunakan HLA
(Human Leukocyte
Antigen)
Tujuan Uji Kekerabatan
Menetapkan riwayat medis yang akurat untuk anak

Mencegah perselisihan dalam adopsi

Membuat catatan dalam imigrasi

Menumbuhkan ketenangan pikiran bagi semua pihak yang terlibat

Untuk mendapatkan tunjangan anak

Untuk menetukan ayah kandung atau ibu kandung


Prinsip Kerja Uji Paternitas

Tes didasarkan pada prinsip pewarisan (Seorang anak mendapat


1/ susunan genetik dari ibu dan 1/ dari ayah
2 2

Tes diungkapkan berdasarkan sejumlah kontrol dari penanda


genetik (genetic markers) dari semua pihak

Ketika ibu tidak dilakukan pengujian, kumpulan penanda dari kontrol


(control markers) yang lebih besar terungkap dari diduga ayah dan anak
Langkah – Langkah Untuk Uji Paternitas

Pengumpulan Ekstraksi Kuantifikasi Amplifikasi DNA typing


Hasil
Sampel DNA DNA DNA dan profil
DNA
Sampel Bukal air liur (saliva) atau darah

Uji Paternitas Ibu, anak, & diduga ayah


Uji Paternitas
tanpa ibu Anak & diduga ayah
Uji Paternitas
sebelum lahir Aminocentesis CVS dari ibu, janin, dan ayah diduga
Diduga ayah tidak
ada Ibu, anak, kedua orang tua dari ayah (kakek-nenek)

Persaudaraan Dua saudara kandung, ibu (jika ada)

Kembar identik Satu set kembar

Deteksi sperma Sampel pakaian

Forensik Satu sampel bukti, satu sampel tersangka, satu


sampel korban (jika ada)
Teknik yang digunakan pada uji
paternitas

01 Tes DNA dengan PCR

02 Tes DNA dengan STR

03 Tes DNA dengan RFLP (Restriction Fragment


Lengeth Polymorphism )
PROSEDUR KERJA
(Jurnal Tes DNA Kasus Paternitas dari Polda Metro Jaya di Laboratorium DNA
PUSDOKKES Polri)
Tahap Eksaminasi I

Pada tahapan ini, di lakukan prosedur pemeriksaan dan pengambilan sampel


evidence atau target
Urutan evidence yaitu sampel target terduga ayah dengan nomor (1) dan sampel
01
ibu biologis dengan nomor (2)
lalu pindahkan ke dalam tube yang berbeda, dan diberi label

Tahap Eksaminasi II

Selanjutnya dilakukan prosedur pemeriksaan dan pengambilan sampel reference


atau pembanding yaitu anak dengan nomor (3)
Masukkan ke dalam tube, dan beri label
Tahap Ekstraksi

Lakukan prosedur ekstraksi serta pemurnian DNA sampel yang telah diambil,
baik evidence maupun reference dengan penambahan 200 µl Chelex 5% pada
setiap tube dan 5 µl Proteinase K 10 mg/ µl pada setiap tube  vortex  Sampel di
tempatkan pada thermomixer (56°C) selama 1 jam  vortex  pindahkan ke
heating block 100°C selama 8 menit  vortex  sentrifugasi 13000 rpm selama 3
menit  supernatan dipindahkan ke tube 1,5 ml baru dan disimpan dalam suhu 4°C.
Tahap Kuantifikasi

Selanjutnya, dilakukan prosedur penghitungan jumlah DNA dalam sampel yang


telah diambil, baik evidence maupun reference.
Human Primer Mix sebanyak 10 µl dicampurkan dengan PCR Reaction Mix
sebanyak 12,5 µl ke dalam tube steril.
Quantifiler Mix sebanyak 23 µl dimasukkan ke dalam setiap tube.
Tube kemudian di-vortex selama 10 detik untuk memastikan seluruh reagen
sudah tercampur rata.
Sampel DNA yang akan diidentifikasi kemudian dimasukkan ke dalam tube
sebanyak 2 µl kemudian ditambahkan 2 µl Buffer TE. Tube berisi sampel dan
reagen disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama satu menit untuk
menghilangkan gelembung yang ada pada tube. Sampel DNA kemudian diproses
dengan mesin 7500 Real-Time PCR System
Tahap Amplifikasi
• .

Pada tahapan ini, dilakukan prosedur perbanyakan jumlah DNA dalam


sampel yang telah diambil, baik evidence maupun reference

Master Mix dan Primer Set yang akan digunakan di-vortex selama 3 detik.
Master mix sebanyak 7,5 µl + masukkan 2,5 µl Primer set ke dalam tube.
Campuran di-vortex selama 3 detik
Kemudian sentrifugasi selama beberapa detik.
10 µl campuran dipindahkan ke dalam setiap tube.
Selanjutnya mempersiapkan sampel kontrol negatif berisi 15 µl low-TE buffer,
sampel target tes yaitu 15 µl DNA dan kontrol positif berisi 10 µl control DNA
(0.1 ng/ µl) 5 µl low-TE buffer kemudian ditambahkan ke dalam tube yang
dikehendaki (volume akhir 25 µl).
Tube disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 20 detik. Proses
amplifikasi dilakukan dengan menggunakan PCR System 9700.
Tahap Capillary Electrophoresis

Pada tahapan ini, dilakukan prosedur identifikasi STR pada sampel yang
telah diambil, baik evidence maupun reference dengan menggunakan mesin
Genetic Analyzer 3500 xL.
Hasil dari proses CE akan dianalisis menggunakan software GeneMapper ID.
Data yang muncul berupa grafik dengan kode STR serta kromosom dari sampel

Analisis Data

Pada tahapan ini, dilakukan prosedur identifikasi kesamaan alel antara


sampel evidence maupun reference.
hasil analisis data berupa diagram elektroforegram yang diolah menjadi
tabel proyeksi kecocokkan alel antara sampel evidence maupun reference.
Hasil Proyeksi Electroforegram
Sampel 1 Diagram eletroforegram
Sampel 2
Sampel 3
Identifikasi Sisa tubuh
Manusia
9 metode identifikasi

Metode
Pakaian Perhiasan
Visual

Dokumen Medis Gigi

Sidik Jari Serologi Eksklusi


PENENTUAN JENIS KELAMIN
Penentuan Jenis Kelamin Pada Rangka
Penentuan ini didasarkan pada ciri-ciri pada tulang seperti :

Panggul

Tengkorak

Tulang dada

Tulang panjang

Tulang paha
Penentuan Jenis Kelamin Secara Histologik

Prinsip penentuan secara histologik yaitu berdasarkan kromosom

Bahan pemeriksaan dapat diambil dari kulit, leukosit, sel selaput lendir, pipi
bagian dalam, sel rawan, korteks kelenjar suprarenalis, dan cairan amnion

Metode praktis untuk kepentingan kedokteran forensik adalah pemeriksaan


biopsi kulit

Cara lain yaitu dengan pemeriksaan atas sel PMN leukosit, yaitu melihat
adanya bentuk drumstick
PENENTUAN USIA
penentuan atau lebih tepatnya
perkiraan usia, dibagi dalam
tiga fase

Bayi yang baru Anak² & dewasa Dewasa di atas


dilahirkan s/d usia 30 30 tahun
tahun
PENENTUAN TINGGI BADAN
Penentuan tinggi badan menjadi penting pada keadaan di mana yang
harus diperiksa adalah tubuh yang sudah terpotong-potong atau yang
didapatkan rangka, atau sebagian dari tulang saja

Perkiraan tinggi badan dapat diketahui dari pengukuran tulang


panjang, yaitu :

Tulang paha (femur), menunjukkan 27 persen dari tinggi badan


Tulang kering (tibia), 22 persen dari tinggi badan
Tulang lengan atas (humerus), 35 persen dari tinggi badan
Tulang belakang, 35 persen dari tinggi badan.
Yang perlu diperhatikan di dalam pengukuran tulang :

• Pengukuran dengan osteometric board


• Tulang harus dalam keadaan kering (dry bone)
• Formula yang dapat dipergunakan untuk pengukuran
tinggi badan adalah :
– Formula Stevenson
– Formula Trotter dan Gleser
– Formula Trotter dan Gleser dan Stevenson
merupakan formula untuk manusia ras mongoloid
PERKIRAAN USIA TULANG
Berguna bagi kepentingan arkeologis, namun bila dibandingkan secara
Ilmu Kedokteran Forensik pengukuran ini tidak banyak manfaatnya

Metode yang dipakai untuk mengetahui perkiraan usia tulang adalah


sebagai berikut :
1. Penetuan kandungan nitrogen (dengan metode mikro-Kjeldhal)
2. Penentuan kandungan asam-amino (dengan metode kromatografi lapisan
tipis (TLC)
3. Reaksi benzidine
4. Fluoresensi dengan sinar ultraviolet
5. Imunologi
PEMERIKSAAN RAMBUT
Pemeriksaan rambut dalam kasus kriminal dapat membantu
pengungkapan kasus, yaitu dalam hal :

Identifikasi senjata yang dipakai, bila pada senjata tersebut melekat


rambut dari korban
Kasus tabrak lari, adanya rambut yang melekat pada kendaraan penabrak
yang identik dengan rambut korban

Dalam kasus kejahatan seksual, rambut yang terlepas dari si pelaku dapat
dijumpai pada tubuh korban
Kejelasan yang diharapkan pada pemeriksaan rambut :

 Bila memang rambut, rambut manusia atau hewan ?


 Bila rambut manusia, dari bagian mana rambut tersebut ?
 Apakah rambut tersebut dari pria atau wanita ?
 Apakah rambut tersebut diberi zat pewarna ?
 Apakah lepasnya rambut secara alamiah atau dipaksa ?
 Bila terpotong, apakah dengan benda tajam atau benda tumpul ?
 Perkiraan usia si pemilik rambut
(Gambar Rambut Manusia dan Rambut
Hewan)
( Gambar Pola Sidik Jari Manusia )
TH

Anda mungkin juga menyukai