SEMEN
A. PENDAHULUAN
Penentuan jenis dan asal cairan tubuh yang ditemukan di TKP dapat
memberikan wawasan penting ke rekonstruksi TKP dengan memeriksa hubungan
antara sampel korban dan pelaku tindak pidana yang sebenarnya. Selama lebih
dari satu abad, banyak jenis metode identifikasi cairan tubuh telah dikembangkan,
seperti tes kimia, tes imunologi, protein tes aktivitas katalitik, metode
spektroskopi dan mikroskopi.1
Metode identifikasi cairan tubuh secara konvensional sebagian besar
masih meragukan, dan dilakukan hanya untuk satu cairan tubuh pada suatu waktu.
Oleh karena itu, pendekatan genetika berbasis profil RNA atau deteksi metilasi
DNA belakangan ini diusulkan untuk menggantikan metode identifikasi cairan
tubuh secara konvensional.Tujuan dari bukti forensik adalah untuk membuktikan
hubungan fisik antara korban dan pelaku melalui bukti benda-benda yang
didapatkan pada tempat kejadian perkara. Bukti tersebut memerlukan analisis
tertentu serta keterampilan ilmiah khusus.1,2
Keberadaan pelaku, korban dan TKP dapat mengakibatkan pertukaran
bukti jejak (prinsip Locard). Jejak biologis (seperti rambut, darah, cairan semen,
fragmen kulit dapat ditemukan pada kedua korban dan juga pelaku; misalnya,
darah korban bisa mengenai pakaian pelaku. Fragmen dari tempat kejadian
(misalnya lumpur, vegetasi) dapat menghubungkan korban dan pelaku ke lokasi
tertentu, atau mereka mungkin masing-masing telah meninggalkan jejak pakaian
atau jejak biologis di TKP.2
Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel serologi2
Daerah
Pemeriksaan
Anus (rectum)
Material
Peralatan
Cotton swab
& slide
mikroskop
Instruksi Pengambilan
Sampel
Menggunakan swab dan
slide untuk
mengumpulkan material.
Darah
Tabung
Pakaian
Tas kertas
Genitalia
Semen
Cotton swab
& slide
mikroskop
Rambut
Membandingkan
rambut yang
ditemukan di TKP
Semen & DNA
(korban)
Wadah steril
Kuku
Tusuk gigi
steril atau
sejenisnya
atau
pemotong
kuku
Pembalut
Wadah steril
Kulit
Cotton swab
Mulut
Urine
Cotton swab
dan wadah
steril
Wadah steril
Kumpulkan 10 mL darah
vena
Pakaian harus
ditempatkan di dalam tas
kertas. Kumpulkan kertas
atau pakaian. Barang
basah harus dikumpulkan
secara terpisah.
Gunakan swab & slide
untuk mengumpulkan
material dari genitalia
eksterna, vagina &
serviks.
Potong kira-kira 20
rambut dan letakan
dalam wadah steril
Oles/ swab beberapa
bagian dari mulut dengan
satu atau beberapa swab.
Untuk mendapatkan
sampel oral, bilas mulut
dengan 10 mL air dan
simpan dalam wadah
steril
Gunakan tusuk gigi
untuk mengumpulkan
material dari bawah
kuku, atau kuku dapat
dipotong dengan
pemotong kuku lalu
ditempatkan dalam
wadah steril
Kumpulkan jika
digunakan selama atau
setelah penetrasi vagina
atau oral
Swab bagian dimana
semen didapatkan,
simpan dalam wadah
steril
Kumpulkan 100 mL
urine
Ketika mengumpulkan spesimen tubuh untuk analisis forensik, prinsipprinsip berikut harus dipenuhi2:
1
asing.
Kumpulkan sampel sesegera mungkin. Cobalah untuk mengumpulkan
spesimen forensik sesegera mungkin. Kemungkinan mengumpulkan bahan
pembuktian semakin berkurang seiring dengan berlalunya waktu. Idealnya,
spesimen harus dikumpulkan dalam waktu 24 jam dari serangan; setelah 72
korban dan penyidik, petugas kesehatan harus memutuskan jenis spesimen yang
Kelenjar asesoris yang terdapat pada reproduksi pria antara lain adalah
vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra. Vesikula seminalis
memberikan kontribusi sekitar 60% volume semen, kelenjar prostat memberikan
kontribusi sekitar 30%, dan kontribusi gabungan dari epididimis dan kelenjar
bulbourethral untuk 10% sisanya. Isi dari volume ini antara lain Fruktosa yang
merupakan sumber energi sperma yang diejakulasi; Prostaglandin, yang memicu
kontraksi otot pada reproduksi pria maupun wanita; Fibrinogen yang berfungsi
untuk menggumpalkan semen agar tetap berada dalam vagina pada saat penis
ditarik keluar. Gumpalan ini nantinya akan dihancurkan oleh Prostate-specific
antigen (PSA).2,3,6
Tabel 2. Nilai normal semen manusia sebagai parameter mengukur kualitas
sperma dan plasma semennya4
Parameter Kualitas
Semen Manusia
Volume ejakulat
Konsentrasi sperma
Jumlah total sperma
Motilitas sperma
Nilai Normal
2 mL
20 juta sperma per mL
40 juta sperma per ejakulat
50% sperma dengan gerak lurus ke
depan (kategori motilitas a + b)* atau
25% sperma dengan gerak lurus dan
cepat (kategori motilitas a)*
Morfologi sperma
30% sperma dengan bentuk normal
Viabilitas
50% sperma hidup
pH ejakulat
7,2
Leukosit
1 juta per mL
-glukosidase
11 mU per ejakulat
Asam sitrat
52 umol per ejakulat
Asam fosfatase
200 U per ejakulat
Fruktosa
13 umol per ejakulat
Seng
2,4 umol per ejakulat
Keterangan*: Kategori motilitas sperma
a. Bergerak lurus dan cepat
b. Bergerak lurus tetapi lambat
c. Tidak bergerak lurus
d. Tidak bergerak
C. IDENTIFIKASI SEMEN
Identifikasi cairan semen penting dalam banyak kasus dugaan kekerasan
seksual. Untuk tujuan forensik, komposisi semen dapat disederhanakan menjadi
dua komponen yaitu cairan semen dan spermatozoa. Cairan semen merupakan
cairan tubuh yang kaya akan protein terutama dari prostat dan glandula vesikulo
seminalis. Tidak semua pria menghasilkan spermatozoa. Pada pria yang telah
vasektomi, cacat lahir tertentu, atau beberapa penyakit, cairan semen tidak
mengandung spermatozoa atau hanya sangat sedikit.1
Identifikasi cairan semen biasanya dilakukan pada korban kekerasan seksual.
Poin penting yang perlu diingat ketika melakukan pemeriksaan dari korban
kekerasan seksual dengan maksud untuk memperoleh bukti forensik, adalah
sebagai berikut2:
1. Bentuk persetujuan diperlukan, berupa informed consent, khususnya kepada
korban atau keluarganya, surat dari aparat penegak hukum (yaitu polisi) dan
peradilan pidana jika pasien melanjutkan tindakan hukum pada kasus ini.
2. Perlu waktu untuk melakukan pemeriksaan forensik menyeluruh;
Pemeriksaan biasanya dilakukan secara "top to-toe pemeriksaan kulit dan
pemeriksaan genito-anal.
3. Dokumentasi yang rinci diperlukan; informasi yang dapat direkam bisa
digunakan dalam proses pidana.
4. Daerah-daerah tertentu dari tubuh (misalnya ketiak, belakang telinga, di
mulut, telapak kaki) harus diperiksa.
5. Spesimen yang tidak biasa, seperti pakaian, dan rambut, yang dikumpulkan
sebagai bagian dari sebuah pemeriksaan forensik.
6. Spesimen harus didokumentasikan.
7. Pemeriksaan ulang mungkin tidak lagi ada, sehingga penting untuk membuat
pemeriksaan secara menyeluruh.
PEMERIKSAAN PRESUMTIF
a. Pemeriksaan Visual, Ultra Violet & Taktil (Raba)
Jika area yang akan diperiksa dan dianalisa untuk semen lebih besar dari
pengambilan swab, para ilmuwan forensik akan segera mempergunakan
identifikasi visual. Pakaian, pakaian dalam, dan tempat tidur dapat dengan cepat
diperiksa untuk potensi noda semen dengan menggunakan mata telanjang. Noda
semen kering sering berwarna putih pucat sampai kuning. bercak mani
berbatastegas dan lebih gelapdari sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua
berwarna agak kekuning-kuningan.5
Di bawah sinar ultraviolet bercak semen menunjukkan fluoresensi putih.
Hasil pemeriksaan ini kurang memuaskan untuk bercak pada sutera buatan atau
nylon karena mungkin tidak memberi fluoresensi. Fluoresensi terlihat jelas pada
bercak mani yang melekat di bahan tekstil yang terbuat dari serabut katun. Bahan
makanan, urin, sekret vagina dan serbuk detergen yang tersisa pada pakaian sering
menunjukkan fluoresensi juga.5
Pada bahan sutera atau nylon batasnya sering tidak jelas, tetapi selalu lebih
gelap dari sekitarnya. Pada tekstil yang tidak menyerap bercak yang segar akan
menunjukkan permukaan mengkilat dan translusen, kemudian akan mengering.
Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna kuning sampai coklat. Pada tekstil
yang menyerap bercak yang segartidak berwarna atau bertepi kelabu yang
berangsur-angsur akan berwarna kuning sampai coklat dalam waktu 1 bulan.
Secara taktil (perabaan) bercak mani teraba memberi kesan kaku seperti kanji.
Pada tekstil yang tidak menyerap, bila tidak teraba kaku, kita masih dapat
mengenalinya karena permukaan bercak akan teraba kasar.5
b. Pemeriksaan Cahaya Alternatif (ALS)
Tidak semua noda cairan semen yang terlihat dengan mata telanjang,
tergantung pada jumlah air mani yang disimpan dan kainnya. Akan memakan
waktu dan mahal, untuk menguji area luas yang akan diperiksa secara
menyeluruh untuk membuktikan adanya asam fosfatase (AP) yang menggunakan
uji Brentamine. Untuk mengidentifikasi daerah-daerah bernoda tidak terlihat,
metode yang digunakan dengan memanfaatkan sumber cahaya alternatif.1,5
Semen juga dapat divisualisasikan menggunakan cahaya biru, sinar ultraviolet
(juga dikenal sebagai Lampu Wood), atau sumber cahaya modern seperti Crime
Scope yang dikonfigurasi dengan benar dengan filter panjang gelombang yang
optimal. Banyak cairan tubuh berfluoresensi saat terkena cahaya pada panjang
gelombang 450 nm. Noda semen memiliki kecenderungan untuk berfluoresensi
lebih tinggi daripada kebanyakan cairan tubuh lainnya. Dengan cara ini, daerah
fluorescing item dapat diidentifikasi dan diuji untuk tes AP. Di bawah lampulampu khusus, air mani akan berfluoresensi karena adanya molekul seperti Flavin
dan protein Kolin-terkonjugasi. Warna fluoresensi ini akan bervariasi dari biru
menjadi kuning, tergantung pada peralatan cahaya yang digunakan. Ada banyak
molekul (alami dan buatan) yang akan berfluoresensi dengan cara yang sama
seperti semen, dan karena itu, teknik deteksi ini bersifat presumtif. 1,5
Fluoresensi adalah emisi radiasi (cth. Cahaya) oleh suatu zat, biasanya
terhadap paparan radiasi eksternal (laser, sinar-X, sinar UV). Bahan ini menyerap
cahaya dan memancarkan cahaya dalam panjang gelombang yang lebih panjang
(energi yang lebih rendah) dibandingkan dengan sumber cahayanya. Referensi asli
untuk fluoresen oleh sel-sel spermatazoa manusia dihasilkan dari tes
menunjukkan fluoresensi terlihat dari kromosom Y saat diberi stain quinacryne .
Dengan demikian, cairan semen mengandung bahan kimia dalam kromosom Y
yang akan berfluoresensi bila diwarnai dengan quinacryne.5,6
ini. Fluoresensi semen juga dapat ditutupi oleh jenis kain tertentu dan perawatan
kain. Skrining cahaya alternatif bekerja dengan baik pada kain berwarna terang
namun kain berwarna gelap dan kasar yang sangat sulit untuk memeriksa di
bawah cahaya tampak atau alternatif. 1,5
c. Pemeriksaan Klasik Florence
Reagen yang digunakan adalah larutan yodium terkonsentrasi dalam iodinepotassium, dalam kadar tertentu yang membuat garam dapat terkonsentrasi.
Reagen triiodurateini apabila kontak dengan cairan sperma, menyebabkan
pembentukan kristal kuning yang kuat. Reaksinya konstan, sederhana, sangat
sensitif dan dapat dibiarkan dengan mudah kering seperti sperma cair, sperma
segar serta sperma yang telah lama.7
Tes klasik florence dilakukan dengan mengambil ekstrak noda dan
direaksikan dengan larutan iodine-potassium iodide yang diletakkan pada slide
mikroskop. Reaksi ini disebabkanoleh adanya kolin, yang timbul karena degradasi
produk lesitin yang ditemukan dalam cairan semen dalam jumlah yang cukup.
Sebelum ada hasil tes florence positif terjadi dekomposisi air mani, dan dengan
demikian tes sering gagal karena itu diperlukan noda semen segar. Lesitin juga
bisa terjadi pada bahan biologis lainnya maka reaksi ini tidak spesifik. Didapatkan
juga cairan vagina menghasilkan reaksi positif.7
d. Pemeriksaan Barberio
Prinsip reaksi ini adalah menentukan adanya spermin dalam semen. Spermin
yang terkandung pada cairan mani akan bereaksi dengan larutan asam pikrat jenuh
membentuk kristal spermin pikrat. Cara pemeriksaan yaitu, sampel digunting
dengan ukuran 1 cm x 1 cm lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
diteteskan 1 ml akuades, tabung reaksi yang berisi sampel tersebut disentrifuge
selama 5 menit dengan kecepatan 1000 rotation per minute (rpm). Setelah
disentrifuge supernatan diambil dengan menggunakan pipet tetes dan ditaruh di
kaca objek, biarkan mengering di udara lalu ditutup dengan kaca penutup. Reagen
berberio dialirkan di bawah kaca penutup pada satu sisi, kemudian lihat di bawah
10
mikroskop dengan perbesaran 400x. Hasil positif berupa tampak kristal spermin
pikrat kekuniangan berbentuk jarum dengan ujung tumpul. Kristal mungkin pula
berbentuk ovoid.8
11
12
tubuh yang sama sesuai dengan tingkat aktivitasnya. AP telah terdeteksi pada
sampel yang dikeringkan beberapa tahun setelah noda diendapkan. Namun,
kelembaban dan panas akan mengakibatkan pemecahan AP dalam hitungan hari.
Analisis swab vagina pasca-coital menunjukkan bahwa aktivitas AP nyata akan
menurun setelah 24 jam dan berkurang setelah 48 jam.5
Berbagai metode pengujian yang dilakukan oleh Dale L. Laux, M.S dari
Serologis Research Institute (SERI) tentang deteksi asam fosfatase, pengambilan
sampel untuk menunjukkan asam fosfatase. Reaksi enzimatik natrium--naftil
fosfat oleh asam fosfatase dan konversi berikutnya o-dianisidine untuk senyawa
berwarna adalah prosedur tes yang dilakukan untuk mendeteksi cairan semen.
Serologis Research Institute (SERI) menghasilkan bubuk yang disebut tes ap spot.
Ketika bubuk dilarutkan dalam air, dapat digunakan untuk membuktikan adanya
cairan semen.6
Asam fosfatase diperoleh dari Sigma Chemical Company. Nomor produk
adalah P-1146, Lot 051K7038 dan diisolasi dari kentang. 50 unit kentang yang
dibeli, yang terdiri dari 7,5 mg memiliki aktivitas 6,7 unit/ mg (50,25 unit).
Padatan dilarutkan dalam 200 mL air deionisasi sehingga menghasilkan
pengenceran kapas swab kering memiliki unit berikut asam fosfatase: 25, 17, 5.6,
1.8, 0.6, 0.2, 0,05 dan 0,02. 6
Pengujian swab kering untuk menguji sensitivitas dari tes asam fosfatse
dilakukan dengan cara sebagai berikut; Air deionisasi ditambahkan ke sepotong
kecil kertas saring Whatman. Setiap swab ditekan terhadap kertas saring kuat
antara ibu jari dan telunjuk selama sepuluh detik. Setetes baru disiapkan uji SERI
ap spot ditambahkan ke setiap bagian dari kertas saring whatman dan warna
perubahan dicatat setelah 10 menit.6
13
14
Gambar 6. Kertas saring Whatman dengan tetes 25 dan 17 unit asam fosfatase
pada kondisi reagen segar, 1 hari, 2 hari, 3 hari dan 4 hari6
Sebuah penurunan aktivitas diamati dalam uji reagen ondisi 1 hari, namun
masih bereaksi cukup baik. Pada dua hari, aktivitas reagen turun secara signifikan,
dan kondisi empat hari telah kehilangan kemampuan untuk mendeteksi 25 unit
asam fosfatase.6
The serologis Research Institute (SERI) menjual produk mereka sebut tes ap
spot. Ini berisi natrium--naftil fosfat dan o-dianisidine (Fast Blue Brentamine).
Jika asam fosfatase terdapat pada sampel dan ditambahkan setetes tes ap spot ini,
enzim AP akan mengkatalisis pemecahan natrium--naftil fosfat menghasilkan
naftil bebas yang bereaksi dengan o-dianisidine menghasilkan senyawa berwarna
ungu.6
Pengujian selanjutnya dilakukan untuk menentukan apakah pembekuan
reagen asam fosfatase dapat meningkatkan stabilitas pada tes pemeriksaan asam
fosfatase. Dapat dilihat pada gambar 7, pembekuan dapat meningkatkan stabilitas
15
reagen. Namun, reagen beku tidak dikeluakan dari freezer dan tidak dicairkan, tapi
tetap dalam freezer. Karena apabila dicairkan, reagen ini akan memiliki hasil
pemeriksaan seperti sebelumnya.6
Gambar 7. Berbagai unit asam fosfatase (25, 17, 6 dan 2 unit) disimpan di atas
kertas saring tes ap spot beku untuk berbagai hari (reagen segar, 1, 2, 5 hari)6
Interpretasi perubahan warna yang menunjukkan hasil positif bisa saja
bersifat subjektif. Jika perubahan warna ungu, terutama jika terjadi dengan cepat,
kuat menunjukkan adanya cairan semen dan akan menuntut pengujian lebih
lanjut. Hasil ringan seperti 0,6-0,18 unit (Gambar 5) mungkin merupakan hasil
dari cairan semen yang sangat lemah atau kadar asam fosfatase endogen. Tapi
perubahan warna ungu ini tidak berarti menunjukkan adanya sperma, pengujian
berikutnya untuk P30 dan bisa menunjukkan spermatozoa negatif. Analis yang
berpengalaman akan mengakui bukan perubahan warna ungu benar menunjukkan
keberadaan sperma dalam cairan semen.6
Pemeriksaan asam fosfatase tetap tes penting yang dikumpulkan dari korban
kekerasan seksual dan untuk pengujian noda yang ditemukan pada pakaian atau
benda lainnya. Ahli biologi forensik yang berpengalaman tahu bahwa semua noda
yang berubah menjadi warna ungu belum tentu mengandung sperma dan semua
noda semen tidak berwarna ungu. Pemetaan asam fosfatase adalah metode murah
16
dan cepat untuk skrining noda yang dicurigai mengandung semen dan atau
sperma.6
2. PEMERIKSAAN KONFIRMATIF
a. Pemeriksaan Prostat Spesifik Antigen (PSA/P30)
Laboratorium forensik menggunakan tes yang dikenal sebagai ABAcard atau
tes P30 untuk menyaring PSA. Beberapa metode yang berbeda dapat digunakan
untuk mengkonfirmasi kehadiran p30 pada item. Tes deteksi p30 tradisional
menggunakan metode elektroforesis atau difusi seperti Crossover elektroforesis
dan Ouchterlony difusi ganda, atau ELISA. Alat tes komersial untuk p30 juga
tersedia dan telah menjadi lazim di laboratorium forensik karena sensitivitas dan
kemudahan penggunaannya. Semua metode ini memerlukan pemotongan kecil
noda AP-positif diinkubasi dalam air atau saline sampai direhidrasi. Setelah itu,
cairan dipisahkan dari pemotongan dengan sentrifugasi sehingga noda akan
disimpan dalam bentuk cair bukan dikeringkan untuk pemotongan. Pada titik ini,
sebagian dari noda diekstrak dapat digunakan untuk menguji kehadiran p30.1
Tidak semua kasus di mana air mani diidentifikasi dapat dikonfirmasikan
dengan mikroskop. Jika air mani milik laki-laki yang vasectomized, atau laki-laki
dengan cacat bawaan lain dari sistem reproduksi laki-laki, spermatozoa mungkin
tidak ada dalam cairan semen. Dalam kasus seperti ini, berguna untuk mengetahui
metode untuk mengkonfirmasi adanya cairan semen. Hal ini untuk menguji
keberadaan protein tertentu dalam cairan semen yang dikenal sebagai antigen
spesifik prostat (PSA), juga disebut sebagai p30 di forensik terminologi.1
Prostate specific antigen (PSA, juga dikenal sebagai p30), merupakan
glikoprotein yang diproduksi oleh kelenjar prostat dan disekresi ke plasma cairan
semen, merupakan penanda valid untuk mendeteksi semen bukti dari kasus pidana
ataupun sampel oleh orang yang telah di vasektomi atau individu dengan
azoospermia. Metode untuk mendeteksi PSA meliputi difusi ouchterlony ganda,
crossover elektroforesis, immunoelectrophoresis, imunodifusi radial, dan ELISA.9
Namun, beberapa prosedur ini memiliki sensitivitas rendah atau rumit dan
memakan waktu. Untuk skrining klinis peningkatan kadar PSA dalam serum yang
17
mungkin menunjukkan adanya kanker prostat, beberapa Tes PSA sensitif berbasis
membran telah dikembangkan dan tersedia secara komersial. Tes-tes ini
sederhana, relatif cepat untuk dilakukan, membutuhkan peralatan minim, dan
menghasilkan hasil yang mudah untuk diketahui. Selain itu, tes ini memberikan
sensitivitas berbasis seperti Tes ELISA. 9
18
Gambar 9. Hasil pemeriksaan PSA. Dua garis (+), satu garis (-)9
Sebuah kompleks terbentuk, berkonsentrasi partikel pewarna dan juga
menghasilkan pembentukan garis. Tes dianggap sah ketika salah satu baris di zona
kontrol diamati. Dengan hasil tes positif (0,4 ng PSA / mL), dua garis muncul,
dengan hasil negatif, hanya garis kontrol terlihat.9
Tingkat serum PSA serendah 4ng / mL dapat dideteksi. Oleh karena itu,
cairan mani yang diencerkan sebanyak 1 di 1,3 juta dapat terdeteksi. Dalam
penelitian ini, deteksi PSA dalam cairan mani encer dari 1: 50,000-1: 1.000 000
memberikan sensitivitas yang sama sebagai uji berbasis ELISA. Cairan semen
dari lima spesies mamalia, berbagai cairan tubuh perempuan, air liur dan keringat
dari donor laki-laki, dan penyeka dubur semua diuji dan hasilnya negatif. Semua
noda semen pada kain katun yang disimpan pada suhu kamar sejak 2-30 tahun
dinyatakan positif. Seperti yang diharapkan, beberapa sampel urin laki-laki diuji
positif sementara yang lain diuji negatif.9
Deteksi PSA dalam sampel urin positif dapat disebabkan baik oleh
sedikitnya jumlah cairan prostat, sebuah proses inflamasi di prostatitis, atau
benign prostatic hyperplasia. 50 swab vagina dari kasus yang pertama kali
dianalisis menggunakan uji Asam fosfatase, hasilnya tiga puluh lima dinyatakan
positif. Kemudian dilakukan uji PSA, semua yang positif uji AP juga positif untuk
PSA, dan tujuh dari sampel negatif uji AP positif untuk PSA. Graves et al.
menjelaskan bahwa PSA antigen terdeteksi dalam cairan vagina untuk jangka
waktu rata-rata 27 jam setelah coitus, jika dibandingkan dengan hanya 14 jam
untuk uji asam fosfatase. Secara umum, tidak ada hubungan hasil tes positif untuk
uji AP atau rendahnya hasil uji AP berhubungan dengan kurangnya sperma
(karena tingkat endogen AP terkadang terdeteksi dalam cairan vagina). Karena
PSA biasanya tidak terdeteksi dalam cairan vagina, bahkan pada tingkat yang
rendah dapat menjadi indikasi kehadiran sperma. Oleh karena itu tes PSA
19
Gambar 10. Hasil tes negatif palsu, pada konsentrasi PSA lebih dari
50.000 ng /mL9
Sebuah hasil negatif dalam tes PSA mungkin mengindikasikan adanya
antigen, antigen di bawah tingkat deteksi, atau kelebihan antigen dalam sampel.
Seperti dijelaskan oleh Hochmeister et al terkait efek dosis tinggi, harus
dipertimbangkan ketika melakukan immunoassay berbasis membran. Dosis tinggi
telah diamati pada konsentrasi PSA lebih dari 50.000 ng /mL. Berdasarkan
pengamatan ini, maka direkomendasikan bahwa pengenceran cairan sperma
setidaknya untuk 1: 100 harus digunakan untuk menghindari dosis tinggi. Hal ini
dapat dicapai baik dengan mengekstraksi lebih kecil porsi sampel, dengan
meningkatkan volume ekstraksi, atau dengan cara pengenceran ekstrak sebelum di
uji.9
Gambar 11. High dose hook effect pada hasil tes negatif palsu.9
Semua metode yang mendeteksi p30 bergantung pada pembentukan antibodiantigen kompleks. Jika air mani hadir dalam noda, pengikatan p30 untuk antibodi
20
uji menghasilkan hasil visual. Kurangnya hasil di salah satu tes akan
menunjukkan bahwa noda tidak mengandung air mani atau yang tidak cukup
hadir untuk memfasilitasi terlihat Reaksi. Tes ini dapat digunakan sendiri untuk
mengkonfirmasi semen, atau dapat digunakan bersama dengan metode
mikroskopis yang akan dijelaskan.1,9
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan cairan semen dengan hasil positif yang telah diuji dengan tes
asam fosfatase (AP) dapat dikonfirmasi ulang dengan deteksi mikroskopis
spermatozoa. Swab positif atau potongan kecil dari noda yang positif dapat
dioleskan ke slide mikroskop dan kemudian diwarnai untuk visualisasi. Dua
larutan yang umum digunakan untuk visualisasi spermatozoa yang cepat yaitu
nuklir merah (larutan merah) dan picroindigocarmine (larutan hijau) dan kadangkadang disebut sebagai larutan pohon Natal karena kombinasi warna merah-hijau.
Saat diteteskan, sel-sel epitel dan spermatozoa memiliki penampilan khusus.1
21
Inti dari sel epitel akan berubah menjadi merah sementara sitoplasma menjadi
hijau atau biru. Kepala spermatozoa akan berubah menjadi merah dengan ringan
atau ujung putih sedangkan ekor, jika ada, akan berubah menjadi biru-hijau.1
Mikroskopis mengidentifikasi spermatozoa merupakan indikator mutlak
adanya cairan semen pada sampel. Hal ini juga berguna karena jumlah relatif
spermatozoa dan sel epitel dapat dinilai. Penentuan ini menjadi penting selama
analisis DNA berikutnya karena spermatozoa mengandung DNA laki-laki
sementara sebagian besar epitel, sel-sel seksual pria-wanita akan mengandung
DNA perempuan dari pelapor. Kelemahan menggunakan mikroskop untuk
identifikasi spermatozoa adalah bahwa hal itu dapat lebih memakan waktu
daripada metode konfirmasi protein (uji PSA) yang telah dijelaskan sebelumnya
dan belum tentu spesifik untuk spermatozoa manusia saja.1
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Gefrides Lisa MS FABC, Welch Katie MS FABC. Forensic Biology:
Serology and DNA. Pg 20-24
2. Guidelines for medico-legal care for victims fo sexual violence. Forensic
specimen. Pg 57-62
3. Sherwood, Lauralee. Human Physiology: From cells to Systems 7th edition.
United States: Brooks/Cole; 2010. Pg 812-813
4. Asmarinah. Peran Molekul Kanal Ion pada Fungsi Spermatozoa. Departemen
Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta;
2010. Pg 376
5. Wee Chuen Lee, Bee Ee Khoo. Forensic Light Sources for Detection of
Biological Evidences in Crime Scene Investigation: A Review. Malaysian
Journal of Forensic Science; 2010.
6. Dale L. Laux, M.S. Forensic Detection of Semen Identification The Acid
Phosphatase Test. Attorney General Jim Petros Office. Ohio Bureau of
Criminal Identification.
7. Lundquist Frank. On Forensic Identification of Semen and Semen Stains.
University of Copenhagen. Pg 130-131
8. Albizar Rizki, Indrayana Tegar, Azrin Miftah. Pengaruh Teknik Pencucian
Terhadap Hasil Pemeriksaan Cairan Mani dan Spermatozoa pada Kain Katun.
JOM Volume 1 No.2. 2014
9. Hochmeister Manfred, Bodowle Bruce, Rudin Oskar, et al. Evaluation of
Prostate-Specific Antigen (PSA) Membrane Test Assays for the Forensic
Identification of Seminal Fluid. Journal of Forensic Science. 1999
23