Analisis Sperma
KELOMPOK 9B :
Aisy Savira Anizar G1A117115
Resty Tri Arini G1A117116
Almas Dwi Anggena G1A117118
Tiara Jelita G1A117119
Gita Safitri Amalia G1A117120
Brilianti Viapita G1A117104
Bayu Aji Pamungkas G1A117124
I. Judul Praktikum
Analisis Sperma
Pemeriksaan makroskopis
1. Warna
Normal : berwarna putih kelabu homogen, kadangkala didapatkan butiran
seperti jeli yang tidak mencair.
Abnormal : Jernih menandakan jumlah sperma sangat sedikit
Merah kecoklatan adanya sel darah merah
Kuning pada penderita ikterus atau minum vitamin.
2. Bau
Normal : bau khas seperti bunga akasia
Abnoramal : bau busuk infeksi.
3. Likuefaksi (mencairnya semen)
Sediaan diamati pada suhu kamar dan dicatat waktu pencairan.
Normal : mencair dalam 60 menit, rata-rata ± 15 menit.
4. Volume
Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca.
Normal : > 2 ml.
5. Konsistensi
Cara :
a) Sampel diambil dengan pipet atau ujung jarum, kemudian biarkan
menetes.
b) Amati benang yang terbentuk dan sisa ampel di ujung pipet/jarum.
Normal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung
pipet/jarum hanya sedikit.
6. pH
Cara :
a) Teteskan sampel pada kertas pH meter.
b) Bacalah hasilnya setelah 30 detik dengan membandingkan dengan kertas
standar.
Normal : pH 7,2 – 7,8
Abnormal : pH > 7,8 infeksi
pH < 7 pada semen azoospermia, perlu dipikirkan
kemungkinan disgenesis vas deferens, vesika
seminal, atau epididimis.
Pemeriksaan mikroskopis
1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma
Cara :
a. Teteskan 1 tetes sampel ke objek glass, kemudian tutup dengan cover
glass.
b. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa
objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal.
Pemeriksaan dilakukan pada beberapa lapang pandang, pada suhu
kamar.
c. Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan dengan 106.
d. Jumlah rata-rata sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar
pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer Improved.
Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma
Jumlah sperma / lapang pandang Pengenceran
(400x)
< 15 1:5
15 - 40 1 : 10
40 - 200 1 : 20
> 200 1 : 50
2. Motilitas sperma
Cara :
a. Teteskan 1 tetes (10 - 15 mikroliter) sampel ke objek glass, kemudian
tutup dengan cover glass.
b. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa
objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal.
c. Pemeriksaan dilakukan dalam 4 -6 lapang pandang pada 200 sperma,
pada suhu kamar (180 - 240 C).
d. Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang kepala sperma
atau setengah kali panjang ekor sperma atau ± 25 μm/detik.
e. Dilihat gerakan sperma dan diklasifikasikan sebagai berikut :
(a) jika sperma bergerak cepat dan lurus ke muka.
(b) jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus.
(c) jika tidak bergerak maju.
(d) jika sperma tidak bergerak.
a. Lakukan pemeriksaan ulangan dengan tetesan sperma kedua
b. Hasil
3. Morfologi sperma
Cara :
a. Teteskan 1 tetes (10 - 15 mikroliter) sampel ke salah satu ujung objek
glass.
b. Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel seperti terlihat pada
gambar.
c. Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi dengan etanol 95% :
eter (1 : 1), biarkan sediaan kering.
d. Kemudian cat dengan Giemsa selama 30 menit, bilas dengan air bersih,
keringkan dan preparat siap diperiksa.
e. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa
objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal.
f. Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma meliputi kepala,
leher dan ekor, kemudian hasil yang didapat dibuat persentase.
Sperma Normal abnormal
kepala leher ekor
1
2 ...dst
200
Gambar 1. Sperma
normal :
Gambar 2. Sperma abnormal
Contoh :
Rata-rata ditemukan 50 sperma yang dihitung dalam 5 kotak sedang dengan
pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah :
= 50/1 x 106 = 50 juta / ml
Rata-rata ditemukan 20 sperma yang dihitung dalam 10 kotak sedang
dengan pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah :
= 20/4 x 106 = 5 juta / ml
Pemeriksaan B-hCG
1. Siapkan wadah penampung urin
2. Masukan urin ibu hamil tersebut di wadah penampung
3. Celupkan test pack kedalam wadah berisi urin ibu hamil tersebut selama 5
detik
4. Lihat hasil dari test pack
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Hasil
Sperma dari probandus diambil pada pukul 14.00, diperiksa pada pukul 14.52.
A. Pemeriksaan makroskopis
1. Warna : putih kelabu
2. Bau : khas
3. Likuefaksi : encer (60 menit)
4. Volume : > 2 ml
5. Konsistensi : < 2 cm (normal)
6. pH :8
B. Pemeriksaan mikroskopis
1. Estimasi jumlah = 100 x 106 spermatozoa /ml = 108 spermatozoa / ml
Pengenceran = 1 : 20
2. Motilitas
Kriteria :
(a) jika sperma bergerak cepat dan lurus ke muka = 81
(b) jika gerak lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus = 0
(c) jika tidak bergerak maju = 0
(d) jika sperma tidak bergerak = 19
Persentase sperma yang motil = 81/100 x 100 %
= 81 %.
Persentase sperma yang tidak motil = 19/100 x 100 %
= 19 %
Interpretasi
Motilitas sperma dalam keadaan normal.
Menurut WHO, dikatakan normal apabila motilitas 60 menit setelah ejakulasi >50%
dengan gerakan kedepan.
3. Morfologi
Normal Abnormal
Kepala Leher Ekor
85 8 6 1
Presentase sperma normal = 85/100 x 100% = 85%
Presentase sperma abnormal = 15/100 x 100% =15%
Sperma yang normal terdiri dari kepala, leher, dan ekor. Kepala (panjang
4-5 µm dan lebar 2,5-3,5 µm) dilihat dari atas berbentuk lonjong dan pyryform
dilihat dari samping, lebih tebal dekat leher dan menggepeng ke ujung.
Sebagian besar berisi inti, yang kromatinnya sangat terkondensasi. Dua pertiga
bagian depan inti ditutupi akrosom, yang berisi enzim termasuk hialuronidase
untuk menembus dan memasuki ovum. (Yatim,1982)
Leher, bagian penghubung ekor dengan kepala. Tempat melekat ekor ke
kepala disebut implantation fossa. Bagian ekor yang menonjol disebut
capitulum, semacam sendi peluru pada kepala. (Yatim,1982)
Ekor sperma, yang disebut flagellum, memiliki tiga komponen utama : (1)
rangka pusat yang dibentuk dari 11 mikrotubulus, yang secara keseluruhan
disebut aksonema, struktur tersebut serupa dengan silia. (2) membran sel tipis
yang menutupi aksonema. (3) sekelompok mitokondria yang mengelilingi
aksonema pada bagian proksimal ekor (disebut badan ekor). (Yatim,1982)
Sperma yang tidak normal adalah sperma yang mempunyai kelainan
morfologi, diantaranya kelainan kepala yaitu berkepala dua, atau bentuk
kepala yang abnormal. Selain kepala, keadaan abnormal juga bisa terjadi pada
leher dan ekor. Di bawah ini gambar sperma yang tidak normal :
4. Elemen bukan sperma (sel leukosit = 2, epitel squamous simplex = 1),
Sebagian besar semen mengandung sejumlah sel darah putih, tetapi pada
batas yang masih dianggap normal. Elemen bukan sperma yang terdapat
dalam semen tersebut hanya sedikit, yaitu 3 sel di antara 100 spermatozoa.
Berarti keberadaan sel tersebut masih dalam kadar normal.
Sel darah merah bisa terdapat dalam semen apabila terjadi luka pada
saluran reproduksi. Jumlah sel darah putih yang meningkat dalam semen juga
dapat dijadikan suatu indikator terjadinya infeksi.
5. Pemeriksaan hitung sperma yaitu 12,15 x 106 spermatozoa/ml.
Jumlah rata-rata spermatozoa dari 10 kotak sedang yang terdapat pada
bilik hitung Neubauer Imprived adalah 243.000.000 spermatozoa/ml.
Pengenceran yang dilakukan 1 : 20, maka faktor koreksinya 2. Jadi, jumlah
sperma adalah 24,3/2 x 106 spermatozoa/ml = 12,15 x 106 spermatozoa/ml
Jumlah spermatozoa termasuk dalam oligospermia karena jumlahnya < 20
juta.
BAB III
KESIMPULAN