Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK
MODUL HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI

Disusun Oleh :

Kelompok C4

1. Tan Sri Ernawati I11111071


2. Sundari I1011131012
3. Herwandi I101141003
4. Muhammad Afzalurrahman I1011141012
5. Ariski Pratama Johan I1011141062
6. Ledi Rati Nurcahyani S I1011141072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemostasis dan koagulasi adalah serangkaian kompleks reaksi yang
menyebabkan pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan
bekuan fibrin pada tempat cedera. Pembekuan diikuti dengan resolusi atau lisis
bekuan dan regenerasi endotel. Pada keadaan hemeostatik, hemostasis dan
koagulasi melindungi individu dari perdarahan masif akibat trauma. Pada keadaan
abnormal, dapat terjadi perdarahan yang mengancam jiwa atau trombosis yang
menyumbat cabang-cabang pembuluh darah.1
Darah mempunyai tiga fungsi utama, yaitu membantu pengangkutan zat-zat
makanan, proteksi dari benda asing, regulasi kandungan air pada jaringan, pengatur
suhu tubuh, serta pengatur pH. 2

Pemerikasaan sedian apus darah tepi merupakan pemeriksaan darah rutin


dan pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan darah rutin terdiri dari hemoglobin
jumlah sel darah putih, hitung sel darah putih, dan laju endap darah. Pemeriksaan
penyaring terdiri dari gambaran darah tepi, jumlah sel darah merah, hematokrit,
indeks sel darah merah, jumlah retikulasit dan trombosit.2

Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan


digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi
menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di
darah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang.
Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan
keadan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik.2

Bleeding time adalah waktu lamanya perdarahan atau waktu yang


diperlukan untuk berhentinya darah mengalir.

Terjadinya trombositopenia (50.000 mg/dL) menunjukkan adanya potensi


perdarahan yang memanjang. Waktu perdarahan memanjang selain terjadi pada
penderita trombositopenia, juga pada penderita abnormalitas fungsi trombosit,

1
2

defesiensi faktor pembekuan, ketidaknormalan vascular, penyakit hati berat,


anemia aplastik, leukimia. Pemanjangan waktu perdarahan dapat juga disebabkan
oleh penggunaan obat salisilat, antikoagulan warfarin, dekstran, dan agen
fibrinolitik striptokinase.3

Percobaan pembendungan bermaksud menguji ketahanan kapiler darah


dengan cara mengenakan pembendungan kepada vena-vena sehingga darah
menekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang
kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu ke luar dari
kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak sebagai
bercak merah kecil pada permukaan kulit yang disebut petechia.3

1.2 Tujuan Praktikum


a. Menilai unsur sel (erirosit,leukosit, dan trombosit)
b. Mencari parasit pada sediaan apusan darah
c. Mengetahui cara pemeriksaan sediaan apus darah dan interpretasinya
d. Mengetahun cara pemeriksaan retikulosit dan interpretasinya
e. Mengetahui cara pemeriksaan masa perdarahan berupa tes ivy dan tes duke
serta interpretasi hasilnya
f. Mengetahui cara uji pembendungan dan interpretasi hasilnya
g. Menguji ketahanan kapiler darah
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Pemeriksaan Apus Darah Tepi


2.1.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Kaca objek
2. Batang gelas
3. Rak kaca objek
4. Pipet pasteur
Bahan
1. Darah vena
2. Matanol absolut
3. Zat warna wright
4. Larutan dapar PH 6,4

2.1.2 Cara Kerja


1. Siapkan kaca objek dan kaca penghapus
2. Letakkan 1 tetes darah pada tepi penghapus
3. Letakkan kaca penghapus dengan sudut 30-45o di depan tetes darah
tersebut
4. Tarik mundur hingga menyentuh darah, biarkan darah menyebar hingga
ke tepi kaca penghapus
5. Geser ke depan hingga membentuk hapusan

3
4

Sarat sediaan yang baik


a. Tidak melebar hingga tepi kaca objek
b. Panjang hapusan separuh atau 2/3 panjang kaca
c. Rata tidak bergaris atau berlubang
d. Penyebaran leukosit merata

6. Biarkan sampai kering


7. Berikan identitas
8. Letakkan sediaan apus di tempat pewarnaan (permukaan yang rata)
9. Teteskan metanol absolut hingga menutupi hapusan biarkan selama 2-3
menit
10. Genangi hapusan dengan wright tunggu hingga 3-5 menit
11. Tambahkan larutan dapar sama banyak dengan wright diamkan selama
5-10 menit
12. Cuci sediaan dengan air mengalir
13. Biarkan kering pada posisi tegak (hapusan tipis di posisi atas)
14. Lihatlah dibawah mikroskop

2.2 Pemeriksaan Retikulosit


2.2.1 Alat dan Bahan
Alat

1. Rak tabung
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Mikroskop
5

5. Kaca objek
Bahan

1. Sampel darah
2. Zat pewarna Brilliant Cresyl Blue atau New Methylene Blue
3. Minyak imersi

2.2.2 Cara Kerja


1. Tabung reaksi diteteskan 3 tetes larutan Brilliant Cresyl Blue atau New
Methylene Blue.
2. Kemudian ditambahkan 3 tetes sampel darah, dicampurkan baik-baik dan
dibiarkan selama 15 menit
3. Setelah 15 menit tabung tersebut dikocok lagi.
4. Satu tetes diletakkan pada kaca objek dan buat sediaan apus
5. Keringkan di udara, periksa dengan mikroskop pada pembesaran 100x
6. Hitung jumlah retikulosit / 1000 eritrosit

2.3 Pemeriksaan Masa Perdarahan


2.3.1 Alat dan Bahan
1. Alkohol 70%
2. Sfignomanometer
3. Stopwatch
4. Kertas saring
5. Lanset

2.3.2 Cara Kerja


2.3.2.1 Cara Ivy
1. Bersihkan bagian voler lengan bawah dgn alkohol 70% dan biarkan
kering
2. pasang sfignomanometer pada lengan atas dgn tekanan 40 mmHg,
pertahankan selama percobaan
3. Tegangkan kulit lengan bawah kira-kira 3 jari di bawah lipat siku dgn
dlm 3mm
6

4. Jalankam stopwatch jika darah mulai keluar


5. Isap darah yg keluar tiap 30 detik dgn sepotong kertas saring, jangan
sampai menekan kulit saat mengisap darah
6. Hentikan stopwatch jika darah tidak keluar lagi dan catat waktunya
7. Normal 1 – 6 menit
2.3.2.2 Cara Duke
1. Bersihkan anak daun telinga dgn alkohol 70% biarkan kering
2. Tusuklah pinggir anak daun telinga dgn lanset sedalam 2 mm
3. Teruskan percobaan seperti cara Ivy langkah 4,5 dan 6
4. Normal 1 – 3 menit

2.4 Pemeriksaan Pembendungan


2.4.1 Alat dan Bahan
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Timer/StopWatch
4. Spidol

2.4.2 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Pasang sfigmomanometer pada lengan atas dan pompa sampai tekanan
100 mmHg (sistolik + diastolik /2)
3. Pertahankan tekanan selama 10 menit
4. Lepaskan ikatan dan cari adanya petekie dalam lingkaran begaris tengah
5 cm, kira-kira 4 cm distal fossa cubiti
Positif jika ditemukan petechiae > 10
7

Tes Torniquet atau Rumple Leede


BAB III
HASIL

3.1 Pemeriksaan Apus Darah Tepi


No. Leukosit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 % RN
1 Basofil 1 1 2 0-1
2 Eosinofil 1 1 2 1-3
3 Batang 4 1 2 2 2 2 1 1 2 1 18
52-76
4 Segmen 9 6 6 5 4 3 3 4 4 3 45
5 Limfosit 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 27 20-40
6 Monosit 1 1 2 2-8

3.2 Pemeriksaan Retikulosit


Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan sebanyak 12 retikulosit/ 1000
eritrosit.

Perhitungan:

Retikulosit (%) = x 100% = x 100% = 1,2 % retikulosit

3.3 Pemeriksaan Masa Perdarahan


1. Tes Ivy : perdarahan berhenti pada 1 menit 30 detik
2. Tes Duke : perdarahan berhenti pada 3 menit

3.4 Pemeriksaan Pembendungan


Selama 10 menit ditemukan 7 ptechie (-)

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Apus Darah Tepi


Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk)
tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan
air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-
7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan,
bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Pada dasarnya darah
memiliki tiga fungsi utama yaitu membantu pengangkutan zat-zat makanan,
perlindungan atau proteksi dari benda asing, dan mengatur regulasi kandungan air
jaringan, pengaturan suhu tubuh, dan pengaturan pH. Terdapat tiga macam unsur
seluler darah, yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit.4
1. Sel darah merah (eritrosit).
Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada
sentralnya dan berdiameter 7,65 µm. Eritrosit terbungkus dalam membran sel
dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga
memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap
eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen
pernapasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga
volume sel.
Eritrosit merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel
lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah
merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh
jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan
bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah
dari jaringan dan kembali ke paru-paru.4
2. Sel darah putih (leukosit)
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih
untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih

9
10

yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan
infeksi, termasuk menghasilkan antibodi. Dibedakan berdasarkan ukuran,
bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki
granula sitoplasma disebut granulosit sedangkan sel tanpa granula disebut
agranulosit.
a. Granulosit
1) Neutrofil
Neutrofil juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung
granul-granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh
melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa
peradangan.

Gambar 4.1. Neutrofil4


Ada 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum
matang) dan neutrofil bersegmen (matur, matang). Neutrofil memiliki granula
kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga
sampai lima lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 µm samapai 12 µm.2
2) Eosinofil
Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua, dan
berdiameter 12 µm sampai 15 µm. Berfungsi sebagai fagositik lemah.
Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan
berkurang selama stress berkepanjangan. Selain itu eosinofil juga membunuh
parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi.2
11

Gambar 4.2 Eosinofil4


3) Basofil
Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak
beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan
nukleus berbentuk S. diameternya sekitar 12 µm sampai 15 µm. Basofil juga
berperan dalam respon alergi. Sel ini mengandung histamin.2

Gambar 4.3 Basofil4

b. Agranulosit
1) Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk
sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Selain
itu, limfosit bergaris tengah 6-8 µm, 20-30% dari leukosit darah, memiliki inti
yang relatif besar, bulat sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan
kandungan basofilik dan azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit dapat
digolongkan berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan
dengan sifat imunologisnya, siklus hidup dan fungsi.2
12

Gambar 4.4 Limfosit4


Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana
benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan
kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi
sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.
2) Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah
leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter
mencapai 20 µm atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang
dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan
wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan
lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma
sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus
Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus
pada daerah identasi inti.2,4

Gambar 4.5 Monosit4


Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat dan rongga tubuh.
Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan
mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk
imunoglobulin dan komplemen.
Sediaan apus darah adalah suatu sarana yang digunakan untuk menilai
berbagai unsure sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Selain itu
dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria,
mikrofilaria, dan lain-lain. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang terbaik
merupaka syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik.4,5
13

Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari
kapiler atau vena dengan atau tanpa EDTA. Sediaan yang disimpan tanpa difiksasi
terlebih dulu tidak dapat dipulas sebaik sediaan segar. Kebanyakan cara memulas
sediaan darah menggunakan prinsip Romanowski, seperti Wright, Giemsa, May-
Grunwald-Biemsa atau Wright-Giemsa.5
Praktikum mengenai sediaan apus darah kali ini bertujuan untuk mengamati
dan menilai berbagai unsure sel darah pada manusia seperti sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).5
Sediaan apus darah juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya
parasit seperti malaria, microfilaria, dan lain-lain. Namun pada praktikum kali ini
hanya dilakukan pengamatan untuk mengetahui deskripsi bentuk dari berbagai sel
darah dan menilai persentase sel darah yang teramati.5
Sediaan apus darah dilakukan dengan menggunakan bahan darah segar yang
berasal dari kapiler atau vena OP. OP pada praktikum ini adalah nurhayati. Pertama
praktikan mengambil darah dari ujung jari telunjuk tangan kiri menggunakan blood
lancet atau slat suntik kemudian mencampurkannya dengan EDTA supaya tidak
cepat membeku. Setelah itu praktikan menaruhnya ke kaca objek. Kemudian
menyentuhkan kaca penutup ke tetesan darah hingga darah melebar. Selanjutnya
membentuk sudut 30-400 dengan kaca penutup, lalu digerakkan ke kiri membentuk
apusan darah yang tidak terlalu tipis ataupun terlalu tebal karena jika terlalu tebal
maka saat pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat tidak jelas karena sel darah
bertumpuk.4,5
Setelah mendapat sediaan yang bagus (tidak tebal dan tipis), maka
membiarkannya hingga kering, setelah itu meneteskan metanol ke atas sediaan
hingga bagian yang terlapisi darah tertutup semuanya dan membiarkannya selama
5 menit. Fungsi metanol adalah untuk memfiksasi darah sehingga darah tidak hilang
saat diamati. Selanjutnya sediaan diteteskan dengan giemsa yang telah diencerkan
dengan air dan membiarkannya selama 20 menit dan membilasnya dengan air dan
mengeringkannya. Fungsi giemsa adalah untuk mewarnai darah sehingga mudah
dibedakan dan dapat terlihat jelas saat diamati. Waktu perendaman ini sebaiknya
jangan terlalu lama karena darah bisa tidak terlihat akibat pewarnaan yang terlalu
pekat.5
14

Selanjutnya setelah sediaan apus darah telah selesai, maka dilakukan


pengamatan dengan menggunakan mikroskop untuk memeriksa sediaan apus
darah. Sebelum pengamatan sediaan apus darah diteteskan minyak emersi terlebih
dahulu, tujuan pemberian minyak emersi ini yaitu untuk mencegah kerusakan pada
mikroskop. Dengan perbesaran lemah (100x), praktikan hanya melihat bulat-bulat
kecil yang sangat banyak dan belum terlihat jelas perbedaan antara leukosit,
eritrosit dan trombosit.5
Setelah menggunakan pembesaran 400x, praktikan menemukan ukuran
eritrosit yang kecil, berbentuk bulat bikonkaf tidak berinti, dan berwarna ungu
bening. Warna ungu ini akibat pewarnaan dengan giemsa, sehingga warna darah
yang semula merah, setelah diamati di mikroskop berubah menjadi ungu. Hal ini
sesuai dengan literatur yaitu eritrosit berbentuk cakram bikonkaf atau cakram pipih,
sel tidak berinti dan tidak punya organel seperti sel-sel lain. Eritrosit berukuran
sekitar 7,5µm dan bagian pusat lebih tipis dan lebih terang dari bagian tepinya.
Selain itu, eritrosit mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mentransport
O2.4
Pembentukan eritrosit atau eritropoiesis terjadi di sumsum merah yang
terletak pada tulang belakang, sternum (tulang dada), tulang rusuk, tengkorak,
tulang belikat, tulang panggul serta tulang-tulang anggota badan (kaki dan tangan).
Eritrosit berumur pendek. Tidak adanya inti pada eritrosit menyebabkan eritrosit
tidak mampu mensintesis protein untuk tumbuh, atau untuk memperbanyak diri.5
Pada pengamatan di praktikum ini tidak ditemukan eritrosit yang berbentuk
selain bikonkaf, itu artinya OP tidak menderita kelainan struktur eritrosit. Kelainan
pada struktur eritrosit dapat disebabkan karena faktor genetika ataupun
lingkungan.5
Kemudian didapatkan beberapa jenis leukosit, namun praktikan tidak
mampu mengidentifikasinya apakah termasuk basofil, eosinofil, batang, neutrofil,
limfosit ataupun monosit. Hal tersebut karena keterbatasan pembesaran pada
mikroskop yang digunakan sehingga tidak dapat terlihat dengan jelas bentuk dari
inti sel leukosit tersebut. Penggolongan leukisit menjadi 5 macam merupakan
penggolongan berdasarkan ukuran sel, bentuk nukleus, da ada tidaknya granula
15

sitoplasma sehingga perlu pengamatan yang lebih teliti dan perbesaran mikroskop
yang baik serta dapat pula dibantu dengan menggunakan minyak emersi.
Pada orang dewasa, jumlah normal pada basofil sekitar 0-1%, eosinofil 1-
3%, segmen(netrofil) 50-70%, limfosit 20-40% dan monosit 2-8%. Pada hasil
pengamatan melalui mikroskop, didapatkan basofil sekitar 1%, eosinofil 2%,
batang 18%, segmen 45%, limfosit 27% dan monosit 6%.

4.2 Pemeriksaan Retikulosit


Pada hasil praktikum saat melakukan perhitungan retikulosit didapatkan
sebanyak 1,2%. Jumlah ini masih dalam batas normal, yaitu masih dalam rentang
0,5-1,5%. Sel-sel retikulosit adalah eritrosit yang muda mengandung ribonukleat
acid (RNA) basofilik. Materi yang berwarna biru ini akan tercat secara supravital
oleh cat tertentu seperti Briliant Cressil Blue (BCB) untuk membentuk endapan
berwarna biru.6,7
Proses pematangan mulai dari pronormoblast sampai menjadi eritrosit yang
matang berlangsung selama 5 hari. Retikulosit berada selama 1-2 hari dalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi 1-2 hari untuk menjadi eritrosit
dewasa, biasanya setiap orang memproduksi sekitar 20 miliar eritrosit (sel darah
merah) baru tiap harinya. Tubuh yang kehilangan darah akan menimbulkan respon
eritropoetin yang diatur oleh hormon eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal
dalam enam jam, dan hitung retikulosit naik dalam dua sampai tiga hari.7
Peningkatan jumlah retikulosit yang disertai kadar hemoglobin (Hb) normal
mengindikasikan adanya penghancuran atau penghilangan eritrosit berlebihan yang
diimbangi dengan peningkatan sum-sum tulang. Peningkatan retikulosit disertai
dengan kadar Hb yang rendah menunjukkan bahwa respon tuubuh terhadap anemia
tidak adekuat. Penyakit yang disertai peningkatan jumlah retikulosit antara lain
anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia mayor, leukimia, eritroblastik
feotalis, HBC dan D positif, kehamilan, dan kondisi paska pendarahan berat.8
Penurunan jumlah retikulosit yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis
aplastik yaitu kejadian dimana destruksi eritrosit tetap berlangsung sementara
produksi eritrosi terhenti, misalnya pada anemia hemolitik kronis karena HBS,
16

anemia pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia aplastik, terapi radiasi,
hipofungsi andenocortical, hipofungsi hipofise anterior, dan sirosis hati.8

4.3 Pemeriksaan Masa Perdarahan


Bleeding time adalah waktu lamanya perdarahan atau waktu yang
diperlukan untuk berhentinya darah mengalir. Ada beberapa metode dalam
bleeding time, yaitu :3
1. Metode Ivy
Metode Ivy adalah format tradisional untuk tes ini. Dalam metode ivy
tekanan darah manset diletakkan di lengan atas dan meningkat sampai 40
mmHg. Sebuah pisau bedah atau sesuatu yang digunakan untuk melakukan
tusukan di lengan bagian bawah. Pisau otomatis pegas paling umum
digunakan untuk membuat potongan berukuran standar. Waktu dari ketika
menusuk luka dibuat sampai perdarahan semua telah berhenti diukur dan
disebut waktu perdarahan ( bleeding time), setiap 30 detik handuk kertas
digunakan untuk membersihkan darah.
2. Metode Duke
Metode duke dibuat dikuping telinga atau ujung jari yang ditusuk untuk
menyebabkan perdarahan, seperti dalam metode Ivy tes ini waktunya dari
awal perdarahan sampai perdarahan benar-benar berhenti. Kerugian dari
metode duke adalah bahwa tekanan pada kapiler darah didaerah menusuk
tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang daapat diandalkan. Keuntungan
dari metode ini adalah bekas luka tidak tetap, sedangkan metode lain dapat
mennimbulkan bekas luka.
Pemeriksaan ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan indikasi ada
riwayat mudahnya terjadi perdarahan. Niali normal :2

Metode Duke : 1 – 3 menit

Metode Ivy : 3 – 7 menit

Terjadinya trombositopenia (50.000 mg/dL) menunjukkan adanya potensi


perdarahan yang memanjang. Waktu perdarahan memanjang selain terjadi pada
penderita trombositopenia, juga pada penderita abnormalitas fungsi trombosit,
17

defesiensi faktor pembekuan, ketidaknormalan vascular, penyakit hati berat,


anemia aplastik, leukimia. Pemanjangan waktu perdarahan dapat juga disebabkan
oleh penggunaan obat salisilat, antikoagulan warfarin, dekstran, dan agen
fibrinolitik striptokinase.2

Praktikum didapatkan waktu darah tidak keluar lagi dari daun telinga
probandus adalah 3 menit yang berarti normal, sesuai dengan teori bahwa waktu
normalnya adalah 1-3 menit. Tes Duke kurang akurat dibandingkan Tes Ivy karena
Tes Duke kurang memberatkan kepada mekanismus hemostasis dan tidak diadakan
pembendungan. Tes Duke bisanya digunakan pada bayi dan anak-anak karena
mengenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan atas tidak mungkin atau sukar
dilakukan. Memanjangnya waktu pendarahan, misalnya 10 menit dapat
menunjukkan trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3) atau
trombositopati (fungsi trombosit abnormal) atau keduanya. Ingesti aspirin dapat
mengganggu fungsi trombosit selama 7 sampai 10 hari sehingga sebaiknya tidak
boleh diberikan sebelum dilakukan pemeriksaan waktu pendarahan.1,2

4.4 Pemeriksaan Pembendungan


Rumple leede test (percobaan pembendungan) dimaksudkan untuk menguji
ketahanan kapiler darah menggunakan pembendungan pada vena sehingga darah
akan menekan dinding kapiler. Jika dinding kapiler kurang kuat, maka darah dari
kapiler keluar dan merembes dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak bercak
petechiae. Petechiae adalah bintik-bintik merah akibat perdarahan di dalam kulit,
warna terkadang bervariasi dari merah menjadi biru/ungu. Petechiae umumnya
muncul pada kaki bagian bawah tetapi bisa muncul di seluruh tubuh. Petechiae
mungkin terlihat pada pasien-pasien dengan jumlah platelet yang sangat rendah.
Petechiae terjadi karena perdarahan keluar dan pembuluh – pembuluh darah yang
kecil sekali di bawah kulit atau selaput lendir, petechiae umumnya tidak jelas dan
menyakitkan.2
Petechiae adalah bintik-bintik merah akibat perdarahan didalam kulit,warna
terkadang bervariasi dari merah menjadi biru/ungu. Petechiae umumnya muncul
pada kaki bagian bawah tetapi bisa muncul diseluruh tubuh. Petechiae mungkin
terlihat pada pasien-pasien dengan jumlah platelet yang sangat rendah. Petechiae
18

terjadi kerena perdarahan keluar dan pembuluh – pembuluh darah yang kecil sekali
di bawah kulit atau selaput lendir, petechiae umumnya tidak jelas dan
menyakitkan.9
Pemeriksaan dilakukan dengan menahan tekanan manset atau tensi sebesar
setengah dari jumlah tekanan sistol dan tekanan diastol. Sistole adalah bunyi yang
pertama terdengar, diastole adalah bunyi yang menghilang diantara bunyi yang
berdetak cepat, atau dapat pula dikatakan bunyi yang terakhir didengar. Kemudian
tekanan manset tersebut dipertahankan selama sepuluh menit. Pembendungan
dilakukan pada lengan atas dengan memasang tensimeter pada pertengahan antara
tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan itu dipertahankan selama 10 menit.
Jika percobaan ini dilakukan sebagai lanjutan masa perdarahan, cukup
dipertahankan selama 5 menit. Setelah waktunya tercapai bendungan dilepaskan
dan ditunggu sampai tanda-tanda stasis darah lenyap. Kemudian diperiksa adanya
petekia di kulit lengan bawah bagian voler, pada daerah garis tengah 5 cm kira-kira
4 cm dari lipat siku.9
Prinsip pemeriksaan rumple leed yaitu diberikan pembebanan pada kapiler
selama waktu tertentu sehingga terhadap kapiler diciptakan suasana anoksia dengan
adanya bendungan aliran darah vena. Terhadap anoksia dan penambahan tekanan
internal akan terlihat sejauh mana kemampuan kapiler dapat bertahan . Jika
ketahanan kapiler turun akan timbul “Petechiae” di kulit. Jika ketahanan kapiler
luntur (dinding kapiler kurang kuat), pembendungan vena menyebabkan darah
menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat atau
adanya trombositopenia, akan rusak oleh pembendungan tersebut. Darah dari dalam
kapiler akan keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak
sebagai bercak /titik merah kecil pada permukaan kulit yang dikenal sebagai
petechie.2,9
Pemeriksaan dinyatakan positif bila ditemukan perdarahan atau petechiae
sebanyak 10 buah dalam waktu 10 menit. Pemeriksaan dinyatakan negatif bila
dalam waktu 10 menit tidak timbul petechiae pada area pembacaan, atau timbul
petechiae kurang dari 10 buah. Jika pada waktu dilakukan pemeriksaan masa
perdarahan sudah terjadi petekie, berarti percobaan pembendungan sudah positif
19

hasilnya dan tidak perlu dilakukan sendiri. Pada penderita yang telah terjadi purpura
secara spontan, percobaan ini juga tidak perlu dilakukan.9
Berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil sebanyak 7 titik bercak merah
(petechiae) pada daerah lingkaran yang dibuat. Hasil tersebut menunjukan bahwa
pasien tersebut normal karena jumlah petechiae yang timbul tidak lebih dari 10 atau
negatif. Hal ini menandakan pasien tidak mengalami kelainan vaskuler dan fungsi
trombosit.9
Kesalahan sering terjadi saat pemeriksaan Rumple Leed antara lain saat
membuat daerah pengamatan. lingkaran ini harus dibuat, diukur dengan benar,
sekian jari dari fossa cubiti, dengan diameter penampang sebesar 5 cm
menggunakan penggaris.9
BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Pemeriksaan Apus Darah Tepi


Pada pemeriksaan apusan darah tampak gambaran leukosit normal dan
didapatkan hasil normal .

5.2 Pemeriksaan Retikulosit


Pada pemeriksaan retikulosit didapat hasil normal yaitu 12 retikulosit/ 1000
eritrosit.

5.3 Pemeriksaan Masa Perdarahan


Pada percobaan masa perdarahan / bledding time didapatkan hasil normal
dari probandus yaitu perdarahan berhenti di rentang normal 1 – 6 menit

5.4 Pemeriksaan Pembendungan


Pada orang percobaan pemeriksaan pembendungan didapatkan hasil selama
10 menit ditemukan 7 ptechie masih dalam batas normal.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. vol
1. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
2. Gandosoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Edisi ke-16. Jakarta: Dian
Rakyat; 2010.
3. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003.
4. Sacher RA, Mc Pherson RA. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Edisi 11. Jakarta: EGC; 2004.
5. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th ed. Australia ;
United States: Brooks/Cole, Cengage Learning; 2010.
6. Parodi E, Giraudo MT, Ricceri F, Aurucci ML, Mazzone R, Ramenghi U.
Absolute Reticulocyte Count and Reticulocyte Hemoglobin Content as
Predictors of Early Response to Exclusive Oral Iron in Children with Iron
Deficiency Anemia. Anemia. 2016 Mar 22;2016.
7. Liswanti Y. Gambaran Jumlah Retikulosit Sebelum dan Setelah Donor Darah.
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 2015 May 7;13(1).
8. Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium.
Yogyakarta: Amara Books; 2008.
9. Riswanto. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia
Kanal Medika; 2013.

21
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai