Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK

BLOK 5.2 HEMATO DAN IMUNOLOGI

Kelompok 6  (Kelas B)

 Willy                                    G1A119053

Fajar Fadlan Yomiga                  G1A119054

Siti Puan Azizah                         G1A119055

Aulianisa Oktavia                       G1A119056

Natasya Fadia Haya Anindya Hanis G1A119058

Ayu Citra Prameswari                 G1A119060

  

Dosen Pengampu : Dr. dr. Sotianingsih, Sp.PK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021/2022
1. MENGUKUR BLEEDING TIME (WAKTU PERDARAHAN)

1.1 Landasan Teori

Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk


menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat
secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa
perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu
koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama
mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan
subendotel dan membentuk agregasi. Bila trombosit

Ada 2 teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan
teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6 menit. Teknik Duke nilai normal 1-8
menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi merupakan teknik yang
paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama waktu perdarahan.

Uji ini tidak boleh dilakukan jika penderita sedang mengkonsumsi


antikoagulan atau aspirin; pengobatan harus ditangguhkan dulu selama 3 – 7 hari.

1.2 Tujuan

Menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil pada permukaan kulit
hingga darah berhenti/membeku.

1.3 Prinsip

Menggunakan teknik Duke, dengan cara membuat luka pada anak telinga
bagian bawah dan dicatat waktunya hingga perdarahan berhenti.

1.4 Alat-alat:

a. Alkohol 70% 
b. Kapas
c. Lancet
d. Kertas saring 
e. Tensimeter 
f. Stopwatch
1.5 Prosedur dengan Metode Duke

1. Bersihkan anak daun telinga dengan kapas alkohol 70 %, tunggu hingga


kering.
2. Tusuk pinggir anak daun telinga dengan lancet sedalam 2 mm.
3. Hidupkan stopwatch saat darah mulai keluar kemudian isap
4. darah yang keluar dengan kertas saring setiap 30 detik.
5. Matikan stopwatch pada saat darah berhenti mengalir.
6. Kurangi tekanan hingga 0 mmHg lalu lepas manset tensimeter.
7. Hitung masa perdarahan dengan menghitung jumlah noktah
8. darah yang ada pada kertas saring.

1.6 HASIL DAN INTERPRETASI

Jumlah darah pada kertas yang dihitung dari kertas saring yaitu 3 noktah yang
dihitung dari detik ke-0 sampai perdarahan berhenti di 1 menit 5 detik. 

1.7 Kesimpulan

Nilai normal waktu perdarahan berhenti yaitu 1-8 menit (metode duke) Berarti
pasien/probandus bleeding time nya normal.
2. Mengukur waktu pembekan

2.1 Landasan Teori

Clotting time adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan lamanya


waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku  Pengukuran .CT ini dinilai dari
interval waktu dari tusukan pembuluh darah ke pembentukan benang fibrin yang
memiliki nilai normal 3-8 menit.. Pemeriksaan ini untuk memantau pembekuan
darah karena gangguan dalam pembekuan menyebabkan risiko pendarahan yang
lebih tinggi, bisa juga kecendrungan trombosis timbul bila aktivitas sistem
pembekuan darah memanjang.

2.2 Tujuan

a. Dapat mengetahui lamanya darah untuk membeku 


b. Dapat mengetahui cara pemeriksaan clotting time menggunakan cara tabung
(modifikasi dari cara Lee & White ) dan menggunakan Kaca Objek glass

2.3 Prinsip

Darah yang sudah diambil diteteskan ke object glass dan amati pembekuan
darah dengan terbentuknya benang halus. Amati pembekuan setiap 30 detik dari
detik ke 0

2.4 Alat - Alat :

a. Object glass
b. Lancet
c. alcohol swab
d. Stopwatch

2.5 Prosedur

1. Kumpulkan darah di ujung jari dengan cara memijat jari 


2. Bersihkan jari menggunakan alcohol swab
3. Tusuk ujung jari dengan lancet
4. Teteskan darah ke objek glass
5. Hidupkan stopwatch , amati setiap 30 detik apakah terbentuk benang fibrin
6. Matikan stopwatch ketika benang fibrin terbentuk 

2.6 Interpretasi
Benang fibrin terbentuk pada menit 4.00, pada probandus pembekuan
darahnya normal.

2.7 Kesimpulan

Pengukuran CT dengan  mengukur waktu dari tusukan pembuluh darah sampai


terbentuk nya benang fibrin. Nilai normal CT 3- 8 menit. Pemeriksaan ini untuk
memantau pembekuan darah karena gangguan dalam pembekuan menyebabkan
risiko pendarahan yang lebih tinggi, bisa juga kecendrungan trombosis timbul bila
aktivitas sistem pembekuan darah memanjang.
3. Fragilitet Kapiler

3.1 Landasan Teori

Percobaan ini bertujuan menguji ketahanan kapiler darah dengan cara


mengenakan pembendungan kepada  vena-vena, sehingga darah menekan kepada
dinding  kapiler.  Dinding  kapiler yang oleh  suatu  sebab  kurang  kuat  akan  rusak 
oleh  pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan
merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak sebagai bercak merah
kecil pada permukaan kulit (petechiae).

3.2 Tujuan

Menentukan fragilitas dinding kapiler pasien

3.3 Prinsip

Suasana kapiler diciptakan anoksia dengan membendung aliran darah vena.


Terhadap anoksia dan penambahan tekanan internal akan terlihat kemampuan
kapiler bertahan. Jika ketahanan kapiler turun akan timbul “Petechiae” di kulit.

3.4 Alat dan Bahan

a. Sphigmomanometer
b. Stopwatch
c. Penggaris
d. Pena atau Spidol

3.5 Prosedur
1.   Buatlah lingkaran pada bagian volar lengan bawah dengan diameter 5 cm,
berjarak 4 cm dari distal fossa cubiti

2. Pasanglah ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai


tekanan mencapai di tengah-tengah nilai sistolik dan diastolik.

3. Pertahankan tekanan pada sfigmomanometer itu selama 10 menit.

4. Lepaskanlah ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah lenyap lagi.

5. Carilah adanya dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul dalam


lingkaran bergaris tengah.

3.6 INTERPRETASI    :

Petechiae Tidak Ada →  Normal (Negatif)


3.7 Kesimpulan

Rumple Leed Test merupakan tes sederhana untuk melihat gangguan pada
vaskular. Tes Rumple Leed akan (+) bila ada gangguan permeabilitas kapiler. Dari
hasil percobaan  tidak didapatkan petechiae dengan interpretasi normal →
permeabilitas kapiler normal.

4. MEMBUAT PREPARAT APUS DARAH


4.1 Landasan Teori:
Sediaan apus darah tepi merupakan slide untuk mikroskop yang pada salah
satu sisinya dilapisi dengan lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan
pewarnaan (giemsa atau wright) dan diperiksa di bawah mikroskop.
Sediaan apus yang baik adalah yang ketebalannya cukup dan bergradasi dari
kepala (awal) sampai ekor (akhir). Ciri sediaan apus yang baik meliputi:
1. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, Panjang ½ - 2/3 panjang kaca.
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit
tersebar merata berdekatan dan tidak saling menumpuk.
3. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang dan tidak bergaris-garis.

4.2 Tujuan:
Untuk menilai berbagai unsur sel darah seperti eritrosit, leukosit, trombosit
dan mencari ada tidaknya parasit.

4.3 Alat dan Bahan:


a. Alkohol swab
b. Lanset
c. Kaca objek
d. Rak pengecatan
e. Methyl alcohol
f. Giemsa stain
g. Pipet tetes
h. Gelas ukur 10 cc
i. Aquadest

4.4 Cara Membuat Preparat Apus Darah:


1. Sediakan beberapa kaca benda yang bersih (bersihkan dengan alcohol swab).
2. Ambillah darah kapiler (ujung jari yang telah didisinfeksi terlebih dahulu).
3. Teteskan darah pada objek glass. Objek glass yang lain diletakkan dengan
posisi membentuk sudut 30-45°. Tarik objek glass ke arah belakang, goyang-
goyangkan/geser-geserkan lalu seret ke depan (buatlah sediaan yang cukup
tipis).
4. Keringkan di udara lalu diwarnai.

4.5 Pengecatan Menurut Giemsa:


1. Fiksasi dengan metil alkohol 3-5 menit.
2. Bilas dengan aquadest.
3. Encerkan giemsa stain 1 cc menjadi 10 cc dengan aquadest.
4. Cat dengan giemsa yang telah diencerkan selama 30 menit.
5. Cat dibuang, dibilas dengan aquadest lalu dengan air mengalir. Keringkan.

4.6 Hasil:
Selanjutnya, sediaan diperiksa menggunakan mikroskop dengan bantuan
minyak imersi.

4.7 Pemeriksaan Sediaan:

1. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (10 x /LPF) untuk


melihat apakah pengecatan memuaskan:
 bila nukleus (inti) belum ter-cat, ulangi pengecatan seperti di atas.
 bila ada presipitasi, tambahkan cat Wright dan segera dibilas aquadest.
 bila nukleus (inti) belum ter-cat kontras dengan sitoplasma, granula
eosinofil ter-cat kemerahan dan sitoplasma eritrosit ter-cat merah muda,
berarti pengecatan sempurna
2. Periksa dengan minyak imersi mulai dari daerah sediaan yang tipis, apakah
sediaan dan pengecatan sudah memenuhi syarat.
3. Sediaan yang baik diberi etiket dengan:
 nama penderita
 tanggal pembuatan

 nama sediaan lalu diserahkan kepada asisten.

 4.8 Interpretasi
eritrosit normositik normokrom

Anda mungkin juga menyukai