Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Menular Seksual (Sexually Transmitted Disease/STD) adalah penyakit-

penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin. Salah satu gejala dari STD

ini adalah berupa DUH tubuh uretra. 1

Duh tubuh adalah suatu gejala dimana keluarnya cairan atau sekret dari uretra,

baik cairan serosa ataupun mukosa tidak berupa darah ataupun urin. Duh bisa bersifat

fisiologi ataupun patologis contoh pada uretritis gonore ataupun non spesifik (uretritis

non-gonore). 1

Sangat penting dalam membedakan duh tubuh fisiologis atau patologis, dengan

berbagai kriteria klinik, seperti laboratorium dan mikrobiologi karena menentukan

keberhasilan pengelolaan duh tubuh.10

Penyebab DUH tubuh, seperti halnya gonore, biasanya menyerang remaja

yang aktif secara seksual, dewasa muda, dan bangsa Afrika Amerika. Hal ini pula

dapat disebabkan karena sulitnya menjangkau fasilitas kesehatan, lingkungan yang

padat penduduk, dan faktor pasangan. Faktor resiko untuk terkena infeksi gonore baru

meliputi: berganti-ganti pasangan, usia yang masih muda, status belum menikah, suku

bangsa minoritas, konsumsi napza, sosio-ekonomi yang rendah, serta rendahnya

tingkat pendidikan. 7

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana gambaran angka kejadian

duh utertra di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

1
Mengetahui angka kejadian duh uretra di Poliklinik kulit dan kelamin RSUD

Ulin Banjarmasin periode Januari hingga Desember 2015.


D. Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui gambaran umum angka kejadian duh uretra berdasarkan

catatan rekam medik penderita di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Ulin

Banjarmasin selama tahun 2015, diharapkan menjadi evaluasi bagi para klinisi dan

tenaga kesehatan ,masyarakat untuk pencegahan infeksi duh uretra dan diharapkan

penelitian ini berguna menambah ilmu pengetahuan bagi orang banyak.


E. Bahan Penelitian

Bahan penelitian diambil dari catatan rekam medik penderita duh uretra yang

datang berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin selama

periode satu tahun, mulai Januari - Desember 2015.

BAB II

DUH TUBUH PADA PRIA

2
A. DEFINISI

Seperti yang sudah dikemukakan di atas bahwa DUH tubuh pada pria

adalah berupa DUH tubuh uretra, yaitu suatu gejala berupa keluarnya cairan dari

uretra baik mukus ataupun serosa tidak berupa darah ataupun urin. Secara umum

DUH tubuh uretra ini bisa bersifat fisiologis dan bisa bersifat patologis misalnya

pada uretritis gonore dan uretritis non spesifik.1

B. ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi fisiologis dan

patologis. Pada pria, sekret uretra merupakan gejala paling umum nampak pada

penyakit menular seksual.1

Pada pria sekret normal yaitu sperma, yang dihasilkan dari testis, dan

semen yang dihasilkan oleh prostat dan vesikula seminalis.1,10

DUH Patologis pada pria dapat dibagi atas Urethritis gonococcal, yaitu

jika ditemukan kuman Neisseria gonorrhoeae, dan Urethritis non-gonococcal,

yaitu jika tidak ditemukan kuman Neisseria gonorrhoeae.

Tabel 1. Etiologi Duh Uretra

3
C. DIAGNOSIS

Diagnosis dari DUH tubuh dapat dilakukan dengan anamnesis dan

pemeriksaan atas DUH tersebut.

Anamnesis harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat objek yang kita

periksa adalah organ seksual. Biasanya pasien akan datang dengan perasaan

takut, gelisah, ataupun malu. Pasien hendaknya diyakinkan bahwa anamnesis

yang akan kita lakukan adalah rahasia, dan sebaiknya kita pun melakukannya

dengan santai dan percaya diri, sehingga pasien akan terbuka untuk memberikan

informasi kepada kita.4

Sebaiknya pada anamnesis, ditanyakan:

1. Sejak kapan muncul cairan dari alat kelamin?


2. Kira-kira seberapa sering muncul cairan dari alat kelamin?
3. Bagaimana warnanya?
4. Bagaimana konsistensinya?
5. Apakah disertai rasa panas, gatal, nyeri?
6. Apakah disertai gejala-gejala yang lain, contoh:demam?
7. Seberapa sering anda membersihkan alat kelamin anda?
8. Terangkan tentang seksualitas anda. Anda memilih pasangan pria, wanita,

atau bisa pria dan wanita?


9. Apakah pasangan anda mengalami gejala yang sama?
10. Bagaimana hubungan/komunikasi antar pasangan anda?
11. Apakah anda suka berganti-ganti pasangan?
12. Apakah anda memakai pelindung (contoh: kondom) saat berhubungan

seksual?
13. Apakah anda sebelumnya pernah berobat?
14. Apakah anda pernah membeli obat tanpa resep dari dokter? Jika ya, obat

apakah itu?

Cara pengambilan sample DUH pada pria adalah:

1. Lakukan pembersihan meatus dengan kasa basah yang

dilumuri dengan cairan fisiologis.


2. Duh tubuh uretra diambil dengan sengkelit dengan

memasukan kedalam uretra sampai fossa navikulari.


4
3. Oleskan duh tersebut ke gelas objek untuk pemeriksaan

gram, atau media kultur untuk pemeriksaan gonokokus.


4. Pemeriksaan swab khusus untuk Chlamidia
5. Bila duh tubuh yang didapat sedikit, dapat dilakukan

manipulasi terhadap penis terlebih dahulu, dengan

mengurut penis ke satu arah.

Gambar 1: Diambil sesuai aslinya dari Prosedur Pelayanan Medis Perhimpunan Dokter Spesialis

Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), 2011


5
Gambar 2: Diambil sesuai aslinya dari Prosedur Pelayanan Medis Perhimpunan Dokter Spesialis

Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), 2011

6
PENYAKIT-PENYAKIT DENGAN KELUHAN DUH TUBUH PADA PRIA

1. GONORE

Definisi

Uretritis gonore akut merupakan salah satu penyakit hubuungan seksual yang

disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae yang menyerang uretra pada laki-laki,

paling sering ditemukan dan mempunyai insiden yang cukup tinggi.2

Epidemiologi

Gonore terdapat dimana-mana diseluruh dunia dan merupakan penyakit

kelamin yang terbanyak dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaaan maupun setelah

menderita penyakit. Juga tidak ada perbedaan mengenai kekebalan antara berbagai

suku bangsa atau jenis kelamin atau umur. Diperkirakan setiap tahun tidak kurang dari

25 juta kasus baru ditemukan didunia.beberapa strain kuman gonokok yang resisten

terhadap penisilin, quinolone dan antibiotic lainnya telah ditemukan beberapa tahun

yang lalu dan membawa persoalan dalam pengobatan, telah tersebar dibeberapa

Negara.3,6

Karakteristik Kuman

Neisseria Gonorhoeae merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran 0.6

sampai 1.5 mikrometer berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar

berhadap-hadapan. Kuman ini tidak motil dan tidakmembentuk spora. Neisseria

Gonorhoeae dapat dibiakkan dalam media Thayer martin dengan suhu optimal. Kellog

7
membedakan Neisseria Gonorhoeae berdasarkan pertumbuhan koloninya pada media

agar, yaitu: 4

 T1 bentuk koloninya kecil, cembung, dan lebih terang. Memiliki pili


 T2 bentuk koloninya kecil, lebih gelap, tepi lebih terang. Memiliki pili
 T3 bentuk koloninya lebih besar, datar, dan lebih gelap
 T4 bentuk koloni lebih besar, datar, dan lebih terang

Gambar 3: Karakteristik Kuman

Sumber: http://www.microbiologyinpictures.com/images/NEGO%20picture.jpg

Makin kecil N. Gonorhoeae makin tinggi virulensinya, karena sel bakteri ini memiliki

pili yang memudahkan perlekatannya dengan dinding sel selaput lendir.5

Mikrobiologi

Dengan mikroskop elektron, dinding N. Gonorhoeae terlihat mempunyai

komponen-komponen permukaan yang diduga berperan pada pathogenesis

virulensinya. Komponen permukaan tersebut dimulai dari lapisan dalam ke luar

dengan susunan sebagai berikut :4

8
1. Membrane sitoplasma  membrane ini menghasilkan beberapa enzim seperti

suksinat dehidrogenase, laktat dehidrogenase, NADH dehidrogenase dan ATP ase


2. Lapisan peptidoglikan  lapisan ini mengandung beberapa jenis asam amino

sepertipadakuman gram negative lainnya. Lapisan ini mengandung “peniciline

binding component” yang merupakan sasaran antibiotic penisilin dalam proses

kematian kuman. Terjadi hambatan sintesis dinding sel, sehingga kuman akan mati.
3. Membrane luar dinding sel
Terdiri dari :
 Lapisan polisakarida
 Pili
 Protein
 Lipo oligosaccharide (LOS)
 Ig A 1 protease

Manifestasi klinis

Penyakit menular seksual (PMS) dimaksudkan sebagai penyakit yang

ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak

seksual.Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak

badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan

melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.

Masa tunas gonore sangat singkat. Pada pria umumnya sekitar2-5 hari. Pada

waktu masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya asimptomatis. Infeksi

N. Gonorhoeae merupakan fase akut yang didahului rasa panas dibagian distal urethra

diikuti rasa nyeri pada penis, keluhan berkemih seperti disuria dan polakisuria.

Terdapat duh tubuh yang bersifat purulen atau seropurulen, kadang-kadang juga

terdapat ektropion. Pada beberapa keadaan, duh tubuh baru keluar bila dilakukan

pemijatan atau pengurutan korpus penis kearah distal, tetapi pada keadaan penyakit

yang lebih berat nanah tersebut menetes sendiri keluar.

Diagnosis

9
Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

1. Anamnesis

Pada anamnesis ditemukan gejala subjektif berupa : Gatal, panas pada

distal uretra, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen yang

kadang disertai darah, nyeri pada waktu ereksi.6

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan Gejala objektif :Orificium uretra

eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion.Tampak pula duh tubuh

yang seropurulen atau mukopurulen dan dapat disertai pembesaran

kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.4

3. Pemeriksaan penunjang

1. Pewarnaan Gram ( Sediaan langsung )

Gram-negatif diplokokus intrasellular terhadap PMN pada pemeriksaan eksudat .

Pada sediaan langsung dengan pengecatan gram akan ditemukan gonokokus negatif

gram, intraseluler dan ekstra seluler, berbentuk biji kopi. Selain itu dapat ditemukan

juga lekosit PMN  5/lpb. Bahan duh tubuh pria diambil dari daerah fosa navikularis,

sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan

rectum 8.

Pemeriksaan gram dari duh uretra pada pria memiliki sensitivitas

tinggi (90-95%) dan spesifisitas 95-99%. Sedangkan dari endoserviks,

sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan spesifisitas 90-99%. 8

10
Gambar 4: Pewarnaan Gram Kuman Diplokok

Sumber:http://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/pathogenesis.html

2. Kultur

Isolasi pada media- selektif gonokokkus, contohnya agar darah

coklat, media Martin Lewis, media Thayer –Martin. Test kerentanan

mikrobial penting karena adanya strain yang resistensi.

Media Transport

a. Media Stuart: hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam

kembali pada media pertumbuhan8

b. Media Transgrow: selektif dan nutritive untuk N. gonorrhoeae dan N.

meningitidis, dalam perjalanannya dapat bertahan hingga 96 jam dan

merupakan gabungan dari media transport dan media pertumbuhan.

Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan

menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus.8

11
Media Pertumbuhan

a. Media Thayer-martin: selektif untuk mengisolasi gonokok.

Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-

gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram,

dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.1

b. Modifikasi Thayer-martin: isinya ditambah dengan trimetoprim

untuk menekan pertumbuhan kuman Proteus spp.1

c. Agar coklat McLeod: berisi agar coklat, agar serum, dan agar

hidrokel. Dapat ditumbuhi kuman selain gonokokus.1

Gambar 5: Kultur pada agar coklat Mc Leod

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Neisseria_gonorrhoeae

3 Tes Definitif

a. Tes Oksidasi

Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilamin

hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua

Neisseria memberikan reaksi positif dengan perubahan warna koloni

yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah

lembayung8.

12
Gambar 6: Tes Oksidasi

Sumber: http://www.microbiologyinpictures.com/neisseria%20gonorrhoeae.htm

b. Tes Fermentasi

Tes Oksidasi Positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai

glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan

glukosa . 8

4 Tes Beta laktamase

Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang

mengandung cheomogenic cephalosporin. Apabila kuman mengandung

enzim beta-laktamase, akan menyebabkan perubahan warna dari

kuning menjadi merah. 6

5 Tes Thomson

13
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi

sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena

pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. 6

Tabel 1. Hasil pembacaan Tes Thomson.

Gelas Gelas Arti

I II

Jernih Jernih Tidak ada

infeksi

Keruh Jernih Infeksi

uretritis

anterior

Keruh Keruh Panuretritis

Jernih Keruh Tidak

mungkin
Sumber : http://www.kalbe.co.id

Pada tes diatas ada syarat yang perlu diperhatikan :

- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi

- Urin dibagi dalam 2 gelas

- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling

sedikit 80 – 100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar

dinilai karena baru menguras uretra anterior

 Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram didapatkan kuman

diplokokus gram negatif intraselluler atau ekstraselluler.


 Kultur : ditemukan kuman gonokokus
14
 Tes oksidasi : perubahan warna koloni yang semula bening berubah

menjadi merah muda sampai merah lembayung


 Tes Fermentasi : kuman gonokokus hanya meragikan glukosa
 Tes Beta Laktamase : perubahan warna koloni dari kuning menjadi

merah
 Tes Thomson: hanya untuk mengetahui sejauhmana infeksi sudah

berlangsung.

Komplikasi

Umumnya penyulit akan timbul jika uretritis tidak cepat diobati atau mendapat

pengobatan yang kurang adekuat. Di samping itu, duh tubuh yang bersifat purulen

atau seropurulen, kadang-kadang juga terdapat ektropion. Pada pria penyulit lokal

yang terjadi dapat berupa : tysonitis, parauretritis, litritis, cowperitis, prostatitis,

vesikulitis, funikulitis, epididimitis, cystitis dan proktitis .

 Tysonitis  kelenjar Tyson terletak di kiri-kananfrenulum penis yang

fungsinya memproduksi smegma. Pada organ ini jarang timbul peradangan

kecuali bila preputium kebersihannya kurang. Bila terjadi peradangan dan

menimbulkan sumbatan pada saluran kelanjarnya, maka akan terjadi abses

kecil pada salah satu sisi di sebelah frenulum dengan gejala bengkak, merah,

dan agak nyeri.


 Parauretritis  untuk menegakkan diagnosis parauretritis perlun

pengamatan cermat dengan caramenekan kelenjar yang terletak pada tepi

lubang kencing (orifisium uretra eksternum) akan terlihat keluarnya nanah

dari saluran kelenjar


 Llitritis  manifestasi klinis berupa abses kecil pada dinding uretra.

Biasanya tidak memberi keluhan. Pada tes dua gelas, pada gelas pertama

terlihat lender seperti benang melayang-layang pada urine

15
 Cowperitis  kelenjar cowper ini terletakpada perineum. Abses pada

kelenjar ini menimbulkan rasa nyeri, panas, dan rasa penuh pada perineum.

Serta sara nyeri waktu buang air besar diikuti frekuensi kencing yang

meningkat. Abses selalu unilateral dan memecah ke perineum.


 Prostatitis  pada keadaan akut memberikan keluhan panas badan, sakit

pada daerah perineum, dan rasa keluhan menjadi lebih hebat disertai rasa

sakit waktu buang air besar. Abses ini dapat pecah kedalam uretra atau

rectum dan menimbulkan proktitis. Nanah yang menyebar kesegala arah

akan menimbulkan abses yang dapat memecah pada permukaan kulit, di

perineum atau di lain tempat


 Vesikulitis  vesikulitis biasanya disertai posterior uretritis dan prostatitis.

Gejala klinisnya merupaka campuran dari gejala uretritis posterior dan

prostatitis akut. Gejala lain yang sering menyertai berupa sering ereksi,

ejakulasi, dan semen mengandung darah.

 Funikulitis dan epididimitis  infeksi dari uretra posterior yang menjalar

melalui funikulus spermatikus ke epididimitis dapat menyebabkan funikulitis

dan epididimitis. Pada perabaan epididimis membesar, nyeri tekan, dan kulit

diatasnya tampak kemerahan. Funikulus spermartikus juga membesar dan

nyeri tekan, keadaan ini bisa diikuti terjadinya hidrokel dari tunika vaginalis

dan sering disangka sebagai pembesaran testis. Epididimitis ini biasanya

unilateral,tetapi bila terjadinya bilateral dapat mengakibatkan kemandulan.


 Cystitis  peradangan kandung kemih akibat infeksi pada daerah trigonum.

Gejalanya berupa nyeri berkemih, frekuensi berkemih meningkat dan

keluarnya tetesan darah pada akhir kencing (terminal hematuri).


 Proktitis  merupakan infeksi pada rectum yang sering ditemukan pada

penderita homoseksual. Infeksi pada rectum berhubungan dengan inokulasi

langsung pada saat berhubungan badan melalui anus (anogenital sex).

16
Gejalanya berupa rasa gatal atau terbakar pada anus, tenesmus, dan nyeri sat

buang air besar. Kadang kotoran bercampur dengan darah, nanah, dan lender.

Pada pemeriksaan dengan proktoskopi ditemukan adanya kemerahan pada

dinding rectum, bengkak,dan permukaannya tertutup nanah atau lendir.

PENATALAKSANAAN

A. Non Medikamentosa

 Bila memungkinkan, periksa dan obati pasangan seksual tetapnya.


 Anjurkan abstinensia sampai terbukti sembuh secara laboratories, dan bila

tidak dapat menahan diri dianjurkan memakain kondom.


 Kunjungan ulang pada hari ke-3 dan ke-8.
 Konseling : jelaskan mengenai penyakit gonore, kemungkinan komplikasi,

cara penularan,serta pentingnya pengobatan pasangannya.


 Konseling mengenai kemungkinan risiko tertular HIV , hepatitis B, hepatitis

C, dan penyakit infeksi menular seksual lainnya.

B. Khusus

Di banyak negara, resistensi antimikroba terhadap beberapa kuman

penyebab IMS patogen terus meningkat., sehingga hal ini akan menyebabkan

beberapa obat yang cukup murah tidak efektif lagi. Rekomendasi untuk

menggunakan obat yang lebih efektif harus mempertimbangkan harga dan

kemungkinan salah penggunaan. Obat yang digunakan untuk IMS di semua

fasilitas pelayanan sekurang-kurangnya harus mempunyai tingkat efektivitas

90%.

Rincian pengobatan duh tubuh uretra adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Rincian pengobatan duh tubuh uretra.

Pengobatan uretritis gonore berdasarkan Pengobatan uretritis gonore di Indonesia

17
CDC13 (Center for Diaseases Control) dan

WHO14 (World Health Organization)

Pilih salah satu dari beberapa pengobatan yang dianjurkan


 
Seftriakson IM 250 mg dosis tunggal Seftriakson IM 250 mg dosis tunggal

+ azitromisin PO 1 gr dosis tunggal + azitromisin PO 1 gr dosis tunggal


 
Bila seftriakson tidak tersedia, Bila seftriakson tidak tersedia,

regimen alternatif : sefiksim 400 mg regimen alternatif : sefiksim 400 mg

PO dosis tunggal + azitromisin PO 1 PO dosis tunggal + azitromisin PO 1

gr dosis tunggal gr dosis tunggal


 
Bila diketahui terdapat reaksi alergi Bila diketahui terdapat reaksi alergi

terhadap sefalosporin (seftriakson terhadap sefalosporin (seftriakson

dan sefixim), dapat diterapi dengan dan sefixim), dapat diterapi dengan

gemifloxaxin 320 mg PO dosis gemifloxaxin 320 mg PO dosis

tunggal + azitromisin 2 gr PO dosis tunggal + azitromisin 2 gr PO dosis

tunggal atau gentamisin 240 mg IM tunggal atau gentamisin 240 mg IM

dosis tunggal + azitromisin 2 gr PO dosis tunggal + azitromisin 2 gr PO

dosis tunggal15 dosis tunggal15


 
Bila diketahui terdapat reaksi alergi Bila diketahui terdapat reaksi alergi

terhadap azitromisin, dapat diterapi terhadap azitromisin, dapat diterapi

dengan kombinasi seftriakson 250 dengan kombinasi seftriakson 250

mg IM dosis tunggal / sefiksim 400 mg IM dosis tunggal / sefiksim 400

mg PO dosis tungal + doksisiklin mg PO dosis tungal + doksisiklin 100

100 mg PO BID selama 7 hari mg PO BID selama 7 hari


 
Bila pengobatan gagal setelah Bila pengobatan gagal setelah

kombinasi terapi sesuai rekomendasi kombinasi terapi sesuai rekomendasi

18
WHO, dilakukan terapi ulang WHO, dilakukan terapi ulang dengan

dengan kombinasi : seftriakson 500 kombinasi : seftriakson 500 mg IM

mg IM dosis tunggal + azitromisin 2 dosis tunggal + azitromisin 2 gr dosis

gr dosis tunggal atau sefiksim 800 tunggal atau sefiksim 800 mg PO

mg PO dosis tunggal + azitromisin 2 dosis tunggal + azitromisin 2 gr PO

gr PO dosis tunggal atau gentamisin dosis tunggal atau gentamisin 240

240 mg IM dosis tunggal + mg IM dosis tunggal + azitromisin 2

azitromisin 2 gr dosis tungal gr dosis tungal


Pilihan pengobatan lain

- Kanamisin 2 gr im dosis tunggal - Kanamisin 2 gr im dosis tunggal

- Spektinomisin 2 gr im dosis tunggal - Tiamfenikol 3,5 gr peroral dosis

- Tiamfenikol 3,5 gr peroral dosis tunggal

tunggal

Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus dapat

diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan jangka waktu pemberian yang

lebih lama, yaitu selama 4 minggu untuk endokarditis.

PROGNOSIS

Prognosis pada penderita dengan gonore tergantung cepatnya penyakit dideteksi

dan diterapi.Penderita dapat sembuh sempurna bila dilakukan pengobatan secara dini

dan lengkap.Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan,maka kemungkinan besar

dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.10

19
2. KLAMIDIASIS

Gambar 7: Clue cell

Sumber : http://sexual-communication.wikispaces.com/Chlamydia

Infeksi Chlamydia trachomatis merupakan penyebab terbanyak infeksi

menular seksual (IMS) dan penyebab IGNS yang tersering.6 Kuman ini ditemukan di

uretra dari 25% sampai 60% kasus pria dengan UGN, 4% - 35% pria dengan gonore,

dan pada 0-7% pada pria dengan uretritis asimtomatis.6

Sering ditemukan infeksi Chlamydia pada wanita dewasa yang seksual aktif,

dan berhubungan erat dengan usia muda pertama kali kontak seksual serta lamanya

waktu aktivitas seksual.3 Pada wanita urban, ditemukan 15% infeksi endocerviks yang

disebabkan oleh Chlamydia, sedangkan pada wanita hamil dengan sosio-ekonomi

rendah ditemukan sebanyak lebih dari 20%.6

Etiologi dan pathogenesis Chlamydia Trachomatis

20
Terdapat 18 serotipe C. trachomatis yang telah teridentifikasi. 6 Serotipe D

hingga K menyebabkan infeksi genital menular seksual dan infeksi neonatal.6

Siklus hidup dari Chlamydia trachomatis melalui beberapa tahap. : 6

1. Fase Dorman
2. Metabolisme BE
3. Perubahan Badan Elementer (BE) menjadi Badan Retikular (BR)
4. Pematangan Badan Retikuler dan pembentukan Badan Elementer

Gambar 8: Siklus hidup Chlamydia trachomatis


Sumber: http://chlamydiae.com/twiki/bin/view/Cell_Biology/GrowthRegulation

Gambaran Klinik

 Infeksi pada pria

Penting untuk mengetahui adanya koitus suspektus, yang biasanya terjadi pada

1 sampai 5 minggu sebelum timbulnya gejala. Juga penting untuk mengetahui apakah

telah melakukan hubungan seksual dengan istri pada waktu keluhan sedang

berlangsung, mengingat hal ini dapat menimbulkan penularan secara fenomena

pingpong.6

21
Gambar 9: Infeksi Klamidia

Sumber:http://www.stdinfo.org/the-transmission-and-diagnosis-of-chlamydia-trachomatis/

 Uretritis

Infeksi uretra karena C.trachomatis lebih sering asimtomatis dan lebih ringan

dibandingkan infeksi uretra gonokokal 5

Keluarnya duh tubuh uretra merupakan keluhan yang tersering dijumpai,

berupa lendir yang jernih sampai keruh.5,6 Keluhan yang paling umum ialah waktu

pagi hari atau morning drops, tetapi bisa juga berupa bercak di celana dalam.5,6

Nyeri kencing atau disuri merupakan salah satu keluhan yang banyak

dijumpai, dan sangat bervariasi dari rasa terbakar sampai rasa tidak enak pada saluran

kencing waktu mengeluarkan urin.6 Biasanya gejala klinis timbul setelah inkubasi 7 –

21 hari dengan disuria, polakisuri, gatal, dan duh tubuh uretra jernih sampai keruh

atau bercak pada celana.5 Tetapi keluhan disuri tidak sehebat pada infeksi gonore.6

Keluhan gatal di saluran kencing mulai dari gatal yang sangat sampai ringan

dan terasa hanya pada ujung kemaluan.5

Sebagai akibat terjadinya peradangan pada saluran kencing timbul perasaan

ingin kencing. Bila peradangan hebat bisa bercampur darah, atau bila infeksi sampai

22
pada pars membranasea uretra, maka pada waktu muskulus sfingter uretra

berkontraksi timbul perdarahan kecil. Selain itu timbul perasaan ingin kencing pada

malam hari / nokturia.6

Keluhan lain yang jarang ialah adanya perasaan demam, pembesaran dan nyeri

kelenjar getah bening inguinal.6

Pada pemeriksaan klinis muara uretra tampak tanda peradangan berupa edema

dan eritema, dapat ringan sampai berat6 .Namun pemeriksaan pada sebagian besar

kasus tak menunjukkan abnormalitas selain duh tubuh.5 Sekret uretra bisa banyak atau

sedikit sekali, atau kadang – kadang hanya terlihat pada celana dalam penderita.

Sekret umumnya serosa, seromukous, mucous dan kadang bercampur nanah.6 Kalau

tidak ditemukan sekret, bisa dilakukan pengurutan saluran uretra yang dimulai pada

daerah proksimal sampai distal sehingga nampak keluar sekret.6 Kelainan yang

nampak pada UNS umumnya tidak sehebat pada uretritis gonore.6

 Epididimitis

Digambarkan sebagai nyeri skrotal unilateral, bengkak, sensitif, dan demam

pada pria muda yang sering kali berkaitan dengan uretritis Chlamydia (NGU). Pria

dengan epididimitis Chlamydia sembuh cepat dengan terapi tetrasiklin mendukung

peran penyebabnya yaitu C. trachomatis.

Laboratorium

Dasar untuk menegakkan diagnosis IGNS ialah berupa apusan sekret uretra.

Pada pemeriksaan sekret uretra dengan pewarnaan gram ditemukan 5 lekosit atau >

dari 4 leukosit5 pada pemeriksaan mikroskopis dengan pembesaran 1000 kali.5,6 Pada

pemeriksaan mikroskopik sekret serviks dengan pewarnaan Gram5,6 didapatkan > 30

23
lekosit per lapangan pandang dengan pembesaran 1000 kali5 Kriteria diagnosis

uretritis bila terdapat duh tubuh uretra dan terdapat 20 leukosit PMN / lebih pada dua

atau lebih dari lima lapangan pandang dengan pembesaran x400 dari pemeriksaan

sedimen 10-15 ml urine tampung pertama yang dikeluarkan sebelum 4 jam atau

lebih.5

Tes Leukosit esterase untuk skrining pria dengan infeksi asimtomatis dengan

adanya leukosit polimorfonuklear pada urine.6 Menggunakan kultur untuk

menentukan infeksi Chlamydia, mendapatkan sensitifitas tes LE untuk

memprediksikan uretritis Chlamydia ialah 41 – 85 % diantara pria asimtomatis,

dengan spesifitas 75 - 95%.5

Kuman ini dapat ditemukan dengan cara :

1. Pembiakan

Chlamydia trachomatis adalah bakteri obligat intraselular, sehingga untuk

pertumbuhannya membutuhkan sel hidup.5,6 Sel hidup ini dibiakkan dalam gelas kaca

yang disebut monolayer seperti Mc Coy dan BHK yang dapat dilihat hasil

pertumbuhannya pada hari ketiga.6

2. Pemeriksaan Mikroskop Langsung

Pada pemeriksaan ini yang dilihat adalah badan elementer (BE) dan badan

retikular (BR) dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.5,6 Pemeriksaan ini

memberikan hasil sensitivitas yang rendah dibandingkan dengan kultur, dan tidak

dianjurkan pada infeksi asimptomatis dan infeksi subakut.6 Angka spesifitasnya

rendah. Pemeriksaan ini lebih mempunyai arti diagnosis pada infeksi mata.6

3. Metode Penentuan Antigen


24
Pemeriksaan antigen bersifat tidak langsung yaitu dengan pemeriksaan hasil

pembiakan. Pemeriksaan langsung sampai saat sudah diperoleh, dikenal dua cara

pemeriksaan antigen yaitu :

a. Pewarnaan imunofluoresen langsung dengan antibody monoklonal.6


b. Penentuan antigen Chlamydia dari hapusan uretra dilakukan dengan

pemeriksaan ELISA.6

4. Polymerase Chain Reaction6

5. Ligase Chain Reaction

Pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan sebaiknya mencangkup hal – hal

berikut:5

1) Sediaan langsung dengan pengecatan gram. Spesimen yang diambil adalah

sekret uretra. Pada UNG akan didapatkan leukosit > dari 4, tanpa adanya

diplokokus gram negatif.


2) Sedimen urine. Urine yang diperiksa ialah urine pagi. Baik pada uretritis

gonore akut maupun nongonore akan didapatkan leukosit >15/lp (400x).


3) Tes deteksi antigen dengan ELISA.
4) Pemeriksaan lain : biakan kuman (kultur sel), tes hibridisasi asam nukleat,

PCR, LCR.

5) Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)

25
Gambar 10: NAAT
Sumber:http://www.terryfarrellfundca.org/2011/11/30/several-types-of-chlamydia-tests/
Diagnosis

Dengan memperhatikan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan laboratorium

adanya tanda uretritis, serta ditemukan kuman penyebab yang spesifik. 6 Bila tidak ada

gejala klinis tetapi ada faktor resiko, perlu dicurigai adanya infeksi C.trachomatis dan

sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium.5

Kriteria Resiko yang dimaksud adalah :5,6

1) Pasangan seksual lebih dari satu dalam satu bulan terakhir.


2) Berhubungan seksual dengan pekerja seks wanita/pria dalam 1 bulan terakhir.
3) Mengalami satu atau lebih episode penyakit menular seksual dalam 1 tahun

terakhir.
4) Pekerjaan istri/ pasangan seksual beresiko tinggi.

Pengobatan

Berdasarkan rekoemndasi terapi chlamydia genital dari WHO tahun 2016,

terdapat beberapa golongan antibiotic yang dapat digunakan untuk mengeradikasi

infeksi tersebut. Satu dari beberapa pilihan terapi tersebut antara lain16 :

 Azitromisin 1 gr dosis tunggal

 Doksisiklin 100 mg PO dua kali perhari selama 7 hari

 Tetrasiklin 500 mg PO empat kali perhari selama 7 hari

 Eritromisin 500 mg PO empat kali perhari selama 7 hari

26
 Ofloksasin 200-400 mg dua kali perhari selama 7 hari

Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa

sekarang, dengan dosis tunggal 1 gram sekali minum dan juga efektif untuk gonore. 5

Azitromisin dengan waktu paruh 5 – 7 hari, memiliki penetrasi intraseluler dan

jaringan yang bagus, merupakan obat pertama untuk terapi infeksi Chlamydia yang

menawarkan keuntungan terapi dosis tunggal. Tetrasiklin dan doksisiklint idak boleh

diberikan untuk wanita hamil.5 rekomendasi WHO terhadap penatalaksanaan

chlamydia pada wanita hamil merekomendasikan terapi dengan golongan azitromisin

atau amoksisilin 500 mg PO tiga kali perhari 5.

Roksitromisin merupakan generasi baru dari makrolid, dapat diberikan secara

efektif dengan dosis 300 mg sehari dalam 7 – 10 hari, memiliki efektivitas yang

sebanding dengan dosis standar doksisiklin.6

Amoksisilin dosis per oral 3 kali 750 mg selama 10 hari, dapat mengeliminasi

Chlamydia dari pria dengan NGU setelah 24 - 48 hari, meskipun relatif tidak efektif

melawan Chlamydia trachomatis secara in vitro.5

Pengobatan kombinasi

Sekarang ini diperkenalkan pengobatan kombinasi, mengingat insidens infeksi

campuran yang cukup banyak, obat yang digunakan ialah : 5

1) Tiamfenikol dosis 2,5 g hari pertama kemudian 3 kali 500 mg selama 5 hari.
2) Ofloxacin 200-400 mg dua kali perhari selama 7 hari
3) Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari.
4) Azithromisin 1 gram dosis tunggal.

5) Tetrasiklin 500 mg PO empat kali perhari selama 7 hari

6) Eritromisin 500 mg PO empat kali perhari selama 7 hari

Tindak lanjut dalam pengobatan IGNS harus dipertimbangkan untuk

melakukan pemeriksaan dan pengobatan terhadap mitra seksual penderita Penderita

27
dinyatakan sembuh, bila kontrol setelah pengobatan dilakukan setiap 7 hari sampai 3

kali berturut – turut tidak ditemukan adanya keluhan dan pemeriksaan laboratorium

menjadi negatif. Pengobatan untuk IGNS dapat dilanjutkan sampai 4 minggu. IGNS

persisten ialah suatu keadaan masih terdapat tanda uretritis setelah pengobatan selama

4 minggu.6 IGNS rekurens adalah suatu keadaan setelah 2 minggu pengobatan selesai

keluhan uretritis timbul lagi, pada waktu itu penderita telah melakukan hubungan

seksual.6 Infeksi Chlamydia dan ureaplasma masih merupakan penyebab IGNS,

terutama karena sarana laboratorium yang sangat terbatas. Di samping itu pada

penderita IGNS murni setelah diberikan pengobatan terlihat adanya penyembuhan. 6

Untuk menegakkan diagnosis perlu satu mikroskop biasa untuk mengetahui adanya

uretritis dan mencari kuman spesifik. Cara pendekatan sindrom sangat sulit

diterapkan pada penderita asimptomatis.6

3. MYCOPLASMA dan UREAPLASMA

Spesies Mycoplasma adalah salah satu mikroorganisme yang paling kecil,

hidup bebas, dan mempunyai kemampuan untuk berkolonisasi di saluran pernapasan

dan urogenital pada manusia. Yang disebut sebagai genital Mycoplasmal organism

meliputi M. hominis dan Ureaplasma sp. Organisme-organisme ini dapat ditemukan

pada saluran urogenital bagian bawah pada individu yang aktif secara seksual. 7

Telah ditemukan bahwa Ureaplasma merupakan penyebab 20-30% NGU

(Non-Gonococcal Urethritis), dan M. genitalium 10-20% dari NGU. Pada anak-anak

dan dewasa yang tidak aktif secara seksual, kolonisasi mikroorganisme ini relatif

rendah. Bayi baru lahir dapat pula terinfeksi melalui jalan lahir dari ibu yang

terinfeksi.7

Ureaplasma urealyticum merupakan 25% sebagai penyebab urethritis non-

spesifik dan sering bersamaan dengan Chlamydia trachomatis. Dahulu dikenal dengan

28
nama T-strain mycoplasma. Mycoplasma hominis juga sering bersama-sama dengan

Ureaplasma urealyticum.

Sampai sekarang, Ureaplasma urealyticum sebagai penyebab urethritis non-

spesifik masih diragukan dan masih dilakukan berbagai studi lebih lanjut mengenai

hal ini. Terdapat studi yang mengemukakan bahwa Ureaplasma sp. ditemukan

terbanyak pada pria yang belum pernah menderita urethritis sebelumnya (infeksi

pertama kali).6 Telah dilakukan pula inokulasi Ureaplasma sp. intraurethral, dan

hasilnya adalah terdapat gejala berupa disuria dan frekuensi.6

Gejala Klinis

Pasien dengan infeksi mycoplasma genital dapat tidak terdiagnosa karena

organisme ini dapat menyebabkan gejala yang biasanya tumpang tindih oleh gejala

yang disebabkan oleh organisme yang lebih sering menjadi penyebab seperti halnya

Chlamydia. Hal ini dapat pula terjadi karena banyaknya ko-infeksi organisme tersebut

dengan Chlamydia. Sama halnya dengan Chlamydia, infeksi mycoplasma genital

dapat menyebabkan urethritis, cervicitis, PID, endometritis, salpingitis, dan

chorioamnionitis. Karena itu, infeksi oleh karena mikroorganisme ini harus

dipertimbangkan apabila terdapat kasus di mana tidak ditemukan mikroorganisme lain

pada penderita NGU mengingat infeksi oleh karena mikroorganisme ini menimbulkan

gejala yang sama seperti NGU oleh karena mikroorganisme lainnya.6

Diagnosis

Uji laboratorium untuk genital mycoplasma sangat terbatas karena beberapa

spesimen harus dikirim ke laboratorium dengan fasilitas yang lebih lengkap.

Mikroorganisme seperti M.hominis dan Ureaplasma urealyticum dapat dibiak dalam

29
media khusus melalui swab urethra. Dapat pula digunakan PCR untuk mendeteksi

M.genitalium.6

Komplikasi

Mycoplasma dan Ureaplasma dapat menyebabkan disseminated disease,

terutama pada individu dengan defisiensi antibodi (immunocompromise host). Hal ini

dapat menyebabkan osteomyelitis, arthritis septik, dan infeksi saluran pernapasan. Hal

ini dibuktikan dengan ditemukannya M.hominis pada infeksi akibat luka operasi, efusi

pericard, abses subkutan, dan cairan synovial pada penderita rheumatoid arthtritis.

Banyak studi yang mengemukakan bahwa spesies mycoplasma sering terjadi pada

inividu yang terinfeksi HIV, walaupun ini masih menjadi pertanyaan. 6

Tatalaksana

Pengobatan untuk genital mycoplasma adalah sama seperti pengobatan untuk

Chlamydia. Golongan florokuinolon dapat pula digunakan sebagai terapi alternatif

untuk M.hominis dan Ureaplasma sp. apabila terdapat resistensi dengan antibiotika

lain.6

4. TRIKOMONIASIS

Definisi
Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh

Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering

menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun pria, namun pada

pria peranannya sebagai penyebab penyakit masih diragukan.3


Etiologi

30
Trichomonas vaginalis merupakan satu-satunya spesies Trichomonas yang

bersifat patogen pada manusia dan dapat dijumpai pada traktus urogenital. Pertama

kali dikemukakan oleh Donne pada tahun 1836 dan untuk waktu yang lama sejak

ditemukannya dianggap sebagai komensal.3


Trichomonas vaginalis berbentuk ovoid dan berukuran antara 10 sampai 20

mµ. Pada sediaan basah spesimen dari penderita dengan gejala yang hebat, ukurannya

lebih kecil bila dibandingkan dengan spesimen dari kasus asimptomatik atau dari

biakan. Trichomonas vaginalis mempunyai membran undulans yang pendek, tidak

mencapai setengah dari panjang badannya. Pada sediaan basah mudah terlihat oleh

karena gerakan yang terhentak-hentak. Membelah secara longitudinal dan membentuk

koloni trofozoit pada permukaan sel urethra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis

pada pria.3 Trichomonas vaginalis cepat mati bila mengering, terkena sinar matahari

dan terpapar air selama 35-40 menit. Pada keadaan higiene yang kurang memadai

dapat terjadi penularan melalui handuk atau pakaian yang terkontaminasi.3


Patogenesis
Trikomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran

urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa

tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian

dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel

yang menjalar sampai di permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra, parasit hidup

dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam sekret.2

Infeksi Ekstragenital

Penyebaran karena Trichomonas vaginalis di luar saluran urogenital sangat

jarang, meskipun pada penderita dengan imunocompromised. Hal tersebut oleh para

peneliti memberikan suatu dugaan bahwa lokasi terjadinya infeksi parasit tidak hanya

tergantung pada pertahanan hospes, tetapi juga dipengaruhi oleh sifat Trichomonas

vaginalis yang cenderung mempunyai kemampuan untuk memilih lingkungan sel


31
hospes yang disukai untuk melekat. Pada kasus-kasus yang berat dapat juga

ditemukan Trichomonas vaginalis di paru-paru rongga pleura serta cairan

serebrospinalis dan organisme penyebabnya selain Trichomonas vaginalis, lebih

sering disebabkan oleh spesies lainnya yaitu Trichomonas tenac atau

Pentatrikhomonas hominis.6

Gejala Klinis
Seperti pada wanita spektrum klinik trikomoniasis pada pria sangat luas mulai

dari tanpa gejala sampai pada uretritis yang yang hebat dengan komplikasi prostatitis.

Masa inkubasi biasanya tidak melebihi 10 hari. Gambaran klinis dapat dibagi

menjadi:3
1. Pembawa kuman asimptomatik
Meskipun Trichomonas vaginalis dapat ditemukan pada uretra, urin dan cairan

prostat pria yang berkontak seksual dengan dengan wanita yang menderita

trikomoniasis, namun hanya 10-50% penderita yang menunjukkan adanya keluhan

dan gejala infeksi.

2. Simptomatik
Gambaran klinis akut
Gambaran klinis akut merupakan keadaan yang jarang terjadi. Harkness (1950)

Fisher dan Morton (1969) mengemukakan bahwa uretritis, prostatitis dan

epididimitis dapat merupakan manifestasi trikomoniasis pada pria, akan tetapi

peranannya masih disangsikan apakah keadaan tersebut sebenarnya disebabkan

oleh Chlamydia trachomatis atau Ureaplasma urealyticum.


Gambaran klinis ringan
Sebagian besar trikomoniasis simptomatik menunjukkan gejala uretritis ringan

yang gambaran klinisnya sulit dibedakan dari UNG yang disebabkan oleh sebab

lain. Hanya 50-60% kasus simptomatik didapatkan DUH tubuh uretra, sepertiga

kasus menunjukkan DUH tubuh purulen, sepertiga lainnya masing-masing

mukopurulen dan mukoid. DUH tubuh biasanya keluar secara intermitten, sedang

disuria dan perasaan gatal pada uretra, masing-masing hanya dikeluhkan oleh
32
kurang dari seperempat kasus. Uretritis oleh karena Trichomonas vaginalis pada

umumnya bersifat self limited. Balanopostitis dapat pula terjadi dan lebih sering

pada pria yang tidak disunat dan kurang memperhatikan higiene. Keadaan ini

ditandai dengan adanya erosi yang nyeri pada glans dan preputium, kadang-

kadang disertai DUH tubuh purulen, terutama bila disertai infeksi sekunder.

Gambar 11: infeksi UNG


Sumber: http://knol.google.com/k/gonorrhea#

Komplikasi

Pada pria dapat terjadi prostatitis, yaitu infeksi atau inflamasi pada kelenjar

prostat yang tampak seperti sindrom berat dengan gambaran klinis yang bervariasi,

sering disebabkan melalui transmisi seksual dengan akibat terjadi inflamasi akut sel

pada epitelium glandularis dan lumen dari prostat. Komplikasi lain adalah struktur

uretra, epididimitis, balanitis dan mempengaruhi kesuburan, dan pada penderita yang

tidak disirkumsisi dapat terjadi balanitis serta phimosis. Penyebab tersering infertilitas

pada pria adalah komplikasi epididimitis bilateral dan oklusi vas deferens serta

Trichomonas vaginalis dapat menghambat motilitas spermatozoa atau terjadi

abnormalitas semen. Hal ini disebabkan karena dalam perjalanannya, sperma transit

pada epididimis untuk perkembangan dan pematangan fungsi sperma-sperma normal,

adanya inflamasi dan kerusakan epididimis dapat mempengaruhi fertilitas pada pria

meskipun tanpa disertai oklusi tubulus epididimis. 6

33
Diagnosis
Variasi gambaran klinis trikomoniasis sangat luas, disamping itu berbagai

kuman penyebab IMS dapat pula menimbulkan keluhan serta gejala yang sama,

sehingga diagnosis hanya berdasarkan gambaran klinis tidak dapat dipercaya.

Meskipun berbagai keluhan dan gejala dapat mengarahkan pada diagnosis

trikomoniasis baik pada pria maupun wanita, namun hal tersebut tidak cukup untuk

membuat suatu diagnosis.3


Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya Trichomonas

vaginalis pada sediaan langsung (sediaan basah) atau pada biakan DUH tubuh

penderita. Diagnosis pada pria menjadi lebih sulit lagi, karena infeksi ditandai oleh

jumlah kuman yang lebih sedikit bila dibandingkan wanita. Uretritis non gonore

(UNG) yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis tidak dapat dibedakan secara

klinis dari UNG oleh penyebab lain.3


Respon terhadap pengobatan dapat menunjang diagnosis. UNG yang gagal

diobati dengan rejimen yang efektif terhadap Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma

urelyticum, namun responsif terhadap pengobatan dengan metronidazole, menunjang

diagnosis trikomoniasis.3
Pemeriksaan Laboratorium
Cara Pengambilan Spesimen
Pada pria, spesimen diambil dengan mengerok (scrapping) dinding uretra

secara hati-hati dengan menggunakan sengkelit steril. Pengambilan spesimen

sebaiknya dilakukan sebelum kencing pertama.3


Bila parasit tidak ditemukan, maka dilakukan pengambilan spesimen berupa

sedimen dari 20cc pertama urin pertama pagi-pagi. Spesimen tersebut, terutama yang

diambil setelah masase prostat dapat menghasilkan 15% hasil positif pada kasus-kasus

34
yang tidak terdiagnosis dengan pemeriksaan uretra. Pada spesimen tersebut dilakukan

pemeriksaan:3
1. Sediaan langsung (sediaan basah) dengan larutan garam fisiologis, dengan

cara: lidi kapas dicelupkan ke dalam 1cc garam fisiologis, dikocok. Satu tetes

larutan tersebut diteteskan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan kaca

penutup. Bila memakai sengkelit spesimen pada ujung sengkelit dimasukkan

pada satu tetes garam fisiologis yang telah diletakkan pada kaca objek.

Sebelum diamati sediaan dipanaskan sebentar dengan hati-hati, untuk

meningkatkan pergerakan Trichomonas vaginalis. Pada pemeriksaan

diperhatikan pula jumlah leukosit.


2. Bila pada sediaan langsung tidak ditemukan mikroorganisme penyebab, maka

dilakukan biakan pada media Feinberg atau Kupferberg. Biakan diperlukan

pada pemeriksaan kasus-kasus asimptomatik. 60% spesimen yang diambil dari

urethtra pria dengan trikomoniasis akan menghasilkan biakan positif.

Gambar 12 : Biakan trikomonas vaginalis

Sumber : http://www.spesialis.info/?waspadai-gejala-trikomoniasis

Trikomoniasis sering tidak terdiagnosis oleh karena banyak kasus asimptomatik, baik

pada pria maupun wanita. Berbagai usaha telah dilakukan selain pemeriksaan sediaan

langsung dan biakan untuk memudahkan diagnosis, antara lain:3


1.Pewarnaan
Spesimen dapat diwarnai dengan pewarnaan giemsa, papanicolaou, Leishman, Gram

atau acridine orange. Pemeriksaan sediaan ternyata menjadi lebih sulit akibat proses

fiksasi dan pengecatan akan menyebabkan perubahan morfologis kuman. Pert (1972)

35
menemukan kesalahan diagnosis sebesar 50% pada sediaan Papanicolaou.

Pemeriksaan ini masih kurang sensitif bila dibandingkan dengan sediaan basah, selain

itu, hasil positif dari sediaan dengan pengecatan harus dikonfirmasikan lagi dengan

pemeriksaan sediaan basah atau biakan, namun Wolner dan Rein mengemukakan

bahwa sediaan hapus Papanicolaou pada wanita dapat mendeteksi Trichomonas

vaginalis dengan sensitivitas 60-70%.

Gambar 13:Trichomonas vaginalis dalam pewarnaan Gram

Sumber: http://dwipoenya.wordpress.com/2011/01/15/spesies-spesies-trichomonas-dan-

trikomoniasis/

1. Tes Imunofluoresens
Tehnik ELISA, immunofluorescent antibody, latex agglutination merupakan

tehnik pemeriksaan yang peka dengan sensitivitas lebih dari 90% namun tehnik

tersebut masih dalam tahap penelitian.

2. Polymerase Chain Reaction (PCR)


Deteksi Trichomonas vaginalis berbasis PCR masih memerlukan penelitian

lebih lanjut. Tes ini berdasarkan amplifikasi antigen (DNA) sel, dapat

mendeteksi mikroorganisme meskipun jumlahnya sedikit. Dengan demikian

infeksi asimptomatis yang hanya mempunyai sejumlah kecil organisme dan

tidak dapat dikultur, dapat dideteksi dengan pemeriksaan ini. Uji dengan PCR

sangat sensitif dan spesifik, lebih mudah dikerjakan dan relatif cepat. 6
Pengobatan

36
Pengobatan trikomoniasis harus diberikan kepada penderita yang

menunjukkan gejala maupun yang tidak. Regimen yang dianjurkan untuk pengobatan

adalah: 3 Metronidazol 2 gram oral dosis tunggal, atau Tinidazol 2 gram oral dosis

tunggal. Regimen alternatif adalah: Metronidazol 2x0,5 gram oral selama 7 hari.
Penderita yang sedang mendapatkan pengobatan metronidazole harus

menghentikan minum alkohol. Bila keluhan menetap penderita diharuskan datang

untuk pemeriksaan ulang 7 hari setelah pengobatan. Pemeriksaan dilakukan seperti

pada pemeriksaan pertama. Penderita dinyatakan sembuh bila keluhan dan gejala

telah menghilang, serta parasit tidak ditemukan lagi pada sediaan langsung.3
Bila terjadi kegagalan pengobatan, maka tahapan pengobatan berikut dapat

dilaksanakan: Metronidazol 2x0,5 gr gram oral dosis selama 7 hari. Dan bila masih

gagsl, dapat diberikan:


o Metronidazol 2 gram oral dosis tunggal selama 3-7 hari.
o Metronidazol tablet vagina 0,5 gr, malam hari selama 3-7 hari.
o Bila ternyata masih gagal pula, hendaknya dilakukan biakan dan tes

resistensi.

Pengobatan Mitra seksual


Mitra seksual penderita harus diobati sesuai dengan regimen penderita. Dosis

yang dianjurkan untuk mitra seksual pria adalah dosis terbagi selama 7 hari.

Efektifitas dosis tunggal belum banyak diteliti. Latief melaporkan 40% kegagalan

pengobatan pada pria dengan dosis tunggal.3


Infeksi oleh galur resisten
Dengan munculnya laporan-laporan mengenai galur Trichomonas vaginalis

yang resiten terhadap metronidazole, maka dalam menghadapi kegagalan pengobatan

selalu harus diperhatikan bahwa pengobatan konvensional sampai saat ini sangat

jarang mengalami kegagalan. Berdasarkan hal tersebut, maka sebelum menyatakan

galur penyebab tersebut resisten terhadap metronidazole, hendaknya disingkirkan

dahulu faktor-faktor yang dapat menimbulkan kegagalan pengobatan, yaitu:3


1. Konsentrasi metronidazole yang tidak mencukupi
2. Inaktivasi metronidazole oleh bakteri
3. Konsentrasi seng dalam serum yang rendah
37
4. Reinfeksi

Konsentrasi obat yang tidak mencukupi dapat disebabkan oleh kurangnya

kepatuhan penderita minum obat pada pemberian dengan dosis terbagi atau adanya

malabsorbsi. Untuk menghindari kemungkinan inaktivasi metronidazole oleh bakteri,

maka dapat dicoba obat lain misalnya nimorasol, tinidazole, ornidazole, seknidazole

atau karnidazole.3

Pengobatan dapat diberikan secara topikal, dapat berupa:2

1. Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida 1-2% dan larutan asam

laktat 4%.
2. Bahan berupa supositoria, bubuk yang bersifat trikomoniasidal.
3. Gel atau krim, yang berisi zat trikomoniasidal.

Vaksinasi

Usaha mengadakan vaksinasi telah dilaksanakan dengan menggunakan

vaksin Lactobacillus acidophilus, namun kegagalan vaksinasi telah dilaporkan, serta

tidak ada reaktivitas silang antara Lactobacillus acidophilus dengan Trichomonas

vaginalis.3

Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita:2

1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah jangan

terjadi infeksi “pingpong”.


2. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan

sembuh.

Hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi.

38
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel 1 menunjukkan total jumlah kunjungan pasien tahun 2015. Dari total 37

pasien uretritis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD ULIN periode Januari sampai

Desember 2015 terdapat terdapat 27 kasus uretritis gonore (72,9%), 10 kasus uretritis

non spesifik (27,1%).

Tabel 2 memperlihatkan kelompok usia terbanyak pada pasien uretritis gonore

dan uretritis non spesifik di RSUD ULIN periode Januari sampai Desember 2015

yaitu kelompok 25-44 tahun 17 orang (46%), diikuti kelompok usia15-24 tahun dan

45-64 tahun sebanyak 10 orang (27%).

Tabel 1. Distribusi pasien uretritis berdasarkan jenis penyakit di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD ULIN periode Januari sampai Desember 2015

Jenis penyakit Jumlah %


penyakit
Uretritis 27 72,9
gonore
Uretritis non 10 27,1
spesifik
Total 37 100

Insiden = Angka kejadian


Jumlah kasus Baru th 2015
39
Σ total Kunjungan kasus di poli kulit
Jumlah kasus baru uretritis gonore dan uretritis gonore di Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUD ULIN periode Januari sampai Desember 2015 berjumlah 24 pasien

baru, dengan total kunjungan 37 kasus. Insidensi kejadian uretritis gonore dan uretritis

non gonore di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD ULIN periode Januari sampai

Desember 2015 yaitu 64 %.

Tabel 2. Distribusi pasien uretritis berdasarkan usia di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD ULIN periode Januari sampai Desember 2015

Usia Urtetris % Uretritis % Jumlah %


(tahun) gonore non
spesifik
<1
1–4
5- 14
15 – 24 7 25,93 3 30 10 27
25 – 44 14 51,85 3 30 17 46
45 – 64 6 22,22 4 40 10 27
> 65
Total 27 100 10 100 37 100

40
B. PEMBAHASAN

Pada penelitian ini ditemukan 27 orang (72,9%) yang didiagnosis dengan uretritis

gonore dan 10 orang (27,1%) dengan uretritis non spesifik dari total keseluruhan

penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa kasus uretritis gonore lebih banyak

dibandingkan dengan kasus uretritis gonore. Sesuai dengan Hasil penelitian Silalahi et

al.12 pada tahun 2009-2011di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado melaporkan

pasien uretritis gonore sebanyak 56 orang (68,5%) dan pasien uretritis non spesifik

sebanyak 26 orang (31,5%)..

Data di atas menunjukkan bahwa pasien uretritis gonore lebih banyak

dibandingkan pasien uretritis non spesifik. Hal ini disebabkan karena gejala dan

keluhan uretritis gonore lebih cepat diketahui daripada uretritis non spesifik, sehingga

pasien langsung datang ke dokter untuk berobat.

Pada distribusi usia ditemukan bahwa usia yang paling banyak ialah kelompok

usia 25-44 tahun sebanyak 17 orang (46%) yang sejalan dengan penelitian Sambonu et

al.12 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012 menemukan bahwa

usia yang paling banyak ialah kelompok 25-44 tahun sebanyak 10 orang (66,7%).

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jawas dan Murtiastutik5 di RSUP

Dr. Soetomo Surabaya uretritis gonorea mendapatkan usia tersebut yang terbanyak

yaitu 169 orang (52,6%). Usia 25-44 tahun tergolong usia produktif dan seksual aktif,

sehingga kemungkinan besar dapat menimbulkan penyakit IMS pada kelompok usia

ini.

41
BAB V

KESIMPULAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan jumlah kunjungan pasien ke poliklinik kulit kelamin RSUD ulin

Janurai 2015 s/d Desember 2015, didapatkan prevalensi dengan keluhan

utama duh uretra mencapai 37 kasus, terdiri dari 27 (72.9%) kasus urethritis

Gonore dan 10 kasus urethritis non spesifik (27.1%)

2. Insidensi kasus duh uretra ( urethritis gonorea dan urethritis non spesifik)

sepanjang tahun 2015 mencapai 24 kasus (64%).

3. Berdasarkan distribusi kelompok umur, prevalensi urethritis gonorea

tertinggi terdapat pada kelompok umur 25-44 tahun (51.85%), sedangkan

prevalensi kasus urethtitis non spesifik tertinggi terjadi pada kelompok umur

45-64 tahun (40%).

B. Saran

Perlu dilakukan penyuluhan / edukasi tentang risiko paparan penyakit menular

seksual, terutama pada kelompok usia produktif guna menurunkan prevalensi duh

uretra. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada periode selanjutnya guna

42
mengetahui trend prevalensi dan insidensi dari duh uretra.

43

Anda mungkin juga menyukai