TINJAUAN PUSTAKA
dengan baerbagai factor penyebab, termasuk fakotr lingkungan serta factor stress
populasi dunia. Psoriaisis berkaitan dengan berbagai dampak psikologis pada pasien,
terutama terkait dengan stigma negatif di masyarakat yang mana hal tersebut
berkaitan dengan dampak negatif pada aspek psikososial (Ferreira BR, Pio-Abreu JL,
Reis JP et al.2017).
eksaserbasi psoriasis (Ferreira BR, Pio-Abreu JL, Reis JP et al.2017). penelitain yang
dapat secara signifikan menjadi factor risiko terhadap kejadian eksaserbasi psoriasis.
4
lain depresi, ansietas, skizofrenia, disfungsi seksual, ganguan tidur, ganguan
somatoform dan adiksi (Ferreira BR, Pio-Abreu JL, Reis JP et al. 2016).
psoriasis. Kedua fenomena ini dapat saling memberikan dampak umpan balik,
dimana depresi dapat mencetuskan eksaserbasi psoriasis, disis lain psoriasis sendiri
bahwa prevalensi dari depresi pada pasien psoriasis berkisar antara 6% hingga 62%
ansietas, diketahui bahwa pada individu dengan psoriasis, insidensi ansietas terjadi
5
hingga 60% lebih besar dibandingkan dengan populasi normal. Disisi lain, juga
terdapat hubungan dua arah yang signifikan dimana didapatkan insidensi skizofrenia
yang lebih tingi pada pasien dengan psoriasis. Pada suatu penelitian kohort,
pasien dengan psoriaisis bial dibanidngkan dengan populasi umum ( Tu HP, Yu CL,
signifikan. Adanya disfungsi seksual kerap kali berhubungan dengan adanya berbagai
masalah kesehatan lain, seperti diabetes, penyakit ateroskelrotik, depresi, adiksi, dan
disfungsi seksual juga berkaitan dengan adanya eksaserbasi akut psoriasis. Pada suatu
40% pasien dengan psoriasis. Hal ini menunjukkan fakta bahwa disfungsi seksual
memiliki keterakitan yang erat dengan eksaserbasi psoriasis (Duerte GV, Calmon H,
Radel G et al.2018).
ditemukan. gangguan tidur secara tidak langsung akan menurunkan kualitas hidup
depresi dan anisetas. Lebih lanjut, penelitian membuktikan adanya hubungan antara
psoriasis dan gangguan fungsi tidur. Gatala dan nyeri pada kulit serta kerusakan
lapisan kulit pada pasien dengan psoriasis secara langsung menyebabkan sulitnya
6
pasien untuk tidur, demikian pula sebaliknya gangguan tidur dapat memunculkan
manifestasi depresi, ansietas dan manifestasi psikiatrik lainnya, yang mana berbagai
hal tersebut merupakan factor risiko timbulnnya eksaserbasi akut psoriasis (Gupta
independent berupa kelainan psikiatrik sebesar 30%. Terlebih khusus pada kasus
psoriasis, prevalensi dari kelainan psikiatrik khususnya ansietas dan depresi, terjadi
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Hal ini
Depresi dan psoriasis memiliki hubungan dua arah yang signifikan. Hal ini
berarti bahwa tidak hanya psoriasis dapat menimbulkan depresi sebagai akibat adanya
manifestasi kulit yang menyebabkan rasa malu dan hambtan dari segi social, adanya
akumulasi dari depresi juga diketahui dapat menimbulkan eksaserbasi akut dari
psoriasis. Adanya manifestasi psoriasis yang diawali oleh depresi diduga muncul
7
suatu penelitian, didapatkan bahwa pasien dengan psoriasis memiliki skor depresi
Beck yang secara ekstrim sangat tinggi dibandingkan control. Selain itu pada
penelitian lanjutan pada kelompok pasien dengan psoriasis, angak depresi didapatkan
hingga 62% pada kelompok tersebut. Penelitian korelasi lain terkait dengan kejadian
keparahan sensasi pruritus pada kasus tersebut (Tohid H, Aleem D, Jackson C.2016).
Menariknya, pengobatan depresi pada kelompok pasien tersebut juga berimbas pada
resolusi eksaserbasi psoriasis. Hal ini dibuktikan dari penelitian lain, dimana
didapatkan outcome terapi yang lebih baik (Redighieri IP, Nadal MA, Ruiz MA et
al.2011).
eksaserbasi psoriasis. Seperti dengan depresis, ansietas juga berhubungan dua arah
dengan psoriasis. Pasien dengan psoriasis terbukti memiliki tingkat ansietas yang
lebih tinggi, bahkan dalam suatu penelitian disebutkan bahwa nagka ansietas pasiuen
dengan psoriasis secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan angka ansietas
pada pasien kanker. Lebih lanjut, adanya ansietas pada pasien psoriariasis juga
terapi yang inadekuat pada pasien psoriasis dengan ansietas (Leibovici V, Menter
A.2016).
8
Schizophrenia juga dikethaui sebgai factor presipitasi dari terjadinya
pada pasien dengan psoriasis (0.39% menjadi 1.10%) dibanidngkan dengan populasi
umum (0.31 % menjadi 0.47%). Pada penelitain tersebut pula, didapatkan kesimpulan
bahwa pasien psoriasis memiliki risiko untuk menjadi skizofrenia hingga 1.44 kali
lebih besar dibandingkan populasi tanpa psoriasis (44%)(Tu HP, Yu CL, Lan
CC.2017).
Penelitian lain terkait adanya asosiasi skizofrenia dan psoriasis juga didasari
pada adanya temuan manifestasi penyakit autoimun pada pasien dengan skizofrenia.
Sebagai salah satu penyakit autoimmune, psoriasis memiliki prevalensi yang cukup
sering ditemukan pada pasien dengan skizofrenia. Hingga saat ini, masih belum
diketahui mekanisme yang mendasari dari fenomena tersebut, tetapi diduga adanya
disregulasi system imun pada pasien dengan skizofrenia yang menyebabkan reaksi
seksual ditemukan pada 31.6 % pasien dengan psoriasis. Lebih lanjut, pada pria,
penolakan untuk berhubungan seksual didapati pada 44.7% populasi pria dengan
psoriasis dari pasangan wanitanya. Lebih lanjut, pada pria dengan psoriasis
9
ditemukan konsentrasi testeosteron yang lebih rendah, yang mana berasosiasi dengan
penurunan hasrat seksual. Pada penelitian lainnya juga ditemukan bahwa pasien pria
Selain secara langsung adanya sensasi pruritus dapat menyebabbkan sensasi tidak
nyaman pada individu sehingga sulit tidur, adanya factor lain juga turut berkontribusi
pada gangguan tidur pada pasien dengan psoiriasis, seperti depresi, nyeri ataupun
obstructive sleep apnea. Pada penelitian yang dilakukan guna mentegahui kualitas
tidur pada pasien dengan psoriasis dan diabndingkan dengan control, didapatkan
bahwa pasien dengan psoriasis memiliki kualitas tidur, efisiensi dan produktivitas
pada siang hari yang secara subjektif yang lebih rendah dibandingkan control
(Melikoglu M.2017).
terjadi sebagai akibat dari abnromalitas in situ pada kulit, tetapi juga turut
terpengaruh dari fungsi kejiwaan yang tidak normal. Konsep ini kemudian dikenal
sebagai mind-body concept. Pada konsep tersebut, adanya factor fisik dan psikis turut
10
memungkinkan paling tidak adanya 3 jalur patomekanisme eksaserbasi psoriasis,
yakni melalu jalur autoimmunitas, jalur pheriperal nervous system, jalur sympathic-
termasuk pendekatan terapi dari bidang psikiatri sesuai dengan kondisi pasien, guna
mencapai respon terapi yang adekuat (Ferreira BR, Pio-Abreu JL, Reis JP et al 2016).
tersebut akan semkain parah bila tidak ada dukungan dari lingkungan internal pasien.
Lebih lanjut, ansietas pada pasien dapat semakin memperparah eksaserbasi psoriasis
pasien. Reaksi stress yang terjadi pada ansietas dapat menyebabkan kerusakan
barrier kulit serta aktivasi jalur SAM maupun HHA. Aktivasi system HHA akan
klinis akan menjadi lebih parah. Hal ini yang kemudian menjadi dasar dari teori
2015).
Depresi pada pasien psoriasis dapat terjadi sebagai akibat stigma negative dari
lingkungan masyarakat serta adanya gejala pruritus maupun nyeri kulit yang kronis.
11
Ketidak puasan terhadap terapi yang inadekuat juga dapat berdampak pada
peningkatan risiko depresi pada pasien psoriasis. Penelitian menunjukkan bahwa skor
Psoriasis Area severity Index (PASI) berasosiasis positif dengan tingkat keparahan
depresi. Lebih lanjut, tingkat depresi yang lebih tinggi juga ditemukan pada pasien
dengan lesi psoriasis yang terjadi pada wajah dan area genital (Ferreira BR, Pio-
terhadap proliferasi keratinosit, inflamsi pada kulit dan aktivasi limfosit yang mana
semua hal tersebut berperan dalam pathogenesis eksaserbasi psoriasis. Lebih lanjut,
munculnya eksaserbasi psoriasis, yakni interleukin -6 (IL-6) dan TNF alfa (tumor
depresi. Selain dari factor eksternal dan gejala yang ditimbulkan, adanya mediator
inflamasi TNF alfa dan IL-6 yang dihasilkan oleh rekasi psoriasis ternyata juga dapat
system limbik dan ganglia basal, yang mana hal tersbut dapat memperberat gejala
12
depresi dan psoriasis sebagai suatu kesatuan lingkaran setan, sehinga dalam
pasien pskiatri terjadi pada tingkat kromosom, yakni pada kromosom 6p, dimana
pada kromosom tersebut terdapat gen PSOR1 yang bertanggung jawab terhadap
BR, Pio Abreu JL, Figueiredo A.2015). Hubungan antara psoriasis dengan skizofrenia
tersebut berimplikasi dengan manajemen terapi. Pada suatu laporan kasus dilaporkan
bahwa penggunaan haloperidor sebagai agen psikotik pada pasien skizofrenia dengan
psoriasis memberikan dampak remisi yang ternyata tidak hanya terjadi pada
skizofrenia tetapi juga pada eksaserbasi akut psoriasis (Bujor CA, Vang T, Nielsen J
et al.2017).
Disfungsi seksual pada pasien psoriasis dapat disebabkan oleh baerbagai hal.
Adanya factor risiko yang berkaitan dengan fungsi kardiovaskular, penurunan self
esteem, depresi serta adanya rekasi gatal kronis dapat menjadi factor pencetus
disfungsi seksual pada kelompok paisen tersebut. Tingkat keparahan dari psoriasis
juga berasosiasi positif dengan derajat disfungsi seksual. Lebih lanjut, pengobatan
13
memiliki risiko yang lebih tingi untuk mengalami disfungsi seksual (Kurizky PS,
Mota LM.2012).
Gangguan tidur juga merupakan salah satu manifestasi pskitarik yang dapat
diobservasi pada pasien dengan psoriasis. Ganguan tidur tersebut dapat disebabkan
oleh berbagai hal, yakni depresi, gejala pruritus, maupun nyeri pada kasus artritis
psoriatik. Manifestasi gangguan tidur dapat meliputi insomnia inisial, bangun terlalu
cepat, maupun mengatuk berlebihan pada siang hari. Penelitian menunjukkan terdapat
tidur pada pasien, antara lain nyeri plak psoriasis, pruritus, psoriatic artritis, lesi pada
telapak tangan, kaki dan scalp, serta adanya perasaan self esteem pada pasien
(Ferreira BR, Pio-Abreu JL, Reis JP et al.2016). Selain dari dampak langsung
biologis dari psoriasis tampaknya juga turut berkontribusi pada kejadian ganguan
substansi P dalam tubuh. Lebih lanjut, substnasi P tersebut juga berperan dalam
proses biologis tidur, sehingga hal tersebut dapat berdamapk pada gangguan tidur.
Instabilitas substansi P juga diketahui dapat berimbas pada ganguan mood (Melikoglu
M. 2017).
14
D. Magnifikasi psoriasis pada gangguan psikiatrik
antara depresi, ansietas dan psoriasis. Adanya respon stress yang menstimulasi
depresi dan ansietas akan mengaktifkan jaras HHA dan SAM. Kedua jaras tersebut
bertanggung jawab terhadap aktivasi dan sekresi berbagai mediator infalamsi, seperti
TNF alfa, IL-6 dan IL-1 yang berperan penting dalam pathogenesis infalamsi kulit.
15
eksaserbasi / keparahan dari masing-masing penyakit. Adanya sekresi mediator
inflamasi T helper 17 (Th17) dan TNF alfa yang dihasilkan oleh rekasi psoriasis akan
dapat menyebabkan reaksi inflamasi sistemik, yang mana hal tersbut ternyata
diketahui juga dapat mendorong rekasi psikosis. Hal yang sama juga terjadi secara
psoriasis sebagai akibat proses induksi oleh berbagai mediator infalamsi tersebut
keduanya juga dapat saling memperparah antara penyakit satu dan lainnya. pasien
psoriasis terutama mengalami gangguan tidur sebagai akibat reaksi pruritus, nyeri
maupun dampak dari psoriasis secara tidak langsung yakni depresi. Penelitian
menunjukkan bahwa rekasi pruritus pada psoriasis terjadi lebih bermakna pada saat
malam hari, sehingga sangat berdampak pada kualitas tidur pasien. Lebih lanjut,
gagguan tidur tersebut juga dapat memperparah eksaserbasi psoriasis secara tidak
langsung melalui jalur depresi. Depresi yang terjadi sebagai akibat gangguan tidur
mediator inflamasi serta mendorong timbulnya eksaserbasi psoriasis (Henry AL, Kyle
16
E. Manajemen psoriasis dengan gangguan psikiatrik
seperti depresi, ansietas, skizofrenia, gangguan tidur dan disfungsi seksual saling
demi mencapai kesembuhan yang optimal, karena bila hanya dilakukan pada salah
satu mata rantai penyakit saja, terapi yang dilakukan tidak akan optimal (Korman
signifikan dalam mengurangi tingkat keparahan depresi. Lebih lanjut, moda terapi
17
resolusi lesi psoriasis yang bermakna dibandingkan control. Lebih lanjut, pemberian
escitalopram sebagai antidepresi SSRI memberikan dampak terapi lesi psoriasis yang
gejala fisik psoriasis sedang-berat secara bermakna pada 78% pasien dibandingkan
dengan 22% pasien pada control (placebo). Gejala pruritus juga terbukti menurun
secara signifikan pada pasien yang mendapat terapi escitalopram dibaidngkan dengan
control. Hal ini mengindikasikan bahwa terapi kombinasi antipsoriasis dan depresi
pada pasien depresi dengan psoriasis akan memberikan outcome terapi yang lebih
Salah satu data penelitian mengenai pengobatan psoriasis yang disertai dengan
ansietas, didapatkan hasil bahwa pengobatan psoriasis yang signifikan juga dapat
Hal serupa juga didaptkan pada ansietas pada kelompok pasien tersebut. Pasien
dengan resolusi psoriasis yang lebih baik melalui terapi dengan agen brodalumab
kasus psoriasis turut memberikan dampak psoitif bagi resolusi depresi dan gangguan
18
tidur pada kelompok pasien tersebut. Penelitian menyebutkan, pemberian terapi
adalimumab dan enteracept menurunkan angka depresi dan ganguan tidur hingga
47% pasien psoriasis. Mekanisme dasar dari efek enteracep dan adalimuba terhadap
resolusi depresi dan ganggaun tidur masih belum diketahui pasti, tetapi diduga terkait
dengan efek inhibisi sekresi dan produksi TNF alfa serta peningkatan produksi
neurotransmitter serotonin dan noreadrenergik pada saraf pusat (Wu CY, Chang YT,
Disfungsi seksual pada psoriasis dapat terjadi oleh berbagai mekanisme, salah
satunya disebabkan oleh dampak terapi psoriasis itu sendiri. Pengobatan psoriasis
impotensi. Lebih lanjut, berbagai golongan antidepresan dan anxilotik juga dapat
berimbas pada disfungsi seksual. Kendati demikian, pada penelitian lain, penggunaan
preparat anti psoriasis yang menghambat aksi IL-17 seperti ustekinumab, ixekuzumab
dan brodalumab dilaporkan memiliki kualitas kehidupan seksual yang lebih baik
19