Abstrak
Latar belakang
Sejak nilai yang normal / tinggi dari central venous oxygen saturation (ScvO2)
tidak dapat dijadikan parameter adekuasi perfusi jaringan, te;ah diusulkan
pengunaan parameter lainnya untuk menilai hipoksia seperti nilai perbedaan
konsentrasi CO2 vena sentral dengan arteri (PcvaCO2 gap). Pada penelitian ini,
kami meneliti apakah nilai PcvaCO2 dan rasio PcvaCO2 gap konsentrasi oksigen
arteri-vena (PcvaCO2/CavO2) dapat digunakan sebagai parameter untuk menilai
evolusi konentrasi laktata pada syok septik
Metode penelitian
Studi ini merupakan studi observasional, dengan subjek penelitian yaitu pasien
syok septik yang masuk dirawat di ICU dalam 24 jam pertama. Setelah terjadi
perbaikan dari nilai mean arterial pressure (MAP) dan saturasi oksigen vena
sentral, dilakukan penilaian pada PcvaCO2 gap dan PcvaCO2/CavO2. Dilakukan
pengambilan sampel darah arteri dan vena sentral secara berurutan pada setiap
pasien dalam periode 24 jam tersbut. Perbaikan nilai laktat didefinisikan sebagai
penurunan > 10% dari nilai laktat sebelumnya.
Hasil penelitian
Terdapat 35 pasien syok septik yang diteliti. Pada data inkusi awal, didapatkan
rata-rata nilai PcvaCO2 gap ialah 5.6 + 2.1 mmHg dan PcvaCO2/CavO2 ialah 1.6 +
0.7 mmHg/dL/mL O2.. pasien yang tidak menglami penurunan kadar laktat
memiliki rasio nilai PcvaCO2/CavO2 yang lebih tinggi dibandingkan nilai awal (1.8
± 0.8vs. 1.4 ± 0.5, p 0.02). selama periode pemantauan, didapatkan 97 pasang
sampel darah dariu pasien. Tidak didapatkan perbaikan pada konsentrasi laktat
terhadap nilai rasio PcvaCO2/CavO2 yang lebih tinggi dibaidngkan dengan control
sebelumnya. Analisis ROC menunjukkan AUC 0.92 (p<0.001), dan Batasan nilai
rasio PcvaCO2/CavO2 > 1.4 mmHg /dl/ml O2 menunjukkan prediksi perbaikan nilai
konsnetrasi laktat dengan sensitivitas 0.80 dan spesifisitas 0.75. nilai odds ratio
1
dari adekuasi klirens laktat mencapai 0.10 (p<0.001) pada pasien dengan
oeningkatan PcvaCO2/CavO2 > 1.4
Kesimpulan
Pada populasi dengan syok septik yang telah mengalami perbaikan MAP menjadi
normal demikian pula dengan nilai ScvO2, peningkatan nilai rasio PcvaCO2/CavO2
berhubungan dengan penurunan odds ratio dari adekuasi klirens laktat secara
bermakna pada periode waktu tertentu.
2
LATAR BELAKANG
sebagai tolak ukur keberhasilan resusitasi (1,2). Pada periode resusitasi inisial,
yang lebih actual dibandingkan dengan klirens laktat, juga diketaui bahwa pada
sepsis dapat terjadi heterogenisitas pada aliran darah kapiler, yang dapat
nilai ScvO2. Lebih lanjut, diketahui pula bahwa nilai ScvO2 abnormal yang
cendrung tinggi berkaitan dengan tingkat mortalitas yang tinggi pada syok sepsis
pemeriksaan lain guna mengetahui status perfusi jaringan (7). Disisi lain, kendati
klirens laktat juga diketahui sebagai parameter yang sama baiknya dengan ScvO2
pada kasus syok sepsis yang telah diresusitasi, klinisi harus menghadapi
kenyataan bahwa ketidakjelasan dari nilai laktat yang tinggi tersebut dapat
merefleksikan hipoperfusi persisten atau hal tersbut merupakn suatu kondisi yang
akan membaik seiring waktu (8). Sebagai dampaknya, peningkatan kadar laktat
dapat mendorong dilakukannya intervensi yang tidak perlu, yang mana hal tersbut
3
dapat menyebabkan berbagai dampak seperti edema jaringan atau balans cairan
yang tidak seimbang (surplus) dan dapat berdampak pada prognosis yang buruk
(9).
tambahan pada pasien dengan hipoperfusi persisten (10). Kedua parameter yang
menilai perbedaan (gap) dari tekanan karbon dioksida telah menunjukkan fungsi
prognostic pada berbagai kondisi (11-14) dengan Batasan nilai hingga 6 mmHg
merupakan tolak ukur Batasan perfusi adekuat (gap > 6 mmHg) / inadekuat (gap <
6 mmHg). Lebih lanjut beberapa teori dari peneliti telah menyimpulkan bahwa
konsentrasi oksigen arteri vena (CavO2) lebih superior dalam menilai metabolism
anaerobic dibanidngkan dengan parameter PcvaCO2 gap (15), sehingga lebih layak
Dalam studi kali ini, kami akan meneiliti apakah PcvaCO2 gap dan rasio
hal tersebut, kami melakukan penelitian pada kelompok subjek dengan sepsis
berat / syok septik dengan kriteria tertentu setelah ScvO2 pasien dapat
dinormalkan.
Data awal penelitian ini telah dipresentasikan pada kongres tahunan yang
4
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
dilakukan pada ICU rumah sakit jejaring universitas yang terdiri dari 30 tempat
tidur. Studi ini telah disetujui oleh komite etik local setempat (Comitè Ètic
Subjek penelitian terdiri dari pasien syok septik yang dirawat di ICU
dalam 24 jam pertama. Sepsis berat dan syok sepsis didefinisikan sesuai dengan
penelitian mencakup : umur < 18 tahun serta adanya sumber infeksi penyebab
sepsis yang tidak dapat dikontrol. Setelah pasien mencapai mean arteria pressure
(MAP) normal (> 65) dan ScvO2 >70%, petugas medis yang berjaga pada saat itu
secara berurutan dari kases vena sentral dan kateter arteri. Peneliti
oksigen arteri (PaO2), tekanan karbon dioksida arteri (PaCO2), tekanan oksigen
oksigen arteri (SaO2) dan ScvO2 dihitung dengan mengunakan kurva disosiasi
5
oksihemoglobin. Konsnetrasi laktata arteri dan vensa sentral serta konsnetrasi
hemoglobin (Hb) juga turut diukur. Konsetrasi oksigen arteri (CaO2), konsetrasi
oksigen vena sentral (CvO2), CavO2, rasio ekstraksi oksigen (O2ER), Pcva CO2 gap,
serta rasio Pcva CO2/ CavO2 juga turut dikalkulasikan dengan rumus berikut :
Seluruh pasangan sampel darah (aretri dan vena sentral) daimbil dari tiap
pasien dalam 24 jam pertama, begitu pula dengan kelompok yang diindikasikan
Data demografik pasien, diagnosis saat masuk ICU, sumber infeksi dari
sepsis, serta skor simplified acute physiology score II juga didata pada saat admisi.
Data hemodinamik (tekanan darah dan frekuensi denyut nadi) di data dengan
6
Pasien dipantau secara berkelanjutan selama dirawat di ICU. Lebih lanjut,
dikalkulasikan.
Analisis statistic
SPSS veris 20.0 (IBM Corporation, Armonk, New York, USA). Distribusi
deskriptif juga dilakukan. Korelasi antara PcvaCO2 gap, rasio PcvaCO2/CavO2, ScvO2
sebagai penurunan paling tidak 10% dari nilai laktat sebelumnya (3,17).
mann whitney (untuk set data awal) serta student T test (untuk data berpasangan
secara keseluruhan) digunakan pada variable data kontinyu sedangkan analisis chi
square dan fisher exact test pada variable data kategorik. Penilaiain rasio
kalkulasi juga pada nilai batas klinis pada variable tersebut. Regresi logistic biner
dilakukan untuk mengetahui rasio odds dari adekualsi klirens laktat untuk
7
parameter PcvaCO2 gap dan rasio PcvaCO2/CavO2. nilai signifikansi P, 0.05
HASIL PENELITIAN
terdapat pada table 1. Berdasarkan data awal, nilai rataan MAP 78± 12 mmHg,
ScvO2 71± 8%, dan lactat pada vena 39± 49 mg/dl. Berdasarkan kalkulasi,
didapatkan nilai awal PcvaCO2 gap ialah 5.6 ± 2.1mmHg, dan rasio
dari pemeriksaan simultan natar Scv O2 dan konsentrasi laktat. Nilai awal PcvaCO2
berurutan dilakukan dalam waktu 3 + 2 jam. Tidak ada dari seuruh subjek tersebut
(6.1 ± 2.3 vs. 5.1 ± 1.9 mmHg, P = 0.09) pada nilai awal parameter tersebut,
perbedaan yang bermakna pada nilai awal parameter tersebut antara kelompok
pasien yang mengalami penurunan kadar laktat / menetap ( 8 ± 0.8 vs. 1.3 ± 0.4
mmHg · dl/ml O2, P = 0.02). tidak terdapat perbedaan pada nilai inisial Scv O2
8
atau laktat bila didasarkan atas tingkat klirens laktat (tabel 1). Pada analisis ROC
0.75 ( (95% confidence interval = 0.6 sampai 0.92, P = 0.01) terhadap adekuasi
klirens laktat.
9
Parameter Subjek Lactate Non lactate P
keseluruhan improvers improvers
(n=17) (n=18)
10
Parameter Subjek Lactate Non lactate P
keseluruhan improvers improvers
(n=17) (n=18)
berhasil dikumpulkan. Jumlah pasangan sampel darah yang berhasil diambil dapat
dilihat pada gambar 1. Jarak waktu antar pengambilan sampel darah sekitar 3 + 2
PcvaCO2/CavO2 yang tinggi (1.9 ± 0.9 vs. 1.2 ± 0.4 mmHg · dl/ml O2,P <0.001),
lebih lanjut, PcvaCO2 gap juga tidak berbeda signifikan (6.0 ± 2.3 vs. 5.0 ± 2.1
mmHg, P = 0.08). nilai ScvO2 yang lebih tinggi juga ditemukan pada pasien
dengan konsentrasi laktat yang menetap dalam beberapa jam (73 ± 8% vs. 68 ±
tersebut dalam menetukan klirens laktat, dari analisis terhadap 97 pasang sampel
didapatkan area dibawah kurva mencapai 0.82 (95% confidence interval = 0.73
sampai 0.92, P <0.001), dimana nilai 1.4 berhubungan dengan nilai sensitivitas
(0.8) dan spesifisitas (0.75) terbaik.analisis ROC pada PcvaCO2 gap menunjukkan
koreksi laktat. Nilai odds ratio dari klirens laktat yang adekuat mencapai 0.10
11
(95% confidence interval = 0.03 sampai 0.3, P <0.001) pada pasien dengan
peningkatan rasio PcvaCO2/CavO2 (> 1.4), tetapi tidak ebrnilai signifikan (p=0.1)
meninggal memiiki konsentrasi laktat, ScvO2 serta PcvaCO2 gap yang serupa pada
0.9 pada nonsurvivors vs. 1.4 ± 0.45 pada survivors, P = 0.03) (tabel 2)
12
Parameter Survivor (n=25) Non survivor P
(n=10)
Gambar 1. Jumlah sampel pasangan darah yang dikoleksi dan dianalisis dari tiap
pasien dalam 24 jam pemantauan
13
DISKUSI
hemodinamik yang ditandai dengan MAP dan ScvO2 yang normal, peningkatan
beberapa jam setelahnya, dimana hal ini berhubungan dengan mortalitas yang
tinggi . pada penelitian ini, potensi prediksi klirens laktat lebih besar dijumpai
Sepengetahuan peneliti, hal ini baru pertama kali dilakukan, dimana temuan
pemeriksaan rasio Pcva CO2/CavO2 pada pasien syok septic yang tela
apakah resusitasi tetap perlu dilanjutkan pada pasien syok sepsis yang telah stabil
secara hemodinamik (normalitas MAP dan ScvO2), tetapi konsetrasi laktat tetap
sudah dianggap cukup sebagai parameter global keberhasilan resisitasi pada syok
sepsis. Disisi lain, penggunaan parameter klirens laktat dinilia sebanding dengan
efektivitas parameter ScvO2 pada resusitasi sepsis (3). Kendati demikian, penilian
dengan mengandalkan parameter ScvO2 secara actual saat ini lebih sering
dengan kelebihan dan kekuranagn dari masing masing parameter tersbut penting
14
dari pemeriksaan PcvaCO2 gap pada beberapa kondisi (11-14), dimana
terkait hal tersebut ialah, bahwa tetap dapat terjadi peningkatan nilai PcvaCO2 gap
yang telah mendapat resusitasi akibat syok sepis. Lebih lanjut, beberapa peneliti
onsumsi oksigen merupakan keadaan yang terjadi pada saat hipoksia jaringan
kami bertujuan untuk mengetahui apakah PcvaCO2 gap serta kombiasinya dengan
pemeriksaan CavO2 pada tahap akhir dari resusitasi yang berorientasi pada terapi
15
terget dapat menjadi parameter baru pemeriksaan untuk mengetahui klirens laktat,
sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk tindakan lanjuta pada pasien dengan
kondisi tersbut.
dapat menjadi parameter dari metabolisme anaerob atas dasar korelasi yang positif
antara hasil pemeriksaan tersebut dengan kosnetrasi laktat. (15). Lebh lanjut, studi
peningkatan konsentrasi laktat. Penlitian kali ini telah meneliti lebih jauh terkait
hal tersebut, dimana Rasio Pcva CO2/CavO2 diteliti apakah berkaitan dengan
klirens laktat atau tidak. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Rasio Pcva
dan kolega meneliti lebih lanjut bahwa pasien yang responsive (penaingkatan
volume afterload) pasca resusitasi cairan hanya terjadi pada pasien dengan
peningkatan Rasio Pcva CO2/CavO2 yang juga mengalami penigkatan VO2 (18)
hal ini sama dengan fakta bahwa peningkatan angka metabolisme basal sejumlah
oksigen terpenuhi hanya terjadi pada pasien dengan gangguan Rasio Pcva
16
CO2/CavO2. Berdasarkan hal tersbut, penulis menyimpulkan bahwa peningkatan
VO2 dapat terjadi setelah adanya peningkatan distribusi oksigen ketiak terjadi
penurunan Vo2 sebelumnya (global oxygen depdency), seperti yang terlihat pada
terhadap VO2 atau distribusi oksigen global pada pasien. Kendati demikian,
temuan tersbut seusia dengan haisl dari penelitian ini, sehingga dapat ibuat
hipotesis bahwa pasien dengan Rasio Pcva CO2/CavO2 dapat disertai dengan
Walaupun studi ini tidak bertujuan untuk meyakinkan nilai prognostic dari
terdapat asosasi antara Rasio Pcva CO2/CavO2 dengan tingkat mortalitas terkait
dengan terapi resusitasi awla tertarget. Terdapat asoasiasi antara PcvaCO2 gap
dengan dengan outcome kendati telah tercapai ScvO2 normal (11-14). Walaupun
kami tidak dapat menympulkan adanya nilai prognostic dari PcvaCO2 gap, data
yang dapat memprediski evolusi laktat dan berkaitan dengan mortalitas. Sejak
17
klirens laktat merupakan parameter yang potensial dalam meningkatkan kualiatas
resusitasi, dan dapat menghindari intervensi yang tidak perlu sehingga dapat
berpotensi bahaya.
Keterbatasan penelitian
lanjut, upaya metode resusitasi yang homogen dapat juga akan meningkatkan
kelemahan dari sisi hal tersebut. Kedua, peneliti gagal dalam mendemonstrasikan
kosnetrasi PcvaCO2 gap yang lebih tinggi pada pasien -pasien yang gagal dalam
dengan jumlah sampel yang sedikit. Keterbatasan berikutnya dari penelitian ini
aialah tidak ada standarisasi dari waktu pengukuran laktat. Sebagai akibat
gas darah secara berpasangan hanya dapat dilakukan oleh tim medis, tidak oleh
normalisasi persisten ScvO2 serta konfirmasi laktat klirens, waktu verifikasi dari
sampel data antar 3+2 jam juga ditemukan pada penelitian sebelumnya yang
mengevaluasi klirens laktat dan kesintasan (3,4). Ketika menagnalisis lebih lanjut
18
Seperti didikusikan sebelumnya, tujuan penelitian ini tidak bertujuan untuk
menganalisis kesintasan, selain itu, adanya jumlah sampel yang terbatas dapat
efek Haldane (19). Saturasi oksigen diukur dari tekanan oksigen parsial, dan tidka
ScvO2. Lebih lanjut, kami baru menganalisis parameter Rasio Pcva CO2/CavO2
dan PcvaCO2 gap setelah normalitas ScvO2 tercapai. Kendati demikian, walau
nilai ScvO2 dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi saat sepsis, perlu dilakukan
digunakan tanpa menilai ScvO2, dimana hal tersbut tidak diteliti lebih lanjut
Kesimpulan
Pada populasi pasien dengan syok sepsis yang telah mencapai nromalitas
19
20