Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANALISA GAS DARAH

OLEH :
RIAN SEPTIANTORO
NIM. 220103179

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ALIH JENJANG


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai
pertukaran gas dalam paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman
darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas darah dilakukan untuk
mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida di dalam darah arteri dan
mengukur pH-nya.
Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring
hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan
untuk mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan therapy
misalnya penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil digunakan
untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai
yang diperoleh merefleksikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
Pemahaman yang mendalam tentang fisiologi asam basa memiliki
peran yang sama pentingnya dengan pemahaman terhadap fisiologi
jantung dan paru pada pasien-pasien kritis.
Kelainan asama basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada
pasien- pasien kritis. Namun, pendekatan dengan metode sederhana tidak
dapat memberikan gambaran mengenai prognosis pasien. Pendekatan
dengan metode Stewart dapat menganalisa lebih tepat dibandingkan
dengan metode sederhana
untuk membantu dokter dalam menyimpulkan outcome pasien.
Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang
masuk ke dalam jantung. Pada umumnya darah vena banyak mengandung
gas CO2. Pembuluh ini terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa
sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya.
Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh
karena itu secara langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya
yang tipis maka plasma dan zat makanan merembes kecairan jaringan
antar sel. Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda.
Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari
oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-
menerus berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu
menegakkan diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium
akurat dan dapat dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra
analitik, analitik, dan pasca analitik. Tahap pra analitik: persiapan pasien,
pengambilan sampel darah, persiapan sampel, penyimpanan sampel,
persiapan kertas kerja. Tahap analitik:persiapan alat, kalibrasi alat,
pengolahan sampel, interpretasi hasil. Tahap pasca analitik: pencatatan
hasil dan pelaporan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Analisa Gas Darah
2. Mengetahui tujuan pemeriksaan analisa gas darah
3. Mengetahui komponen-komponen evaluasi analisa gas darah
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa
5. Mengetahui gangguan dan penyebab gangguan keseimbangan asam
basa
6. Mengetahui indikasi pemeriksaan Analisa Gas Darah
7. Mengetahui kontraindikasi Analisa Gas Darah
8. Mengetahui cara pemeriksaan analisa gas darah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisa Gas Darah


Analisa Gas Darah (AGD) atau Blood Gas Analisa (BGA) merupakan
pemeriksaan penting penderita sakit kritis atau seseorang yang mempunyai
penyakit komplikasi untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran
oksigen, karbondiosida, dan status asam-basa dalam darah arteri.

B. Tujuan Pemeriksaan Analisa Gas Darah


Analisa gas darah biasanya dilakukan bertujuan untuk :
1. Menilai atau mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa dalam
tubuh, baik yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau
gangguan metabolik
2. Menilai kadar oksigenasi dan kadar karbondioksida dalam darah
3. Sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun
4. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6. Sebagai tindakan pemantauan dalam pemberian obat anestetik.

C. Komponen-komponen Evaluasi Analisa Gas Darah


Komponen dasar evaluasi AGD mencakup :
1. pH (Status asam basa)
pH darah mewakili seluruh keseimbangan asam (asidosis)
dan basa (alkalosis) yang diproses di dalam tubuh. Hal ini ditentukan
dengan menghitung perbandingan rasio komponen metabolik (HCO3-)
dan respirasi (CO2) dari keseimbangan asam basa. Secara umum,
asidemia adalah kondisi dimana pH darah turun hingga kurang dari
7,35 dan alkalemia jika pH darah lebih dari 7,45 (7,4 adalah netral).
Berdasarkan persamaan Henderson-Hasselbach, pH dapat ditentukan
dengan rasio konsentrasi HCO3- dengan konsentrasi CO2 yang terlarut
dalam cairan ekstrasel.
pH = HCO3- (metabolik)
PCO2 (respiratorik)
Perubahan pH akan sejalan dengan gangguan utama yang terjadi proses
perubahan pH darah ada dua macam, yaitu :
a. bersifat respiratorik, karena adanya tekanan parsial CO2 yang
disebabkan gangguan respirasi
b. bersifat metabolik, karena adanya perubahan konsentrasi
bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme
2. Tekanan parsial oksigen (PO2)
3. Tekanan parsial karbondioksida (PCO2)
PCO2 menyediakan informasi mengenai ventilasi atau komponen
respirasi dalam keseimbangan asam basa. Ventilasi alveoli
didefinisikan sebagai volume udara per unit waktu yang mencapai
alveoli, tempat dimana pertukaran gas dengan darah pulmonal terjadi.
Hipoventilasi ditandai dengan adanya peningkatan PCO2 (>45
mmHg) akibat retensi CO2 dalam darah. CO2 merupakan asam volatil,
sehingga jika terjadi retensi CO2 akan menyebabkan respiratori
asidosis. Ringkasnya, respiratori asidosis terjadi akibat beberapa
aspek kegagalan ventilasi, dimana sejumlah normal CO2 dihasilkan
oleh jaringan tidak dapat diekskresikan dengan baik melalui menit
ventilasi alveolar. Penyebab umum terjadinya hipoventilasi berupa hal-
hal yang mempengaruhi sistem saraf respirasi (misal : anestesia,
sedasi), mekanisme pernapasan (misal : hernia diafragma, penyakit
rongga pleura) atau aliran udara yang melalui saluran nafas (misal :
obstruksi saluran nafas atas ataupun bawah) ataupun alveoli.
Hiperventilasi ditandai dengan menurunnya PCO 2, sebagai akibat
CO2 telah dibuang dari alveoli, yang mana menyebabkan respiratori
alkalosis (PCO2<35 mmHg). Penyebab terjadinya hiperventilasi karena
hipoksemia, penyakit pulmonal, nyeri, cemas, dan ventilasi manual
atau mekanik yang berlebihan. Hiperventilasi juga dapat terjadi
sebagai akibat kompensasi dari asidosis metabolik.
4. Saturasi oksigen (SO2)
Oksigenasi harus tetap diperiksa pada pasien berpenyakit kritis,
meskipun tidak secara langsung mempengaruhi keseimbangan asam
basa. Hipoksemia mengacu pada berkurangnya oksigen dalam darah
arteri, ditandai dengan nilai PaO2 dibawah 80 mmHg. Kondisi
hipoksemia dapat mengancam nyawa dan nilai PaO2 dibawah 60
mmHg membutuhkan intervensi terapi segera.
5. Konsentrasi bikarbonat (HCO3-)
Nilai rujukan untuk HCO3- adalah 22–28 mmol/L (arteri). Nilai
yang kurang dari normal, dapat mengindikasikan asidosis metabolik
sedangkan jika nilainya lebih besar mengindikasikan alkalosis
metabolik. Metabolik asidosis dapat disebabkan oleh peningkatan
pembentukan ion hidrogen (H+) dari faktor endogen (misal: laktat,
keton) atau asam yang bersifat eksogen (misal: ethylene glycol,
salisilat) dan oleh inabilitas ginjal untuk mengekskresikan H+ dari
protein diet (gagal ginjal). Peningkatan H+ dalam tubuh dibuffer oleh
penurunan HCO3-, mengakibatkan penurunan rasio HCO3-:PCO2
sehingga menurunkan pH.
Selain itu, asidosis metabolik dapat disebabkan oleh kehilangan
bikarbonat secara langsung melalui saluran gastrointestinal (diare) atau
ginjal (asidosis renal tubular) atau yang lebih jarang akibat pemberian
cairan intravena yang agresif yang tidak mengandung bikarbonat
ataupun prekursor bikarbonat (misal: saline). Metabolik alkalosis
dapat terjadi akibat kehilangan H+ (muntah) atau dari peningkatan
HCO3- (pemberian sodium bikarbonat, alkalosis hipokloremia akibat
penggunaan loop diuretic).
6. BE (base excesses/kelebihan basa)
Merupakan konsentrasi basa yang dapat tertitrasi pada suatu larutan
untuk mencapai pH 7.40 pada tekanan CO2 (pCO2) 40 mmHg.
D. Keseimbangan Asam Basa
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari
darah dan cairan tubuh lainnya. Derajat keasaman adalah pH, dimana pH
7,0 adalah netral, pH>7,0 adalah basa/alkali dan pH dibawah 7,0 adalah
asam. Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam basa
darah dikendalikan secara seksama karena perubahan pH yang sangat
kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan
asam basa darah, yaitu:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
ammonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam
atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH/buffer dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH
darah. Suatu penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah
bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam
keseimbangan dengan CO2 (suatu komponen asam). Jika lebih banyak
asam yang masuk ke aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Jika lebih banyak basa yang masuk
ke aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak CO2 dan lebih
sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan CO2. CO2 adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus dihasilkan oleh sel. Darah
membawa CO2 ke paru-paru dan di paru-paru CO2 tersebut
dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah
CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar CO2 darah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar
CO2 darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur
kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-
paru mampu mengatur pH darah menit ke menit.
E. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Asidosis
Adalah keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam atau
terlalu sedikir mengandung basa dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah.
2. Alkalosis
Adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa
atau terlalu sedikit mengandung asam dan kadang menyebabkan
meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih
merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan
alkalosis merupakan petunjuk dari adanya masalah metabolisme yang
serius.

Asidosis meningkatkan kadar konsentrasi K dalam darah,


sehingga fungsi sel dan enzim tubuh memburuk,

Kondisi Gangguan Kompensasi


↓pH dan Metabolik ↓PCO2
↓HCO3- Asidosis
↑pH dan ↑ Metabolik ↑ PCO2
HCO3- Alkalosis
↓ pH dan ↑ Respiratori ↑ HCO3- (↑
PCO2 asidosis BEecf)
↑pH dan Respiratori ↓HCO3-
↓PCO2 alkalosis (↓BEecf)

Gangguan asam basa dalam tubuh dapat disebabkan karena:


1. Gangguan fungsi pernafasan
2. Gangguan fungsi ginjal
3. Tambahan beban asma/basa dalam tubuh secara abnormal
4. Kehilangan asma/basa dari dalam tubuh secara abnormal

F. Indikasi Analisa Gas Darah


Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien kritis / Critical care
2. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
3. Pasien dengan edema pulmo
4. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
5. Infark miokard
6. Pneumonia
7. Pasien syok
8. Post pembedahan coronary arteri baypass
9. Resusitasi cardiac arrest

G. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah


1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma
2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi
tetap dipaksa untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat
arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis dan beresiko
mengganggu viabilitas tangan. Test Allen’s merupakan uji
penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan
dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan
tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan
arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien
unutk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan
harus memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test
allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat,
menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negative,
hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh
darah perifer pada tempat yang akan diperiksa
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan
dengan antikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan
kontraindikasi relatif

H. Pemeriksaan BGA
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau yang disebut dengan Arterial Blood
Gas (ABG) analysis atau Blood Gas Analisa (BGA) adalah sebuah
pemeriksaan atau tes yang mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida
dalam darah, dan keasaman (pH) dalam darah.
1. Pra-analitik
Alat-Alat :
a. Spuit Disposable 2.5 cc
b. Perlak/alas
c. Antikoagulan Heparin / Lithium Heparin
d. Kapas alkohol
e. Bak spuit
f. Bengkok
g. Penutup udara dari karet
h. Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)
i. Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi : nama,
tanggal dan waktu, apakah menerima O2, bila ya berapa liter dan
dengan rute apa
2. Persiapan spesimen : darah arteri
Ciri-ciri darah arteri : teraba denyutan, lokasi tusukan lebih dalam,
warna darah lebih terang dan darah akan mengalir sendiri ke dalam
semprit
3. Lokasi pengambilan spesimen
a. Radial Artery (RA) / Arteri Radialis
Merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk
fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau hematome
juga apabila Allen test negatif. Arteri yang berada di pergelangan
tangan pada posisi ibu jari. Terdapat sirkulasi kolateral (suplai darah
dari beberapa arteri). Kesulitannya ukuran arteri kecil, sulit
memperoleh kondisi pasien dengan curah jantung yang rendah.

b. Brachial Artery / Arteri Brachialis


Arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital fossa,
terselip diantara otot bisep. Ukuran arteri besar sehingga mudah
dipalpasi dan ditusuk. Sirkulasi kolateral cukup, tetapi tidak
sebanyak RA. Kesulitannya letak arteri lebih dalam, letaknya dekat
dengan basillic vein dan syaraf median, kemungkinan terjadi
hematoma.
c. Femoral Artery / Arteri Femoralis
Arteri yang paling besar untuk AGD. Berada pada permukaan paha
dalam di dalam, di sebelah lateral tulang pubis. Dapat dilakukan
AGD sekalipun pada pasien dengan curah jantung yang rendah.
Kesulitannya sirkulasi kolateral sedikit sehingga mudah terjadi
infeksi pada tempat pengambilan, sulit untuk bekerja aseptis, pada
orang tua (gangguan pada dinding arteri sebelah dalam), letaknya
dekat dengan vena paha (salah tusuk).

d. Pada bayi : Arteri kulit kepala dan arteri tali pusat.


e. Pada orang dewasa : Arteri dorsalis pedis.
Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika
masih ada alternative lain karena tidak memiliki sirkulasi kolateral
yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau thrombosis.
Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan
karena adanya resiko emboli ke otak.
4. Pengambilan Darah Arteri Radialis :
a. Beri tahu pasien tujuan pengambilan darah
b. Pasang alas/perlak pada lokasi yang akan diambil darah
c. Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan telapak tangan
menghadap ke atas dan pergelangan tangan ekstensi 30 agar
jaringan lunak terfiksasi oleh ligamen dan tulang. Bila perlu bagian
bawah pergelangan dapat diganjal dengan bantal kecil
d. Jari pemeriksa diletakkan di arteri radialis (proksimal dari lipatan
kulit telapak pergelangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat
memperkirakan letak dan kedalaman pembuluh darah
e. 1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit basah
dengan heparin dan kelebihan heparin dibuang melalui jarum,
dilakukan secara perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan
heparin dan tidak ada gelembung udara
f. Pastikan denyutan/pulpasi dari arteri terbesar kemudian dengan
memakai tangan kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas
daerah yang akan ditusuk, dan titik maksimum denyut ditemukan
g. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut
dengan kapas alkohol
h. Setelah melakukan tindakan sepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm
ditusukkan pada daerah distal dari jari pemeriksa dengan menekan
arteri. Jarum ditusukkan dengan membentuk sudut 30o dengan
permukaan lengan dengan posisi lubang jarum/bevel menghadap ke
atas
i. Jarum yang masuk ke arteri akan menyebabkan torak semprit
terdorong oleh tekanan darah
j. Pada pasien hipotensi, torak akan ditarik perlahan (jangan terlalu
cepat karena akan menghisap udara), indikasi satu- satunya bahwa
darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darah
dalam spuit dengan kekuatan sendiri
k. Sejumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml), cabut
jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan
penekanan dengan jari selama 5 menit untuk mencegah keluarnya
darah dari pembuluh arteri (10 menit untuk pasien yang
mendapat antikoagulan)
l. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit, putar
spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
m. Spuit diberi label dan tempatkan dalam es atau air es/termos
berisi air es dan es batu, semprit dibungkus plastik agar air
tidak masuk dalam semprit, keaadan dingin (4oC)
5. Pengambilan Darah Arteri Brakhialis
a. Arteri brakhialis letaknya lebih dalam daripada arteri radialis yaitu
di fosa antecubiti. Pengambilan dari arteri brakhialis harus
dilakukan dengan memperhatikan letak syaraf, jangan sampai
mencederai nervus medius yang letaknya berdampingan dengan
arteri brakhialis
b. Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku
dihiperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah siku
c. Raba denyut arteri brakhialis dengan jari
d. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis
e. Tusukkan jarum dengan sudut 45o dan lubang jarum menghadap
ke atas, 5-10 mm distal dari jari pemeriksa yang menekan
pembuluh darah
f. Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit atau
lebih hingga perdarahan berhenti
6. Analitik
Sampel darah arteri diperiksa dengan menggunakan alat BGA.
7. Pasca Analitik
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevaluasi nilai gas darah
arteri adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi pH
pH <7,35 = asidosis
pH >7,45 = alkalosis
pH = 7,35-7,45 = normal
pH normal dapat menunjukkan gas darah yang benar-benar normal
atau pH yang normal ini mungkin suatu indikasi ketidakseimbangan
yang terkompensasi. Ketidakseimbangan yang terkompensasi adalah
suatu ketidakseimbang dimana tubuh mampu memperbiki pH baik
dengan perubahan respiratorik maupun metabolik (tergantung
pada masalah utama).
b. Menentukan penyebab primer gangguan dengan mengevaluasi
PaCO2 dan HCO3 yang hubungannya dengan pH pH >7,4 = alkalosis
- Jika PaCO2< 40 mmHg : gangguan primer adalah alkalosis
respiratorik (situasi ini timbul jika pasien mengalami
hiperventilasi dan lebih banyak CO2 yang dikeluarkan)
- Jika HCO3 >24 mEq/L : gangguan primer adalah
alkalosismetabolik (situasi ini timbul jika tubuh memperoleh
terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi alkali, bikarbonat
adalah basa, atau bagian alkali dari sistem buffer asam
karbonik bikarbonat) pH <7,4 = asidosis
- Jika PaCO2 >40 mmHg : gangguan utama adalah asidosis
respiratorik (situasi ini timbul jika pasien mengalami
hipovalensi dan karenanya menahan terlalu banyak CO2, suatu
substansi asam)
- Jika HCO3 <24 mEq/L : gangguan primer adalah asidosis
metabolik (situasi ini timbul jika kadar bikarbonat dalam tubuh
turun, baik karena kehilangn langsung bikarbonat atau karena
penambahan asam seperti asam laktat atau keton
c. Menentukan apakah kompensasi telah terjadi
Hal ini dengan melihat nilai selain gangguan primer. Jika nilai ini
bergerak kearah yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang
berjalan.
Nilai normal Analisa Gas Darah

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan


Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan BGA:
1. Faktor pasien ( suhu dan respirasi )
2. Faktor Spesimen ( Gelembung udara, Antikoagulan, Metabolisme )
3. Suhu
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis
sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo
atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen
merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.
BAB IV
PENUTUP

Pemeriksaan analisa gas darah merupakan pemeriksaan penting


penderita sakit kritis atau seseorang yang mempunyai penyakit komplikasi
untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran oksigen, karbondioksida,
dan status asam-basa dalam darah. Hasil dari pemeriksaan gas darah
sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi
klien, therapy oksigen, dan untuk mengevaluasi respon tubuh klien
terhadap tindakan dan therapy misalnya penggunaan ventilator. Sampel
darah yang diambil digunakan untuk mengukur komponen gas didalam
darah arteri dan pH darah. Nilai yang diperoleh merefleksikan kualitas
ventilasi dan perfusi jaringan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Ketut Jayati Utami. Tesis. Korelasi Positif Nilai Analisis Gas
Darah Vena Sentral Dengan Analisis Gas Darah Arteri Pada
Pasien Kritis Di Ruang Terapi Intensif. 2014: Universtas Udayana
Denpasar. Diakses dari www.pps.unud.ac.id/thesis/.../unud-990-
2054943610-tesis%20utami.pdf

Delost, Maria. 2014. Blood Gas and Critical Care analyte Analysis
Chapter 6.

Edijanto. Analisis Asam Basa : Cara Interpretasi Dan Contoh Kasus. Surabaya :
Unair.

Afifah, Efy. Pemeriksaan Astrup/Analisa Gas Darah. Jakarta: UI. Diakses


dari staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/agd.pdf

Aisiyah, Nurul. 2013. Analisa Gas Darah. Diakses dari


http://nurulbutterfly.blogspot.co.id/2013/06/analisa-gas-darah-agd.html

Elsah, Ratnadilla. 2014. Analisa Gas Darah. Diakses dari


http://ratnadillaelsah.blogspot.co.id/2014/10/analisa-gas-darah.html

Pras, A. 2012. 6 Langkah Mudah Membaca Analisa Gas Darah. Diakses


dari http://thisisyourway.blogspot.co.id/2012/12/6-langkah-mudah-
membaca- analisa-gas.html

Anda mungkin juga menyukai