Anda di halaman 1dari 39

** PEMERIKSAAN ELEKTROLIT **

dr. Ety Retno Setyowati, M.Kes, SpPK.,MARS


PENDAHULUAN

• Cairan tubuh mengandung air, elektrolit dan non elektrolit


• Jumlah dan kompartmen cairan tubuh
CAIRAN TUBUH ( DWS MUDA  60% BB)

1. CAIRAN INTRASELULER ( 40% BB )

2. CAIRAN EKSTRASELULER ( 20% BB )

CAIRAN INTERSTITIAL  15% BB


CAIRAN INTRAVASKULER ( PLASMA )  5% BB

3. CAIRAN TRANSELULER ( ± 1% BB ) :
Contoh : cairan serebrospinal
cairan peritoneal
cairan sendi
• Definisi Elektrolit
Zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ION ( jika berada dalam larutan). Ion terbagi menjadi anion
dan kation tergantung mereka bergerak dalam medan listrik menuju
katode anode yang menunjukkan muatan positif dan negatif
Zat yang terdisosiasi dalam cairan dan membawa muatan listrik

• Dibedakan menjadi ion positif (KATION) dan ion negatif (ANION)


• Elektrolit dalam cairan tubuh berupa KATION (Na, K, Ca, Mg) dan
ANION (Cl,HCO3, HPO4, SO4 dan laktat)
• Jumlah kation dan anion dalam suatu larutan pada umumnya sama
(dalam miliekuivalen)
SATUAN PENGUKURAN ELEKTROLIT

Mengubah satuan mg/dl menjadi mmol/l :


mg/dl X 10
mmol/l = ----------------------
BA (BM)

Mengubah satuan mmol/l menjadi meq/l :

meq/l = mmol/l X valensi

Mengubah satuan mg/dl menjadi meq/l :

mg/dl X 10
meq/l = ---------------- X valensi
BA (BM)

4
KOMPOSISI ELEKTROLIT DALAM CAIRAN TUBUH

PLASMA AIR CAIRAN CAIRAN


ION meq/l PLASMA INTERST. INTRASEL
meq/l meq/l meq/l

Kation 149,9 161,2 153 200


Na 142 152,7 145,1 12
K 4,3 4,6 4,4 150
Ca 2,5 2,7 2,4 4
Mg 1,1 1,2 1,1 34

Anion 149,9 161,2 153 200


Cl 104 111,9 117,4 4
HCO3- 24 25,8 27,1 12
HPO32- , H2PO3- 2 2,2 2,3 40
Protein 14 15 0 54
Lain-lain # 5,9 6,3 6,2 90

# Asam organik dan anorganik


fosfat organik (c.intraseluler )
5
KESEIMBANGAN ELEKTROLIT DALAM CAIRAN TUBUH
(Transpor aktif)
POTONGAN MEMBRAN SEL

- +
C.I.S C.E.S
- +

K+ = 150 meq/l - +
K+ = 4 meq/l
Na = 12 meq/l - + Na = 140 meq/l
- +
gerakan K secara pasif

gerakan Na+ secara pasif


- +

- +
K +

- +
Na+
POMPA K+ - Na+ +
(TRANSPOR AKTIF)
- +
Na+ - K+ ATP ase
ATP ADP + ENERGI
Burton Davis Rose, Clinical Physiology of 6
Acid Base and ellectrolyte Disorder, 1977
ELEKTROLIT UTAMA DALAM DARAH

• Natrium (Na)

• Kalium (K)

• Klorida (Cl)

7
NATRIUM ( Na )
• Kation utama ekstra seluler

• Fungsi : - memelihara tekanan osmotik cairan ekstraselular


- mempertahankan cairan tubuh
- konduksi impuls neuromuskuler
- aktivitas enzim

• Gangguan :
Hipernatremia : - pemasukan ion Na berlebihan
- kehilangan cairan lebih dari kehilangan ion Na

Air keluar dari sel shg terjadi dehidrasi

Hiponatremia : - kehilangan ion Na


- retensi cairan
- ketidakseimbangan air
8
KALIUM ( K )

• Kation utama dalam cairan intraseluler

• 90% dikeluarkan melalui urine

• Fungsi : - memelihara keseimbangan osmotik dalam sel


- pengaturan impuls neuromuskuler terutama denyut jantung
- aktivitas enzim
- keseimbangan asam basa

• Gangguan :
Hipokalemia : - kehilangan melalui ginjal
- kehilangan melalui usus
- pemasukan kurang / menurun

Hiperkalemia : - peningkatan beban


- pergeseran K transeluler
- Ekskresi berkurang
- Pseudo hiperkalemia ( trombositosis, lekositosis )
9
KLORIDA ( Cl )

• Anion utama dalam cairan ekstrasesuler (bersama dg HCO3)

• Fungsi : - keseimbangan cairan tubuh dan asam basa.


- berperan dalam volume darah, tekanan arteri
- dgn Na berperan menentukan osmilalitas

• Gangguan :
Hiperklorida : - dehidrasi
- kelainan metabolik
- hiperparatiroidisme primer

Hipoklorida : - defisiensi besi


- umur lanjut
- kehamilan
- radiasi

10
KALSIUM ( Ca )

• Elektrolit yg berada dalam serum

• Fungsi : - keseimbangan elektrolit


- pencegahan tetani
- mendeteksi adanya gangguan paratiroid dan tiroid

• Kadar normal : 2.3 – 2.8 mmol/L

11
MAGNESIUM ( Mg )

• Kation pada cairan ekstraseluler dan terbanyak kedua

• Disekresi melalui ginjal dan feses

• Berpengaruh pada peningkatan K, Ca dan protein → aktivas neuromuskuler

• Penurunan kadar Mg diikuti penurunan ion lain

• Kadar normal : 85 – 135 mL/min

12
POSFOR ( P )

• Anion utama dalam intraseluler adalah ion fosfat (PO4)

• Kadar seimbang dengan kadar Ca yg diatur oleh hormon paratiroid

•Kadar normal : 0.78 – 1.52 mmol/ L

13
POKOK BAHASAN PEMERIKSAAN ELEKTROLIT

A. Sampel pemeriksaan
B. Metode Pemeriksaan Natrium, Kalium, Klorida
C. Faktor Yang mempengaruhi pemeriksaan
D. Nilai rujukan
E. Kontrol Mutu
F. Interferensi
G. Kesesuaian hasil pemeriksaan dengan kondisi
pasien

14
A. SAMPEL PEMERIKSAAN ELEKTROLIT

• Darah utuh (whole Blood)


• Plasma
• Serum
• Urine
• Cairan serebrospinal
• Feses

15
B. METODE PEMERIKSAAN ELEKTROLIT

• Metode Pemeriksaan Natrium dan Kalium


1. Flame fotometri
2. Atomic Absorption Spectrophotometry
3. Metode Fotometri Enzimatik
4. ISE (Ion Selective Electroda)

• Metode Pemeriksaan Klorida


1. Titrasi merkurimetri
2. Kolometrik amperometrik titrasi
3. ISE (Ion Selective Electroda)
4. Metode Fotometri
16
Metode Pemeriksaan Natrium dan Kalium

1. METODE FLAME FOTOMETRI


Merupakan metode rujukan yg baik dan umum dikerjakan
Kadar diukur secara kuantitatif
Eksitasi atom menghasilkan emisi sinar spesifik
Gas bakar yang bisa digunakan adalah LPG (propana) dan bahan
lain metana dan butana

17
 Prinsip kerja:
1. Larutan sampel dihisap oleh aspirator yg merupakan kapiler dan menuju ke dalam suatu
chamber, bersama-sama dg gas yg bertekanan tinggi. Kemudian larutan tadi oleh atomizer
disemprotkan dalam bentuk butiran air yg mengandung uap atom bebas yg masuk ke dalam
flame
2. Suatu atom terdiri atas proton dan elektron yg bergerak pada lintasan tertentu dengan energi
tertentu. Selama bergerak, elektron tidak memancarkan atau menyerap energi. Tapi apabila
atom tsb diberi energi tinggi maka elektron terluarnya akan berpindah ke lingkaran lebih luar
dan keadaan ini disebut tereksitasi
3. Pada keadaan tereksitasi, atom menjadi tidak stabil dan berusaha kembali ke keadaan semula
(ground state) dgn mengeluarkan emisi sinar spesifik dgn panjang gelombang tertentu. Energi yg
dipancarkan atom-atom itu berupa sinar polikromatis
4. Kemudian sinar polikromatis masuk ke celah dan melalui monokromator akan disaring menjadi
sinar monokromatis. Monokromator berfungsi membedakan sinar yg diemisikan masing-masing
logam
5. Sinar monokromatis ditangkap fotodetektor dan diubah menjadi sinyal listrik yg besarnya diukur
dengan galvanometer

18
2. METODE ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETER

 Prinsip Kerja :
1. Sampel larutan dihisap oleh aspirator berbentuk kapiler dan dgn daya kapiler
larutan tadi menuju chamber bersama-sama dgn gas yang bertekanan tinggi.
Kemudian larutan tsb oleh atomizer disemprotkan dalam bentuk butiran air yg
mengandung uap atom bebas menuju ke flame
2. Sumber sinar yg berupa tabung (hollow cathoda lamps) yg menghasilkan sinar
monokromatis dgn panjang gelombang tertentu dan sinar monokromatis itu
melewati flame atau api
3. Flame disini tidak berfungsi untuk eksitasi elektron melainkan untuk
memanaskan atom-atom sehingga atom logam yg dibakar tsb dapat menyerap
sinar secara spesifik dan atom sifatnya akan lebih stabil
4. Kemudian sinar akan masuk ke monokromator
5. Energi sinar dari monokromator akan diubah menjadi energi listrik di detektor
6. Sistem pembacaan akan menampilkan data yg dapat dibaca dari grafik
20
3. METODE FOTOMETRI ENZIMATIK

 DASAR PEMERIKSAAN REAKSI NATRIUM

- Pengaktifan enzim β-galaktosidase oleh Na+ untuk hidrolisis ONPG


(0-nitrofenil-β-D-galactopyranoside)
- Nilai yg dihasilkan dari 0-nitrofenol diukur λ 420 nm

Na+
ONPG ----------------> galaktosa +o-nitrofenol
β-galaktosidase

22
 DASAR PEMERIKSAAN REAKSI KALIUM

- pengaktifan enzim piruvat kinase oleh ion K+ dalam reaksi


phosphoenolpyruvate (PEP) menjadi piruvat
- Sebagai indikator reaksi piruvat yg terjadi diubah menjadi laktat oleh
enzim LDH (Lactic dehydrogenase)
- Menggunakan koenzim NADH, penurunan kadar NADH diikuti
denganpembacaan panjang gelombang 340 nm
K+
PEP + ADP -------------------> Piruvat + ATP
Piruvat Kinase

LDH
Piruvat +NADH + H+ ---------------> Laktat + NAD+ 23
4. METODE ION SELECTIF ELECTRODA/ISE

 Berdasarkan potensiometer (yaitu analisis berdasarkan perbedaan


potensial antara dua elektroda) ion yg merupakan bagian dari
elektrokimia (yaitu pengukuran gerakan elektron dalam larutan
elektrolit)
 Prinsip dasar pengukuran :
1. dasar pengukurannya adalah interaksi pergerakan ion-ion bebas
dalam sampel dengan bahan sensor aktif
2. setiap elektroda mempunyai membran selektif. Elektroda reference
mempunyai konsentrasi larutan yg diketahui dan stabil. Elektroda
indikator mempunyai konsentrasi larutan yg tidak diketahui
3. membran ion selektif akan memisahkan sampel tidak diketahui
konsentrasinya dengan larutan elektroda yg diketahui konsentrasi
larutannya 24
4. bila suatu membran tipis memisahkan dua larutan yg berbeda
aktivitas ionnya makan akan terjadi perbedaan potensial antara
kedua sisi membran
5. Potensial yg terjadi akan diteruskan ke amplifier. Proses selanjutnya,
elekroda reference (acuan) dihubungkan dengan ground. Hasil
potensial masing-masing elektroda diketahui dan dihitung
perbedaan potensialnya
RUMUS :
Ecell = Eind – Ereff + Eij

Keterangan :
Ecell = potensial cell
Eind = potensial indicator
Ereff = potensial reference
Eij = potensial liquid junction 25
Metode Pemeriksaan Klorida

1. METODE TITRASI MERKURIMETRI


 Prinsip :
1. Filtrat bebas protein (pengendapan dg asam tungsat)
ditambah dg difenilkarbazon sbg indikator. Selanjutnya
dititrasi merkuri nitrat
2.Hg2+ bebas bereaksi dg Cl- membentuk merkuri klorida
Cl- + Hg (NO3)2  HgCl2 + 2 NO3
3.Kelebihan ion Hg2+ bereaksi dg senyawa difenilkarbazon
membentuk senyawa kompleks berwarna biru ungu
4.Saat mulai timbul perubahan warna merupakan titik akhir
dari titrasi
29
2. METODE KOLOMETRI-AMPEROMETRIK TITRASI
 Prinsip :
1. Pengukran Cl- menggunakan ion perak (Ag) yg
dikombinasikan dengan ion klorida untuk menghitung
konsentrasi klorida
Ag+ + Cl-  AgCl

2. Saat semua ion Cl- berikatan dengan ion Ag+, kelebihan


ion Ag+ bebas digunakan sebagai endpoint

30
3. METODE ISE
 Prinsip :
Sama dengan metode pemeriksaan Natrium dan Kalium

4. METODE FOTOMETRI
 Prinsip :
Sama dengan metode pemeriksaan Natrium dan Kalium

31
C. FAKTOR YG MEMPENGARUHI FAKTOR PEMERIKSAAN

I. Faktor Pra Analitik


1.Persiapan pasien
2.Pengambilan sampel
3.Pengiriman dan penanganan sampel
4.Wadah penampung

II. Faktor Analitik


5.Persiapan reagen
6.Peralatan

III. Faktor Paska Analitik


Pencatatan dan pelaporan
32
D. NILAI RUJUKAN KADAR ELEKTROLIT

ELEKTROLIT SPESIMEN NILAI RUJUKAN


Natrium Urine (24 jam) 40 – 220 mmol/hari
Serum dan plasma 136 – 145 mmol/L
Cairan serebrospinal 136 – 150 mmol/L

Kalium Urine (24 jam) 25 – 125 mmol/hari


Serum dan plasma 3.4 – 5.0 mmol/L

Klorida Urine (24 jam) 110 – 250 mmol/hari


Serum dan plasma 98 – 107 mmol/L
KONTROL MUTU

• Minimal dilakukan kontrol 1 kali dalam sehari dari


bahan kontrol dengan konsentrasi protein yg sudah
diketahui
• Serum kontrol :
- tetap stabil sampai pada waktu kadaluarsa selama
kondisi tidak terbuka dengan suhu 2-80C
- diperlakukan sama seperti serum pasien

34
INTERFERENS

 Pemeriksaan NATRIUM
- Hemolisis tidak mempengaruhi kadar Na dalam serum dan plasma
- Sampel feses, harus cair sehingga perlu disaring atau di sentrifus sebelum
pemeriksaan
 Pemeriksaan KALIUM
- Hemolisis harus dihindari
- Pada proses pembekuan darah Kalium banyak yg dilepaskan oleh trombosit shg
kadar K dalam serum 0.2 – 0.3 mmol/L lebih tinggi
- Sampel urine yg digunakan dikumpulkan 24 jam, bila kurang 24 jam hasil akan
dipengaruhi variasi diurnal
- Penggunakan tourniquet saat pengambilan darah menyebabkan kadar naik 10 – 20%
- Aktivitas otot menyebabkan peningkatan kadar kalium →false high
- Darah dibekukan sebelum dipisahkan menyebabkan peningkatan kadar kalium
- Lekositosis dan trombositosis yg ekstrim meningkatkan kadar kalium serum
35
INTERFERENS

 Pemeriksaan KLORIDA
- Bila proses pemisahan sampel serum dan plasma terlalu lama akan terjadi
persinggungan antara darah dan udara yg menyebabkan gas CO2 keluar sehingga
terjadi perubahan distribusi klorida antara sel-sel darah dengan plasma
- Salisilat dalam jumlah tinggi mengganggu elektroda klorida dan menyebabkan hasil
klorida bias positif.
Konsentrasi salisilat dalam level terapi tidak menyebabkan gangguan yg signifikan

36
KETIDAKSESUAIAN HASIL ANALISIS ELEKTROLIT DENGAN KEADAAN KLINIS PASIEN

1. Pseudohiperkalemia karena hemolisis


2. Sampel hemodilusi → kadar elektrolit rendah palsu krn penurunan
elektrolit tubuh
3. Pseudohiponatremia : misal pada pasien hiperglikemia,
hipertrigliseridemia, adanya para protein
4. Pseudohipokalsemia : sampel keruh (pasien tidak puasa) → interferens
pemeriksaan Ca secara spektrofotometri

37
HOMEWORK

1. Sebutkan jenis pemeriksaan eletrolit yang paling sering diminta oleh Dokter dan
jelaskan alasan mengapa permintaan elektrolit tersebut sering diminta oleh Dokter
2. Metode pemeriksaan elektrolit Na dan K manakah yang banyak dipakai saat ini,
jelaskan pendapat anda termasuk keuntungan dari pemakaian metode tersebut.
3. Jelaskan secara rinci faktor-faktor yg mempengaruhi pemeriksaan yang meliputi
faktor pra analitik, analitik dan paska analitik (sesuai power point hal 32)
4. Sampel pemeriksaan elektrolit bisa menggunakan serum dan plasma. Jelaskan
perbedaan antara serum dan plasma. Pada pemeriksaan Kalium yg menggunakan
plasma kadarnya lebih rendah dibandingkan menggunakan serum. Jelaskan alasan
perbedaan kadar tersebut
5. Salah satu persyaratan sampel pemeriksaan elektrolit kalium tidak boleh
menggunakan sampel hemolisis. Jelaskan pendapat anda

-------------- Selamat Mengerjakan ----------------


38
ong
meeo

39

Anda mungkin juga menyukai