Anda di halaman 1dari 17

Implementasi International

Health Regulations (IHR)


Dalam Penanggulangan Difteri
( Peran ATLM )

KAMBANG SARIADJI
Profil Peneliti
• Nama : Kambang Sariadji S.Si,M.Biomed
• Agama : Islam
• HP : 081316230097
• Pendidikan • Jurnal/Artikel /
- SMAK Depkes
artikel online/
- AAK Depkes
- Universitas Nasional  Biomedik Buku – buku 
- Universitas Indonesia  Biomedik
(Mikrobiologi ) google / google
Pekerjaan : Peneliti Muda Puslitbang
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
scholar
, Kemenkes RI
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi new-emerging dan
re-emerging :
 Memerlukan penelaahan risiko
karena dapat menimbulkan risiko
kepedulian dan kedaruratan
kesehatan masyarakat dan atau
keresahan masyarakat.
TANGGAP
 Menyebar secara cepat lintas NASIONAL
wilayah maupun lintas negara
 Berpotensi sebagai senjata biologi
 Mampu memberikan dampak
besar ekonomi
IHR
• IHR : adalah suatu instrumen internasional yang secara resmi
mengikat untuk diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO,
maupun bukan negara anggota WHO tetapi setuju untuk
dipersamakan dengan negara anggota WHO

• Tujuan dan ruang lingkup adalah untuk mencegah, melindungi, dan


mengendalikan terjadinya penyebaran penyakit secara
internasional, serta melaksanakan public health response sesuai
dengan risiko kesehatan masyarakat, dan menghindarkan hambatan
yang tidak perlu terhadap perjalanan dan perdagangan
internasional
Kapasitas Inti Yang Disyaratkan IHR (2005)

8 KAPASITAS INTI + BAHAYA POTENSIAL


• Kebijakan dan Legislasi • Biological
• Koordinasi • Infectious
• Surveillance • Zoonosis
• Respon • Food safety
• Kesiapsiagaan • Chemical
• Komunikasi Risiko • Radio nuclear
• SDM
• Laboratorium

KEJADIAN DI WILAYAH (3 Level)


• Nasional KEJADIAN DI
• Propinsi / Kabupaten / Kota PINTU MASUK NEGARA /
• Puskesmas/Masyarakat POINT OF ENTRY (PoE)
Sumber : Paparan Dirjen P2PL 2010
23 Penyakit Berpotensi wabah

 Diare Akut  AFP (Lumpuh Layuh


Mendadak)
 Malaria Konfirmasi
 Kasus Gigitan Hewan Penular
 Tersangka Demam Dengue
Rabies
 Pneumonia
 Tersangka Antrax
 Diare Berdarah
 Tersangka Leptospirosis
 Tersangka Demam Tifoid
 Tersangka Kolera
 Jaundice Akut
 Kluster Penyakit yg tdk lazim
 Tersangka Chikungunya
 Tersangka
 Tersangka Flu Burung pada Meningitis/Encephalitis
Manusia
 Tersangka Tetanus
 Tersangka Campak Neaonatorum
Tersangka Difteri  Tersangka Tetanus
 Tersangka Pertussis  ILI
 HFMD
Tersangka Difteri
• Difteri adalah penyakit akut yang mengancam nyawa dan
menular yang disebabkan Corynebacterium diphtheriae
dengan ditandai pembentukan pseudo-membran mukosa
dan kulit. Ada hampir 100 spesies Corynebacteria
• Penyakit ini dimediasi karena toxin yang dihasilkan
Toksigenik (gen tox ) diregulasi gen dtx R

Penting dalam klinis !!!!


• Corynebacterium diphtheriae : gravis, intermedius, mitis dan
belfanti  pada manusia
• Lainnya : C. ulcerans, C.pseudotuberculosis pada hewan

• C.Imitans, C.Pseudodiftheriticum, C.striaum, C.jeikeium, 


normal flora
TERSANGKA DIFTERI
Mengeluarkan
Bakteri: Corynebacterium diphtheriae Toksin

Antibiotik
Darah

ADS Menyebabkan
(Anti Difteri Serum)
• Miokarditis
• Susunan
syaraf &
Kematian Pusat 
lumpuh
• Gagal ginjal
Implementasi IHR --- Difteri
• Kebijakan dan Legislasi  ORI di 3 daerah DKI, Jawa Barat dan
Banten, Permenkes No. 1501/ MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu, apabila ditemukan 1 kasus difteria
klinis dinyatakan sebagai KLB,
• Koordinasi : WHO, Kemenkes, Lembaga, Dinkes Prov/Kab/Kota,
• Surveillance : pemantauan dalam bentuk SKDR
• Respon : pemberian ORI DKI, Jabar, Banten
• Kesiapsiagaan : Kesiapan Logistik (vaksin,ADS,Obat2 an, sarana
Faskes)
• Komunikasi Risiko : sosialisasi dalam upaya memberikan informasi
tentang pencegahan, penularan penyakit kepada masyarakat
• SDM : peningkatan kapasitas petugas kesehatan
• Laboratorium : Lab rujukan, lab pelayanan, tatalaksana
specimen difteri  Peran ATLM
Rangkaian Diagnosis Laboratorium
Difteri
1. Persiapan (cuci tangan, APD)
2. Tatalaksana Pengambilan, Penyimpanan dan
Pengiriman
3. Pemeriksaan Laboratorium Kultur,
Mikroskopik, Isolasi, Identifikasi
4. Pemeriksaan Toksigenitas : PCR dan Elek test
5. Pemeriksaan Resistensi
Alur Koordinasi dan Pelaporan

Pasien Rawat
Klinik Swasta/
Fasyankes Jalan Rumah Sakit
private di desa
Puskesmas

Laboratorium
Unit Surveilans Puskesmas
Puskesmas

Laboratorium
Unit Surveilans Kabupaten/ Kota
Kabupaten/ Kota

Laboratorium
Propinsi
Unit Surveilans Propinsi

Laboratorium Kementerian Kesehatan RI Kementerian Kesehatan RI


Rujukan Nasional (Direktorat BPPM & Sarkes, (Direktorat Simkarkesma, Ditjen
Ditjen BUK) PP dan PL)

Pelaporan kasus Rujukan spesimen

Tindak lanjut pelaporan kasus Umpan balik rujukan spesimen


Diskusi Tentang Difteri?

1. Apakah penyakit difteri dapat di eradikasi ?


2. Apakah vaksin difteri dapat mencegah penularan difteri?
3. Apa kandungan elemen Vaksin DPT ?
4. Apakah vaksin difteri dapat menimbulkan Kekebalan Komunitas ?
5. Bagaimana Pengobatan difteri ?
6. Masih Efektifkah obat program Antibiotik penicillin dan eritromisin ?
7. Perlukah pemantauan pemberian Profilaksis kontak difteri ?
8. Apa beda metode Pemeriksan laboratorium PCR dan Kultur pada difteri?
9. Apa beda Pemeriksaan toksigenitas difteri dengan PCR dan Elek Test ?
10. Dapatkah Pemeriksaan mikroskopik untuk diagnosis difteri ?
11. Berapa lama stabilitas sampel pada medium transport Amies ?
12. Berapa Jumlah kontak pada kasus difteri?  mencari sumber penularan
13. Perlukah Pemberian antibiotik pada pada paramedik (ATLM) yang kontak
dengan penyakit difteri ?
14. Bagaimana hub Penyakit difteri dan Fe ?
15. Perlukah pengobatan difteri menunggu hasil laboratoriium?
Kekebalan Komunitas pada difteri dan pertusis

blm
imunisasi

Sdh
imunisasi

Difteri : Tidak Ada Kekebalan Lingkungan


Pertusis : Ada Kekebalan Lingkungan
Pencegahan

•Imunisasi hanya salah


satu cara pencegahan
difteri, tapi juga harus
lakukan PHBS
Dari Tempat ini Kami Berasal

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai