NAMA ANGGOTA :
1. SUHENDAR
(AOAO150792)
2. SUWANDI
(AOAO150794)
3. TRISIYAH SUCIATI (AOAO150796)
KELAS
: JALAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat,
sedangkan yang berpenyakit lekas dapat disembuhkan agar sehat. Untuk sembuh dari
penyakit, perlu dilakukan diagnosis penyakit yang diderita dan pengobatan yang tepat.
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorium
yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Salah satu tes uji laboratorium
yang dilakukam terhadap spesimen guna menentukan penyakit yaitu dengan
menggunakan dahak atau sputum.
Sputum merupakan bahan yang digunakan sebagai salah satu sampel
pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa berbagai macam penyakit tertentu.
Pemeriksaan sputum merupakan salah satu pemeriksaan utama khususnya untuk
penyakit di paru-paru dan sekitarnya yang dapat dideteksi dengan sputum. Sputum
yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi, karena kondisi
sputum memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum juga dapat mendiagnosa apakah suatu pengobatan dapat
berhasil atau berjalan dengan lancar maupun sebaliknya.
Pengetahuan tentang
pemeriksaan sputum dan hal-hal yang berkaitan dengan sputum sangat diperlukan oleh
seorang analis laboratorium untuk meningkatkan kompetensinya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
a. Untuk menegakkan diagnosis dan menentukan klasifikasi/tipe dari sputum.
b. Untuk menilai kemajuan dan evaluasi pengobatan.
c. Untuk menentukan tingkat penularan.
1
d. Untuk mengetahui hasil pengobatan berhasil dan berjalan dengan lancar atau
sebaliknya.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah:
a. Manfaat teoritis
Sebagai perkembangan bahan masukan atau kajian baru dalam mata kuliah
kebutuhan dasar manusia.
b. Manfaat praktis
Manfaat bagi institusi
Diharapkan dapat dijadikan bahan literatur (referensi) pembuatan
makalah selanjutnya.
Manfaat bagi mahasiswa
Diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam melakukan praktik
dalam pemeriksaan sputum.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Sputum
Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Ada juga
yang mengartikan sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Sputum yang memenuhi
syarat pemeriksaan harus benar-benar dari trakea dan bronki, bukan berupa air ludah.
mukosa
saluran
pernafasan
berespons
terhadap
inflamasi
dengan
menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan air untuk membersihkan sisa makanan
dalam mulut yang tertinggal.
2.2 Proses Terbentuknya Sputum
Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam saluran
nafas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia
dari epitel yang melapisi saluran pernafasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang
berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran
mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal, sehingga
mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang dan
mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi.
Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yang cepat beserta membawa sekret mukus
yang tertimbun tadi. Kemudian mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu
sendiri.
2.3 Klasifikasi Sputum
bawah.
Sputum banyak sekali dan purulen
proses supuratif.
Sputum yang terbentuk perlahan dan terus meningkat
bronkhiektasis.
Sputum kekuning-kuningan
proses infeksi.
Sputum hijau
proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan
tanda bronkhitis /
adanya verdoperoksidase yang dihasilkan oleh PMN dalan sputum. Sputum hijau
ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum
Mendiskusikan
Posisi ini
Memasukan
sputum
ke dalam
wadah
akan
mencegah
penyebaran
harus
segera
dimulai
sebelum
organisme
yang
9) Pengambilan Spesimen
Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau sputum
semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah
penampung sputum.
Cara pengambilan sputum :
Pasien berkumur dengan air garam dahulu, kemudian di beri wadah yang
bermulut lebar, mempunyai tutup berulir, suci hama, tidak mudah pecah,
tidak bocor, sekali pakai dibuang (disposible). Pasien dalam posisi berdiri,
jika tidak memungkinkan dapat dengan duduk agak membungkuk. Pagi hari
setelah bangun tidur biasanya rangsangan batuk sangat kuat, tetapi penderita
di anjurkan untuk menahanya dan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
segera di suruh batuk sekuat-kuatnya sehingga merasakan dahak yang
dibatukkan keluar dari tenggorokan. Sputum yang keluar di tampung dalam
wadah yang di sediakan, mulut wadah penampung dibersihkan dari tetesan
dahak lalu di tutup. Wadah diberi label yang yang berisi nama, alamat,
tanggal pengambilan serta nama pengirim.
Pembuatan Sediaan
- Pembuatan Preparat
Gelas kaca di beri nomor kode, nomor pasien, nama pasien, pada sisi
kanan kaca obyek baru. Pilih bagian sputum yang kental, warna kuning
kehijauan, ada pus atau darah, ada perkejuan.
tidak tahan asam akan mengambil warna biru dari Methylien Blue.
Cara Pengecatan Basil Tahan Asam
Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan Carbol Fuchsin
sampai menutupi seluruh sediaan. Panasi sediaan secara hati-hati diatas api
selama 3 menit sampai keluar uap, tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan
selama 5 menit (dengan memakai pinset). Cuci dengan air mengalir, tuang
HCL alkohol 3% (alcohol asam) sampai warna merah dari fuchsin hilang.
Tunggu 2 menit. Cuci dengan air mengalir, tuangkan larutan Methylen Blue
0,1% tunggu 10-20 detik.
pengering.
Cara Melakukan Pemeriksaan
Setelah preparat terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan kertas
tissue, kemudian sediaan ditetesi minyak
spesimen sputum sewaktu, sputum pagi dan sputum sewaktu adalah positif
ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA). Pemeriksaan mikroskopis BTA ini
digunakan untuk membantu diagnosis penyakit tuberkulosis. Metode yang
dipakai ini biasanya dengan pengecatan langsung (metode pewarnaan Ziehl
Nelsen), dan metode penghitungan BTA dengan skala IUAT yaitu dalam 100
lapang pandang tidak ditemukan BTA disebut negatif. Ditemukan:
a. 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan.
b. 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+).
c. 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ atau (2+).
d. > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ atau (3+).
2.7 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeriksaan Sputum
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan
untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3 kali pengambilan
sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S) yaitu ketika penderita
pertama kali datang, Sputum pagi (P) yaitu keesokan harinya ketika penderita datang
lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur), dan Sputum
sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium, penderita diminta mengeluarkan
sputumnya lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh menyikat gigi. Agar sputum
mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam
sebelum pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk
berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum
diambil dari batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik
nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus
trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar
dan berpenutup (Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air
liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
10
Sebaiknya pilih
sputum yang mengandung unsur-unsur khusus seperti darah dan unsur-unsur lain. Bila
sputum susah keluarkan lakukan perawatan mulut. Perawatan mulut dilakukan dengan
obat glyseril guayakolat (expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis
saat malam sebelum pengambilan sputum.
Teknik lain untuk mengeluarkan sputum bila sputum juga tidak bisa didahakkan,
sputum dapat diambil secara:
untuk
mengumpulkan
sampel
dari
eksudat
bronkial
untuk
Indikasinya
adalah:
Injeksi
Transtracheal
untuk laringoskopi
dilakukan
terjaga,
untuk
serat
memblokir
optik
dan atau
saraf
laring
intubasi
berulang
retrograd.
prosedur
medis
dimana
bronkoskop dilewatkan melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan cairan yang
disemprotkan ke bagian kecil dari paru-paru.
mendiagnosa penyakit paru- paru.
mendiagnosa infeksi pada orang dengan masalah sistem kekebalan tubuh, pneumonia
pada orang pada ventilator, beberapa jenis kanker paru-paru, dan jaringan paru pada
paru-paru (penyakit paru interstitial). cara paling umum untuk sampel komponen
cairan lapisan epitel (ELF) dan untuk menentukan komposisi protein saluran udara
paru, dan sering digunakan dalam penelitian imunologi sebagai sarana sel sampling
atau tingkat patogen di paru-paru. Contoh ini termasuk sel T dan tingkat populasi
virus influenza.
c. Lung biopsy
Biopsi paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan paruparu untuk pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa di bawah mikroskop, dan
dapat dikirim
ke
laboratorium
mikrobiologi
11
untuk
kultur.
Pemeriksaan
proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan. Jaringan yang akan diambil untuk
biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal,
hati dan paru- paru.
2.8 Interpretasi Pemeriksaan Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu
sendiri.
Interpretasi untuk penyakit TBC, berdasar hasil pemeriksaan sputum (BTA), TB
paru dibagi atas:
12
Aktifitas ini juga digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan
eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang
mendapat antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang,
karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik.
sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai
pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, klien sering
dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh,
glikol propilen yang mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer
ultrasonik.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum
diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru.
14
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Cetakan Ke-8. Jakarta. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.
Gandasoebrata, R. 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi Ke-5. Jakarta. Penerbit
Dian Rakyat.
Zulkifli, A. dan A. Bahar. 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta. UI.
15