MAKALAH
LEUKIMIA MIELOSTIK KRONIK (LMK)
Disusun oleh :
Sandra Rinjani M ( 411117096 )
Reza Ahmad Fauzi ( 411117098 )
Divia Syavila ( 411117112 )
Rani Nurobiah ( 411117116 )
Fatimah Aulia N ( 411117118 )
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .............................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ............................................................................................. 4
B. Etiologi ............................................................................................. 4
C. Patofisiologi ...................................................................................... 7
D. Klasifikasi ......................................................................................... 8
F. Pemeriksaan .................................................................................. 10
H. Penatalaksanaan ........................................................................... 12
I. Prognosis ....................................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah leukemia myelostik kronik?
2. Apa penyebab leukemia myelostik kronik?
3. Apa saja gejala dari penderita leukemia myelostik kronik?
4. Bagian tubuh apakah yang mengalami gangguan apabila seseorang
menderita Leukemia Myelostik Kronik?
C. Tujuan
1. Mengetahui secara umum tentang leukemia myelostik kronik
2. Mengetahui penyebab dari timbulnya penyakit leukemia myelostik
kronik
3. Mengetahui gejala-gejala leukemia myelostik kronik
4. Mengetahui bagian tubuh yang mengalami gangguan pada penderita
Leukemia Myelostik Kronik.
3
D. Manfaat
PEMBAHASAN
A. Definisi
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami
transformasi dan ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen
sumsum normal. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia
limfositik dan leukemia mieloid (Guyton and Hall, 2007).
Leukemia mieloid kronik (LMK) atau chronic myeloid leukemia
(CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahan-
lahan dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid.
CML termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten
dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. Nama lain
untuk leukemia myeloid kronik, yaitu chronic myelogenous leukemia dan
chronic myelocytic leukemia. (I Made, 2006).
Atul & Victor (2005) menambahkan bahwa CML yang merupakan
gangguan mieloproliferatif klonal ini ditandai dengan peningkatan neutrofil
dan prekusornya pada darah perifer dengan peningkatan selularitas
sumsum tulang akibat kelebihan prekusor granulosit.
B. Etiologi
Etiologi CML masih belum diketahui. Menurut Jorge et al., (2010)
Beberapa asosiasi menghubungkannya dengan faktor genetik dan faktor
lingkungan, tetapi di kebanyakan kasus, tidak ada faktor yang dapat di
identifikasikan.
Agung (2010) mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang
menyebabkan CML, yaitu faktor instrinsik (host) dan faktor ekstrinsik
(lingkungan).
4
5
Faktor Instrinsik
1) Keturunan dan Kelainan Kromosom
Leukemia tidak diwariskan, tetapi sejumlah individu memiliki faktor
predisposisi untuk mendapatkannya. Risiko terjadinya leukemia
meningkat pada saudara kembar identik penderita leukemia akut,
demikian pula pada suadara lainnya, walaupun jarang. Pendapat ini
oleh Price atau Wilson (1982) yang menyatakan jarang ditemukan
leukemia Familial, tetapi insidensi leukemia terjadi lebih tinggi pada
saudara kandung anak-anak yang terserang dengan insiden yang
meningkat sampai 30 % pada kembar identik (monozigot), (Agung
,2010).
Kejadian leukemia meningkat pada penderita dengan kelainan
fragilitas kromosom (anemia fancori) atau pada penderita dengan
jumlah kromosom yang abnormal seperti pada sindrom Duwa, sindrom
klinefelter dan sindrom turner.
2) Defisiensi Imun dan Defisiensi Sumsum Tulang
Sistem imunitas tubuh kita memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi sel yang berubah menjadi sel ganas. Gangguan pada
sistem tersebut dapat menyebabkan beberapa sel ganas lolos dan
selanjutnya berproliferasi hingga menimbulkan penyakit. Hipoplasia
dari sumsum tulang mungkin sebagai penyebab leukemia (Agung
,2010).
Faktor Ekstrinsik
1) Faktor Radiasi
Adanya efek leukemogenik dan ionisasi radiasi, dibuktikan
dengan tingginya insidensi leukemia pada ahli radiologi (sebelum
ditemukan alat pelindung), penderita dengan pembesaran kelenjar
tymus, Ankylosing spondilitis dan penyakit Hodgkin yang mendapat
terapi radiasi. Diperkirakan 10 % penderita leukemia memiliki latar
belakang radiasi Sebelum proteksi terhadap sinar rutin dilakukan, ahli
radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar.
Penduduk Hiroshima dan Nagasaki yang hidup sesudah ledakan bom
atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LMK sampai 20 kali
lebih banyak. Demikian pula pada penderita ankylosing spondilitis
6
yang diobati dengan sinar radioaktif lebih dari 2000 rads mempunyai
insidensi LMA 14 kali lebih banyak (Agung ,2010).
2) Bahan Kimia dan Obat-obatan
Bahan-bahan kimia terutama Hydrokarbon sangat berhubungan
dengan leukemia akut pada binatang dan manusia. Remapasan
Benzen dalam jumlah besar dan berlangsung lama dapat
menimbulkan leukemia. Penelitian Akroy et al (1976) telah
membuktikan bahwa pekerja pabrik sepatu di Turki yang kontak lama
dengan benzen dosis tinggi banyak yang menderita LMA .
Kloramfenikol dan fenilbutazon diketahui menyebabkan anemia
aplastik berat, tidak jarang diketahui dikahiri dengan leukemia,
demikian juga dengan Arsen dan obat-obat imunosupresif (Agung
,2010).
3) Infeksi Virus
Virus menyebabkan leukemia pada beberapa dirating percobaan
di laboratorium. Peranan virus dalam timbulnya leukemia pada
manusia masih dipertanyakan. Diduga yang ada hubungannya
dengan leukemia adalah Human T-cell leukemia virus (HTLV-1), yaitu
suatu virus RNA yang mempunyai enzim RNA transkriptase yang
bersifat karsinogenik (Agung ,2010).
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia
pada binatang. Timbulnya leukemia dipengaruhi antara lain oleh
umur, jenis kelamin, strain virus, faktor imunologik serta ada tidaknya
zat kimia dan sinar radioaktif. Sampai sekarang tidak atau belum
dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia adalah
virus. Walaupun demikian ada beberapa hasil penelitian yang
menyokong teori virus sebagai penyebab leukemia, antara lain
enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam darah penderita
leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalan virus
onkogenik seperti retrovirus tipe-C, yaitu jenis virus RNA yang
menyebabkan leukemia pada binatang (Agung ,2010).
7
C. Patofisiologi
Pada orang normal, tubuh mempunyai tiga jenis sel darah yang
matur:
1. Sel darah merah, yang berfunsi untuk mengangkut O2 masuk ke
dalam tubuh dan mengeluarkan CO2 dari dalam tubuh keluar lewat
paru
2. Sel darah putih, yang berfungsi untuk melawan infeksi dan sebagai
pertahanan tubuh
3. Trombosit, yang befungsi untuk mengontrol faktor pembekuan di
dalam darah
Sel-sel darah yang belum menjadi matur (matang) disebut sel-sel
induk (stem cells) dan blasts. Kebanyakan sel-sel darah menjadi dewasa
didalam sumsum tulang dan kemudian bergerak kedalam pembuluh-
pembuluh darah. Darah yang mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah
dan jantung disebut peripheral blood (Sherwood,2001). Tetapi pada orang
dengan Chronic Myelogenous Leukemia(CML), proses terbentuknya sel
darah terutama sel darah putih di sumsum tulang mengalami kelainan
atau mutasi. Hal ini disebabkan karena kromosom 9 dan kromosom 22
(Hoffbrand, 2005).
Diagnosis CML dapat ditegakkan dengan adanya kromosom
Philadelphia (Ph) yang khas, terdapat pada kromosom 22 yang abnormal.
Terjadinya translokasi t(9;22)(q34;q11) antara kromosom 9 dan 22. Hal ini
diakibatkan dari proses protoonkogen Abelson (ABL) di kromosom 9
dipindahkan pada gen Break Cluster Region (BCR) di kromosom 22 dan
sebaliknya, bagian kromosom 22 pindah ke kromosom 9 (Hoffbrand,
2005).
Gen BCR-ABL pada kromosom Ph menyebabkan proliferasi yang
berlebihan sel induk pluripoten pada system hematopoiesis. Pada klon ini
selain proliferasiny ayang berlebihan, juga dapat bertahan hidup lebih
lama dibandingkan sel nirmal, karena gen BCR-ABL juga bersifat anti-
apoptosis. Dampak kedua mekanisme ini adalah terbentuknya klon-klon
abnormal yang akhirnya mendesak system hematopoiesis yang lainnya
(Fadjari, 2006).
8
D. Klasifikasi
Menurut Victor et al., (2005) leukemia myeloid kronik (CML) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Leukemia myeloid kronik, Ph positif (CML, Ph+) (leukemia granulositik
kronik, CGL).
2) Leukemia mieloid kronik, Ph negative (CML, Ph-)
3) Leukemia myeloid kronik juvenilis
4) Leukemia netrofilik kronik
5) Leukemia eosinofilik
6) Leukemia mielomonositik kronik (CMML) Tetapi, sebagian besar
(>95%) CML tergolong sebagai CML, Ph+ (I Made, 2006).
9
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis CML, menurut I Made (2006) dan Victor et al.,
(2005) tergantung pada fase yang kita jumpai pada penyakit tersebut,
yaitu :
1) Fase kronik terdiri atas :
a. Gejala hiperkatabolik : berat badan menurun, lemah, anoreksia,
berkeringat pada malam hari.
b. Splenomegali hampir selalu ada, sering massif.
c. Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan.
d. Gejala gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh
hiperurikemia akibat pemecahan purin yang berlebihan dapat
menimbulkan masalah.
e. Gangguan penglihatan dan priapismus.
f. Anemia pada fase awal sering tetapi hanya ringan dengan
gambaran pucat, dispneu dan takikardi.
10
F. Pemeriksaan
I Made (2006) memaparkan beberapa pemeriksaan penunjang
untuk CML, yaitu :
1. Darah rutin :
a. Anemia mula-mula ringan menjadi progresif pada fase lanjut (fase
transformasi akut), bersifat normokromik normositer.
b. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 m.
2. Gambaran darah tepi :
a. Leukositosis berat 20.000-50.000/mm3 pada permulaan kemudian
biasanya lebih dari 100.000/mm3.
b. Menunjukkan spectrum lengkap seri granulosit mulai dari
mieloblast sampai netrofil, komponen paling menonjol adalah
segmen netrofil (hipersegmen) dan mielosit. Metamielosit,
promielosit, dan mieloblast juga dijumpai. Sel blast < 5%. Sel
darah merah bernukleus.
c. Jumlah basofil dalam darah meningkat.
d. Trombosit bisa meningkat, normal atau menurun. Pada fase awal
lebih sering meningkat.
11
G. Diagnosis Banding
Pemeriksaan darah tepi dan sumsung tulang merupakan situasi klinis
yang dapat menegakkan diagnosis adanya CML, pada beberapa pasien
CML kadang tidak ditemukan kromosom Ph. Sehingga di butuhkan suatu
standar untuk menegakkan suatu diagnosis.
Diagnosis CML dalam fase akselerasi menurut WHO :
1) Blast 10-19% dari WBC pada darah tepi dan atau dari sel sumsum
tulang berinti.
12
H. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Penatalaksanaan CML tergantung pada fase penyakit, yaitu :
1. Fase Kronik
a. Busulphan (Myleran), dosis : 0,1-0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit
diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit
turun setengahnya. Obat di hentikan jika leukosit 20.000/mm3.
13
atau obat lain (Atul & Victor, 2005; Emmanuel, 2010; Victor et al.,
2005; I Made, 2006)
f. Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell transplantation,
SCT) sebelum usia 50 dari saudara kandung yang HLA-nya cocok
memungkinkan kesembuhan 70% pada fase kronik dan 30% atau
kurang pada fase akselerasi (Atul & Victor, 2005).
2. Fase Akselerasi dan Fase Blast
Terapi untuk fase akselerasi atau transformasi akut sama seperti
leukemia akut, AML atau ALL, dengan penambahan STI 57I
(Gleevec) dapat diberikan. Apabila sudah memasuki kedua fase ini,
sebagian besar pengobatan yang dilakukan tidak dapat
menyembuhkan hanya dapat memperlambat perkembangan penyakit.
(Atul & Victor, 2005; I Made, 2006).
Non-Medikamentosa
Radiasi
Terapi radiasi dengan menggunakan X-Rays dosis tinggi sinar-
sinar tenaga tinggi secara external radiation therapy untuk
menghilangkan gejala-gejala atau sebagian dari terapi yang
diperlukan sebelum transplantasi sumsum tulang (Atul & Victor,
2005).
I. Prognosis
Sekitar 20-30% penderita meninggal dalam waktu 2 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis dan setelah itu sekitar 25% meninggal setiap
tahunnya. Banyak penderita yang bertahan hidup selama 4 tahun atau
lebih setelah penyakitnya terdiagnosis, tetapi pada akhirnya meninggal
pada fase akselerasi atau krisis blast. Angka harapan hidup rata-rata
setelah krisis blast hanya 2 bulan, tetapi kemoterapi kadang bisa
memperpanjang harapan hidup sampai 8-12 bulan (Agung, 2010).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leukemia Myelostik Kronik/CML merupakan leukemia kronik dengan
gejala yang timbul perlahan – lahan dan sel leukemia berasal dari
transformasi sel induk myeloid. CML termasuk kelainan klonal (clonal
disorder) dari pluripotent stem cell dan tergolong sebagai salah satu
kelainan mieloproliferatif (myeloproliferative disorders).
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih detail dalam menjelaskan tentang laporan
diatas dengan sumber sumber yang lebih banyak dan tentu dapat di
pertanggung jawabkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Betz, CL & Sowden, LA. 2002.Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta
: EGC.
Brunner& Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2.
Jakarta : EGC.
ES Jaffe et al.2001.World Health Organization Classification of Tumours. Lyon
, ARC Press,
Fauci, Anthony S.; Kasper, Dennis L. ; Longo, Dan L.; Braunwald,
Eugene;Hauser, Stephen L.; Jameson, J. Larry; Loscalzo, Joseph;. 2008.
Harrison's Principles of Internal Medicine 17th edition. USA: McGraw-hill,
Guyton.1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta :
EGC.
JM Bennett et al: Ann Intern Med 103:620, 1985.Joyce Engel. 1999. Pengkajian
Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Kurnianda, Johan. 2007. Leukimia Mieloblastik Akut dalam buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan FK UI
Price, S A dan Wilson, L M. 2006.Patofisiologi , Konsep klinis proses-proses
penyakit . Jakarta : EGC, .
Whaley’s and Wong. 2001.Clinical Manual of Pediatric Nursing. Edisi 4. USA :
Mosby.