Anda di halaman 1dari 4

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi

perhatian duniakarena angka kematian dan kesakitan akibat kuman


Mycobacterium tuberculosis initinggi.Hingga saat ini, belum ada
satu negara pun yang bebas TB. Indonesia sendiri menempati
peringkat ke-3 setelah India dan Cina yang menjadi negara dengan
kasus TB tertinggi. Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia pada
tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000
diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB
(3,3 juta diantaranya perempuan)(Depkes, 2011).Hal tersebut
dikarenakanTB dapat ditularkan melalui udara (melalui percikan
dahak sang penderita). Ketika penderita TB paru batuk, bersin,
berbicara atau meludah, mereka memercikkan kuman TB paru atau
bacillikeudara. Seseorang dapat terpapar dengan TB paru hanya
dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB (Amindan Asril,
2007).Selain itupenderitadengan status TB BTA (Basil Tahan
Asam) positif dapat menularkan sekurang-kurangnyakepada10-15
orang lain setiap tahunnya. TB merupakanpembunuh nomor satu
diantara penyakit menular dan peringkat 3 dari10penyakit
pembunuh tertinggi di Indonesia, yang menyebabkan sekitar 88.000
kematian setiap tahunnya.(Menkokesra, 2011).Sedangkan pada
klinik rawat jalan,TB menduduki peringkat rata-rata nomor 2 di RS
Umum dan nomor 1 di RS Paruserta klinik. Selain itu,pada
2unit rawat inap di RS Umum, TB menduduki peringkat nomor 7.Di
unit rawat jalan RS Umum, kasus baru TB terhitung sebesar 19%
dari seluruh kasus pernapasan baru. Setiap hari sekitar 300 orang
meninggal karena TBC di Indonesia(Menkokesra,2011).Karena
begitu besarnya kasus TB paru, dalam menanganinya tidak hanya
intervensi medis yang perlu dilakukan, akan tetapi intervensi
keperawatanjuga diperlukan. Penerapan asuhan keperawatan pada
TB paru yang bertujuan menyembuhkan serta mencegah penularan
TB parudapat menurunkan angka mordibitas. Terkait hal tersebut,
RSUD Pandan Arang Boyolali yang merupakan rumah sakit daerah
di Kabupaten Boyolali ikut berkonstribusi dalam penanganan kasus
TB. Hal ini dibuktikan dengan adanya poliklinik khusus paru dan
menjadi rujukan bagi penderita TB di wilayah Boyolali yang
memerlukan penanganan lebih lanjut. Sehingga pasien TB di rawat
jalan dan rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali terhitung
tinggi.Dalam hal ini penulis tertarik menyajikan studi kasus dalam
bentuk karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada
Tn. JDengan Gangguan Sistem Pernapasan: TB Paru di Ruang
Cempaka III RSUD Pandan ArangBoyolali.

1BAB
IPENDAHULUANA.LatarBelakangMasalahTB(tuberculosis)adalahp
enyakit yang disebabkanolehbakteriMycobacterium
tuberculosisdantujuhspesiesmikobakteriterkaitseperti:
Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium
canetti danMycobacterium mungi.
Namuntidaksemuaspesiesinidapatmenyebabkanpenyakitpadamanu
sia. Di AmerikaSerikat, sebagianbesarkasus TB
disebabkanolehMycobacterium tuberculosis. Mycobacterium
tuberculosisjugadisebutbasil tuberkel(Dunlapdkk,2000).Guna
mengurangibertambahnya TB parudanmasalah yang
ditimbulkanolehpenyakit TB paru,perludilakukanpenangananawal
yang dapatdilakukanadalah dilingkungankeluarga. TB
parujugasangatbanyakditemukandiantara orang
miskin,gelandangan,danpenjara.Individuinimemilikisumberdayayan
g terbatasuntukmenjalaniterapi yang
panjangdalamprosespenyembuhan. Di Indonesia, TB
merupakanmasalahutamakesehatanmasyarakat. Jumlahpasien TB
di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di duniasetelah India
danCinadenganjumlahpasiensekitar 10% dari total jumlahpasien TB
didunia. Diperkirakanpadatahun 2004, setiaptahunada 539.000
kasusbarudankematian 101.000 orang.Insidensikasus TB BTA
positifsekitar 110 per 100.000 penduduk(Asti,
2005).Infeksiterjadiketikaseseorangmenghirup droplet yang
mengandung basil tuberkulum yang mencapai alveoli diparu-
paru.Basil
2tuberkuluminitertelanolehmakrofag alveolar; sebagianbesar basil
tersebuthancur.Sebagiankecildapatberkembangbiakpadaintraselule
rdandilepaskanketikamakrofagmati. Jikahidup, basil
inidapatmenyebardengancarasaluranlimfatikataumelaluialirandarah
kejaringan yang lebihjauhdan organ(termasuk area tubuh di
manapenyakit TBC yang paling
mungkinuntukberkembangsepertikelenjargetahbening regional,
puncakparu-paru, ginjal, otak,
dantulang(Griffithdkk,2007).Seseorangdengangangguanpadaparu-
paru,seringmengalamipermasalahansepertibatuk,menghasilkanlebi
hbanyakdahak(sputum) daripadabiasanya, sesaknafas, nyeri dada,
danmenurunnyaekspansithoraks. Permasalahan itu juga dapat
menyebar dengan
carapenyebaranbakterisecarahematogendanIimfogen yang
sangatbersangkutandengandayatahantubuh, jumlahdanvirulensi
basil. TB dapatsembuhspontan,
akantetapibilatidakterdapatsystemimun yang kuat,
penyebaranbakteriiniakanmenimbulkankeadaancukupgawatsepertit
uberculosismilier, meningitis tuberkulosa(Muttaqien,2010).
Rusaknyajaringandannekrosisseringkaliseimbangdengankecepatan
penyembuhandanfibrosis.Jaringan yang
terinfeksiberubahmenjadijaringanparutdanlubang-
lubangnyaterisidengan material nekrotikkaseosa.
Selamamasaaktifpenyakit,
beberapalubanginiikutmasukkedalamsaluranudarabronkhidan
material nekrosis yang mengakibatkanproduksi sputum yang
berlebihanbahkandapatmenyebabkanbatukdarah.ACBT(Active
Cycle Breathing
Technique)adalahsalahsatumodalitaspentinguntukmengurangi
sputum dariparu-paru,mengurangisesaknafas, mencegahinfeksi
dada dan
3mengurangibatuk. ACBT adalahsatu set latihanpernapasan yang
menghilangkandanmenggerakandahakdarisaluran yang
lebihkecilmenujusaluran yang lebihbesar. Berdasarkan sudut
pandang fisioterapi, pasien dengan tuberkulosis parumenimbulkan
berbagai tingkat gangguan yaitu impairmentberupa kesulitan
mengeluarkan sputum, terjadinya perubahan pola
pernafasan,perubahan postur tubuh,spasme otot alat bantu
pernafasan,nyeri dada,sesak nafas,spasme pada otot-otot alat
bantu pernafasan,sedangkan functional limitationmeliputi gangguan
aktivitas sehari-hari karena keluhan-keluhan tersebut di atas dan
pada tingkatdissabiltyyaitu berat badan menjadi menurun,aktivitas
sosial yang biasa dilakukan pundapat terhambat bila tidak segera
dilakukan fisioterapi. Modalitas dari fisioterapi dapat mengurangi
bahkan mengatasi gangguan terutama yang berhubungan dengan
gerak dan fungsi diantaranya memperlancar sirkulasi darah dengan
menggunakan Infrared dan ACBTakan mengurangi atau
menghilangkan sputum dan spasme otot pernapasan,
membersihkan jalan napas, membuat menjadi nyaman, melegakan
saluran pernapasan dan akhirnya batuk pilek dapat
terhentikan(Helmi, 2005). Akhirnya memperbaiki pola fungsi
pernapasan, meningkatkan ketahanan dan kekuatan otot-otot
pernapasan. Dari data dan keterangan diatas, tuberkulosis paru
merupakan masalah dunia serta peran dari fisioterapis sangatlah
berdaya dan tepat guna untuk menangani kasus tersebut, maka
penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai manfaat
pemberian Infra red dan ACBTpada kasus tersebut sehingga
penulis mengambil judul penatalaksanaan Infra reddan ACBTpada
kasus tuberkulosis paru. Selain itu dilapangan sesuai dengan
pengalaman selama
4melakukan praktek klinis di rumah sakit didapatkan banyak pasien
dengan diagnosa tuberkolosis paru yang menjalaniperawatan
dengan keluhan seperti diatas,namun sangat jarang ditemui karya
tulis ilmiah yang membahas kasus dan modalitas inisehingga
penulissangattertarik untuk menggunakan pasien ini sebagai
penulisan karya tulis ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai