DISUSUN OLEH
KELOMPOK XI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penyusunan makalah berjudul
“Penyakit Leukemia dan Haemofilia Pada Anak dan Balita” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun agar pembaca mendapat wawasan serta pengetahuan mengenai
Penyaki Leukimia dan Haemofilia, Penyebab dan tatalaksana. Selain itu makalah ini
dapat membantu mendeteksi secara dini jenis keganasan penyakit Leukemia dan
Haemofilia pada anak.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penyusun meminta kritik dan saran yang membangun. Semoga Makalah berjudul
“Penyakit Leukemia dan Haemofilia Pada Anak dan Balita” ini dapat berguna dan
menambah cakrawala pengetahuan bagi pembaca.
Semarang
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia atau kanker darah adalah salah satu penyakit keganasan
yang sangat ditakuti oleh masyarakat dewasa ini. Menurut World Health
Organization (WHO) jumlah penderita kanker di dunia setiap tahunnya
bertambah sekitar 7 juta orang, dan dua pertiga diantaranya berada di negara-
negara yang sedang berkembang, jika tidak dikendalikan diperkirakan 26 juta
akan menderita kanker dan 17 juta akan meninggal karena kanker pada tahun
2030 (UICC, 2009).
Leukemia merupakan jenis kanker yang paling banyak dijumpai pada
anak. Secara umum, leukemia dibagi atas akut dan kronis. Leukemia akut
dibagi lagi atas limfoblastik dan myeloblastik ( Edi setiawan Tuhuteru, 2011)
Epidemiologi, kejadian leukemia sebesar 3040% dari seluruh
keganasan pada anak. Puncak kejadian terjadi pada usia 2-5 tahun dan angka
kejadian anak di bawah usia 15 tahun rata-rata 4-4,5/100.000 per tahun.1,2
Di RS Kanker ”Dharmais” (RSKD), setiap tahun rata-rata ditemukan 10
kasus baru leukemia akut pada anak dan selalu menduduki urutan pertama
dari 10 jenis kanker terbanyak pada anak. Sementara itu, sejak 2006-2010,
angka kematian leukemia pada fase pengobatan apapun di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan RSKD sebesar 20-30%.3,4 Leukemia
limfoblastik akut sebenarnya merupakan jenis kanker yang potensial untuk
disembuhkan dengan cara kemoterapi.
Selain Leukimia, ada juga penyakit Hemofilia yang menjadi salah
satu penyebab angka kematian balita di Indonesia. Hemofilia itu sendiri
adalah kelompok kelainan pembekuan darah dengan karakteristik sexlinked
resesif dan autosomal resesif (Jurnal Biomedik (JBM) Volume 5 Nomor 2:
Rehabilitasi Medik pada Hemofilia, 2013; hl. 71).
Hemophilia memiliki kejadian sekitar 1:5000 anak laki-laki, dimana
85% dari jumlah tersebut mengalami defisiensi faktor VIII dan 10-15%
lainnya mengalami defisiensi faktor IX. Hemophilia dapat menyerang semua
etnik
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Penyakit Leukimia dan Hemofilia
2. Mengetahui Etiologi dari Penyakit Leukimia dan Hemofilia
3. Mengetahui Patofisiologi Penyakit Leukimia dan Hemofilia
4. Mengetahui penatalaksanaan Penyakit Leukimia dan Hemofilia
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Penyakit Leukimia dan
Hemofilia
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. LEUKIMIA
A. Definisi Leukemia
Dalam tubuh terdapat jenis sel darah yang beredar di dalam darah,
yaitu sel darah merah, trombosit, dan sel darah putih. Ketiganya diproduksi
oleh sel induk di sumsum tulang. Sel induk sumsum tulang akan berkembang
dan tumbuh menjadi sel darah dewasa. Sel darah yang sudah dewasa akan
meninggalkan sumsum tulang dan beredar di dalam darah perifer. Dengan
leukemia, ada pertumbuhan yang tidak normal atau akumulasi sel darah putih
di sumsum tulang dan darah perifer, yang berakibat pada meningkatnya
jumlah sel darah putih (Hospital Authority, 2018)
Leukemia adalah kanker dari sel-sel pembentuk darah, sebagian besar
merupakan kanker dari leukosit, tetapi dapat juga dapat berawal dari sel
darah jenis lain. Leukemia dimulai di sumsum tulang yang merupakan tempat
pembentukan sel-sel darah. Sel-sel darah dengan cepat dilepaskan ke dalam
darah, kemudian dapat ke kelenjar getah bening, limpa, hati, sistem saraf
pusat, dan organ lainnya (American Cancer Society, 2010).
B. Klasifikasi Leukemia
1. Leukemia myeloid akut (AML): kanker sel darah myeloid yang belum
dewasa. Merupakan jenis leukemia yang paling umum terjadi pada orang
dewasa. Tingkat pertumbuhan sel kanker ini biasanya cepat dan
memengaruhi produksi sel darah normal pada awalnya. Pasien biasanya akan
mengalami gejala rendahnya jumlah sel darah (misalnya anemia, infeksi
karena jumlah sel darah putih yang rendah, pendarahan abnormal karena
jumlah trombosit yang rendah).
2. Leukemia Limfoblastik Akut (ALL): kanker sel limfoid yang belum dewasa.
Lebih sering terjadi pada anak-anak dan merupakan leukemia yang paling
umum diderita oleh anak-anak. Presentasinya mirip dengan AML.
Salah satu jenis leukemia yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja
yaitu leukemia limfoblastik akut (LLA) (Lanzkowsky P, 2011).
3. Leukemia myeloid kronis (CML): kanker sel myeloid dewasa yang terkait
dengan kehadiran kromosom Philadelphia. Jenis leukemia ini kebanyakan
terdeteksi pada orang dewasa. Sel kanker berkembang pada tingkatan yang
relatif lambat, penyakit di stadium awal mungkin tidak menunjukkan gejala
apa pun. Pada stadium selanjutnya, pembesaran limpa bisa menyebabkan
sakit perut. Produksi sel darah normal juga bisa terpengaruh, dan
memunculkan gejala-gejala yang tercantum di atas.
II. HEMOFILI
A. Pengertian
Hemofilia adalah kelompok kelainan pembekuan darah dengan
karakteristik sexlinked resesif dan autosomal resesif (Jurnal Biomedik (JBM)
Volume 5 Nomor 2: Rehabilitasi Medik pada Hemofilia, 2013; hl. 71).
B. Fisiologi Pembekuan Darah
Hemostasis adalah pemberhentian dari pendarahan yang disebabkan
oleh pembuluh darah yang cedera. Tubuh dapat melakukan hemostasis dan
menghentikan perdarahan sehari-hari serta juga yang lebih parah lainnya
dengan tiga cara langkah utama yaitu (1) spasme pembulu darah, (2)
pembentukan platelet plug, dan (3) koagulasi darah.2 Koagulasi darah adalah
transformasi darah dari cairan menjadi suatu gel yang solid. Proses koagulasi
ini dapat terjadi melalui jalur ekstrinsik dan intrinsik. Faktor XII, XI, IX, dan
VIII adalah murni dari bagian dari jalur instrinsik sedangkan faktor III dan
VII adalah bagian dari ekstrinsik. Jalur ekstrinsik dan ekstrinsik kemudian
bertemu pada faktor 10 dan kemudian lanjut berjalan sehingga fibrinogen
dapat menjadi fibrin (MEDICINUS Vol. 6 No. 1: Hemofilia,Oktober 2016 –
Januari 2017)
C. Klasifikasi
Hemophilia memiliki kejadian sekitar 1:5000 anak laki-laki, dimana
85% dari jumlah tersebut mengalami defisiensi faktor VIII dan 10-15%
lainnya mengalami defisiensi faktor IX. Hemophilia dapat menyerang semua
etnik.
Hemophilia klasik yang diakibatkan karena adanya mutasi pada gen
faktor VIII atau faktor IX, diklasifikasikan sebagai hemophilia A dan
hemophilia B. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X. Oleh karena
itu, hemophilia adalah kelainan yang X-linked inheritance.
Beratnya penyakit hemophilia dapat diklasifikasikan berdasarkan
level dari faktor VIII dan IX karena level dari faktor-faktor tersebut sangat
berkaitan dengan beratnya gejala perdarahan yang ditimbulkan.
Beratnya perdarahan akibat hemophilia A dapat diprediksi secara
akurat dengan mengukur aktivitas dari residu faktor VIII atau faktor IX di
plasma. Berikut ini adalah interpretasi hasil bila dilakukan pengukuran level
faktor pembekuan darah terhadap nilai normal:
<1% : gejala perdarahan berat (hemophilia berat)
1-5% : hemophilia tingkat sedang (moderate)
5-25% : hemophilia ringan
Sekitar 70% dari semua kasus hemophilia dikategorikan dalam
hemophilia berat. Namun, angka ini mungkin tidak mencerminkan keadaan
sebenarnya karena rata-rata pasien yang datang ke dokter adalah pasien yang
sudah terkena hemophilia berat. Pada tahun 1990, rata-rata umur harapan
hidup seseorang dengan hemophilia adalah 11,3 tahun (Hemostasis And
Thrombosis: Congenital Hemorrhagic Disorders: New Insights into the
Pathophysiology and Treatment of Hemophilia. High Hematology, Jan 2000;
2000: 241).
Hemophilia A merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan
kelainan pada kromosom X yang diturunkan secara resesif dan biasanya
sering terjadi pada anak laki-laki. Sekitar 30% dari semua jumlah pasien
hemophilia mengalami mutasi secara de novo. Semua anak laki-laki dari
seorang ayah yang menderita hemophilia akan normal, sedangkan anak
perempuannya pasti merupakan carrier yang membawa defek pada faktor
VIII. Lalu, anak laki-laki dari seorang carrier akan memiliki kemungkinan
50% menderita hemophilia dan anak perempuannya akan memiliki
kemungkinan 50% menjadi carrier (Williams Hematology. 7th ed, 2006;
115).
Pada beberapa anak perempuan carrier hemophilia A atau B akan
mengalami penurunan level faktor VIII atau IX karena adanya ionisasi pada
kromosom X sehingga menimbulkan gejala perdarahan ringan pada carrier.
Penentuan kadar faktor VIII dan IX pada seorang carrier sangat penting
untuk dilakukan karena hasil dari pengukuran kedua faktor tersebut dapat
digunakan untuk melakukan terapi pada saat seorang carrier akan dilakukan
tindakan bedah atau terdapat gejala perdarahan (Nelson Textbook of
Pediatrics, 2004; hl. 1657-1660)
Hemophilia A pada anak perempuan sangat jarang terjadi, walaupun
pernah dilaporkan adanya kasus hemophilia yang terjadi pada anak
perempuan yang merupakan keturunan dari ayah hemophilia dan ibu carrier.
Hemophilia A mungkin saja terjadi pada anak perempuan yang memiliki
abnormalitas pada kromosom X, misalnya pada syndrome Turner, X
chromosome mosaicism, dan kelainan kromosom X lainnya.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari hemophilia A memiliki kemiripan dengan
manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh hemophilia B. Hemophilia berat
biasanya tampak pada bayi laki-laki atau pada awal masa anak-anak yang
ditandai dengan adanya perdarahan spontan pada persendian, jaringan lunak,
atau di bagian tubuh lainnya. Pasien dengan hemophilia ringan jarang
menunjukkan gejala perdarahan spontan, tetapi perdarahan mungkin mudah
terjadi pada keadaan yang membutuhkan proses hemostatik (misalnya,
tindakan bedah atau trauma). Seorang anak perempuan yang terdiagnosa
sebagai carrier hemophilia biasanya asymptomatic.
Jumlah arthropathy akibat hemophilia dapat dihindari pada pasien
yang telah lama menerima pengobatan profilaksis yaitu dengan
menggunakan terapi konsentrat selama masa anak-anak, mengingat bahwa
arthritis berat dan keterbatasan gerak pada sendi yang diserang tersebut
umumnya terjadi pada usia dewasa yang menerima terapi secara episodik
atau terapi minimal pada saat masih anak-anak dan bila pasien sering
mengalami hemarthrosis yang berulang. Tidak sempurnanya pembentukan
faktor VIII atau faktor IX ditandai dengan adanya perdarahan yang tidak
memberikan hasil (resisten) bila diberikan terapi serta adanya perdarahan
yang baru dan tidak seperti biasanya (CURRENT Medical Diagnosis &
Treatment, 2008).
Baik faktor VIII maupun faktor IX tidak melewati atau menembus
plasenta. Oleh karena itu, gejala yang berupa perdarahan dapat muncul
karena proses persalinan atau pun dapat terjadi pada fetus. Dan biasanya bayi
(neonatus) akan mengalami perdarahan intracranial. Informasi dari keluarga
mengenai adanya riwayat hemophilia dalam keluarga sangat membantu
dokter mendiagnosa lebih awal ada atau tidaknya hemophilia pada bayi.
Kecurigaan adanya hemophilia pada seorang anak yang terlambat didiagnosa
hemophilia saat baru lahir adalah munculnya perdarahan intramuscular,
hemarthroses, dan mudahnya timbul memar saat anak mulai belajar untuk
merangkak atau berjalan. Selain itu, perdarahan akibat luka pada mulut bayi
atau anak hemophilia dapat terjadi selama beberapa jam atau hari dan
biasanya menyebabkan orang tua membawa anaknya tersebut ke dokter
(Nelson Textbook of Pediatrics. 17th, 2004; hl. 1657-1660.
Sekitar 90% anak dengan hemophilia berat akan menunjukkan gejala
perdarahan yang signifikan sampai dengan umur 1 tahun. Perdarahan yang
terjadi akibat adanya hemophilia dapat terjadi di bagian tubuh mana pun,
tetapi gejala yang paling khas untuk hemophilia adalah adanya hemarthrosis.
Perdarahan pada persendian umumnya diakibatkan karena adanya trauma
minor pada daerah sendi tersebut. Namun, meskipun demikian, hemarthroses
dapat juga terjadi secara spontan. Perdarahan di sendi paling sering terjadi
pada daerah pergelangan kaki. Karena sendi pada pergelangan kaki seorang
anak (toddler) masih belum terlalu stabil untuk digunakan pada posisi tegak.
Untuk anak yang sudah besar dan orang dewasa, hemarthrosis sering terjadi
pada sendi di daerah siku dan lutut. Pengenalan adanya perdarahan di sendi
pada seorang anak biasanya setelah timbul bengkak yang hebat dan adanya
akumulasi cairan pada ruang sendi. Ciri khas yang lain dari perdarahan sendi
akibat hemophilia adalah adanya satu sendi yang paling sering mengalami
perdarahan berulang. Perdarahan berulang tersebut, pada akhirnya, akan
terjadi secara spontan akibat adanya perubahan patologis pada sendi tersebut.
Perdarahan intramuscular akibat hemophilia sering terjadi pada otot
iliopsoas.
Perdarahan intramuscular biasanya memiliki gejala sakit dan
pembengkakan yang terlokalisir. Gejala awal adanya perdarahan pada otot
iliopsoas adalah adanya sakit yang tidak terlalu hebat di daerah selangkangan
paha. Pasien akan kehilangan banyak volume darah pada otot iliopsoas dan
akibatnya bisa sampai terjadi shock hypovolemic. Untuk menegakkan
diagnosa adanya perdarahan pada otot iliopsoas adalah ketidakmampuan
anak tersebut untuk melakukan ekstensi pinggul, serta dilengkapi dengan
pemeriksaan ultrasonography atau CT scan.
Yang menjadikan hemophilia sebagai penyakit yang berbahaya
adalah perdarahan yang terjadi pada organ tubuh yang vital atau karena
hilangnya darah dalam jumlah besar (misalnya perdarahan pada otot
iliopsoas, gastrointestinal, atau perdarahan external). Terapi secepatnya
dengan menggunakan konsentrat faktor pembekuan darah menjadi sangat
penting dalam upaya untuk menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh
penyakit hemophilia. Terapi konsentrat ini bertujuan untuk menaikkan kadar
atau level dari faktor pembekuan sampai pada jumlah yang normal (100 U/dL
atau 100%). Bila seorang anak dengan hemophilia mengalami perdarahan
intracranial, maka terapi konsentrat dapat diberikan setelah anak tersebut
selesai dilakukan pemeriksaan radiologi. Anak dengan hemophilia ringan,
yang memiliki kadar atau level dari faktor VIII atau IX lebih besar dari 5
U/dL, akan jarang dijumpai perdarahan spontan. Namun, akan mengalami
perdarahan yang sukar hilang, misalnya setelah mengalami ekstraksi gigi,
tindakan operasi, dan jejas akibat trauma yang cukup berat.
Anak dengan hemophilia ringan, yang memiliki kadar atau level dari
faktor VIII atau IX lebih besar dari 5 U/dL, akan jarang dijumpai perdarahan
spontan. Namun, akan mengalami perdarahan yang sukar hilang, misalnya
setelah mengalami ekstraksi gigi, tindakan operasi, dan jejas akibat trauma
yang cukup berat.
E. Faktor Predisposisi
Menurut Jurnal Biomedik (JBM) Volume 5 Nomor 2: Rehabilitasi Medik
pada Hemofilia (2013) faktor predisposisi hemofilia yaitu:
1. Periode neonatal
Periode neonatal ialah rentang waktu sejak kelahiran sampai 28 hari
post natal. Perdarahan intrakranial (intracranial hemorrhage, ICH)
biasanya merupakan tanda pertama yang dapat ditemukan pada
periode ini. Riwayat hemofilia dalam keluarga merupakan hal penting
dalam menentukan teknik persalinan untuk mengurangi risiko trauma
persalinan.
2. Periode infant, toddler dan child
Periode infant dimulai setelah neonatal sampai usia 1 tahun,
kemudian beralih ke periode toddler sampai usia 2 tahun, selanjutnya
periode child sampai usia 10 tahun. Pada periode infant dan toddler,
risiko terjadinya perdarahan menjadi lebih tinggi seiring dengan
perkembangan dan pertumbuhan bayi yaitu mulai belajar untuk
duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari. Hematom dan
hemartrosis mulai ditemukan pada periode ini. Selain itu, pemberian
imunisasi juga memerlukan perhatian khusus karena imunisasi
biasanya diberikan secara intramuskular.
3. Periode adolescent dan adult
Periode adolescent ialah rentang waktu usia 10-19 tahun, dan
selanjutnya adult sampai usia 64 tahun. Pada periode adolescent,
amigdala yang bertanggung jawab terhadap perilaku instingtual
berkembang pesat sedangkan lobus frontal yang berfungsi dalam
reasoning, yaitu perilaku untuk berpikir dahulu sebelum bertindak
belum berkembang sempurna. Olah raga dan permainan yang
memacu adrenalin biasanya menjadi bagian dari kehidupan anak yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan baik internal
maupun eksternal. Pada periode adult, fungsi lobus frontalis dalam
hal reasoning sudah berkembang baik. Pasien hemofilia sudah cukup
dewasa untuk menyesuaikan diri sehingga umumnya risiko terjadinya
perdarahan atau komplikasi lainnya dapat dihindari.
F. Terapi
Terapi terbaik apabila seorang anak telah didiagnosa mengidap
penyakit hemophilia adalah dengan melakukan pencegahan terjadinya suatu
trauma pada anak tersebut, tetapi gejala perdarahan mungkin saja dapat
terjadi tanpa di dahului dengan adanya trauma. Pencegahan dini juga dapat
dilakukan dari bidang psikososial, khususnya bagi orang tua dan keluarga
pasien. Aspirin dan berbagai obat NSAID yang dapat mempengaruhi kerja
trombosit sebaiknya dihindari oleh pasien hemophilia. Walaupun terapi
dengan menggunakan produk rekombinan dapat menghindari pasien dari
penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat transfusi, sang anak yang
mengidap hemophilia tetap harus diberikan vaksinasi terhadap hepatitis B.
Vaksinasi ini dilakukan pada masa neonatus. Pasien sebaiknya melakukan tes
screening secara periodik terhadap hepatitis dan kelainan-kelainan fungsi
hati.
1. Terapi Pengganti (Replacement Therapy)
Saat perdarahan terjadi, hal pertama yang harus dipikirkan
adalah menaikkan level dari faktor VIII atau faktor IX sehingga
mencapai keadaan hemostatik (35-40 U/dL). Dalam kasus yang
mengancam jiwa pasien atau terjadi perdarahan hebat, maka faktor
VIII atau IX dapat dinaikkan sampai 100 U/dL (100%).
Dengan tersedianya produk rekombinan sebagai terapi
pengganti, maka pengobatan profilaksis direkomendasikan untuk
sebagian besar anak-anak yang menderita hemophilia berat untuk
menghindari terjadinya perdarahan spontan dan kelainan sendi.
Penggunaan profilaksis menunjukkan hasil yang mengagumkan
dalam mencegah terjadinya penyakit sendi yang kronis. Apabila
pasien tersebut sudah memiliki „sendi target‟ (target joint), maka
profilaksis lini kedua dapat digunakan. Berikut ini adalah kalkulasi
atau penghitungan dosis rekombinan faktor VIII atau rekombinan
faktor IX:
Terapi Hemofilia
Tipe Perdarahan Hemofilia A Hemofilia B
Hemarthrosis konsentrat faktor VIII konsentrat faktor VIII
20- 40 U/kg; 15 U/kg 20- 40 U/kg; 15 U/kg
jika sudah pernah jika sudah pernah
dirawat. Ulangi dosis dirawat. Ulangi dosis
tersebut setiap hari tersebut setiap hari
sampai fungsi sendi sampai fungsi sendi
kembali ke normal. kembali ke normal.
Pertimbangkan untuk Pertimbangkan untuk
menggunakan terapi menggunakan terapi
tambahan pada hari tambahan pada hari
ke 7- 10. ke 7- 10.
Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan penggunaan
profilaksis. profilaksis.
Hematoma pada 20 U/kg konsentrat 40 U/kg konsentrat
otot faktor VIII; teruskan faktor IX; terapi
dan jaringan terapi setiap hari dilakukan selama 2-3
subkutan sampai perdarahan hari sampai sembuh
hilang
Mulut, gigi desidua, 20 U/kg konsentrat 40 U/kg konsentrat
atau ekstraksi gigi faktor VIII; terapi faktor IX; terapi
antifibrinolitik; buang antifibrinolitik; buang
gigi desidua yang gigi desidua yang
longgar longgar
A. Kesimpulan
1. Leukemia adalah kanker dari sel-sel pembentuk darah, sebagian besar
merupakan kanker dari leukosit, tetapi dapat juga dapat berawal dari
sel darah jenis lain. Leukemia dimulai di sumsum tulang yang
merupakan tempat pembentukan sel-sel darah, ada 2 factor penyebab
dari penyakit Leukimia yaitu Host dan Agent. Menurut presentasi
klinis, leukemia bisa diklasifikasikan secara luas menjadi leukemia
akut dan kronis. Therapy dari Leukimia antara lain Kemoterapi
Radioterapi, Transplantasi Sumsum Tulang, Terapi fisik,Terapi
okupasi
2. Hemofilia adalah kelompok kelainan pembekuan darah dengan
karakteristik sexlinked resesif dan autosomal resesif .Hemophilia
memiliki kejadian sekitar 1:5000 anak laki-laki, dimana 85% dari
jumlah tersebut mengalami defisiensi faktor VIII dan 10-15% lainnya
mengalami defisiensi faktor IX. Beratnya penyakit hemophilia dapat
diklasifikasikan berdasarkan level dari faktor VIII dan IX karena level
dari faktor-faktor tersebut sangat berkaitan dengan beratnya gejala
perdarahan yang ditimbulkan, Yang menjadikan hemophilia sebagai
penyakit yang berbahaya adalah perdarahan yang terjadi pada organ
tubuh yang vital atau karena hilangnya darah dalam jumlah besar
(misalnya perdarahan pada otot iliopsoas, gastrointestinal, atau
perdarahan external.Terapi terbaik apabila seorang anak telah
didiagnosa mengidap penyakit hemophilia adalah dengan melakukan
pencegahan terjadinya suatu trauma pada anak tersebut
B. Saran
1. Untuk menghindari leukimia harus melakukan deteksi dini dan ketika
sudah ada gejala-gejala segera periksakan ke dokter Cara mencegah
Penyakit Leukimia yaitu dengan mengonsumsi vitamin A dan C, buah
maupun sayuran yang kaya akan serat.''
2. Dengan riwayat keluarga ada yang menderita penyakit
hemophilia,probabilitas anak tersebut menderita hemophilia banding
anak tersebut normal adalah 50% : 50%. Disarankan bagi anak
tersebut terlebih dahulu menjalankan pemeriksaan kadar faktornya
untuk mengetahui jenis dan tingkat hemophilia.
DAFTAR PUSTAKA
Childhood leukemia overview – American Cancer Society. 2010 [cited 2013 Feb
20];p. 2-14. Available from:
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003044-
pdfdiakses pada tanggal 16 Agustus 2018 pukul 15.10 WIB
James, Joyce, Colin Baker & Helen Swain. 2008. Prinsip-prinsip Sains untuk
Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Leather HL, Poon BB. Acute leukemias. In: Dipiro JT, editor. Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach (Seventh Edition). New York: The McGraw-Hill
Companies Inc., 2008; p. 2260-5.
Nuriawati, Aisyah Putri. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukemia.
Semarang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
O’Brien JC. Play and playfulness. In: Solomon JW, O’Brien JC, editors. Pediatric
Skills for Occupational Therapy Assistants. St. Louis: Mosby Elsevier, 2006;
p. 323-7.
Yoshua, Vincentinus dan Engeline Angliadi. 2013. Jurnal Biomedik (JBM) Volume
5 Nomor 2: Rehabilitasi Medik pada Hemofilia. Manado: Universitas Sam
Ratulangi.