Anda di halaman 1dari 23

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN

LEUKIMIA

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
Ahda Wati Sindolo
Ansar
Desran Kuroru

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO


(STIKES)
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Leukemia”.

Pada kesempatan kali ini kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
ibu Tasnim Mahmud, S.Kep.,Ns.M.M selaku dosen pada mata kuliah Keperawatan Anak
yang telah memberikan tugas.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan. Namun demikian, kami telah berusaha semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas kelompok ini dapat lebih bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................................

1. Definisi Leukimia......................................................................................................
2. Etiologi Leukimia......................................................................................................
3. Patofisiologi Leukimia...............................................................................................
4. Manifestasi Leukimia.................................................................................................
5. Pemeriksaan Diagnostik Leukimia............................................................................
6. Pengobatan Leukimia.................................................................................................

BAB III KONSEP DAN ASUHAN KEPERWAAN............................................................

1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Analisa data
4. Intervensi keperawatan

BAB IV PENUTUP...............................................................................................................

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

i. Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk
mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang
normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari
cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah. Kelompok
sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping-
keping darah. Sel-sel darah tersebut dibuat di sumsum tulang, di ruang medula
tulang. Proses pembentukan sel-sel darah disebut dengan hematopoiesis.

Orang dewasa memiliki sumsum yang digunakan untuk pembentukan sel


berupa sumsum tulang merah yang terbatas pada tulang anggota tubuh dan
tengkorak. Meskipun disebut sumsum tulang merah, tempat tersebut membuat sel
darah merah maupun sel darah putih. putih. Sumsum di tulang anggota anggota
badan, tulang-tulang tulang-tulang panjang panjang dari tubuh, adalah dalam
bentuk bentuk sumsum lemak kuning, kuning, yang merupakan merupakan
cadangan cadangan dan tidak aktif berhubungan berhubungan dengan pembuatan
sel-sel darah. Akan tetapi, dapat berubah menjadi sumsum tulang merah bilamana
terdapat kekurangan darah (Green, 2009).

ii. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Leukimia?
2. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Leukimia
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi Leukimia

Jumlah sel darah putih/leukosit normal pada tubuh kita bekisar antara 4500
– 11.000/µL (Cui, 2011). Menurut Mescher pada tahun (2011), jumlah leukosit yang terdapat
di dalam tubuh dewasa normal berada pada rentang 6000 – 11.000/µL. Jumlah leukosit
bervariasi sesuai umur (Bloom & Fawcett, 2002). Leukemia merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih.

Leukemia juga bisa didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses


neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan si induk
hematopoietik (Handayani & Haribowo, 2008). Menurut Wong dkk pada tahun (2009),
leukemia adalah sekelompok penyakit ganas pada sumsum tulang belakang dan sistem
limfatik yang ditandai dengan proliferasi tanpa batas sel darah putih yang abnormal dan
imatur (Dona & Wong, 2009).

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa leukemia merupakan suatu penyakit
dimana produksi sel darah putih sangat berlebihan melebihi jumlah leukosit normal di dalam
tubuh yang bersifat abnormal dan imatur. Sel-sel ini menghambat semua sel lain di sumsum
tulang untuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang.
Karena hal tersebut, leukemia disebut suatu gangguan akumulatif sekaligus gangguan klonal.
Akhirnya sel-sel leukemik mengambil alih sumsum tulang dan ini menyebabkan kadar sel-sel
nonleukemik di dalam darah menurun. Adapun klasifikasi leukemia dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a) Leukemia Akut
Leukemia akut merupakan proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan, serta
dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian
(Handayani & Haribowo, 2008). Menurut Mefta & Hoffbrand pada tahun (2008),
leukemia akut adalah suatu gangguan suatu gangguan maligna dimana sel blast hemo
maligna dimana sel blast hemopoetik terdapat sebany poetik terdapat sebanyak lebih
dari 20% ak lebih dari 20% dari sel sumsum tulang. Sel primitif biasanya juga
berakumulasi dalam darah, menginfiltrasi jaringan lain, dan menyebabkan gagal
sumsum tulang. Leukemia akut menurut klasifikasi FAB (French-American-British)
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Leukemia Mieloblastik Akut/ Acute Myeloid Leukemia ( LMA /AML)
Leukemia mieloblastik akut adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
myeloid (Sudoyo dkk, 2009).
Leukemia mieloblastik akut (LMA) merupakan leukemia yang mengenai sel
stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA
merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. Menurut
klasifikasi FAB (French-American-British) LMA dibagi menjadi enam jenis,
yaitu:
M1 :Leukemia mieloblastik tanpa pematangan;
M2 :Leukemia mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan;
M3 :Leukemia promielositik hipergranular;
M4 :Leukemia mielomonosit
M5 :Leukemia monoblastic
M6 :Eritroleukemia (Handayani & Haribowo, 2008).

2. Leukemia Limfoblastik Akut/ Acute Lymphoblastic Leukemia ( LLA /ALL)


LLA adalah keganasan klonal dari sel-sel prekursor limfoid. Lebih dari 80%
kasus, sel-sel ganas berasal dari limfosit B, dan sisanya merupakan leukemia
sel T. Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak pada
anak-anak. Walaupun demikian, 20% dari kasus LLA adalah dewasa (Sudoyo
dkk, 2009). Klasifikasi LLA adalah sebagai berikut:
1) Secara morfologis, menurut FAB (French, British, and American) LLA
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
i. L1 : LLA dengan sel limfoblast kecil-kecil, neukleoli yang
tidak jelas, dan merupakan 84% dari LLA, biasan dan
merupakan 84% dari LLA, biasanya ditemukan pada ya
ditemukan pada anak-anak
ii. L2 : sel lebih besar, inti ireguler, kromatin bergumpal, nukleoli
jelas, dan sitoplasma agak banyak, merupakan 14% dari LLA,
biasanya terjadi pada orang dewasa
iii. L3 : tipe ini memiliki sitoplasma basofil dengan banyak
vakuola, dan hanya merupakan 1% dari hanya merupakan 1%
dari LLA.
2) Secara imunofenotipe LLA dapat dibagi menjadi empat golongan besar
yaitu sebagai berikut:
i. Common ALL, frekuensi relatif pada anak-anak 76% dan
dewasa 51%. 8
ii. Null ALL, frekuensi relatif pada anak-anak 12% dan dewasa
38%.
iii. T-ALL, frekuensi relatif pada anak-anak 12% dan dewasa 10%.
iv. B-ALL, frekuensi relatif pada anak-anak 1% dan dewasa 2%
(Handayani & Haribowo, 2008).

b) Leukemia Kronik
kronik memiliki sel darah yang abnormal masih dapat berfungsi, dan orang
dengan leukemia jenis ini mungkin tidak menunjukkan gejala. Perlahan-
lahan,leukemia kronik memburuk dan mulai menunjukkan gejala ketika sel leukemia
bertambah banyak dan produksi sel normal berkurang. Pada stadium dini leukemia
kronik, sel leukemia dapat berfungsi hampir seperti sel normal.

1. Leukemia Myeloid Kronik (LMK)


Leukemia myeloid kronik merupakan leukemia yang pertama
ditemukan serta diketahui patogenesisnya. Pada tahun 1960 Nowell dan
Hungerford menemukan kelainan kromosom yang selalu sama pada pasien
LMK, yaitu 22q atau hilangnya sebagian lengan panjang dari kromosom 22,
yang saat ini kita kenal sebagai kromosom Philadelphia (Ph). Selanjutnya di
tahun 1973 Rowle menemukan bahwa kromosom Ph terbentuk akibat adanya
translokasi resiprokal antara lengan panjang kromosom 9 dan 22.
Dengan kemajuan di bidang biologi molekular, pada tahun 1980
diketahui bahwa pada kromosom 22 yang mengalami pemendekan tadi,
ternyata didapatkan adanya gabungan antara gen yang ada di lengan panjang
kromosom 9 yakni ABL ( Abelson) dengan gen BCR ( Break Cluster Cluster
Region) yang terletak di lengan panjang kromosom 22. Gabungan kedua gen
ini sering ditulis sebagai BCRABL diduga kuat sebagai penyebab utama
terjadinya kelainan proliferasi dari seri granulosit tanpa gangguan diferensiasi
sehingga pada apusan darah tepi kita dapat dengan mudah melihat tingkatan
diferensiasi seri granulosit pada pasien LMK (Sudoyo dkk, 2009).
2. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia limfositik kronik adalah suatu keganasan hematologik yang
ditandai oleh proliferasi klonal dan penumpukan limfosit B neoplastik dalam
darah, sumsum tulang, limfonodi, limpa, hati, dan organ-organ lainnya. LLK
ini masuk dalam kelainan limfoproliferatif. Tanda-tandanya meliputi
limfositosis, limfadenopati, dan splenomegali. Kebanyakan LLK (95%) adalah
neoplasma sel B, sisanya neoplasma sel T (Sudoyo dkk, 2009).
Menurut RAI, LLK terbagi menjadi 5 stadium yaitu: O (Limfositosis
darah tepi dan sumsum tulang), I (Limfositosis + pembesaran limfonodi), II
(Limfositosis + splenomegali/hepatomegali), III (Limfositosis + anemia, Hb
kurang dari 11 gram/dL), IV (Limfositosis + trombositopenia, trombosit
kurang dari 100.000/uL). Sedangkan menurut Binet, LLK terbagi menjadi 3
stadium yaitu: A (Limfositosis darah tepi dan sumsum tulang +), B (kurang
dari 3 daerah limfoid yang membesar, Limfositosis darah tepi, dan sumsum
tulang +), C (≥3 daerah limfoid yang membesar, stadium B + anemia, Hb
kurang dari 11 g/dL pada pria dan kurang dari 10 gr/dL pada perempuan atau
trombositopenia (kurang dari 100.000/µL). Pasien dengan LLK dapat
menunjukkan berbagai komplikasi akibat progresivitas penyakitnya.
a) Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi dan penyebab utama kematian.
S. pneumoniae, S. aureus, dan H. influenza influenza merupakan
organism yang sering dijumpai pada pasien LLK yang tidak diberikan
pasien LLK yang tidak diberikan terapi imunosupres terapi
imunosupresi.
b) Hipogamaglobulinemia
Hal ini dijumpai lebih dari 66% pasien akhir penyakit ini.
Semua kelas immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM) biasanya menurun,
meskipun juga dijumpai hanya satu atau dua i hanya satu atau dua
immunoglobulin saja yang turun. mmunoglobulin saja yang turun.
c) Transform
Transformasi Menjadi Keganasan Limfoid asi Menjadi
Keganasan Limfoid yang Agresif yang Agresif Transformasi ini
terjadi sekitar 10 – 15%. Yang paling sering adalah sindroma Ritcher
(5%) dan leukemia prolimfositik. Pasien dengan sindroma Ritcher
(limfoma sel besar) sering didapatkan limfadenopati dan
hepatosplenomegali yang progresif, demam, nyeri abdomen,
penurunan berat badan, anemia, dan trombositopenia progresif.
Komplikasi Akibat Penyakit Autoimun Komplikasi terjadi jika
terdapat tes anti globulin direct yang positif (Coomb’s Test ), anemia
hemolitik, trombositopenia, neutropenia, dan aplasia sel darah merah
murni (Sudoyo dkk, 2009).

2. Etiologi Leukimia
Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti,akan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia,yaitu
a. Neoplasma
Ada persamaan antara leukemia dengan penyakit neoplastik lain,
misalnya poliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan
infiltrasi organ. lebih dari itu, kelainan sumsum kronis lain dapat berubah bentuk
yang akhirnya menjadi leukemia akut.
b. Radiasi
hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani
kasus leukemia bahwa para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia.
Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia, leukemia
ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom & iroshima dan Nagasaki,
jepang.
c. Leukemogenik
berapa zat kimia dilaporkan telah di identifikasi dapat mempengaruhi frekuensi
leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia industri
seperti insektisida, obat - obatan yang digunakan untuk kemoterapi.
d. Heredeter
Penderita down syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20x lebih besar dari
orang normal.
e. Virus
Beberapa jenis virus menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen dan dapat
menyebabkan leukemia, seperti HTLV-1(T-cell leukemia lymphoma virus).
f. Obat : Obat-obat imunosupresif, obat kersinogenik seperti diethylstilbestrol.
3. Patofisiologi Leukimia

Leukemia adalah satu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang bersifat


irrefersible dari sel induk darah dan pertumbuhannya dimulai dari mana sel itu berasal.
berbagai akibat dari proliferasi sel abnormal tersebut maka akan terjadi kompetisi
metabolik yang akan menyebabkan anemia dan trombositopenia. apabila proliferasi sel
terjadi di limfa maka akan membesar sehingga dapat terjadi Hipersplenisme. Pada
leukemia yang disertai Splenomegali sering terjadi komplikasi hemolisis.

Pada leukemia akut heparlien dan kelenjar getah bening membesar secara cepat,
keluhan nyeri akibat regangan kapsel organ tersebut menjadi jelas.Infiltrasi ke otak
menyebabkan keluhan sakit kepala dan infiltrasi ke tulang menyebabkan fraktur spontan.
Infiltrasi ke gusi menimbulkan hipertrofi gusi dan sering disertai pendarahan gusi.

Limfadenopati dapat menyertai leukemia dan apabila kelompokkan pembesaran


kelenjar ini menekan pembuluh darahvdan pembuluh getah bening, maka akan terjadi
edema lokal.Infiltrasi ke paru menyebabkan batuk dan sesak, pembesaran kelenjar getah
bening di abdomen dapat menyebabkan keluhan rasa tidak enak di perut, dan rasa cepat
kenyang. Infiltrasi ke ginjal dapat menyebabkan hematuria dan gagal ginjal. keluhan
akibat adanya anemia lemah badan dan cepat Lelah, Trombositopenia menimbulkan
pendarahan baik dari kulit danselaput lendir.

4. ManifestasiKlinik Leukimia
Gejala leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita,namun
demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
 Anemia
Penderita cepat lelah, pucat mendadak, demam dan bernafas cepat (sel darah
merah dibawah normal menyebabkan oxygen tubuh kurang, akibatnya penderita
bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam
tubuh).
 Perdarahan
ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak diproduksi dengan ajar
karenadidominasi oleh leukosit, maka penderita mengalami perdarahan
dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit). Perdarahan
dapat berupa ekimosis, petekie, epistaksis, perdarahan gusi dan sebagainya.
Perdarahan biasanya disertai dengan splenomegali, hepatomegali,
sertalimfadenopatia.

 Mudah Terserang Infeksi


sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan
penyakit infeksi. Pada penderita leukemia, leukosit yang terbentuk tidak normal
sehingga tidak berfungsi semestinya. akibatnya tubuh si penderita rentan terkena
infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan
adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler)dan batuk.
 Nyeri Tulang dan Persendian
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow)
terdesak padat oleh sel darah putih. gejala ini sering disalah artikan
sebagai penyakit reumatik.
 Nyeri Perut
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang
menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah
nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita
leukemia.
 Pembengkakan kelenjar Lympa
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa,
baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. kelenjar lympa bertugas
menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan.
 Kesulitan Bernafas Dyspnea
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada,
apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.
 Berat badan turun drastis
Anak yang menderita leukemia akan mengalami anoreksia sehingga
berat badannya turun dengan drastis.
5. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan darah tepi terdapat leukosit yang imatur.
Berdasarkan pada kelainan sum sum tulang yaitu berupa pansitopenia,
limfositosis, dan terdapatnya sel blas (sel muda beranak inti). sel blas
merupakan gejala patognomonik untuk leukemia.
o Pemeriksaan sum sum tulang
Pemeriksaan sum sum tulang memberikan gambaran monoton,yaitu hanya
terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan system lain terdesak (aplasia
sekunder). dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu aspirasi (yang diambil hanya
sum sum tulang) dan biopsy (mengangkat sepotong kecil tulang dan sumsum
tulang). biopsi adalah cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel leukemia
ada di sumsum tulang. Hal ini memerlukan anestesi lokal. sum - sum tulang
diambil dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya.
b. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan terhadap pembengkakan kelenjar getah bening,
limpa, atau hati.
c. Pemeriksaan Darah
d. Sitogenetik
Laboratorium akan meneliti kromosom dari sampel sel darah,sumsum tulang, atau
kelenjar getah bening. jika kromosom abnormal ditemukan, tes dapat
menunjukkan jenis leukemia yang dimiliki.
e. Biobsy lympa
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, Ras dan
granulosit.
f. Kimia Darah
Pada penderita leukemia, kolesterol rendah, asam urat meningkat,
hipogamaglobulinemia.
g. Lumbal Fungsi
Bila terjadi peninggian sel patologis, maka hal ini berrati terjadi leukemia
meningeal. bentuk mencegahnya dilakukan lumbal pungsi pada penderita.h
h. Spinal Tap
Dengan mengambil beberapa cairan cerebrospinal. Prosedur ini memakan waktu
sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal.laboratorium akan
memeriksa cairan untuk meneliti adanya sel-sel leukemia atau tanda-tanda lain
dari masalah.
6. Pengobatan Leukimia
1. Induksi remisi : Tujuan dari terapi induksi remisi adalah mencapai remisi komplit
hematologik sehingga hematopoiesis dapat kembali normal.
2. Terapi post-remisi
o Terapi untuk sanctuary sanctuary phase (membasmi sel leukemia yang
bersembunyi dalam SSP dan testis)
o Terapi intensifikasi/konsolidasi: pemberian regimen non-cross resistant
terhadap regimen induksi remisi yang bertujuan untuk mencegah relaps dan
juga timbulnya sel yang resisten obat
o Terapi pemeliharaan (maintenance): umumnya digunakan 6 mercaptopurine
(6 MP) per oral, diberikan selama 2-3 tahun dengan diselingi terapi
konsolidasi.
o Konsolidasi yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memper banyak diri lagi.
o Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi
yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian titostatika separuh dosis
biasa.
3. Imunoterapi : BCG diberikan 2 minggu setelah VCR kedua pada
reinduksi pertama. Dosis 0,6 ml intrakutan, diberikan pada 3 tempat masing-
masing 0,2 ml. Suntikan BCG diberikan 3 kali dengan interval 4 minggu.
selama pengobatan ini, obat-obat rumah diteruskan.
BAB III
KONSEP DAN ASUHAN KEPARAWATAN PADA
KASUS LEUKIMIA

Tinjauan Kasus
Tn. Z berusia 27 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan demam, lemah, tidak
bertenaga bertenaga dan nafsu makan menurun menurun disertai disertai mual dan muntah.
muntah. Keluhan Keluhan tersebut tersebut dirasakan dirasakan sejak 5 bulan terakhir
sebelum masuk rumah sakit, akhir-akhir ini sering disertai dengan suka pingsan. pingsan.
Saat pemeriksaan, pemeriksaan, didapatkan didapatkan kondisi kondisi klien pucat,
konjungtiva konjungtiva anemis, anemis, lemah, pusing, pusing, berkunang berkunang saat
berdiri, berdiri, nafsu makan menurun, menurun, pada palpasi palpasi abdomen abdomen
terdapat terdapat hepatomegali dan splenomegali, turgor kulit buruk. Hasil pemeriksaan TTV
dan laboratorium didapatkan, TD: 110/70 mmHg, N: didapatkan, TD: 110/70 mmHg, N:
108x/i, S 108x/i, S : 38,50 C, RR: 18x/i, Hb: 9,3 g/dL (N: 13,5-17,5 g/dL), Leukosit:
24000/mm3 (6000-11000/mm3 ), Trombosit: 100.000 (150.000- 400.000/mm3 ).

1. Pengkajian
a. Data Subjektif
 Klien mengatakan badannya terasa lemah
 Klien mengatakan tidak nafsu makan
 Klien mengatakan mual dan muntah
 Kilen mengatakan pusing
 Klien mengatakan berkunang saat berdiri
b. Data Objektif
 Klien terlihat pucat, konjungtiva anemis, lemah, pusing, berkunang saat berdiri,
dan nafsu makan menurun
 Pada palpasi abdomen terdapat hepatomegali dan splenomegali, turgor kulit buruk
 Tanda-tanda vital dan laboratorium didapatkan
TD : 110/70 mmHg
N : 108x/I
S : 38,50 C
RR : 18x/meni
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 9,3 g/dL
(N : 13,5-17,5 g/dL),
Leukosit : 24000/mm3 (6000- 11000/mm3 )
Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3 ).

c. Aktivitas
Gejala :Kelelahan, malaise, kelemahan. ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
seperti biasanya.
Tanda :Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
d. Sirkulasi
Gejala :Palpitasi
Tanda :Takikardia, murmur jantung. Kulit, membran mukosa pucat. Defisit saraf
kranial dan/atau tanda perdarahan serebral.
e. Eliminasi
Gejala : Diare; nyeri tekan perinari, nyeri.
f. Integritas Ego
Gejala : Perasaan tak berdaya ada harapan harapan
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung.
tersinggung.
g. Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, penurunan berat badan,
faringitis, disfagia.
Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus. Splenomegali, hepatomegaly
ikterik. Stomatitis, ulkus mulut.
h. Neurosensori
Gejala : Kurang/penurunan koordinasi. Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi
kurang konsentrasi. Pusing, kebas, kesemutan, parastesia.
Tanda :Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
i. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram
otot. Tanda : Perilaku Perilaku berhati-hati/distraksi, berhati-hati/distraksi, gelisah,
gelisah,
fokus pada diri sendiri.

j. Pernapasan
Gejala : Napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda : Dispnea, takipnea, batuk, gemericik, ronki, pernapasan bunyi napas.
k. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh Gangguan pengelihatan/kerusakan
Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan, retinal, perdarahan gusi
atau epistaksis.
l. Seksualitas
Gejala : Perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia. Impoten.
m. Penyuluhan
Gejala : Riwayat terpapar pada kimiawi.

2. Diagnosa Keprawatan
a) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia, dan efek toksik obat kemoterapi.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia.
c) Risiko tinggi penurunan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
d) Gangguan integritas kulit: alopesia yang berhubungan dengan efek toksik
kemoterapi
3. Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
DS: - Klien mengatakan mengatakan Proliferasi sel kanker Gangguan nutrisi
badannya badannya terasa lemah. kurang dari
Sel kanker
- Klien mengatakan tidak nafsu bersaing dengan sel normal kebutuhan tubuh
untuk
makan.
mendapatkmendapatkan
- Klien mengatakan mual dan muntah. nutrisi
Defisit Nutrisi
DO:
- Klien tampak gelisah. Infiltrasi
- Klien tampak pucat
Sel normal
dan lemah. diganti dengan sel kanker
- Turgor kulit jelek.
Infiltrasi
- Mukosa bibir kering. Ekstramedular (Limpa &
- BB awal 55 kg. Hati)
- BB sekarang 49 kg. Splenomegali & He
- TB 160 cm. atomeali
- Hepatomegali
- Splenomegali
Mendesak Lambung
- S: 38,50 C Anoreksia, mual dan
- Hb: 9,3 g/dL muntah
- Leukosit: 24000/mm3
2 DS: Proliferasi sel kanker Intoleransi
-Klien mengatakan mengatakan Aktivitas
pusing. pusing. Sel kanker bersaing
-Klien mengatakan badannya lemah. dengan sel normal untuk
-Klien mengatakan berkunang saat mendapatk mendapatkan
berdiri. nutrisi
-Klien mengatakan mengalami tanda-
tanda ini sejak 5 bulan terakhir. Infiltrasi
DO:
-Klien tampak lemah. Sel normal diganti dengan
-Klien tampak pucat. sel kanker
-Klien tampak anemis.
-Aktivitas klien tampak dibantu. Akumulasi sel darah putih
-HB 9,3 g/dL sumsum tulang
-S: 38,50 C
-Leukosit 24000/mm3. Eritrosit

Anemia

Sel kekuranga
kekurangan oksigen dan
nutrisi

Intoleransi Aktivitas

4. Intervensi keparawatan
No Diagnosa Kriteria hasil dan Intervensi
Keperawatan tujuan
1 Gangguan nutrisi Tujuan: 1.Sesuaikan diet sebelum dan
kurang dari kebutuhan Mengurangi mual dan sesudah pemberian pemberian

tubuh berhubungan muntah Kriteria Hasil: obat sesuai dengan kesukaan


1.Melaporkan penurunan
dengan mual, muntah, kesukaan dan toleransi klien.
mual;
anoreksia, dan efek 2.Cegah pandangan, bau, dan
2.Melaporkan penurunan
toksik obat kemoterapi. bunyi-bunyi yang tidak
muntah;
menyenangkan di lingkungan.
3.Mengonsumsi cairan dan
3.Gunakan distraksi, relaksasi,
makanan yang adekuat;
dan imajinasi sebelum dan
4.Menunjukkan penggunaan
sesudah kemoterapi.
distraksi, relaksasi, dan
4.Pastikan hidrasi cairan yang
imajinasi ketika
adekuat sebelum, selama, dan
diindikasikan;
sesudah pemberian obat. Kaji
5.Menunjukkan turgor kulit
intake dan output cairan.
normal dan membran
5.Berikan tindakan pereda nyeri
mukosa yang lembab
jika diperlukan.
6.Melaporkan tidak adanya
penurunan berat badan
tambahan.
2 Intoleransi aktivitas Tujuan: 1.Berikan dorongan untuk
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan istirahat beberapa beberapa
anemia. terjadi penurunan tingkat periode periode selama siang hari,
keletihan. terutama sebelum dan sesudah
Kriteria Hasil: latihan fisik.
1.Melaporkan penurunan 2. Tingkatkan jam tidur total pada
tingkat keletihan; malam hari.
2.Meningkatnya 3. Atur kembali jadwal setiap hari
keikutsertaan dalam dan atur aktivitas aktivitas untuk
aktivitas secara bertahap; menghemat menghemat
3.Istirahat ketika mengalami pemakaian pemakaian energi.
keletihan; 4. Berikan masukan protein dan
4.Melaporkan dapat tidur kalori yang adekuat.
lebih baik; 5. Kolaborasi pemberian produk
5.Melaporkan energi yang darah sesuai yang diresepkan
adekuat untuk ikut serta
dalam aktivitas;
6.Mengonsumsi diet dengan
masukan protein dan kalori
yang dianjurkan;
3 Risiko tinggi Tujuan: 1.Pantau status cairan (turgor
penurunan volume dalam waktu 1x24 jam kulit, membran mukosa)

cairan berhubungan gangguan volume cairan 2. Auskultasi Auskultasi TD


dapat teratasi 3. Kaji warna kulit, suhu,
dengan perdarahan.
Kriteria Hasil: sianosis, dan nadi perifer
klien tidak mengeluh pusing, Kolaborasi:
membran mukosa lembab, 1.Pertahankan pemberian cairan
turgor kulit normal, dan secara intravena, jika
tanda-tanda vital dalam memungkinkan berikan produk
batas normal. Laboratorium: darah sesuai yang diresepkan
nilai hematokrit meningkat. 2.Monitor hasil pemeriksaan
diagnostik: platelet, Hb/Hct, dan
bekuan darah
4 Gangguan integritas Tujuan: 1.Diskusikan potensial
kulit: alopesia yang setelah dilakukan tindakan kerontokan rambut dan

berhubungan dengan keperawatan, maka pertumbuhan kembali rambut


gangguan integritas kulit bersama klien dan keluarga.
efek toksik kemoterapi
tidak terjadi. 2.Cegah atau minimalkan dampak
kerontokan rambut melalui
Kriteria Hasil: langkahlangkah berikut ini.
Tindakan keperawatan yang a. Potong rambut yang panjang
dilakukan dikatakan berhasil sebelum pengobatan.
jika dapat memenuhi kriteria b. Hindari pemakaian shampoo
berikut ini. yang berlebihan.
1.Mengidentifikasi alopesia c. Menggunakan shampoo ringan
sebagai potensial efek dan conditioner. Meminimalkan
samping dan pengobatan; kerontokan rambut akibat beban
2.Mengidentifikasi perasaan berat dan tarikan pada rambut.
negative dan positif serta d. Hindari penggunaan
ancaman terhadap citra diri; pengeriting listrik, pemanas,
3.Mengungkapk pengering rambut, dan penjepit.
3.Mengungkapkan mengenai e. Hindari menyisir berlebihan,
adanya kemungkinan gunakan sisir yang bergerigi
keronto an mengenai adanya lebar.
kemungkinan kerontokan
rambut yang dimiliki
4.Menyebutkan rasional
untuk modifikasi dalam
perawatan rambut dan
pengobatan; rambut
5.Melakukan langkah-
langkah untuk mengatasi
kemungkinan kerontokan
rambut.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia merupakan penyakit kanker darah yang dapat menyerang orang
dewasa maupun anak-anak, dimana pada anak yang paling sering adalah leukemia
limfosit akut (LLA). Leukemia ini merupakan jenis penyakit yang tergolong sangat
berbahaya dimana merupakan suatu keadaan dimana sel darah putih yang terbentuk
secara tidak normal, dan keadaan itulah yang menyebabkan terjadi penimbunan
leukosit dalam darah.
Apabila keadaan ini terus berlangsung maka akan menyebabkan suatu kondisi
yang dapat membahayakan nyawa pasien, dan akan berakhir pada kematian.
Leukemia pada anak dapat diketahui melalui beberapa gejala, dan penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh beberapa factor, akan tetapi penyebab pastinya belum
diketahui secara pasti.
DAFTAR PUSTAKA

Bloom & Fawcett, D.W. 2002. Buku ajar histology. Jakarta: EGC
Burke, J.M. 2012. Dx/Rx leukemia. Mississauga: Jones & Bartlett Learning
Cui, D. 2011. Atlas of histology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Goldsmith, C. 2012. Leukemia. Minneapolis: USA Today
Green, J.H. 2009. Fisiologi kedokteran. Tangerang: Binarupa Aksara
Handayani,W. & Haribowo, A.S. 2008. Buku ajar asuhan kepera Buku ajar asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hemato gangguan system
hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai