Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATANPADA Tn.K DENGAN LEUKEMIA GRANULISTIK KRONIK

DI RUANG INTERNE PRIA RSUP DR.MDJAMIL PADANG

Oleh :

Alfajri Aulia Putra (02104001)


Dozi Rianza (02104002)
Erni Rahayu (02104003)
Fadilla Suci Amanda (02104004)
Iin Rahyuni (02104005)
Meiky Sundari (02104006)
Nurlatifah (02104007)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPAK PADANG
TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat karunia serta
taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus ini dengan baik
meskipun mungkin ada kekurangan didalamnya.Kami berterima kasih kepada Pembimbing
Akademik dan Pembimbing Klinik yang telah memberikan bimbingan sehingga laporan ini
selesai dengan baik.

Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Pasien dengan Leukemia Granusitik Kronik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
maklah yang akan kami buat di masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya, sekiranya laporan
yang telah kami susun ini dapat berguna bagi diri kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kmai mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenaan.Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Padang, Maret 2022

Kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang berasal dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang.
Penyakit ini di jumpai pada anak dan dewasa, yang dapat terjadi jika terdapat perubahan dalam
proses pengaturan sel normal sehingga mengakibatkan profirasi sel-sel punca hematopoietic dalam
sumsum tulang.Ada 4 subtipe leukemia yang ditemukan yaitu leukemia limfosik akut,leukemia
granulostik kronik, leukemia limfositik kronik dan leukemia myeloid kronik (Supandiman,2018)
Leukimia granulositik kronik (LGK) (chronic granulocytic leukemia) dikenal juga dengan
nama leukemia myeloid merupakan jenis kanker dari leukosit (Supandiman, 2018)
Menurut Wordl Health Organization (2021), prevelensi angka kejadian leukemia untuk semua
umur di dunia ditemukan sebanyak 4 per 100.000 penduduk pertahun, pada tahun berikutnya angka
kejadian leukemia meningkat menjadi 4,3 per 100.000 penduduk per tahun. Berdasarkan jumlah
kasus dan kematian pada tahun 2018-2019, diperkirakan pada tahun 2021 akan ada peningkatan
sekitar 20.840 kasus baru leukemia di seluruh dunia.
Menurut dapartemen Kesehatan Indonesia (2021),prevelensi angka kejadian leukemia di
Indonesia, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.Didapatkan pada tahun 2021 tercatat ada
252 kasus. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2021), prevelensi di Provinsi
Sumbar didapatkan bahwa , penyakit Leukimia di sepanjang tahun mengalai peningkatan 70%
sebelum adanya BPJS.
Berdasarkan data dari bagian Rekam Medik RSUP Dr MJAMIL Padang tahun 2017 pasien
LGK sebanyak 258 orang, dan tahun 2021 pasien LGK mengalami penurunan sebanyak 211 kasus.
Kasus pada ruangan penyakit dalam non-bedah pria didapatkan kasus pada tahun 2022 dari bulan
januari sampai dengan bulan maret didapatkan kasus LGK sebanyak 3 kasus.
Leukimia granulositik kronik (LGK) adalah bentuk leukemia yang ditandai dengan
peningkatan dan pertumbuhan yang tak terkendali dan sel myeloid pada sumsum tulang dan
akumulasi dari sel-sel ini disirkulasi darah. LGK merupakan angguan system sel sumsum tulang
klonal,dimana ditemukan proliferasi dari granulosit matang dan prekursonya.Keadaan ini
merupakan jenis penyakit myeloproliferatif dengan tranlokasi kromosom yang disebut dengan
kromosom Philadelphia.(Supandiman, 2018)
Penatanalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu secara farmakologi mendemontrasikan batuk
efektif, memberikan O2. Selalu meonitor TTV, mencukupi pemenuhan nutrisi, meningkatkan BB,
dan pantau selalu intake dan outpout. Namun secara farmakologinya dapat dilakukan transfuse
darah, sitostatiska bentuk terapi utama adalah kemoterapi, imunoterapi merupakan cara pengobatan
yang baru dan transplantasi sumsum tulang.
Berdasarkan uraian diatas, kelompok tertarik untuk mengangkat dan membahas laporan kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.K dengan Leukimia Kranulositik Kronik”

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pada klien Tn.K dengan Leukimia Granulositik
Kronik (LGK).
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dan analisa data pada klien Tn.K dengan Leukimia
Granulositik Kronik (LGK).
b. Merumuskan diagnose keperawatan yang muncul pada Tn.K dengan Leukimia
Granulositik Kronik (LGK).
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada Tn.K dengan Leukimia Granulositik
Kronik (LGK).
d. Melakukan implementasi sesuai rencana asuhan keperawatan pada klien Tn.K
dengan Leukimia Granulositik Kronik (LGK).

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentukan darah. (Padila, 2017). Leukemia, artinya “darah putih”, adalah proliferasi
neoplastik satu sel tertentu (granulosit, monosit, limfosit, atau megakariosit). Defek
deperkirkan berasal dari stem cell hematopoetik.. Leukemia adalah penyakit keganasan
pada jaringan hematopoietik yang ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang
normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik.
LMA (Leukemia Myeloid Acute) atau sering disebut juga leukemia granulositik
kronik adalah sejenis kanker ketika sumsum tulang belakang selaku pabrik pembuat sel
darah menghasilkan sel-sel darah yang tidak normal, baik sel darah putih, sel darah
merah, maupun platelet. Leukemia jenis ini dapat memburuk dengan sangat cepat jika
tidak dilakukan terapi, dan dapat mematikan hanya dalam hitungan bulan. Sedangkan
“myeloid” mengacu pada jenis sel yang mengalami kelainan (Pfizer, 2017)

B. Klasifikasi
Leukemia dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia granulositik akut (LGA)
yang dikarakteristikkan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi
pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi
sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai keterlibatan orang lain.
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan persentase 75% - 80%. LLA
menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang menyebabkan anemia,
memar (trombositopeni), dan infeksi (neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan
dalam darah tepi dan selaluada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya
limfedenopati, splenomegali, dan hepatomegali 70% anak dengan leukemia limfatik
akut ini bisa disembuhklan.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan peningkatan jumlah
leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit biasanya jinak dan indikasi
pengobatan adalah hanya jika timbul gejala.
4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK), gambaran menonjol
adalaha. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah kromosom
abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum tulang Krisis blast fase yang
dikarakteristikkan oleh poroliferasi tibatiba dari jumlah besar mieloblast.

C. Etiologi
1. Faktor Eksogen
a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan leukemia
meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau kemoterapi.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti
neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan displasia sumsum tulang
belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukemia.
c. Infeksi virus, diisolasi virus HTLV-1 (Human T Leukemia Virus ) dari leukemia
sel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi
dari sample serum penderita leukemia sel T.
2. Faktor Endogen
a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter seperti
sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20x lipat dan riwayat leukemia
dalam keluarga. insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak
yang terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar
monozigot.
b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah yang tidak
diturunkan.

D. Manisfestasi Klinik
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura
merupakan hal yang umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi
kedalam susunan saraf pusat dapat ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal
mengandung protein yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga
terdapat beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
1. Pucat.
2. Malaise.
3. Keletihan (letargi).
4. Perdarahan gusi.
5. Mudah memar.
6. Petekia dan ekimosis.
7. Nyeri abdomen yang tidak jelas.
8. Berat badan turun.
9. Iritabilitas.
10. Muntah.
11. Sakit kepala (pusing).

E. Patofasiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan terkait
dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertamatama menggumpal pada tempat
asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke
organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan
hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta
mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat,
mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit
jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Proliferasi dari satu
jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah
kepembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel
darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis
atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam
membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin
sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang,

F. WOC

Faktor Endogen : Faktor Eksogen:

 Ras  Sinar x , radioaktif


 Kelainan kromosom  Bahan kimia, hormon
 Herediter  ifeksi
Profelasi lokal dari
sel Neoplastik dalam
sumsum tulang

Akut limfa blastik Kurang


Kurang informasi
informasi leukimia

Poliferasi sel darah MK : Kurang


putih imatur pengetahuan

Pansitopeni Kemoterapi
Imonosupresi
pada sumsum
tulang Eritropeni Lekopeni Asam alopesia
lambung
MK : Nyeri Hb Agropulosi
Kronik tosis MK :
Mual
Suplai O2 gangguan
Muntah
menurun dlm citra tubuh
darah Infeksi MK : Resiko
MK : Pola meningkat infeksi
Trombositopeni
Nafas Jaringan < O2
Tidakefektif Splenohep
Kelemahan atomegali Perdarahan

Anoreksia MK: Resiko


MK : Defisit MK :Intoleransi kekurangan
mual
perawatan Diri aktivitas volume cairan
muntah
MK:
G. Pemeriksaan Penunjang Nutrisis
1. Hitung darah lengkap : kurang dari
kebutuhan
tubuh
1) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
2) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/ mm).
3) Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan sel darah
putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada sel blast leukemia.
2. Pemeriksaan sel darah tepi : Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia,
tetapi juga dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah sel
yang beredar.
3. Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat
4. Biopsi sumsum tulang : Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih
dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel blast, dengan
prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis menurun.
5. Biopsi nodus limfa : Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia
dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit normal dan
granulosit. (Doengoes, 2000)

H. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah,
tidak ada pursed lips).
2. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal).
3. Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan).
4. Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian diet pasien.
5. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
6. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
7. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
8. Pantau selalu intake dan out put pasien.
9. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar pasien merasa
nyaman.

b. Medis
1. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia yang berat dan
perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse trombosit.
2. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya. Setelah
dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala klinik
membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi vinkristine,
asparaginase, prednisone untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan.
Radias untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada system saraf pusat. Infeksi sekunder
dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang bebas hama).
4. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno terapi diberikan.
Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau
dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat
memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan
penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
5. Transplantasi sumsum tulang.

I. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu :
a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal memproduksi sel
darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa : -
 Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit).
 Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih.
 Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi.
Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak menjalankan
fungsi imun yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih rentan
terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar leukosit
hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati).
d. Membesarnya hati melebihi ukurannya yang normal.
e. Splenomegali (Pembesaran Limpa).
f. Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di
limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar bahkan beresiko untuk pecah.
g. Limpadenopati.
Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjer getah bening dalam ukuran,
konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


A. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang
menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan letih,
nyeri pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala,
dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia,). Adapun
pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi :
1. Biodata
a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
b. Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b. Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
a. Riwayat kehamilan/persalinan.
b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c. Riwayat pemberian imunisasi. d) Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang
adekuat.
d. Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Meliputi : Baik, jelek, sedang.
b. Tanda-tanda vital - TD : Tekanan Darah - N : Nadi - P : Pernapasan - S : Suhu
c. Antropometri - TB : Tinggi Badan - BB : Berat Badan
d. Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi
tambahan ronchi dan wheezing
e. Sistem cardiovaskular
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan
darah dan capylary reffiling time
f. Sitem Pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen
apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau
tidak.
g. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h. Sistem Integumen
Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak. Kulit : Warna,
temperatur, turgor dan kelembaban. Kuku : Warna, permukaan kuku, dan
kebersihannya.
i. Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine
j. Sitem Pengindraan
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
k. Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l. Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
m. Sistem Neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma
Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi Karnia
6) Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
7) Funsi sensorik : Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Funsi cerebrum : Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Krperawatan


DS : klien mengatakan Pansitopeni Resiko infeksi
lemah Lekopeni
DO : klien tampak kurus Agropulosi tosis
Klien mengalami penurunan Resiko infeksi
berat bada
DS : klien mengatakan Hb Intoleransi aktivitas
lemah
DO : klien tampak lemah , Suplai O2 dalam darah
terlihat pucat
Jaringan < O2

Kelemahan

DS: klien mengatakan badan Leukimia Perfusi perifer tidak


lemah dan letih gronulositik kronik efektif

DO: klien tampak lemah, kadar HB menurun


klien tampak pucat
suplai O2 menurun
dalam darah

perfusi jaringan tidak


efektif

C. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat (penurunan Hb)
3. Intolenransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan
D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
Perfusi perifer tidak Tujuan : Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
efektif berhubungan intervensi 3x 24 jam, Observasi
dengan penurunan diharapkan Hb meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer
konsentrasi Hb dan teratasi 2. Identifikasi faktor resiko
Kriteria Hasil : 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri
1. Hb meningkat atau bengkak pada ekstremitas
2. CRT besar dari dua Teraupeutik
detik 1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan kuku.
Resiko Infeksi Tujuan : Pencegahan infeksi
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Observasi:
Pertahanan Sekunder 3x 24 jam, maka tingkat 1. monitor tanda-tanda infeksi
Inadekuat infeksi menurun dengan ( kemerahan, demam)
(penurunan Hb). Kriteria Hasil : 2. tanda-tanda vital dalam batas
1. tidak ada tanda- normal.
tanda infeksi 3. Pertahankan tehnik aspetik
(kemerahan, 4. Ajarkan cara cuci tangan yang
demam) benar.
2. tanda-tanda vital
dalam batas normal

Intolenransi Tujuan : Manajemen energy


Aktivitas Setelah dilakukan intervensi Observasi:
berhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan 1. identifikasi gangguan fungsi tubuh
Kelemahan pasien mampu beraktivitas yang mengakibatkan kelelahan
dengan normal. 2. monitor pola dan jam tidur
Kriteria Hasil : 3. monitor kelelahan fisik dan
1. kemudahan dalam emosional
melakukan Edukasi
aktivitas sehari- 1. anjurkan melakukan aktivitas secara
hari bertahap
2. kekuatan tubuh teraupeutik
bagian atas dan 1. sediakan lingkungan nyaman dan
bawah rendah stimulus
3. dispnea saat 2. lakukan rentang gerak pasif dan aktif
aktivitas 3. berikan aktivitas distraksi yang
4. keluhan lelah menenangkan
4. fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika
tidak dapat berpindah atau berjalan.
BAB III

LAPORAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN

1. Identitas
Nama : Tn. K
Usia : 57 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Tanah Datar
Penanggung jawab : Ny. J
Hubungan penanggung jawab dengan klien : Istri
2. Keluhan Utama
1) Keluhan utama saat sakit
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Maret 2022 klien mengatakan masuk
rumah sakit pada tanggal 22 Februari 2022, klien masuk ke RS melalui Poli penyakit
dalam, dengan keluhan klien mengatakan pucat dan lemas.
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Maret 2022 klien mengatakan lemas,
klien terlihat pucat dan perut terasa penuh
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Maret 2022 klien mengatakan lemas
klien tampak pucat dan perut terasa penuh
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan perut terasa sesak sejak setahun
lalu, klien mengatakan pernah transfuse pre 1x 6 bulan yang lalu.
4. Diagnose medis
Leukimia granulositik kronik

5. Riwayat pemeliharaan kesehatan


1. Pola Aktivitas

ADL Di Rumah Di Rumah Sakit


Pola nutrisi dan cairan Makan / minum Makan / minum
Jumlah: 3x Jumlah: 3x
Jenis : Jenis :
-nasi : nasi putih -nasi : nasi putih
-lauk : ikan, ayam, daging -lauk : ikan, ayam, daging
-sayur : bayam , wortel, -sayur : buncis , wortel,
dll dll
-minum : air mineral -minum : air mineral,
-pantangan : tidak ada NaCl 0,9 %
-kesulitan makan/minum : -pantangan : tidak ada
tidak ada -kesulitan makan/minum :
tidak ada
Pola eliminasi
BAK BAK warna kuning BAK warna kuning
bening, berbau pesing bening, berbau pesing
kurang lebih 5x sehari. kurang lebih 5x sehari.

BAB BAB kurang lebih 1x BAB kurang lebih 1x


sehari warna kuning sehari warna kuning
kecoklatan tekstur padat. kecoklatan tekstur padat.

Pola istirahat
-jumlah waktu Kurang lebih 7 jam Kurang lebih 6 jam
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
Pola kebersihan diri
Frekuensi mandi Sebelum sakit klien Saat sakit klien mandi 1x
Frekuensi mencuci rambut mandi 2x sehari,mencuci sehari,mencuci rambut 2x
Frekuensi gosok gigi rambut 3x seminggu seminggu gosok gigi
Keadaan kuku gosok gigi 2x sehari sehari sekali keadaan
keadaan kuku bersih kuku bersih

2. Riwayat psikologi
a. Status Emosi
Saat dilakukan pengkajian klien tampak lemah, dan sedih dengan keadaan nya
yang sekarang
b. Gaya komunikasi
Klien tampak lemah saat berbicara
c. Pola pertahanan
Klien mendapatkan obat yang telah dianjurkan / disorder oleh dokter
3. Riwayat Sosial
a. Pola interaksi klien
Klien mengatakan klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
teman-teman serta memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar
tempat tinggal
b. Riwayat spiritual
Klien sebelum sakit melakukan sholat 5 waktu, saat sakit klien tetap melakukan
sholat 5 waktu
6. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : compos mentis
 Ttv
TD: 120/80 mmHg
S : 36,9
N : 88 x/m
RR : 20 x/m
 Pemeriksaan wajah
- Mata
Terlihat simetris kiri dan kanan , edema (-)
- Hidung Tidak ada pembengkakan pada tulang hidung, tidak ada pendarahan
- Mulut
Tidak ada sariawan, lesi (-)
- Telinga
Telinga kanan dan kiri terlihat simetris, tidak ada serumen tidak, ada
pembengkakan , tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
 Pemeriksaan leher
- Kepala
Terlihat simetris tidak ada lesi , tidak ada benjolan
- Leher
Simetris, tidak ada peradangan, tidak ada pembengkakan pada kelenjer tyroid
 Pemeriksaan thorak / dada
a. Dada
I: simetris kiri dan kananpergerakan / pengembangan dinding dada simetris , tidak
ada tampak adanya pembengkakan tidak ada nyeri tekan
P: tidak teraba adanya pembengkakan , tidak ada nyeri tekan pergerakan dinding
dada teraba
P: sonor dikedua lapang paru
P: suara nafas vasikuler tidak ada suara nafas tambahan
b. Pemeriksaan fungsi pendengaran / penghidu/ tenggorokan
1. Uji ketajaman pendengaran : pendengaran seimbang , tidak ada masalah
pada pendengaran
2. Uji ketajaman penciuman : penciuman normal
3. Pemeriksaan tenggorokan : tidak ada nyeri menelan
 Pemeriksaan fungsi neurologis
a. GCS : compos mentis, GCS 15
b. Memeriksa nervus cronialis
- Nervus olfaktori : tidak ada masalah pada penciuman
- Nervus okumlotoris : tidak ada masalah pada lapang pandang
- Nervus throclearis : tidak ada masalah pada bola mata
- Nervus okulumotoris : tidak ada masalah pada kelopak mata
- Nervus trigeminus : tidak ada masalah pada reflek mengunyah
- Nervus abolusen : tidak ada masalah pada mata
- Nervus rasialis : tidak ada masalah pada mulut dan lidah
- Nervus hipoglurus : tidak ada masalah pada lidah
- Nervus glosafaringeus : tidk ada masalah pada hidung
- Nervus vagul : tidak ada masalah pada menelan
- Nervus asesons : tidak ada masalah pada bahu
 pemeriksaan kulit / integument
a. integument atau kulit
kulit kuning langsat , terdapat rambut pada ekstermitas atas dan bawah
b. pemeriksaan kuku
jari-jari lengkap dan kuku terlihat bersih
 pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap 28/ 02/ 2022
HB : 6,8 g/dl 13.0-16.0
Leukosit : 41,45 10^3/NL 5.0-10.0
Eritrosit : 2, 78 10^3/NL 4.50-5.50
Trombosit : 406 10^3/NL 150-400
Darah lengkap 03/ 03/ 2022
HB : 7,9 g/dl 13.0-16.0
Leukosit : 124, 67 10^3/NL 5.0-10.0
Eritrosit : 3, 23 10^3/NL 4.50-5.50
Trombosit : 448 10^3/NL 150-400
Darah lengkap 04/ 03/ 2022
HB : 9,9 g/dl 13.0-16.0
Leukosit : 43, 71 10^3/NL 5.0-10.0
Eritrosit :- 10^3/NL 4.50-5.50
Trombosit : 349 10^3/NL 150-400
Darah lengkap 05/03/2022
HB : 13,2 g/dl 13.0-16.0
Leukosit : 25, 21 10^3/NL 5.0-10.0
Eritrosi : 4.26 10^3/NL 4.50-5.50
Trombosit : 237 10^3/NL 150-400
b. kimia Darah 28 / 02 / 2022
kalium : 2, 24 ( 3,5 – 5,5 ) MEq
natrium : 142, 3 ( 135 – 147 ) MEq
klorida : 107, 2 ( 100-106 ) MEq
kimia Darah 3/ 03 / 2022
kalium : 2, 36 ( 3,5 – 5,5 ) MEq
natrium : 147, 3 ( 135 – 147 ) MEq
klorida : 112, 2 ( 100-106 ) MEq
 pemeriksaan penunjang
- RO thorak
- EKG
- Laboratorium
- Transfuse PRC 3x
 Tindakan terapi
- NaCl 0,9 % 20 tetes/menit
- Transfuse PRC 1/hari
Tanggal 27 februari 2022
Tanggal 2 maret 2022
Tenggal 3 maret 2022
Tanggal 4 maret 2022
- Vit B Komplek 2x1 tab
- Asam folat 1x500 mg
 Analisa Data

Data Etiologi Masalah keperawatan


DS: klien mengatakan badan Leukimia gronulositik Perfusi perifer tidak efektif
lemah dan letih kronik

DO: klien tampak lemah, kadar HB menurun


klien tampak pucat
TD: 94/51 suplai O2 menurun
dalam darah
S: 36,8
N: 77 perfusi jaringan tidak
efektif
RR: 18
DS: klien mengatakan badan Leukopeni Resiko infeksi
lemah dan letih
agropulositosis
DO: klien tampak lemah,
klien tampak pucat hb menurun
TD: 94/51
S: 36,8 resiko infeksi

N: 77
RR: 18
DS: klien mengatakan badan LGK Intoleransi aktivitas
lemah dan letih HB menurun

suplai O2 menurun
DO: klien tampak lemah,
dalam darah
klien tampak pucat
jaringan <O2
TD: 94/51
S: 36,8 kelemahan
N: 77 intoleransi aktivitas
RR: 18
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa SLKI SIKI Aktivitas


keperawatan
Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Observasi
tindakan keperawatan sirkulasi 1. Periksa sirkulasi perifer
tdk efektif b.d
selama 3x24 jam maka 2. Identifikasi faktor resiko
penurunan perfusi perifer 3. Monitor panas, kemerahan,
meningkat dengan KH: nyeri atau bengkak pada
konsentrasi Hb
1. Denyut nadi ekstremitas
meningkat Teraupeutik
2. Warna kulit pucat 4. Hindari pemasangan infus
menurun atau pengambilan darah di
3. Nyeri ekstremitas area keterbatasan perfusi
menurun 5. Lakukan pencegahan
infeksi
6. Lakukan perawatan kaki
dan kuku.
Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Observasi
b.d sekunelen tindakan keperawatan infeksi 1. monitor tanda dan gejala
inadekuat selama 3x24 jam maka infeksi lokal/sistemik
(penurunan hb) resiko infeksi teratasi teraupeutik
dengan KH: 1. batasi jumlah pengunjung
1. Demam 2. berikan perawatan kulit
2. Kemerahan pada daerah edema
3. Nyeri 3. pertahankan tehnik aseptik
4. Bengkak pada pasien beresiko tinggi
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Observasi:
aktivitas b.d tindakan keperawatan energi 1. identifikasi gangguan
selama 3x24 jam maka fungsi tubuh yang
intoleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan
dapat teratasi dengan 2. monitor pola dan jam tidur
KH: 3. monitor kelelahan fisik dan
1. kemudahan dalam emosional
melakukan aktivitas edukasi
sehari-hari 1. anjurkan tirah baring
2. kekuatan tubuh 2. anjurkan melakukan
bagian atas dan aktivitas secara bertahap
bawah teraupeutik
3. keluhan lelah 1. berikan aktivitas distraksi
4. dispnea saat yang menenangkan
aktivitas 2. lakukan latihan reentang
gerak
CATATAN PERKEMBANGAN

TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


01 / 03/ Perfusi perifer Observasi S: klien mengatakan lemah
1. Periksa sirkulasi Klien mengatakan letih
2022 tidak efektif
perifer O: klien tampak lemah
2. Identifikasi faktor -klien taampak pucat
Jam resiko Komjungtiva klien tampak
3. Monitor panas, anemis
10:30 kemerahan, nyeri atau - TD : 98/54
bengkak pada S: 36,9
ekstremitas N: 54
Teraupeutik Rr: 19x/m
1. Hindari pemasangan Hb : 6,8 g/dl
infus atau pengambilan CRT > 3
darah di area A: pencegahan infeksi masalah
keterbatasan perfusi belum teratasi
2. Lakukan pencegahan P: intervensi dilanjutkan
infeksi
3. Lakukan perawatan
kaki dan kuku.
(Fadilla suci amanda)
01 / 03/ Intoleransi Observasi: S: klien mengatakan badan
1. identifikasi gangguan lemas
2022 aktivitas
fungsi tubuh yang Klien mengatakan badan letih
mengakibatkan Klien mengatakan tidak
Jam 10:30 kelelahan mampu beraktivitas lebih
2. monitor pola dan jam O: klien tampak lemah dan
tidur letih
3. monitor kelelahan fisik -klien tampak pucat
dan emosional A:intoleransi aktivitas
edukasi (malakukan aktivitas secara
1. anjurkan tirah baring bertahap) belum teratasi
2. anjurkan melakukan P: intervensi dilanjutkan
aktivitas secara
bertahap
teraupeutik
1. berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
2. lakukan latihan (Erni rahayu)
reentang gerak
01 / 03/ Resiko infeksi Observasi S : klien mengatakan mesih
1. monitor tanda dan lemas
2022
gejala infeksi Klien mengatakan letih
Jam 10:30 lokal/sistemik Klien mengatakan badannya
teraupeutik panas
1. batasi jumlah O: klien tampak lemah
pengunjung - TD : 98/54
2. berikan perawatan kulit S: 37,9
pada daerah edema N: 54
3. pertahankan tehnik Rr: 19x/m
aseptik pada pasien A: resiko infeksi (monitor
beresiko tinggi tanda dan gejala infeksi
sistemik) belom teratasi
P: intervensi dilanjutkan

(Iin Rahyuni)
02 / 03/ Intoleransi Observasi: S : klien mengatakan badan
4. identifikasi gangguan sedikit lemas
2022 aktivitas
fungsi tubuh yang Klien mengatakan sulit untuk
mengakibatkan kekamar mandi
Jam 16:00 kelelahan Klien mengatakan mesih letih
5. monitor pola dan jam O: klien tampak lemah
tidur -klien tampak pucat
6. monitor kelelahan fisik - TD : 98/54
dan emosional S: 36,9
edukasi N: 54
3. anjurkan tirah baring Rr: 19x/m
4. anjurkan melakukan A: intoleransi aktivitas
aktivitas secara (anjurkan tirah baring secara
bertahap bertahap) masalah belum
teraupeutik teratasi
3. berikan aktivitas P: intervensi dilanjutkan
distraksi yang
menenangkan
4. lakukan latihan (Meiky sundari)
reentang gerak
02 / 03/ Perfusi perifer Observasi S: klien mengatakan badan
1. Periksa sirkulasi perifer lemah dan letih
2022 tidak efektif
2. Identifikasi faktor O: -klien tampak lemas
resiko -Klien tampak pucat
Jam 16:00 3. Monitor panas, - TD : 98/54
kemerahan, nyeri atau S: 36,9
bengkak pada N: 54
ekstremitas Rr: 19x/m
Teraupeutik Hb : 7,9 g/dl
1. Hindari pemasangan A: pencegahan infeksi masalah
infus atau pengambilan belum teratasi
darah di area P: intervensi dilanjutkan
keterbatasan perfusi
2. Lakukan pencegahan
infeksi (Alfajri)
3. Lakukan perawatan
kaki dan kuku.
02 / 03 / Resiko infeksi Observasi S : klien mengatakan sedikit
1. monitor tanda dan lemas
2022
gejala infeksi O: klien tampak lemah
lokal/sistemik Tanda dan gejala infeksi tidak
Jam 16:00 teraupeutik ada
1. batasi jumlah - TD : 98/54
pengunjung S: 36,9
2. berikan perawatan kulit N: 54
pada daerah edema Rr: 19x/m
3. pertahankan tehnik A: resiko infeksi (membatasi
aseptik pada pasien jumlah pengunjung) teratasi
beresiko tinggi P: intervensi dihentikan

(Nurlatifah)
03 / 03/ Intoleransi
Observasi: S: klien mengatakan badan tdk
1. identifikasi gangguan lemah lagi
2022 aktivitas
fungsi tubuh yang O: klien tidak tampak lemas
mengakibatkan TD : 100/80
Jam 10:45 kelelahan S: 36,7
2. monitor pola dan jam N: 64
tidur Rr: 20x/m
3. monitor kelelahan fisik A:intoleransi
dan emosional aktivitas(melakukan aktivitas
edukasi secara bertahap) teratasi
1. anjurkan tirah baring P: intervensi dihentikan
2. anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
teraupeutik
1. berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan (Iin Rahyuni)
2. lakukan latihan
reentang gerak
04/ 03 / Perfusi perifer Observasi S: klien mengatakan badan
tidak efektif 1. Periksa sirkulasi perifer lemah dan letih
2022
2. Identifikasi faktor O: -klien tampak lemas
resiko -Klien tampak pucat
Jam 15:15 3. Monitor panas, - TD : 98/54
kemerahan, nyeri atau S: 36,9
bengkak pada N: 54
ekstremitas Rr: 19x/m
Teraupeutik Hb : 9,9 g/dl
1. Hindari pemasangan A: perfusi jaringan (resiko
infus atau pengambilan infeksi) belum teratasi
darah di area P: intervensi dilanjutkan
keterbatasan perfusi
2. Lakukan pencegahan
infeksi
3. Lakukan perawatan (Erni Rahayu)
kaki dan kuku
05/ 03 /2022 Perfusi perifer Observasi S: klien mengatakan badan
1. Periksa sirkulasi perifer sudah mendingan
tidak efektif
2. Identifikasi faktor Klien mengatakan mesih
10:30 resiko sedikit lemas
3. Monitor panas, Klien mengatakan sudah lebih
kemerahan, nyeri atau baik dari kemarin-kemarin
bengkak pada O: -klien tampak lemas
ekstremitas -Klien tampak pucat
Teraupeutik - TD : 98/54
1. Hindari pemasangan S: 36,9
infus atau pengambilan N: 54
darah di area Rr: 19x/m
keterbatasan perfusi Hb ; 13, 2 g/dl
2. Lakukan pencegahan A: perfusi jaringan teratasi
infeksi P:intervensi dihentikan
3. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
(Nurlatifah)
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulisan melaksanakan pembuatan asuhan keperawatan pada seorang laki-


laki dengan leukemia granulistik kronik. Maka pada BAB ini penulis menguraikan
kesenjangan-kesenjangan yang dimulai dari tahap pengkajian sampai evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan pada seorang laki-laki dengan inisial
Tn. K laki-laki 53 tahun telah 12 hari dirawat di RS , mengalami lemah dan terlihat
pucat sejak 1 minggu yang lalu, klien juga mengatakanperut terasa penuh,
sebelumnya klien pernah masuk rumah sakit pada bulan oktober 2021 dengan
penyakit yang sama.
Saat dilakukan pengkajian dengan klien, klien terlihat lemah dan klien terlihat
pucat, klien juga mengatakan perut klien juga terasa penuh sejak 1 tahun yang lalu.
Adapun kesenjangan yang di temukan pada tahap pengkajian antara tinjauan teoritis
dan tijauan kasus adalah:
a. Pada ekstremitas bawah kaki kiri lebih panjang dari pada kaki kanan
b. Pada pemeriksaan hasil laboratorium pada tanggal 28 Februari 2022,
haemoglobin pada klien 6,8 g/dl, pada tanggal 3 maret 2022 haemoglobin 7,9
g/dl, pada tanggal 4 maret 2022 haemoglobin 9,9 g/dl, dan pada tanggal 11
maret 2022 haemoglobin pada klien 11,8 g/dl.

2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan teoritis tetapi tidak di
temukan pada kasus adalah :
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Injury Biologi.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat (penurunan
Hb)
3. Intolenransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.
Dan diagnosa yang di jumpai pada kasus adalah :
a. Perfusi perifer tidak efekti b.d Penurunan konsentrasi HB
3. Intervensi
Dalam tahap ini perencanaan asuhan keperawatan dengan leukemia granulistik kronik
pada seorang laki-laki umur 53 tahun berjalan lancar. Pada perencanaan banyak
ditemukan rencana tindakan yang dilakukan karena harus diselesaikan dengan
kebutuhan pasien itu sendiri.

4. Implementasi
Dalam melakukan atau melaksanakan tindakan keperawatan penulis bersama dengan
yang lainnya melakukan kerja sama dalam menjalankan rencana tindakan
keperawatan

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam dari proses keperawatan, dimana terjadi umpan
balik dan tindakan yang dibutuhkan. Evalusai yang telah ditetapkan dalam tujuan
untuk memulai perubahan serta kewajiban yang dicapai dan respon pasien setelah
menjalani tindakan keperawatan.
Setelah dilakukan pengkajian dan diberikan asuhan keperawatan selama lima hari
klien menunjukkan tanda-tanda HB meningkat (tanggal, 28 februari 2022 HB 6,8
g/dl), (tanggal,3 maret 2022), (tanggal, 4 maret 2022 9,9 g/dl), (tanggal, 5 maret 2022,
HB 13,2), klien terlihat tidak lemah dan tidak pucat, klien dapat berjalan ke WC
secara mandiri, konjungtiva normal tidak anemis, keadaan umum normal, CRT < 2,
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan studi kasus keperawatan pada Tn.K dengan leukimia granulostik kronik
maka kelompok dapat menarik kesimpulan yaitu asuhan keperawatan pada Tn.K yang
dilakukan oleh kelompok, di dapatkan kesimpulan bahwa :
1. Hasil pengkajian pada Tn.k didapatkan data laboratorium hemoglobin 6,8 dengan
batas normal 9/dl, dilakukan transfusi darah sebanyak 3 kantong.
2. Diagnosa keperawatan yang mucul pada kasus Tn.k yaitu perfusi perifer tidak efektif
b/d Penurunan Konsentrasi HB, resiko infeksi b/d pertahanan sekunder inadekuat, dan
intoleransi aktivitas.
3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama resiko infeksi keperawatan
pada Tn.k yaitu melakukan control infeksi, kontrol resiko dan status imun.
4. Implementasi keperawatan dilakukan 4 hari, implementasi sesuai dengan intervensi.
Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi
keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah resiko infeksi pada Tn.k teratasi pada hari
ke 4 pelaksanan asuhan keperawatan dengan kriteria hasil klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi.

B. SARAN
1. Instalasi Rumah sakit
Melalui pimpinan RS agar sering dilaksanakan pelatihan secara berkala penyegaran
asuhan keperawatan pada pasien dengan leukimia kepada pegawai khususnya
perawat Agar lebih meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien.
2. Instalasi Pendidikan
Dapat mengembangkan sebagai menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu
keperawatan,terutama kajian tentang Luka Bakar.
DAFTAR PUSTAKA

Asra D. 2018. Leukemia. Artikel. Surabaya: Universitas USU.

Nursalam. 2019. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika

Padila. 2017. Leukimia. Jurnal. Surabaya: Universitas USU.

Phizer. 2017. AML, Jenis Leukimia pada Orang Dewasa.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), edisi 1,
jakarta, persatuan perawat indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), edisi 1,
jakarta, persatuan perawat indonesia.

Supandiman, Iman.2018. Penyakit Leukimia Limfoblastik Akut. Yogyakarta.Citra Media

Anda mungkin juga menyukai