Disusun oleh :
Hayatunnisa (P17320319064)
Ulfatusadiyah (P17320319095)
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukimia tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Dokumentasi
Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Keperawatan Bogor.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun
materi mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leukimia 3
2.2 Klasifikasi Leukimia 3
2.3 Etiologi Leukimia 6
2.4 Faktor Risiko Perkembanga Leukimia 7
2.5 Patofisiologi Leukimia 7
2.6 Manifestasi Klinis Leukimia 9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik 9
2.8 Penatalaksanaan Medis 10
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Leukimia 12
BAB III KESIMPULAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Mengetahui etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostic,
penatalaksanaan dan pencegahan pada penyakit Leukemia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang, yang
menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel
lain (Reeves, Charlene J et al, 2001).
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sekelompok sel
anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat semua sel darah lain di sumsum tulang
untuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena
fak tor-faktor ini, leukemia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada
akhirnya, sel-sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukemia.
Penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
hematopietik. (Sylvia & Lorraine,1992). Proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal
(Brunner&Suddarth,1996). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel
pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Leukemia adalah
istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum tulang dan sistem limpatik
(Wong, 1995).
2.2 Klasifikasi Leukemia
Limfositik akut pada masa kanak-kanak, merupakan angka statistik yang luar biasa
karena penyakit ini hamper bersifat fatal. Pembagian penyakit leukemia terdiri dari:
1.) Leukemia limfositik akut (LLA)
Leukemia limfoblastik akut adalah leukemia utama pada masa anak-anak, dan
membentuk hamper semua leukemia pada anak berusia kurang dari 4 tahun, dan lebih
dari separuh leukemia selama masa pubertas. Penyakit ini jarang pada pasien berusia
lebih dari 30 tahun. Walaupun LLA dijumpai pada sekitar 15% leukemia pada orang
dewasa, namun dari kasus ini mungkin sebenarnya adalah gambaran awal dari
transformasi akut LMK. (Ronald A. Sacher, 2004)
Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah keganasan yang paling sering dijumpai
pada populasi anak-anak. Di Amerika Serikat, leukemia limfoblastik akut lebih sering
dijumpai pada pria daripada wanita dan lebih sering pada ras kaukasia daripada Afrika-
3
Amerika. Puncak usia terjadinya leukemia limfoblastik akut adalah kira-kira 4 tahun,
walaupun walaupun penyakit ini dapat mengenai semua usia. Individu-individu tertentu,
seperti penderita Sindrom Down dan ataksia-telangieksis sangat beresiko mengalami
penyakit ini. Penyebabnya tidak di ketahui, walaupun dapat berkaitan dengan factor
genetic, lingkungan, infeksi, dan di pengaruhi imun. Gejala pada saat pasien datang
berobat adalah pucat, fatigue, demam, pendarahan, memar. Nyeri tulang sering di
jumpai, dan anak kecil dapat datang untuk dievaluasi karena karena pincang atau tidak
mau berjalan. Pada pemeriksaaan fisik dijumpai adanya memar, petekie, limfadenopati
dan hepatosplenomegali. Evaluasi laboratorium dapat menunjukan leukositosis, anemia,
dan trombositopenia. Pada kira-kira 50% pasien pasien di temukan jumlah leukosit
melebihi 10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien melebihi 50.000/mm3.
Neutopenia (jumlah neutrofil absolute kurang dari 500/mm 3) sering dijumpai. Limfoblas
dapat melaporkan di darah perifer, tetapi pemeriksa yang berpengalaman dapat
melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit atipik. Diagnosis pasti leukemia di
tegakkan dengan melakukan aspirasi sumsum tulang yang meperlihatkan limfoblas lebih
dari 25%. Sebaikmya juga dilakukan pe,eriksaan imunologik,sitogenik, dan karakter
biokimiawi sel. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan
tempat persembunyian penyakit ekstramedular. Factor-faktor prognostic seperti jumlah
leukosit awal dan usia pasien menetukan pengobatan yang diindikasikan. Pasien-pasien
yang berisiko tinggi memrlukan terapi yang lebih intensif. Kebanyakan rencana-rencana
pengobatan berlangsung selama 2-3 tahun dan dimulai dengan fase induksi remisi yang
bertujuan untuk menurunkan beban leukemik yang berdeteksi menjadi kurang dari 5%.
Fase terapi berikutnya bertujuan untuk menurunkan dan akhirnya menghilangkan semua
sel leukemik dari tubuh. Terapi preventif pada saraf pusat termasuk didalam semjua
protocol terapi. Kemoterapi dengan beberapa obat merupakan terapi utama, walaupun
pada beberapa pasien yang berisiko tinggi dilakukan radiasi pada sistem saraf pusat.
Transplantasi sumsum tulang merupakan pendekatan pengobatan lain yang dilakukan
pada anak yang mengalami relaps sumsum tulang. Tempat relaps lain adalah sistem saraf
pusat dan testis. Prognosis untuk daya tahan tubuh hidup bebas penyakit yang lain lama
adalah kira-kira 75% pada semua kelompok resiko.
Sindrom lisis tumor (trias metabolic hiperurisemia, hiperkalemia, dan
hiperfofatemia) merupakan komplikasi terapi yang terjadi ketika sel leukemia mengalami
lisis sebagai respons terhadap kemoterapi sitotoksik dan pelepasan, kandungan
interaselulernya ke dalam aliran darah. Sindrom ini sering terjadi di dalam sel yang
4
memiliki fraksi pertumbuhan tinggi (leukemia/limfosema sel T dan limfoma burkitt).
Hidrasi, alkalinisasi, dan pemberian aluporinal secara agresif sebelum memulai
kemoterapi dapat meringankan disfungsi ginjal yang serius. Kedua tidakan pertama
membantu ekskresi fosfat dan asam urat, dan alupurinol mengurangi pembentukan asam
urat. Kalium sebaiknya tidak ditambahkan ke dalam cairan hidrasi. Dengan memantau
konsentrasi elektrolit dan fungsi ginjal secara kilat, seseorang dapat menghindari
berkembangnya gagal ginjal. (M.william schawtz,2005).
5
Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel
plasma yang abnormal berkembang biak, membentuk tumor di sumsum tulang dan
menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah
atau air kemih. Multiple myeloma (myelomatosis, plasma cell myeloma, Kahler's
disease) merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan penggantian sumsum
tulang, kerusakan tulang , dan formasi para protein. Myeloma menyebabkan gejala-
gejala klinik dan tanda-tanda klinis melalui mekanisme yang bervariasi. Tumor
menghambat sumsum tulang memproduksi cukup sel darah. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan pada ginjal, saraf, jantung, otot dan traktus digestivus. Meskipun
myeloma masih belum bisa diobati, perkembangan terapi yang terbaru, termasuk
penggunaan thalidomide dan obat-obatan lain seperti bortezomib dan CC-5013 cukup
menjanjikan (McPhee, J. Stephen, Maxine A. Papadakis, Jr. Lawrence M. Tierney,
2008).
2.3 Etiologi
Kanker adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang disebabkan adanya
pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel
kanker. Selanjutnya sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga bisa
menyebabkan kematian (Irawan, 2001).
Leukimia adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang bersifat
irreversible dari sel induk dari darah. Pertumbuhan dimulai dari mana sel itu berada. Sel-
sel tersebut, pada berbagai stadia akan membanjiri aliran darah yang berakibat sel yang
spesifik akan dijumpai dalam jumlah yang banyak. Sebagai akibat dari proliferasi sel
abnormal tersebut maka akan terjadi kompetisi metabolik yang akan menyebabkan
anemia dan trombositopenia. Apabila proliferasi sel terjadi di limpa maka limpa akan
membesar, sehingga dapat terjadi hipersplenisme yang selanjutnya menyebabkan makin
memburuknya anemia serta trombositopenia (Supandiman, 1997).
Etiologi leukimia sampai sekarang belum dapat dijelaskan secara keseluruhan.
Banyak para ahli menduga bahwa faktor infeksi sangat berperan dalam etiologi leukimia.
Infeksi terjadi oleh suatu bahan yang menyebabkan reaksi seperti infeksi oleh suatu virus.
Mereka membuat suatu postulat bahwa kelainan pada leukimia bukan merupakan
penyakit primer akan tetapi merupakan suatu bagian dari respon pertahanan sekunder dari
tubuh terhadap infeksi tersebut. Respon defensif tubuh berbeda pada berbagai tingkat usia
oleh karena itu maka kita lihat bahwa leukimia limfoblastik akut terdapat banyak pada
anak-anak, leukimia mieoblastik akut pada usia dewasa muda, leukimia granulositik
6
kronik pada dewasa muda dan orang tua dan leukimia limfositik kronik dapat dijumpai
pada semua umur (Supandiman, 1997).
Terjadi peningkatan insiden leukimia pada orang-orang yang terkena radiasi sinar
rontgen (terkena radiasi ledakan bom aom, yang dapat terapi radiologis dan para dokter
ahli radiologis). Diduga peningkatan insiden ini karena akibat radiasi akan merendahkan
resistensi terhadap bahan penyebab leukimia tersebut (Supandiman, 1997). Selain faktor
diatas ada beberapa faktor yang menjadi penyebab leukimia akut yaitu faktor genetika,
lingkungan dan sosial ekonomi, racun, status imunologi, serta kemungkinan paparan virus
keduanya.
Obat yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi,
epindophy ilotoxin. Kondisi genetik yang memicu leukimia akut yaitu Down sindrom,
bloom sydrom, fanconi anemia, ataxia telangiectasia. Bahan kimia pemicu leukimia yaitu
benzen. Kebiasaan hidup yang memicu leukimia yaitu merokok, minum alkohol (Dipiro,
et al, 2005).
2.4 Faktor Risiko Perkembangan Leukemia
Faktor risiko untuk leukemia antara lain adalah predisposisi genetik yang
berhubungan dengan insiator (mutasi) yang diketahui atau tidak diketahui. Saudara
kandungan dari anak yang menderita leukemia memiliki kecerendungan 2 sampai 4 kali
lipat untuk mengalami penyakit ini disbandingkan anak-anak lain. Kromosom
abnormalitas kromosom tertentu, termasuk sindrom Down memiliki resiko menderita
leukemia. Pajanan terhadap radiasi, beberapa jenis obat yang menekan sumsum tulang,
dan berbagai obat kemoterapi telah dianggap meningkatkan risiko leukemia, agens-agens
berbahaya di lingkungan juga di duga dapat menjadi faktor risiko.
Riwayat penyakit sebelumnya yang berkaitan dengan hematopoies (pembentukan
sel darah ) telah terbukti meningkatkan risiko leukehodgkin, myeloma multiple. Riwayat
leukemia kronis meningkatkan risiko leukemia akut.
2.5 Patofisiologi
Sebuah sel induk majemuk berpotensi untuk mengalami diferensiasi, poliferasi dan
maturasi untuk membentuk sel-sel darah matang yang dapat dilihat pada sirkulasi perifer.
7
Faktor pencetus : genetic, radiasi, Sel neoplasma
obat-obatan, kelainan kromosom, berpoliferasi didalam
infeksi virus, paparan bahan kimia. sumsum tulang
Hepatosplenomegali limfadenopati
MK
Ketidakseimbangan
Peningkatan nutrisi kurang dari
Penekanan ruang
tekanan intra kebutuhan tubuh
abdomen
abdomen
Sel normal
digantikan oleh Gangguan rasa
sel kanker nyaman nyeri
MK
Resiko perdarahan
Depresi produksi sumsum
tulang
Infiltrasi periosteal
8
Kelemahan tulang stimulasi saraf C (noticeptor)
9
Merupakan pemeriksaan yang sifatnya diagnostik.Ditemukan banyak sekali sel
primitif.Sumsum tulang kadang-kadang mengaloblastik; dapat sukar untuk
membedakannya dengan anemia aplastik. Hiperseluler, hampir semua sel sumsum
tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya
leukomic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang,
tanpa sel antara). System hemopoesis normal mengalami depresi. Jumlah blast
minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam hitung 500 sel pada apusan
sumsum tulang).
c. Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan
dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat dihubungkan dengan
prognosis.
d. Pemeriksaan immunophenotyping
10
yang efeknya hebat tetapi terbatas. Remisi dapat dipertahankan dengan memberikan obat
lain yang mempunyai kapasitas untuk tetap mempertahankan penderita bebas dari
penyakit ini.
Berupa kemoterapi intensif untuk mencapai remisi, yaitu suatu keadaan di mana gejala
klinis menghilang, disertai blast sumsum tulang kurang dari 5%.Dengan pemeriksaan
morfolik tidak dapat dijumpai sel leukemia dalam sumsum tulang dan darah tepi (Bakta,I
Made, 2007 : 131-133).
Biasanya 3 obat atau lebih diberikan pada pemberian secara berurutan yang tergantung
pada regimen atau protocol yang berlaku. Beberapa rencana induksi meliputi: prednisone,
vinkristin (Oncovin), daunorubisin (Daunomycin), dan L-asparaginase (Elspar). Obat-
obatan lain yang mungkin dimasukan pada pengobatan awal adalah 6-merkaptopurin
(Purinethol) dan Metotreksat (Mexate).Allopurinol diberikan secara oral dalam dengan
gabungan kemoterapi untuk mencegah hiperurisemia dan potensial adanya kerusakan
ginjal.Setelah 4 minggu pengobatan, 85-90% anak-anak dan lebih dari 50% orang dewasa
dengan ALL dalam remisi komplit.Teniposude (VM-26) dan sitosin arabinosid (Ara-C)
mungkin di gunakan untuk menginduksi remisi juka regimen awal gagal. (Gale, 2000 :
185)
b) Fase postremisi
Suatu fase pengobatan untuk mempertahankan remisi selama mungkin yang pada
akhirnya akan menuju kesembuhan. Hal ini dicapai dengan:
(1) Kemoterapi lanjutan, terdiri atas:
Terapi konsolidasi
Terapi pemeliharaan (maintenance)
Late intensification
(2) Transplantasi sumsum tulang: merupakan terapi konsolidasi yang memberikan
penyembuhan permanen pada sebagaian penderita, terutama penderita yang berusia di
bawah 40 tahun.
2) Terapi suportif
Terapi suportif pada penderita leukemia tidak kalah pentingnya dengan kemoterapi
karena akan menentukan angka keberhasilan terapi. Kemoterapi intensif harus ditunjang
oleh terapi suportif yang intensif pula, kalau tidak penderita dapat meninggal karena efek
samping obat,.Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh penyakit leukemia itu sendiri dan juga untuk mengatasi efek samping obat. Terapi
suportif yang diberikan adalah;
11
a) Terapi untuk mengatasi anemia
b) Terapi untuk mengatasi infeksi, sama seperti kasus anemia aplastik terdiri atas
Antibiotika adekuat, Transfusi konsentrat granulosit. Perawatan khusus (isolasi) dan
Hemopoitic growth factor (G-CSF atau GM-CSF)
c) Terapi untuk mengatasi perdarahan
d) Terapi untuk mengatasi hal-hal lain seperti pengelolaan leukostasis, pengelolaan
sindrom lisis tumor.
12
An. O kelihatan lesu, lemas dan pucat.
III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal
Ibu mengatakan selama hamil An. O, ia tidak mengalami kelainan dan gizinya
cukup.
2. Intranatal
Ibu mengatakan An. O lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir dengan
cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan 3500 gram dan tinggi badan 111 cm.
Saat lahir An. O menangis spontan.
3. Postnatal
Ibu mengatakan ia tidak mengalami pendarahan yang banyak setelah
melahirkan. Kondisinya normal.
IV. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan An. O pernah di rawat di RS dengan diagnosa ALL
Prositostatika. Pengobatan yang dikonsumsi kortikosteroid, sitostatik dan
imunoterapi, An. O tidak memiliki alergi apapun.
V. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanggal 5 Oktober 2020 kemarin, An. O telah mendapatkan kemoterapi. Saat
pengkajian tanggal 8 Oktober 2020 An. O tidak mau makan, perutnya kembung
dan lidahnya terdapat sariawan.. Setelah diberi roti, An.O muntah mengeluhkan
nyeri pada sendinya dan terasa pegal-pegal. An. O meraba-raba perutnya dan
mengatakan sakit pada perutnya.
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu An. O mengatakan tidak ada penyakit turunan, apalagi penyakit yang seperti
dialami oleh klien.
VII. Riwayat Imunisasi
Imunisasi I II III
BCG 1 bln 2 bln 3 bln
DPT 1 bln 2 bln 3 bln
POLIO 1 bln
CAMPAK 9 bln
HEPATITIS B 0 bulan 2 bln 6 Bln
13
Sebelum sakit An. O mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan
sendiri, pasang baju sendiri. An. O berteman baik dengan teman sebayanya.
Tapi semenjak sakit An. O sudah tidak mampu melakukan aktivitas sehari-
hari dan memiliki keterbatasan dalam bermain dengan teman sebayanya.
b. Motorik Kasar
Umur 3 bulan An. O sudah bisa tengkurap, umur 8 bulan sudah bisa duduk,
umur 9 bulan berdiri dan umur 10 bulan 5 hari sudah bisa berjalan perlahan-
lahan.
c. Motorik halus
Umur 5 bulan An. O sudah bisa menulis mencoret-coret buku jika disediakan
alatnya.
d. Kognitif dan Bahasa
Umur 5 tahun An. O sudah bisa memahami perintah dari orang lain, An. O
sudah mengerti apa yang ditanyakan orang padanya. Perkembangan bahasa
normal, anak mulai bisa berbicara umur 12 bulan.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran
a. Kualitas : Compas Mentis
b. Kuantitas : Reflex Motorik =6
Reflex Verbal =5
Reflex Membuka Mata =4 +
Jumlah =15
3. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Mata
14
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
b. Hidung
Tidak ada serumen, bentuk simtris, tidak ada pendarahan, tidak ada polip,
tidak ada cuping hidung.
c. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi, bersih tidak ada serumen, tidak ada nyeri
tekan serta pendengaran baik.
d. Mulut
Bentuk simetris, bersih, bibir kering, tidak ada sianosis, gigi lengkap dan
tidak ada lubang dan tidak ada karies gigi.
e. Leher
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran tiroid dan tidak ada nyeri
tekan.
f. Thorax dan Fungsi pernafasan
Inspeksi : Bentuk dada simetris/normal, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : Normal
Auskultasi : Vesikuler
g. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis di RIC V
Auskultasi : Bunyi jantung normal yaitu lupdup
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
h. Abdomen
Inpeksi : Ada purpura
Palpasi : Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
i. Punggung : Bentuk normal
j. Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot menurun
k. Genetalia : Normal
l. Kulit : - Warna sawo matang
- Turgor kulit menurun
- Kulit terasa hangat / suhu tubuh meningkat
15
C. Kebutuhan Dasar Sehari-hari
1. Pola makan
Dirumah : Pasien makan 3x sehari dengan porsi 1/4 dengan nasi lunak
karena klien susah disuruh makannya
Di RS : ML, TKTP 1300 kalori/hari.
2. Pola minum
Dirumah : Kurang minum
Di RS : Jus terung pirus, air putih, dan susu
3. Pola istirahat dan tidur
Dirumah : 8 jam/hari.
Di RS : 12 jam/hari.
4. Pola BAK dan BAB
Dirumah : Pasien BAB satu kali sehari dan BAK 3x/hari
Di RS : Pasien BAB dua hari sekali dan BAK 1x/hari
5. Pola Bermain
Dirumah : Normal seperti anak sebayanya
Di RS : Hanya berbaring di tempat tidur.
D. Data Psikologi
An. O saat dilakukan pengkajian, kurang mau berinteraksi dengan orang lain. Ketika
diberi mainan An. O baru mau berkomunikasi dengan orang.
E. Data Sosial
Anak tidak mau bersosialisasi dengan yang lain.
F. Data Spiritual
Anak beragama islam, suka mengikuti pengajian bersama teman sebayanya.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
- Hb : 8,4 gr?dl
- Trombosit : 44.000 ml
- Leukosit : 1800 ml3
16
- Ht : 26%
I. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Sel neoplasma Ketidakseimbangan
-Keluarga mengatakan anak sering berproliferasi di sumsum nutrisi kurang dari
menolak untuk makan sejak seminggu tulang kebutuhan tubuh
yang lalu b.d intake yang
-Keluarga mengatakan anaknya sering tidak adekuat
mengeluh mual dan sampai muntah. Sel onkogen
DO :
-BB turun yang semula 18 kg menjadi 15 Pertumbuhan berlebih
kg
-Membrane mukosa kering Kebutuhan nutrisi
-Lidah anak terdapat sariawan meningkat
-Porsi makan yang diberi RS belum di
makan anak Hipermetabolisme
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : Penurunan fungsi Resiko infeksi b.d
Keluarga mengatakan gusi An. O berdarah menurunnya sistem
2 hari yang lalu. leukosit pertahanan tubuh
DO :
Leukosit 1800/mm3 Daya tahan tubuh
Hb 8,4 gr% menurun
Ada purpura di abdomen
Imunosupresi Resiko infeksi
Gusi terlihat berwarna merah
Suhu 37,8 oC
17
DS : Hambatan
- Keluarga mengatakan An. O sering mobilitas fisik
mengeluh badannya lemas. Kelemahan tulang b.d penurunan
- Keluarga mengatakan An. O sering kekuatan otot
mengeluh sakit badannya ketika
melakukan aktivitas. Tulang lunak dan
DO : lemah
- Klien tampak pucat
- Klien tidak bisa bangun dari tempat
tidur tanpa bantuan Fraktur fisiologis
- Klien tidak melakukan aktivitas
apapun, hanya berbaring di tempat
tidur. Hambatan mobilitas
fisik
18
VI. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan
Kriteria hasil Interv
1. Ketidakseimbangan nutrisi Tupan : Setelah dilakukan 1. Observas
kurang dari kebutuhan Ketidakseimbangan intervensi intake dan
tubuh b.d intake yang tidak nutrisi kurang dari 2×24 jam diharapkan :
makanan
adekuat. kebutuhan tubuh -Nafsu makan An.B
teratasi. meningkan. secara pri
DS : -BB bertambah 2. Timbang
1.Keluarga mengatakan anak Tupen :
badan se
sering menolak untuk makan Intake yang
sejak seminggu yang lalu tidak adekuat 3. Berikan
2.Keluarga mengatakan anaknya teratasi sedikit n
sering mengeluh mual dan
sering
sampai muntah.
4. Berikan
DO : penyuluh
1.BB turun yang semula 17 kg kepada o
menjadi 15 kg
2.Membrane mukosa kering klien pen
3.Lidah anak terdapat sariawan nutrisi ya
4.Porsi makan yang diberi RS adekuat
belum di makan anak
5. Tingkatk
masukan
diatas ke
19
2 Resiko infeksi b.d Tupan : Resiko Setelah dilakukan 1. Istirahatk
menurunnya sistem infeksi teratasi intervensi pada ruan
dan mem
pertahanan tubuh 1×24 jam diharapkan :
Tupen : Sistem pengunju
pertahanan 1. Terhindar dari 2. Anjurkan
DS : tubuh tanda dan gejala atau oran
Keluarga mengatakan gusi An. B meningkat infeksi untuk me
2. Menunjukan hygine kebersiha
berdarah 2 hari yang lalu.
pribadi yang adekuat lingkunga
DO : 3. Menggambarkan 3. Monitor
1. Leukosit 1800/mm3 faktor yang gejala inf
menunjang penularan
2. Hb 8,4 gr%
infeksi
3. Ada purpura di abdomen
4. Imunosupresi
5. Gusi terlihat berwarna
merah
6. Suhu 37,8oC
20
badannya ketika
melakukan aktivitas
sehingga segala aktivitas
pasien selalu di bantu oleh
keluarga.
DO :
Klien tampak pucat
Klien tidak bisa bangun
dari tempat tidur tanpa
bantuan
Klien tidak melakukan
aktivitas apapun, hanya
berbaring di tempat tidur.
21
P: Intervensi dilanjutkan
22
BAB III
KESIMPULAN
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima
yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan
oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat
kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker
yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK),
23
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
(Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas,
pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri
sendi.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai
83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan
60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan
bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak
tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan untuk membunuh sel
- sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel- sel normal pada bagian tubuh yang
sehat
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31690187/Asuhan_Keperawatan_Leukemia_pada_Anak1_docx
https://doktersehat.com/leukemia-pada-anak/
https://www.sehatq.com/penyakit/leukemia-pada-anak
24
25