Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKIMIA


Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dokumentasi Keperawatan
Dosen Pengampu : Ningning SN, M.Kep

Disusun oleh :

 Hayatunnisa (P17320319064)
 Ulfatusadiyah (P17320319095)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
TAHUN AJARAN 2020/2021
Jl. DR. Sumeru No. 116, Menteng, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16111,
Indonesia (+62 251 8562593)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukimia tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Dokumentasi
Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Keperawatan Bogor.

Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun
materi mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan
makalah ini.

Kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak


yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Khususnya kepada dosen
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Akhir kata kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun rekan-rekan sehingga dapat menambah pengetahuan kita
bersama.

Bogor, 03 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leukimia 3
2.2 Klasifikasi Leukimia 3
2.3 Etiologi Leukimia 6
2.4 Faktor Risiko Perkembanga Leukimia 7
2.5 Patofisiologi Leukimia 7
2.6 Manifestasi Klinis Leukimia 9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik 9
2.8 Penatalaksanaan Medis 10
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Leukimia 12
BAB III KESIMPULAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima
yang berarti darah. Leukemia merupakan nama kelompok penyakit maligna yang
dikarakteristikan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit sirkulasi. Jadi
leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih.
Proses terjadinya leukemia adalah ketika sel darah yang bersifat kanker membelah secara
tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai
83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan
60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia (Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan
bahwa angka kematian di Amerika Serikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak
tahun 1971 (Katrin, 1997). Di Amerika Serikat setiap 4 menit nya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian penyakit Leukemia?
2) Apa jenis-jenis penyakit Leukemia?
3) Bagaimanakah etiologi penyakit Leukemia?
4) Bagaimana Faktor Risiko Perkembangan penyakit Leukemia?
5) Bagaimanakah Patofisiologi penyakit Leukemia?
6) Apa sajakah manifestasi klinis penyakit Leukemia?
7) Apa sajakah pemeriksaan diagnostik penyakit Leukemia?
8) Bagaiamankah penatalaksanaan penyakit Leukemia?
9) Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien penyakit Leukemia?
1.3 Tujuan
1.) Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan sel darah putih (leukemia).
2.) Tujuan khusus

1
Mengetahui etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostic,
penatalaksanaan dan pencegahan pada penyakit Leukemia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang, yang
menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel
lain (Reeves, Charlene J et al, 2001).
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sekelompok sel
anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat semua sel darah lain di sumsum tulang
untuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena
fak tor-faktor ini, leukemia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada
akhirnya, sel-sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukemia.
Penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
hematopietik. (Sylvia & Lorraine,1992). Proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal
(Brunner&Suddarth,1996). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel
pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Leukemia adalah
istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum tulang dan sistem limpatik
(Wong, 1995).
2.2 Klasifikasi Leukemia

Limfositik akut pada masa kanak-kanak, merupakan angka statistik yang luar biasa
karena penyakit ini hamper bersifat fatal. Pembagian penyakit leukemia terdiri dari:
1.) Leukemia limfositik akut (LLA)
Leukemia limfoblastik akut adalah leukemia utama pada masa anak-anak, dan
membentuk hamper semua leukemia pada anak berusia kurang dari 4 tahun, dan lebih
dari separuh leukemia selama masa pubertas. Penyakit ini jarang pada pasien berusia
lebih dari 30 tahun. Walaupun LLA dijumpai pada sekitar 15% leukemia pada orang
dewasa, namun dari kasus ini mungkin sebenarnya adalah gambaran awal dari
transformasi akut LMK. (Ronald A. Sacher, 2004)
Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah keganasan yang paling sering dijumpai
pada populasi anak-anak. Di Amerika Serikat, leukemia limfoblastik akut lebih sering
dijumpai pada pria daripada wanita dan lebih sering pada ras kaukasia daripada Afrika-

3
Amerika. Puncak usia terjadinya leukemia limfoblastik akut adalah kira-kira 4 tahun,
walaupun walaupun penyakit ini dapat mengenai semua usia. Individu-individu tertentu,
seperti penderita Sindrom Down dan ataksia-telangieksis sangat beresiko mengalami
penyakit ini. Penyebabnya tidak di ketahui, walaupun dapat berkaitan dengan factor
genetic, lingkungan, infeksi, dan di pengaruhi imun. Gejala pada saat pasien datang
berobat adalah pucat, fatigue, demam, pendarahan, memar. Nyeri tulang sering di
jumpai, dan anak kecil dapat datang untuk dievaluasi karena karena pincang atau tidak
mau berjalan. Pada pemeriksaaan fisik dijumpai adanya memar, petekie, limfadenopati
dan hepatosplenomegali. Evaluasi laboratorium dapat menunjukan leukositosis, anemia,
dan trombositopenia. Pada kira-kira 50% pasien pasien di temukan jumlah leukosit
melebihi 10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien melebihi 50.000/mm3.
Neutopenia (jumlah neutrofil absolute kurang dari 500/mm 3) sering dijumpai. Limfoblas
dapat melaporkan di darah perifer, tetapi pemeriksa yang berpengalaman dapat
melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit atipik. Diagnosis pasti leukemia di
tegakkan dengan melakukan aspirasi sumsum tulang yang meperlihatkan limfoblas lebih
dari 25%. Sebaikmya juga dilakukan pe,eriksaan imunologik,sitogenik, dan karakter
biokimiawi sel. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan
tempat persembunyian penyakit ekstramedular. Factor-faktor prognostic seperti jumlah
leukosit awal dan usia pasien menetukan pengobatan yang diindikasikan. Pasien-pasien
yang berisiko tinggi memrlukan terapi yang lebih intensif. Kebanyakan rencana-rencana
pengobatan berlangsung selama 2-3 tahun dan dimulai dengan fase induksi remisi yang
bertujuan untuk menurunkan beban leukemik yang berdeteksi menjadi kurang dari 5%.
Fase terapi berikutnya bertujuan untuk menurunkan dan akhirnya menghilangkan semua
sel leukemik dari tubuh. Terapi preventif pada saraf pusat termasuk didalam semjua
protocol terapi. Kemoterapi dengan beberapa obat merupakan terapi utama, walaupun
pada beberapa pasien yang berisiko tinggi dilakukan radiasi pada sistem saraf pusat.
Transplantasi sumsum tulang merupakan pendekatan pengobatan lain yang dilakukan
pada anak yang mengalami relaps sumsum tulang. Tempat relaps lain adalah sistem saraf
pusat dan testis. Prognosis untuk daya tahan tubuh hidup bebas penyakit yang lain lama
adalah kira-kira 75% pada semua kelompok resiko.
Sindrom lisis tumor (trias metabolic hiperurisemia, hiperkalemia, dan
hiperfofatemia) merupakan komplikasi terapi yang terjadi ketika sel leukemia mengalami
lisis sebagai respons terhadap kemoterapi sitotoksik dan pelepasan, kandungan
interaselulernya ke dalam aliran darah. Sindrom ini sering terjadi di dalam sel yang

4
memiliki fraksi pertumbuhan tinggi (leukemia/limfosema sel T dan limfoma burkitt).
Hidrasi, alkalinisasi, dan pemberian aluporinal secara agresif sebelum memulai
kemoterapi dapat meringankan disfungsi ginjal yang serius. Kedua tidakan pertama
membantu ekskresi fosfat dan asam urat, dan alupurinol mengurangi pembentukan asam
urat. Kalium sebaiknya tidak ditambahkan ke dalam cairan hidrasi. Dengan memantau
konsentrasi elektrolit dan fungsi ginjal secara kilat, seseorang dapat menghindari
berkembangnya gagal ginjal. (M.william schawtz,2005).

2.) Leukemia mielositik kronis (CML)


Leukemia mielositik kronis (CML) terhitung kira-kira 3% dari semua kasus
leukemia pada anak-anak. Penyakit ini dapat mengenai semua usia, tetapi sebagian besar
kasus terjadi pada akhir masa kanak-kanak. Penyakit ini relative lebih lambat disbanding
leukima akut. Penyebabnya tidak diketahui. Pasien sering asimtomatik dan dapt terdapat
jumlah leukosit yang tinngi atau splenomegali yang ditemukan pada pemeriksaan rutin
anak yang sehat. Akan tetapi, dapat trejadi gejala seperti demam, keringat malam, nyeri
abdomen atau nyeri tulang. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya splenomegali nhyata.
Hepatomegali dapat juga terjadi. Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan
leukositosis nyata, trombositis, dan anemia ringan. Sumsum tulang hiperselular tetapi
sisertai maturasi myeloid yang normal. Sel blas tidak banyak dijumpai. Pada kira-kira
90% kasus, tanda sitogenik yang khas pada leukemia mielositik kronis yang terlihat
adalah: kromosom lphiladelphia. Kromosom ini berkaitan dengan t (9;22) klasik.
Ada tiga tipe leukemia mielositik kronis: fase kronis, fase akselerasi, dan krisis blas.
Fase kronis dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan menunjukkan hiperproliferasi
elemen myeloid matur. Pengobatan selama fase ini ditunjukkan pada sitoreduksi untuk
mengurangi resiko berkembangnya leukositosis dan splenomegali massif. Pemberian
hidroksiuria merupakan bagian penting pengobatan sitoredutif. Dengan berjalannya
waktu, semua pasien akan memasuki fase akselerasi dan fase blas, mengalami leukemia
yang nyata. Pada sebagian besar keadaan, secara morfologis ditemukan mieloblas, tetapi
dapat juga terjadi transformasi limfoblas. Saat dimulai fase blas, prognosis biasanya
buruk. Transplantasi sumsum tulang (BMT) merupakan satu-satunya terapi kuratif dan
sebaiknya dilakukan kaetika pasien masih berada pada fase kronis. ( M.william schawtz,
2005).

3.) Multiple Myeloma

5
Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel
plasma yang abnormal berkembang biak, membentuk tumor di sumsum tulang dan
menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah
atau air kemih. Multiple myeloma (myelomatosis, plasma cell myeloma, Kahler's
disease) merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan penggantian sumsum
tulang, kerusakan tulang , dan formasi para protein. Myeloma menyebabkan gejala-
gejala klinik dan tanda-tanda klinis melalui mekanisme yang bervariasi. Tumor
menghambat sumsum tulang memproduksi cukup sel darah. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan pada ginjal, saraf, jantung, otot dan traktus digestivus. Meskipun
myeloma masih belum bisa diobati, perkembangan terapi yang terbaru, termasuk
penggunaan thalidomide dan obat-obatan lain seperti bortezomib dan CC-5013 cukup
menjanjikan (McPhee, J. Stephen, Maxine A. Papadakis, Jr. Lawrence M. Tierney,
2008).
2.3 Etiologi
Kanker adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang disebabkan adanya
pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel
kanker. Selanjutnya sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga bisa
menyebabkan kematian (Irawan, 2001).
Leukimia adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang bersifat
irreversible dari sel induk dari darah. Pertumbuhan dimulai dari mana sel itu berada. Sel-
sel tersebut, pada berbagai stadia akan membanjiri aliran darah yang berakibat sel yang
spesifik akan dijumpai dalam jumlah yang banyak. Sebagai akibat dari proliferasi sel
abnormal tersebut maka akan terjadi kompetisi metabolik yang akan menyebabkan
anemia dan trombositopenia. Apabila proliferasi sel terjadi di limpa maka limpa akan
membesar, sehingga dapat terjadi hipersplenisme yang selanjutnya menyebabkan makin
memburuknya anemia serta trombositopenia (Supandiman, 1997).
Etiologi leukimia sampai sekarang belum dapat dijelaskan secara keseluruhan.
Banyak para ahli menduga bahwa faktor infeksi sangat berperan dalam etiologi leukimia.
Infeksi terjadi oleh suatu bahan yang menyebabkan reaksi seperti infeksi oleh suatu virus.
Mereka membuat suatu postulat bahwa kelainan pada leukimia bukan merupakan
penyakit primer akan tetapi merupakan suatu bagian dari respon pertahanan sekunder dari
tubuh terhadap infeksi tersebut. Respon defensif tubuh berbeda pada berbagai tingkat usia
oleh karena itu maka kita lihat bahwa leukimia limfoblastik akut terdapat banyak pada
anak-anak, leukimia mieoblastik akut pada usia dewasa muda, leukimia granulositik

6
kronik pada dewasa muda dan orang tua dan leukimia limfositik kronik dapat dijumpai
pada semua umur (Supandiman, 1997).
Terjadi peningkatan insiden leukimia pada orang-orang yang terkena radiasi sinar
rontgen (terkena radiasi ledakan bom aom, yang dapat terapi radiologis dan para dokter
ahli radiologis). Diduga peningkatan insiden ini karena akibat radiasi akan merendahkan
resistensi terhadap bahan penyebab leukimia tersebut (Supandiman, 1997). Selain faktor
diatas ada beberapa faktor yang menjadi penyebab leukimia akut yaitu faktor genetika,
lingkungan dan sosial ekonomi, racun, status imunologi, serta kemungkinan paparan virus
keduanya.
Obat yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi,
epindophy ilotoxin. Kondisi genetik yang memicu leukimia akut yaitu Down sindrom,
bloom sydrom, fanconi anemia, ataxia telangiectasia. Bahan kimia pemicu leukimia yaitu
benzen. Kebiasaan hidup yang memicu leukimia yaitu merokok, minum alkohol (Dipiro,
et al, 2005).
2.4 Faktor Risiko Perkembangan Leukemia
Faktor risiko untuk leukemia antara lain adalah predisposisi genetik yang
berhubungan dengan insiator (mutasi) yang diketahui atau tidak diketahui. Saudara
kandungan dari anak yang menderita leukemia memiliki kecerendungan 2 sampai 4 kali
lipat untuk mengalami penyakit ini disbandingkan anak-anak lain. Kromosom
abnormalitas kromosom tertentu, termasuk sindrom Down memiliki resiko menderita
leukemia. Pajanan terhadap radiasi, beberapa jenis obat yang menekan sumsum tulang,
dan berbagai obat kemoterapi telah dianggap meningkatkan risiko leukemia, agens-agens
berbahaya di lingkungan juga di duga dapat menjadi faktor risiko.
Riwayat penyakit sebelumnya yang berkaitan dengan hematopoies (pembentukan
sel darah ) telah terbukti meningkatkan risiko leukehodgkin, myeloma multiple. Riwayat
leukemia kronis meningkatkan risiko leukemia akut.
2.5 Patofisiologi
Sebuah sel induk majemuk berpotensi untuk mengalami diferensiasi, poliferasi dan
maturasi untuk membentuk sel-sel darah matang yang dapat dilihat pada sirkulasi perifer.

7
Faktor pencetus : genetic, radiasi, Sel neoplasma
obat-obatan, kelainan kromosom, berpoliferasi didalam
infeksi virus, paparan bahan kimia. sumsum tulang

Penyebaran Sel onkogen


Infiltrasi sumsum
ekstramedular
tulang
Pertumbuhan berlebih

MII Sirkulasi darah MII Sistem


Limfatik Kebutuhan nutrisi
meningkat
Pembesaran hati dan
Nodus limfe
limfa
hipermetabolisme

Hepatosplenomegali limfadenopati
MK
Ketidakseimbangan
Peningkatan nutrisi kurang dari
Penekanan ruang
tekanan intra kebutuhan tubuh
abdomen
abdomen

Sel normal
digantikan oleh Gangguan rasa
sel kanker nyaman nyeri
MK
Resiko perdarahan
Depresi produksi sumsum
tulang

Penurunan trombosit trombositopenia kecenderungan perdarahan

Penurunan eritrosit anemia Suplai oksigen MK


kejaringan In
Ketidakseimbangan
adekuat
perfusi jaringan perifer

Penurunan fungsi leukosit Daya tahan tubuh menurun Resiko infeksi

Infiltrasi periosteal
8
Kelemahan tulang stimulasi saraf C (noticeptor)

tulang lunak dan lemah


Gangguan rasa
Hambatan mobilitas fisik
fraktur fisiologis nyaman nyeri

2.6 Manifestasi Klinis


Leukemia Limfositik Akut
1) Malaise, demam, letargi, kejang
2) Keringat pada malam hari
3) Hepatosplenomegali
4) Nyeri tulang dan sendi
5) Anemia
6) Macam – macam infeksi
7) Penurunan berat badan
8) Muntah
9) Gangguan penglihatan
10) Nyeri kepala
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Leukimia Limfoblastik Akut (LLA)
Hitung darah lengkap dan diferensiasinya adalah indikasi utama bahwa leukemia tersebut
mungkin timbul.Semua jenis leukemia tersebut didiagnosis dengan aspirasi dan biopsi
sumsum tulang. Contoh ini biasanya didapat dari tulang iliaka dengan pemberian anestesi
lokal dan dapat juga diambil dari tulang sternum (Gale, 2000 : 185).
Pada leukemia akut sering dijumpai kelainan laboratorik seperti:
a. Darah tepi
1) Dijumpai anemia normokromik-normositer, anemia sering berat dan timbul cepat.
2) Trombositopenia, sering sangat berat di bawah 10 x 106/l
3) Leukosit meningkat, tetapi dapat juga normal atau menurun.
4) Menunjukkan adanya sel muda (mieloblast, promielosit, limfoblast, monoblast,
erythroblast atau megakariosit) yang melebih 5% dari sel berinti pada darah tepi.
b. Sumsum tulang

9
Merupakan pemeriksaan yang sifatnya diagnostik.Ditemukan banyak sekali sel
primitif.Sumsum tulang kadang-kadang mengaloblastik; dapat sukar untuk
membedakannya dengan anemia aplastik. Hiperseluler, hampir semua sel sumsum
tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya
leukomic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang,
tanpa sel antara). System hemopoesis normal mengalami depresi. Jumlah blast
minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam hitung 500 sel pada apusan
sumsum tulang).
c. Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan
dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat dihubungkan dengan
prognosis.

d. Pemeriksaan immunophenotyping

Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi


imunologik leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk pemeriksaan surface
marker guna membedakan jenis leukemia.

2.8 Penatalaksanaan Medis


1. Leukimia Limfoblastik Akut (LLA)
a. Pengobatan
Pengobatan khusus dan harus dilakukan di rumah sakit.Berbagai regimen pengobatannya
bervariasi, karena banyak percobaan pengobatan yang masih terus berlangsung untuk
menentukan pengobatan yang optimum.
1) Obat-obatan kombinasi lebih baik daripada pengobatan tunggal.
2) Jika dimungkinkan, maka pengobatan harus diusahakan dengan berobat jalan.
3) Daya tahan tubuh penderita menurun karena sel leukemianya
b. Terapi
Terapi untuk leukemia akut dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Kemoterapi
a) Induksi Remisi.
Banyak obat yang dapat membuat remisi pada leukemia limfositik akut.Pada waktu
remisi, penderita bebas dari symptom, darah tepi dan sumsum tulang normal secara
sitologis, dan pembesaran organ menghilang.Remisi dapat diinduksi dengan obat-obatan

10
yang efeknya hebat tetapi terbatas. Remisi dapat dipertahankan dengan memberikan obat
lain yang mempunyai kapasitas untuk tetap mempertahankan penderita bebas dari
penyakit ini.
Berupa kemoterapi intensif untuk mencapai remisi, yaitu suatu keadaan di mana gejala
klinis menghilang, disertai blast sumsum tulang kurang dari 5%.Dengan pemeriksaan
morfolik tidak dapat dijumpai sel leukemia dalam sumsum tulang dan darah tepi (Bakta,I
Made, 2007 : 131-133).
Biasanya 3 obat atau lebih diberikan pada pemberian secara berurutan yang tergantung
pada regimen atau protocol yang berlaku. Beberapa rencana induksi meliputi: prednisone,
vinkristin (Oncovin), daunorubisin (Daunomycin), dan L-asparaginase (Elspar). Obat-
obatan lain yang mungkin dimasukan pada pengobatan awal adalah 6-merkaptopurin
(Purinethol) dan Metotreksat (Mexate).Allopurinol diberikan secara oral dalam dengan
gabungan kemoterapi untuk mencegah hiperurisemia dan potensial adanya kerusakan
ginjal.Setelah 4 minggu pengobatan, 85-90% anak-anak dan lebih dari 50% orang dewasa
dengan ALL dalam remisi komplit.Teniposude (VM-26) dan sitosin arabinosid (Ara-C)
mungkin di gunakan untuk menginduksi remisi juka regimen awal gagal. (Gale, 2000 :
185)
b) Fase postremisi
Suatu fase pengobatan untuk mempertahankan remisi selama mungkin yang pada
akhirnya akan menuju kesembuhan. Hal ini dicapai dengan:
(1) Kemoterapi lanjutan, terdiri atas:
Terapi konsolidasi
Terapi pemeliharaan (maintenance)
Late intensification
(2) Transplantasi sumsum tulang: merupakan terapi konsolidasi yang memberikan
penyembuhan permanen pada sebagaian penderita, terutama penderita yang berusia di
bawah 40 tahun.
2) Terapi suportif
Terapi suportif pada penderita leukemia tidak kalah pentingnya dengan kemoterapi
karena akan menentukan angka keberhasilan terapi. Kemoterapi intensif harus ditunjang
oleh terapi suportif yang intensif pula, kalau tidak penderita dapat meninggal karena efek
samping obat,.Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh penyakit leukemia itu sendiri dan juga untuk mengatasi efek samping obat. Terapi
suportif yang diberikan adalah;

11
a) Terapi untuk mengatasi anemia
b) Terapi untuk mengatasi infeksi, sama seperti kasus anemia aplastik terdiri atas
Antibiotika adekuat, Transfusi konsentrat granulosit. Perawatan khusus (isolasi) dan
Hemopoitic growth factor (G-CSF atau GM-CSF)
c) Terapi untuk mengatasi perdarahan
d) Terapi untuk mengatasi hal-hal lain seperti pengelolaan leukostasis, pengelolaan
sindrom lisis tumor.

2.9 Asuhan Keperawatan


Studi kasus
An. O usia 7 tahun, agama islam, alamat tinggal Jl. Raya Leuwiliang. An. O kelihatan
lesu, lemas dan pucat. Pasien baru masuk bagian anak untuk yang ke dua kalinya, dengan
Diagnosa Medis Akut Lekimia Limpositik.
A. Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama anak : An. O
No.RM : 613096
Tempat/tgl lahir : Bogor/ 05-10-2013
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Sunda
BB/TB saat lahir : 3500 gram/ 111 cm
Pendidikan anak : Sekolah Dasar
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak Ke : 1 (satu) dalam keluarga
Nama ayah : Mahatir
Pekerjaan : Sopir
Nama ibu : Nike
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Leuwiliang, Kabupaten Bogor
Penanggung jawab : Ibu Nike dan Bapak Mahatir selaku orangtua
Diagnosa Medis : Akut Lekimia Limpositik

II. Keluhan Utama

12
An. O kelihatan lesu, lemas dan pucat.
III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal
Ibu mengatakan selama hamil An. O, ia tidak mengalami kelainan dan gizinya
cukup.
2. Intranatal
Ibu mengatakan An. O lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir dengan
cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan 3500 gram dan tinggi badan 111 cm.
Saat lahir An. O menangis spontan.
3. Postnatal
Ibu mengatakan ia tidak mengalami pendarahan yang banyak setelah
melahirkan. Kondisinya normal.
IV. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan An. O pernah di rawat di RS dengan diagnosa ALL
Prositostatika. Pengobatan yang dikonsumsi kortikosteroid, sitostatik dan
imunoterapi, An. O tidak memiliki alergi apapun.
V. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanggal 5 Oktober 2020 kemarin, An. O telah mendapatkan kemoterapi. Saat
pengkajian tanggal 8 Oktober 2020 An. O tidak mau makan, perutnya kembung
dan lidahnya terdapat sariawan.. Setelah diberi roti, An.O muntah mengeluhkan
nyeri pada sendinya dan terasa pegal-pegal. An. O meraba-raba perutnya dan
mengatakan sakit pada perutnya.
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu An. O mengatakan tidak ada penyakit turunan, apalagi penyakit yang seperti
dialami oleh klien.
VII. Riwayat Imunisasi

Imunisasi I II III
BCG 1 bln 2 bln 3 bln
DPT 1 bln 2 bln 3 bln
POLIO 1 bln
CAMPAK 9 bln
HEPATITIS B 0 bulan 2 bln 6 Bln

VIII. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Kemandirian dan bergaul

13
Sebelum sakit An. O mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan
sendiri, pasang baju sendiri. An. O berteman baik dengan teman sebayanya.
Tapi semenjak sakit An. O sudah tidak mampu melakukan aktivitas sehari-
hari dan memiliki keterbatasan dalam bermain dengan teman sebayanya.
b. Motorik Kasar
Umur 3 bulan An. O sudah bisa tengkurap, umur 8 bulan sudah bisa duduk,
umur 9 bulan berdiri dan umur 10 bulan 5 hari sudah bisa berjalan perlahan-
lahan.
c. Motorik halus
Umur 5 bulan An. O sudah bisa menulis mencoret-coret buku jika disediakan
alatnya.
d. Kognitif dan Bahasa
Umur 5 tahun An. O sudah bisa memahami perintah dari orang lain, An. O
sudah mengerti apa yang ditanyakan orang padanya. Perkembangan bahasa
normal, anak mulai bisa berbicara umur 12 bulan.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran
a. Kualitas : Compas Mentis
b. Kuantitas : Reflex Motorik =6
Reflex Verbal =5
Reflex Membuka Mata =4 +
Jumlah =15

2. Tanda - Tanda Vital


a. Tekanan darah: 90/60 mmHg
b. Pernafasan : 38 x/menit
c. Nadi : 100 x/menit
d. Suhu : 37,8 C

3. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Mata

14
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
b. Hidung
Tidak ada serumen, bentuk simtris, tidak ada pendarahan, tidak ada polip,
tidak ada cuping hidung.
c. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi, bersih tidak ada serumen, tidak ada nyeri
tekan serta pendengaran baik.
d. Mulut
Bentuk simetris, bersih, bibir kering, tidak ada sianosis, gigi lengkap dan
tidak ada lubang dan tidak ada karies gigi.
e. Leher
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran tiroid dan tidak ada nyeri
tekan.
f. Thorax dan Fungsi pernafasan
Inspeksi : Bentuk dada simetris/normal, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : Normal
Auskultasi : Vesikuler
g. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis di RIC V
Auskultasi : Bunyi jantung normal yaitu lupdup
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
h. Abdomen
Inpeksi : Ada purpura
Palpasi : Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
i. Punggung : Bentuk normal
j. Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot menurun
k. Genetalia : Normal
l. Kulit : - Warna sawo matang
- Turgor kulit menurun
- Kulit terasa hangat / suhu tubuh meningkat

15
C. Kebutuhan Dasar Sehari-hari
1. Pola makan
 Dirumah : Pasien makan 3x sehari dengan porsi 1/4 dengan nasi lunak
karena klien susah disuruh makannya
 Di RS : ML, TKTP 1300 kalori/hari.

2. Pola minum
 Dirumah : Kurang minum
 Di RS : Jus terung pirus, air putih, dan susu
3. Pola istirahat dan tidur
 Dirumah : 8 jam/hari.
 Di RS : 12 jam/hari.
4. Pola BAK dan BAB
 Dirumah : Pasien BAB satu kali sehari dan BAK 3x/hari
 Di RS : Pasien BAB dua hari sekali dan BAK 1x/hari
5. Pola Bermain
 Dirumah : Normal seperti anak sebayanya
 Di RS : Hanya berbaring di tempat tidur.

D. Data Psikologi
An. O saat dilakukan pengkajian, kurang mau berinteraksi dengan orang lain. Ketika
diberi mainan An. O baru mau berkomunikasi dengan orang.
E. Data Sosial
Anak tidak mau bersosialisasi dengan yang lain.
F. Data Spiritual
Anak beragama islam, suka mengikuti pengajian bersama teman sebayanya.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
- Hb : 8,4 gr?dl
- Trombosit : 44.000 ml
- Leukosit : 1800 ml3

16
- Ht : 26%

I. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Sel neoplasma Ketidakseimbangan
-Keluarga mengatakan anak sering berproliferasi di sumsum nutrisi kurang dari
menolak untuk makan sejak seminggu tulang kebutuhan tubuh
yang lalu b.d intake yang
-Keluarga mengatakan anaknya sering tidak adekuat
mengeluh mual dan sampai muntah. Sel onkogen

DO :
-BB turun yang semula 18 kg menjadi 15 Pertumbuhan berlebih
kg
-Membrane mukosa kering Kebutuhan nutrisi
-Lidah anak terdapat sariawan meningkat
-Porsi makan yang diberi RS belum di
makan anak Hipermetabolisme

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : Penurunan fungsi Resiko infeksi b.d
Keluarga mengatakan gusi An. O berdarah menurunnya sistem
2 hari yang lalu. leukosit pertahanan tubuh
DO :
Leukosit 1800/mm3 Daya tahan tubuh
Hb 8,4 gr% menurun
Ada purpura di abdomen
Imunosupresi Resiko infeksi
Gusi terlihat berwarna merah
Suhu 37,8 oC

17
DS : Hambatan
- Keluarga mengatakan An. O sering mobilitas fisik
mengeluh badannya lemas. Kelemahan tulang b.d penurunan
- Keluarga mengatakan An. O sering kekuatan otot
mengeluh sakit badannya ketika
melakukan aktivitas. Tulang lunak dan
DO : lemah
- Klien tampak pucat
- Klien tidak bisa bangun dari tempat
tidur tanpa bantuan Fraktur fisiologis
- Klien tidak melakukan aktivitas
apapun, hanya berbaring di tempat
tidur. Hambatan mobilitas
fisik

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
2. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh
3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot

18
VI. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan
Kriteria hasil Interv
1. Ketidakseimbangan nutrisi Tupan : Setelah dilakukan 1. Observas
kurang dari kebutuhan Ketidakseimbangan intervensi intake dan
tubuh b.d intake yang tidak nutrisi kurang dari 2×24 jam diharapkan :
makanan
adekuat. kebutuhan tubuh -Nafsu makan An.B
teratasi. meningkan. secara pri
DS : -BB bertambah 2. Timbang
1.Keluarga mengatakan anak Tupen :
badan se
sering menolak untuk makan Intake yang
sejak seminggu yang lalu tidak adekuat 3. Berikan
2.Keluarga mengatakan anaknya teratasi sedikit n
sering mengeluh mual dan
sering
sampai muntah.
4. Berikan
DO : penyuluh
1.BB turun yang semula 17 kg kepada o
menjadi 15 kg
2.Membrane mukosa kering klien pen
3.Lidah anak terdapat sariawan nutrisi ya
4.Porsi makan yang diberi RS adekuat
belum di makan anak
5. Tingkatk
masukan
diatas ke

19
2 Resiko infeksi b.d Tupan : Resiko Setelah dilakukan 1. Istirahatk
menurunnya sistem infeksi teratasi intervensi pada ruan
dan mem
pertahanan tubuh 1×24 jam diharapkan :
Tupen : Sistem pengunju
pertahanan 1. Terhindar dari 2. Anjurkan
DS : tubuh tanda dan gejala atau oran
Keluarga mengatakan gusi An. B meningkat infeksi untuk me
2. Menunjukan hygine kebersiha
berdarah 2 hari yang lalu.
pribadi yang adekuat lingkunga
DO : 3. Menggambarkan 3. Monitor
1. Leukosit 1800/mm3 faktor yang gejala inf
menunjang penularan
2. Hb 8,4 gr%
infeksi
3. Ada purpura di abdomen
4. Imunosupresi
5. Gusi terlihat berwarna
merah
6. Suhu 37,8oC

Hambatan mobilitas fisik b.d Tupan : Setelah dilakukan 1. Latih kl


penurunan kekuatan otot Hambatan intervensi pemenu
mobilitas aktivitas
1×24 jam diharapkan :
teratasi hari.
DS : Klien dapat 2. Berikan
 Keluarga mengatakan An. Tupen : melakukan aktivitas penjelas
Penurunan yang dilakukan tentang
B sering mengeluh sehari-hari sesuai
kekuatan otot mobilita
badannya lemas. teratasi dengan tingkat 3. Bantu p
 Keluarga mengatakan An. kemampuannya. melakuk
mobilita
B sering mengeluh sakit

20
badannya ketika
melakukan aktivitas
sehingga segala aktivitas
pasien selalu di bantu oleh
keluarga.
DO :
 Klien tampak pucat
 Klien tidak bisa bangun
dari tempat tidur tanpa
bantuan
 Klien tidak melakukan
aktivitas apapun, hanya
berbaring di tempat tidur.

IV. Implementasi dan evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Ketidakseimb 1. Mengobservasi dan mencatat S:
angan nutrisi intake dan output makanan Ibu klien mengatakan anaknya
kurang dari klien secara priodik. masih kurang nafsu makan dan
kebutuhan 2. Menimbang berat badan kadang masih mual muntah,
tubuh pasien setiap hari. makan 3x/sehari namun hanya
berhubungan 3. Memberikan makanan sedikit habis ½ porsi yang dihabiskan.
dengan intake namun sering. O:
yang tidak 4. Memberikan penyuluhan  Berat badan
adekuat. kepada orangtua klien anak belum naik = 15
pentingnya nutrisi yang kg
adekuat.  Anak hanya
5. Meningkatkan masukan cairan menghabiskan ½ porsi
diatas kebutuhan. makanannya.
A: Masalah belum teratasi

21
P: Intervensi dilanjutkan

Resiko infeksi 1. Mengistirahatka S:


berhubungan n klien pada ruang Ibu klien mengatakan
dengan khusus (Isolasi) dan sariawan pada anak sudah
menurunnya membatasi pengunjung cukup membaik dan tidak ada
sistem 2. Membantu gejala infeksi yang muncul
pertahanan klien membersihkan O:
tubuh tubuhnya terutama  Sariawan
perawatan pada area pasien sudah cukup
mulut nya dan membaik
membersihkan tempat  Suhu pasien
tidur klien. menurun 36,8o C
3. Mengobservasi A: Masalah teratasi sebagian
tanda gejala infeksi P: Intervensi di lanjutkan
Hambatan mobilitas 1. Melatih klien dalam S:
fisik berhubungan pemenuhan aktivitas sehari- Ibu klien mengatakan
dengan penurunan hari. anaknya masih mudah merasa
kekuatan otot 2. Memberikan penjelasan lelah, namun sudah bisa
kepada keluarga dan pasien duduk di tempat tidur secara
tentang pentingya mandiri.
mobilitas. O:
3. Membantu pasien  Klien sudah dapat
melakukan mobilitas bermain meski diatas
tempat tidur
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

22
BAB III

KESIMPULAN

Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima
yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan
oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat
kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker
yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK),

23
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
(Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas,
pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri
sendi.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai
83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan
60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan
bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak
tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan untuk membunuh sel
- sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel- sel normal pada bagian tubuh yang
sehat

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31690187/Asuhan_Keperawatan_Leukemia_pada_Anak1_docx

https://doktersehat.com/leukemia-pada-anak/

https://www.sehatq.com/penyakit/leukemia-pada-anak

24
25

Anda mungkin juga menyukai