Disusun oleh :
Kelompok 5
Hayatunnisa (P17320319064)
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami mengucapkan syukur kepada
Tuhan YME atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Napza dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Koping Individu
Tidak Efektif Pada Detoksifikasi”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya yang telah mendukung
dan membimbing kami dalam proses penulisan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang1
B. Tujuan 2
C. Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A.Konsep Detoksifikasi 3
B. Jenis Zat Sabu-Sabu 5
BAB III TINJAUAN KASUS
A.Pengkajian 7
B. Diagnosa Keperawatan 20
C. Rencana Tindakan 20
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 26
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rehabilitasi adalah suatu proses pemulihan pasien gangguan penggunaan NAPZA baik
dalam jangka waktu pendek ataupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku mereka agar siap
kembali ke masyarakat (Kemenkes, 2010). Pada tahun 2016 BNN telah memberi layanan
rehabilitasi sebesar 22.485 pecandu dan layanan pasca rehabilitasi sebanyak 70182 mantan pecandu
dan penyalahguna markotika (Kemenkes, 2017).
Pengguna narkoba juga perlu diselamatkan agar dapat kembali menjalani hidup dalam
keadaan sehat dan produktif. Pada tanggal 11 Maret 2014 pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Bersama tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam
Lembaga Rehabilitasi yang ditandatangani oleh Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan
HAM, Kejaksaan Agung, Kepolisian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan Badan
Narkotika Nasional. Dengan terbitnya peraturan bersama ini maka para pecandu narkotika dan
korban penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dapat memperoleh layanan rehabilitasi yang
diperlukan. Pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat telah melakukan berbagai langkah dan
upaya untuk menyelamatkan para pengguna Narkoba dan tidak lagi menempatkan para pengguna
Narkoba sebagai pelaku tindak pidana atau pelaku tindak kriminal. Upaya ini diperkuat dengan
penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) pada tahun 2011 dan pencanangan tahun 2014
sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba. Seluruh 3 IPWL mampu melaksanakan
rehabilitasi medis, baik terapi simtomatik maupun konseling adiksi Napza. Sedangkan, IPWL
berbasis rumah sakit mampu memberikan rehabilitasi medis dalam bentuk rawat inap yang bersifat
jangka pendek dan yang bersifat jangka panjang.
Dalam Ketentuan Umum Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
rehabilitasi dibedakan dua macam, yaitu Rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi
Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari
ketergantungan narkotika. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara
terpadu baik secara fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali
melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep detoksifikasi.
2. Untuk mengetahui jenis zat shabu-shabu.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien yang dilakukan detoksifikasi.
4. Memahami asuhan keperawatan klien yang dilakukan detoksifikasi.
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk praktik pelayanan keperawatan
Dapat memberikan asuhan keperawatan klien yang dilakukan detoksifikasidengan penuh
percaya diri. Peningkatan pola pikir atau kerja yang logis, ilmiah dan teroganisir, sehingga asuhan
keperawatan yang diterima oleh klien bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Untuk klien
makalah ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan serta pengalaman
klien tentang detoksifikasi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Detoksifikasi
1. Pengertian Detoksifikasi
Menurut Kleber (1981), Detoksifikasi adalah menyerahkan kepada proses di mana
individu yang ketergantungan fisik pada sebuah narkoba dipisahkan dari narkoba itu
secara mendadak atau berangsur-angsur. (Deloksifikasi Opioid 1900-2000 Oleh Dr.
Erwin Widjono, SpKJ)l1)
Detoksifikasi NAPZA merupakan proses atau tindakan medis untuk membantu klien
dalam mengatasi gejala putus NAPZA (Kemenkes, 2011). Tahap detoksifikasi sering
disebut dengan fase terapi withdrawal atau fase terapi intoksikasi. Tahap ini pecandu
diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah
yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi
gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan
berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan
keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut (Husin & Siste, 2015).
2. Metode, Model Detoksifikasi
Ada beberapa kelebihan dati rekomendasi-rekomendasi metode-metode/perawatan-
perawatan/teknik-teknik pada waktu detoksifikasi :
Beberapa prosedur dari detoksifikasi meliputi pengobatan
Beberapa prosedur lainnya tidak mencakup pengobatan.
Beberapa prosedur merekomendasikan perawatan inap untuk detoksifikasi, lainnya
berupa Program Perawatan Detoksifikasi di luar Rumah Sakit.
Beberapa prosedur menggunakan Metode/Perawatan Terapi untuk Detoksifikasi.
Beberapa prosedur hanya menggunakan vitamin-vitamin, atau kombinasi antara
vitamin dan rempah-rempah alami untuk detoksifikasi
Beberapa pecandu hanya menggunakan Program 12 Langkah Narcotics and
Alcoholics Anonymous, selama mereka melalui proses detoksifikasi.
Pengobatan hanya sedikit mencegah sakaw, Pengobatan bukanlah merupakan
pengganti Putaw atau Shabu-shabu, dan seorang Pecandu I tidak pemah' menjadi bersih
dan waras jika mengganti obat pilihan mereka dengan Pengobatan lainnya.
Dalam Proses Detoksifikasi dari diri Pecandu adalah dengan menyingkirkan
mernisahkan abat dari si Pecandu, kemudian menaruh si Pecandu di dalam kamar yang
3
terkunci (terisolasi) selama beberapa hari. Detoksifikasi alami akan terjadi secara pasti,
dan siPecandu akan terpisah (secara fisik) dari obat sementara.
Metode Detoksifikasi dari Could Turkey berarti; Detoksifikasi tanpa pengobatan
apapun, seorang pecandu langsung menghentikan penggunaan narkoba/zat adiktif,
dengan mengurung pecandu dalam masa putus obat tanpa memberikan obat-obatan.
3. Proses Detoksifikasi
Ada 4 Tahap dalam Proses Detoksifikasi :
a. Detoksifikasi Tahap Awal
Detoksifikasi Tahap Awal adalah dimana ditemukan gejala-gejala putus obat yang
paling berat (dan berbahaya) biasanya muncul dalam 2-6 hari pertama dari
Detoksifikasi pecandu Putaw, 2 hari-2 minggu untuk pecandu Alkohol dan
Shabushabu, dan 30 hari lebih untuk mereka yang mempunyai sejarah telah lama
menggunakan Barbiturasi dan Sedatif, atau obat-obatan penghilang rasa sakit yang
kuat.
b. Detoksifikasi Tahap Kedua
Detoksifikasi Tahap Kedua biasanya mulai berlangsung pada minggu ke-3 sampai
kurang lebih minggu ke-8 dalam proses Detoksifikasi seseorang.
c. Detoksifikasi Tahap Ketiga
Detoksifikasi Tahap Ketiga biasanya dimulai sekitar bulan ke-3 sampai bulan ke-5,
dan biasanya berlangsung selama beberapa bulan. Detoksifikasi Tahap ke-3 dan ke-2
lebih diarahkan pada sisi kehidupan secara emosional dan pemulihan, Dukungan
sebaya, sokongan Kelompok 12 langkah, dan Kelompok-kelompok Aftercare sangat
banyak membantu selama masa yang tidak menentu ini dalam proses pemulihan.
d. Detoksifikasi Tahap Keempat
Detoksifikasi Tahap Keempat terjadi tepatnya pada bulan ke-8 sampai ke-14 di
Proses Pemulihan.
Hari-hari pertama dari Detoksifikasi merupakan masa yang sangat tidak nyaman dan
menyakitkan (sakaw), tetapi biasanya tidak dianggap berbahaya atau mengancam
hidup seseorang. Detoksifikasi sering menjadi sangat sulit dengan orang-orang yang
lebih tua yang berumur 35 tahun ke atas, baik pria maupun wanita dan kasus-kasus
di mana terdapat problem medis atau terapi yang mengharuskan penggunaan obat
yang berkelanjutan untuk keperluan kesehatan.
Seluruh Proses Detoksifikasi memakan waktu kurang lebih 14 bulan sampai 2 tahun
penuh. Detoksifikasi hanya merupakan Proses Tahap Pertama Pemulihan.
4
Etika dan Moral adalah hal-hal yang sangat diperhatikan dalam Proses Detoksifikasi,
Agenda untuk Perawatan, dan Program Aftercare adalah bagian terpenting, fondasi
bagi seluruh Pemulihan yang serius dan tahan lama.
4. Hal yang perIu diperhatikan dalam Proses Detoksifikasi :15)
a. Berapa usia pecandu tersebut.
b. Obat-obatan apa yang sudah mereka pakai, dan berapa tahun mereka sudah
menggunakan obat tersebut. '
c. Bagaimana kesehatan pecandu tersebut secara fisik, mental dan emosional (sangat
penting, apakah ada komplikasi medis atau mental).
d. Sejarah; pola dan kebiasaan si Pecandu
e. Apakah si Pecandu pernah melalui Proses Detoksifikasi sebelumnya (di mana, dan
berapa kali).
f. Latar belakang pendidikan.
g. Obat-obatan apa yang seharusnya digunakan (berapa banyak dan dosis yang sesuai)
dalam Proses Detoksifikasi.
h. Nasehat dan penjelasan pada Pra dan Pasca Konseling Detoksifikasi.
B. Jenis Zat Sabu-Sabu
Sabu-sabu merupakan zat yang biasanya digunakan untuk mengobati penyakit yang parah,
seperti gangguan hiperaktivitas kekurangan perhatian atau narkolepsi. Methamphetamine
atau sabu-sabu adalah jenis narkoba stimulan yang bekerja pada sistem saraf pusat dan
sangat adiktif. Jenis narkoba ini termasuk dalam daftar narkoba yang paling sering
disalahgunakan di Indonesia. Sabu-sabu berbentuk bubuk kristal putih, tidak berbau, dan
terasa pahit. Biasanya, sabu-sabu digunakan dengan cara ditelan, dihisap, atau disuntikkan.
Efek yang ditimbulkan:
1. Jantung berdebar-debar
2. Naiknya suhu tubuh
3. Mengalami insomnia
4. Timbul euforia
5. Nafsu makan menghilang
6. Kekurangan kalsium
7. Mengalami depresi Yang berkepanjangan
Sedangkan gejala fisik yang sering terjadi pada orang yang sakau sabu adalah:
1. Kulit pucat, kumal
2. Penampilan fisik berantakan
3. Pergerakan lambat
5
4. Kontak mata yang buruk
5. Berbicara terlalu halus
6. Sakit kepala
7. Kelelahan ekstrem
8. Badan ngilu
Gejala sakaw shabu biasanya sedang sampai berat dan dapat berakibat fatal jika tidak
diobati. Umumnya, gejala sakaw narkoba jenis shabu dimulai dalam 1-2 hari setelah dosis
terakhir, dan bertahan hingga tiga bulan. Lamanya proses gejala putus obat akan bervariasi
tergantung seberapa banyak dan sering mereka menggunakan obat.
Cara mengatasi sakau sabu :
Walaupun gejala bisa menghilang beberapa minggu setelah gejala sakau terakhir, pasien
bisa mengalami kesulitan serius mencoba mengatasi gejala psikosistanpa bantuan orang lain.
Kecanduan dan gejala sakau sabu tergolong sangat sulit untuk ditanggulangi, terutama
melalui terapi mandiri. Satu-satunya cara terbaik untuk mencapai pemulihan sepenuhnya
adalah dengan melaporkan diri ke rumah sakit atau tempat rehabilitasi untuk detoksifikasi
shabu, di mana ia akan melalui rencana perawatan komprehensif.
Terapi rehab akan berbeda tergantung dari masing-masing individu. Namun, jika gejala
sakau sabu dianggap cukup parah, mungkin akan ada tindakan penanganan lanjutan, seperti:
1. Pengobatan psikosis menggunakan obat-obatan antipsikotik
2. Pengobatan depresi yang berjalan lebih dari dua minggu dengan antidepresan
3. Pengobatan gangguan kecemasan dengan obat penenang non-benzodiazepine
4. Pengobatan mania yang berlangsung lebih dari dua minggu dengan obat antimanik
(lithium)
5. Obat tidur selama 1-2 minggu
6. Pengawasan penuh terhadap kecenderungan bunuh diri.
Semua proses rehabilitasi harus dipantau oleh seorang medis profesional.
6
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama lengkap : Tn. A
2. Nama panggilan : Tn. A
3. Nama penanggung jawab : Ny. F
4. Pekerjaan penanggung jawab : Pegawai Swasta
5. Hubungan penanggung jawab dengan pasien : Kakak
6. Tempat, tanggal lahir : Medan, 23 September 1957
7. Jenis kelamin : Laki-laki
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Alamat lengkap : Jl. Semawar no. 23 Medan
10. Pendidikan terakhir : SMA
11. Agama : Budha
12. Status pernikahan :
£ Menikah £ Bercerai R Belum menika
13. Frekuensi menikah : 0 kali
14. Usia saat pertama kali menikah :-
15. Sumber keuangan :
£ Gaji £ Teman Pensiunan Lainnya,_______
R Keluarga £Jadi bandar
16. Status tempat tinggal saat ini :
R Bersama orangtua £ Tidak punya tempat tinggal
£ Bersama teman £ Tinggal sendiri
£ Bersama sanak keluarga
7
19. Jenis zat yang pernah dipakai keluarga :-
8
7. Jumlah uang yang dihabiskan untuk membeli NAPZA dalam 1 bulan terakhir :
Rp. 4.000.000.00
B. POLA HIDUP
1. Mandi : 3-4 kali / hari
2. Tidur siang :
£ Ya, jam ...-... R Tidak
3. Jam tidur malam : Klien tidur pada pukul 03.00
4. Jam terbangun di pagi hari : 12.00
5. Aktivitas harian sebelum masuk RSKO : pengangguran, sering pergi ke klub untuk
mencari kesenangan.
6. Aktivitas harian selama di RSKO : __________________________________________
7. Makan : 3 kali / hari
8. Makanan selingan : 2 kali/ hari
9. BAB (buang air besar) : 1 kali /hari
10. BAK (buang air kecil) : 6 kali/hari
C. KONDISI KESEHATAN
1. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya : Kulit kelamin
2. Riwayat dirawat di rumah sakit : Belum pernah di rawat
3. Anda sedang menggunakan obat yang diresepkan secara teratur :
9
£ Ya, R Tidak
sebutkan,____________________
4. Status HIV:
R Tidak tahu £ Tes positif £ Hasil tes tidak
£ Belum pernah £ Tes negatif diketahui
tes
5. Status HCV:
R Tidak tahu £ Tes positif £ Hasil tes tidak
£ Belum pernah £ Tes negatif diketahui
tes
6. Status TBC:
R Tidak tahu £ Rontgen foto £ Tes BTA 3x
£ Belum periksa £positif £positif
£ Rontgen negatif £ Tes BTA 3x
negatif
D. KONDISI PSIKIS
1. Apakah anda pernah mengalami masalah serius dalam berhubungan dengan :
R Ibu, jelaskan Karena membawa dirinya ke RSKO tanpa sepengetahuannya dan klien
merawa kecewa
£ Ayah, jelaskan_______________________________________________________
R Adik / kakak, jelaskan Karena membawa dirinya ke RSKO tanpa sepengetahuannya
10
dan klien merawa kecewa
£ Suami / istri, jelaskan __________________________________________________
£ Keluarga lain yang berarti, jelaskan _______________________________________
R Pacar , jelaskan menolak perjodohan sehingga gagal menikah.
£ Teman akrab, jelaskan__________________________________________________
£ Tetangga, jelaskan_____________________________________________________
£ Teman sekerja, jelaskan_________________________________________________
3. Pernah dipenjara ?
£ Ya,
Jumlah____ kali Lamanya ______________
Alasan ________________ Lokasi ________________
R Tidak
G. PERILAKU SEKSUAL
1. Apakah Anda pernah melakukan hubungan seksual?
R Ya £ Tidak
2. Jika pernah, dengan siapa?
£ Pasangan R PSK £ Lainnya______
£ Anak £ Sesama
£ Pacar pengguna NAPZA
12
3. Pernah menderita penyakit infeksi menular seksual?
£ 1-3 bulan lalu R Lebih dari 1 tahun lalu
£ 3-6 bulan lalu` £ Tidak tahu
£ Kurang dari 1 tahun lalu
13
I. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
1. Pemeriksaan status mental
R Terorientasi £ Tidak terorientasi
2. Penampilan keseluruhan
R Rapi R Bersih
£ Tidak rapi £ Kotor
J. HUBUNGAN SOSIAL
1. Orang yang dekat/ dipercaya saat ini
Adik ketiga.
K. KONSEP DIRI
14
1. Gambaran diri
R Puas dengan bentuk fisik yang ada
£ Tidak menerima cacat fisik yang ada
£ Tidak puas dengan bentuk fisik yang ada
£ Lain-lain ..........
Jelaskan :
2. Identitas
R Puas dengan status/ posisi sekarang
£ Puas sebagai laki-laki/ perempuan
£ Tidak puas dengan status/ posisi sekarang
£ Tidak puas sebagai laki-laki/ perempuan
Jelaskan
3. Peran
R Puas dengan peran yang diemban saat ini
£ Mampu menjalankan peran tersebut
4. Ideal diri
£ Memiliki cita-cita yang akan dicapai
£ Adanya harapan untuk sembuh
R Tidak memiliki cita-cita yang akan dicapai
£ Tidak memiliki harapan untuk sembuh
5. Harga Diri
£ Percaya diri
R Tidak konsisten/ mudah terpengaruh
£ Tidak percaya diri
Masalah Keperawatan :
15
L. SPIRITUAL
1. Nilai dan keyakinan :
£ Menggunakan zat bertentangan dengan nilai agama dan budaya
R Menggunakan zat tidak bertentangan dengan nilai agama dan budaya
£ Lain-lain ......…
2. Kegiatan ibadah
£ Melakukan ibadah secara rutin/ teratur
R Melakukan ibadah jarang-jarang
£ Tidak pernah melakukan kegiatan ibadah
£Tidak memiliki pengetahuan cara melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan
agamanya.
Masalah keperawatan : ..................
M. Sumber koping
£ Komunikasi dalam keluarga
£ Sistem pendukung sosial
£ Kegiatan yang biasa dilakukan
£ Ketrampilan kerja
R Kemampuan menurunkan stres
£ Motivasi perilaku
N. FUNGSI KOGNITIF
1. Konsentrasi:
R Baik £ Buruk, ___________________
2. Daya ingat:
R Baik £ Buruk,___________________
3. Pikiran obsesif:
£ Ya, _______________ R Tidak
4. Halusinasi:
£ Ya, _______________ R Tidak
5. Waham:
£ Ya, _______________ R Tidak
16
O. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
17
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 62x/menit
pernapasan : 21x/menit
Suhu : 36 oCelcius
2. Pemeriksaan sistemik
a. Sistem pencernaan :
-Mulut : mulut tampak bersih sehat, gigi dan gusi baik, mukosa bibir lembab
-Abdomen :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada luka
Auskultasi : Bising usus normal, 8x/menit
Palpasi : normal, tidak terdapat nyeri tekan
b. Sistem kardiovaskuler :
- Palpasi : pemeriksaan pada ictus kordis normal
- Perkusi : terdapat nya suara resonan pada jantung
- Auskultasi :Bunyi S1 dan S2 tunggal
c. Sistem respiratori :
- Hidung : bentuk simetris kiri dan kanan,bentuk hidung normal dan tidak terdapat deviasi
septum, tidak ada secret.
- Posisi Trachea : Normal
- Dada : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan pada dada, expansi
dada simetris, hasil auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
18
-Telinga : Pendengaran baik, tidak nyeri, tidak ada sekret telinga, tidak ada pembengkakan,
dan tidak memakai alat bantu.
-Hidung : bentuk simetris kiri dan kanan,bentuk hidung normal dan tidak terdapat deviasi
septum, tidak ada secret
-Tenggorokan : Tidak ada kesulitan menelan
-Kulit : Warna kulit sawo matang, bersih, turgor baik.
3. Diagnosis medis sementara :
4. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan :
Hasil Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan laboratorium)
Tanggal : 05 Januari 2015
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Darah Lengkap
Leukosit 3,407 3,70 – 10,1
Eritrosit 4,904 10³/uL 4,2 – 11,0
Hemoglobin 15,31 g/Dl 12,0 – 16,0
Hematokrit 46,64% 38 – 47
MCV 95,11 um³ 81,1 – 96,0
MCH 30,20 pg 27,0 – 31,2
MCHC 32,82 g/dL 31,8 – 35,4
RDW 12,5% 11,5 – 14,5
PLT 117 10³/uL 155 – 366
1. Rencana terapi :
a. Farmakoterapi :
- abilify 1x 15 mg melalui oral
- THP 1x2 mg melalui oral
b. Terapi non farmakologi
Tidak ada
2. Rencana kegiatan:
a. Terapi aktivitas kelompok tentang: ___________________________________________
b. Konseling tentang:
18
Rencana kegiatan konseling hari kamis tanggal 08-01-2015 dengan dokter dengan
melibatkan keluarga
c. Pendidikan kesehatan tentang: _______________________________________________
A. Diagnosa keperawatan
a. Koping individu tidak efektif
b. Gangguan pola tidur
c. Defisit pengetahuan
B. Rencana tindakan
18
8. Diskusikan perubahan
peran yang dialami
9. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
10. Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku
diri sendiri
11. Diskusikan
konsekuensi tidak
menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
12. Diskusikan risiko yang
menimbulksn bahaya
pada diri sendiri
13. Fasilitasi dalam
memperoleh informasi
yang dibutuhkan
14. Berikan pilihan
realistis mengenai
aspek-aspek tertentu
dalam perawatan
15. Motivasi untuk
menentukan harapan
yang realistis
16. Tinjau kembali
kemampuan dalam
pengambilan keputusan
17. Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
18. Motivasi
mengidentifikasi
sistem pendukung yang
18
tersedia
19. Perkenalkan dengan
orang atau kelompok
yang berhasil
mengalami
pengalaman yang sama
20. Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan
yang tepat
21. Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancam
Edukasi
22. Anjurkan menjalin
hubungan yang
memiliki kepentingan
dan tujuan yang sama
23. Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika
perlu
24. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
25. Anjurkan membuat
tujuan yang lebih
spesifik
26. Anjurkan cara
memecahkan masalah
secara konstruktif
27. Latih penggunaan
teknik relaksasi
28. Latih keterampilan
sosial, sesuai
kebutuhan
29. Latih mengembangkan
18
penilaian obyektif
18
Pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
10. Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
11. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
12. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
13. Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur
14. Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
15. Anjurkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup,
sering berubah shiff
kerja)
16. Anjurkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi
lainnya
3. 5 Januari Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
2015 keperawatan 2 x 24 jam di Observasi
harapkan pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan
18
klien meningkat dengan dan kemampuan
kriteria hasil : menerima informasi
2. Identifikasi faktor-
Mengerti dan
faktor yang dapat
paham tentang
meningkatkan dan
penyakitnya
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih
dan sehat
Terapeutik
3. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
4. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
5. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
6. Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
7. Anjurkan prilaku hidup
bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
BAB IV
PENUTUP
18
A. KESIMPULAN
Proses terapi klien dengan ketergantungan NAPZA membutuhkan waktu yang lama dan
tidak terbatas. Hal ini disebabkan karena ketergantungan NAPZA merupakan gangguan yang
menahun dan sering kambuh (relaps) atau dikenal dengan cronic diseases. Tidak ada bentuk terapi
ketergantungan NAPZA yang sesuai untuk semua individu. Masing-masing pengguna NAPZA
memerlukan jenis terapi yang harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pemahaman yang
komprehensif tentang pengguna NAPZA yang dibutuhkan agar pendekatan terapi ketergantungan
NAPZA dapat mendukung klien untuk proses pemulihan dan mencegah kekambuhan (relaps).
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
18
Pusat Rehabilitasi Pecandu Narkoba di Yogyakarta. Bab II Tinjauan Tentang Narkoba&Pusat
Rehabilitas. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2237/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=5&isAllowed=y (Diakses pada 04 September 2021)
18