Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN LEUKIMIA

OLEH :
KELAS B12-B
1. A.A. ISTRI CAHYADININGRUM (193223107)
2. IDA AYU PUTU MIRAH ADI ANGGRAENI (193223123)
3. LUH PUTU WIDYANTARI (193223129)
4. NI LUH GEDE ITA SUNARIATI (193223138)
5. NI LUH GEDE RIKA RAHAYU (193223139)
6. NI LUH GEDE YUPITA ASTRI SURYANDARI (193223140)
7. NI PUTU PRASTIWI FATMA SARI (193223150)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga tugas Keperawatan Anak, dengan materi “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Leukimia” ini
dapat tersusun dan terselesaikan tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi tugas yang kami buat agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam isi tugas ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.                                                                                      

Denpasar, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker
pada anak. Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat.
Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara
medis sudah memasuki stadium lanjut.
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi
dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan
ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal (Baldy,
2006). Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan
leukemia mielogenosa (Guyton and Hall, 2007).
Sebagai seorang perawat, sangat penting mengetahui tentang penyakit
leukemia ini. Melihat ruang lingkup pelaksanaan tindakan keperawatan salah
satunya adalah anak-anak, dengan mengetahui lebih jauh tentang apa dan
bagaimana leukemia ini membuat seorang perawat menjadi lebih percaya diri
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dan yang paling penting dapat
menambah atau meningkatkan derajat kesehatan khususnya pada anak.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa definisi leukemia?


2. Bagaimana etiologi dari leukemia?
3. Apa tanda gejala klinis leukemia?
4. Bagaimana klasifikasi leukemia?
5. Bagaimana patofisiologi leukinia ?
6. Bagaimana pathway dari leukimia.
7. Bagaiama komplikasi leukimia ?
8. Bagaimana Pemeriksaan penunjang leukemia ?
9. Bagaiama penatalaksanaan medis dari leukemia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi leukimia
2. Untuk mengetahui etiologi leukimia
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala leukimia\
4. Untuk mengetahui klasifikasi leukimia
5. Untuk mengetahui patofisiologi leukimia
6. Untuk mengetahui pathway leukimia
7. Untuk mengetahui kmplikasi leukimia
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang leukimia
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis leukimia
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa memperoleh
pengetahuan tambahan dan dapat mengembangkan wawasan mengenai
asuhan keperawatan pada anak dengan leukimia.
2. Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar para pembaca mengetahui
bagaimana cara untuk menyusun sebuah asuhan keperawatan pada anak
dengan leukimia dan dapat menerapkannya dalam melakukan tindakan
keperawatan.

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah


pengetahuan masyarakat luas terutama perawat menganai leukemia atau kanker
darah. Makalah ini juga memberikan pemahaman yang lebih dalam proses
balajar mengajar di semester I ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Leukimia
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis darah putih
dengan menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008).
Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang
beragam. Ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi
maligna dari sel – sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan
limfoid.Leukemia ini mrupakan penyakit proliferasi neoplastik yang sangat
cepat dan progresif, yang ditandai oleh proliferase abnormal dari sel – sel
hematopoitik yang menyebabkan infiltrasi yang progresif pada sumsum
tulang(Sunaryanti, 2011).
Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi
neoplasitik dari sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi
somatik sel bakal (stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel
leukemia(Tarwoto & Wartonah, 2008).
B. Etiologi Leukimia
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti.Oleh sebab itu, sangat sulit
bagi kita untuk menghindarinya, setidaknya ada beberapa factor yang dapat
mempengaruhi terhadap frekuensi leukemia. Ada beberapa faktor tersebut
antara lain(Sunaryanti, 2011) yaitu :

1. RadiasI
Menurut data, LMA lebih disebabkan karena serangan radiasi. Sedang LLK
sendiri jarang mendapat laporan karena faktor radiasi. Jadi ada
kemungkinan pegawai radiologi bisa memiliki kemungkinan terkena
serangan Leukemia, penderita dengan radioterapi lebih sering menderita
leukimia, Sebenarnya untuk serangan Leukemia pada anak-anak sendiri
meningkat setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Semenjak itu, mulai banyak laporan mengenai anak-anak yang menderita
Leukemia ini.
2. Faktor Leukemogenik
Maksudnya disini itu karena faktor zat kimia tertentu. Biasanya Racun
lingkungan seperti benzena, Insektisida, obat-obatan terapi kaya kemoterapi
juga akan memungkinkan terjadinya Leukemia.
3. Virus
Virus ini biasanya sih Virus HTLV penyebab utamanya. HTLV ituT-cell
Leukemia Viruses yang merupakan penyebab utama dari ketidak normalan
perkembangan sel darah putih. Biasanya sih HTLV I atau II. Virus lainnya
antara lain retrovirus atau virus leukemia feline.
4. Herediter        
Herediter disini maksudnya keturunan. Biasanya orang yang memiliki
Sindrom Down lebih rentan terkena Leukemia dibanding yang tidak.
Kemungkinan terkenanya sekitar 20 kali lebih rentan dibanding yang
normal. 
C. Tanda dan Gejala Leukimia
Adapun tanda dan gejala dari leukimia sebagai berikut (Nuratif & Kusuma,
2015) yaitu :
1. Leukemia granulositik kronik (LGK)
LGK adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan seri granulosit yang relatif matang. Gejala LGK antara lain rasa
lelah, penurunan BB, rasa penuh di perut dan mudah berdarah. Pada
pemeriksaan fisis hamper selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90%
kasus. Juga sering didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan
hepatomegali.Kadang-kadang ada purpura, perdarahan retina, panas,
pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-kadang priapismus.
2. Leukemia mieloblastik akut (LMA)
Gejala penderita LMA antara lain rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang,
anemia, petekie, perdarahan, nyeri tulang, infeksi, pembesaran kelenjar
getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediastinum.Kadang-kadang juga
ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan
mielomonositik.
3. Leukemia limfositik kronik
Gejala LLK antara lain limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, infiltrasi
alat tubuh lain (paru, pleura, tulang, kulit), anemia hemolitik,
trombositopenia, hipogamaglobulinemia dan gamopati monoklonal
sehingga penderita mudah terserang infeksi.
4. Leukemia limfoblastik akut
Gejala penderita LLA adalah sebagai berikut: rasa lelah, panas tanpa infeksi,
purpura, nyeri tulang dan sendi, macam-macam infeksi, penurunan berat
badan dan sering ditemukan suatu masa yang abnormal. Pada pemeriksaan
fisis ditemukan splenomegali (86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri
tekan tulang dada, ekimoses dan perdarahan retina.
D. Klasifikasi Leukimia
Menurut Perpustakaan Nasional (2008), Tambayong (2000), dan
Handayani (2008), klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis sel (limfositik
atau mielositik) dan perjalan penyakit (akut atau kronik).
1. Leukemia Akut
Leukemia Akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum, leukemia mieloid
akut (AML) dan leukemia limfoblastik akut (ALL).Pasien biasanya
mengalami riwayat penurunan berat badan yang cepat, memar, perdarahan,
pucat, lelah, dan infeksi berulang di mulut dan tenggorokan.Hitung darah
lengkap sering kali menunjukkan anemia dan trombositopenia.Hitung sel
darah putih dapat meningkat atau sangat rendah.Perdarahan di area vital,
akumulasi leukosit dalam organ vital.
2. Leukemia Mieloid Akut
AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat seiring
pertambahan usia. AML sekunder kadang terlihat pada orang yang diobati
dengan kemoterapi sitotoksik atau radioterapi.
3. Leukemia Limfoblastik Akut
ALL adalah bentuk keganasan hematologisyang umum terjadi pada anak.
Akan tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan peningkatan insidens
seiring pertambahan usia. Banyak tanda dan gejala ALL yang mirip dengan
AML serta sebagian besar menyebabkan kegagalan sumsum tulang. Pasien
juga mengalami manifestasi spesifik ynag meliputi pembesaran nodus limfe
(limfadenopati), hati, dan limpa ( hepatosplenomegali),serta infiltrasi pada
sistem saraf pusat.
4. Leukemia Mieloid Kronik
CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi tidak beraturan
dari sel darah putih mieloid. CML dapat mengenai semua kelompok usia,
namun terutama berusia antara 40 dan 60 tahun.
5. Leukemia Limfosit Kronik
CLL adalah gangguan proliferatif limfosit.Sel ini terakumulasi di darah,
sumsum tulang, nodus limfe dan limfa.CLL adalah kasus di jumpai pada
individu berusia di atas 50 tahun.
E. Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan
leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet.Seluruh sel
darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh
sumsum tulang.Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang
darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang
terbagis epanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai
hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang.,
panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang
panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan
lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum
tulang.Biasanya dijumpai tinmgkat pengembangan lymphoid yang berbeda
dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi
sel normal.Derajat kementahannya merupakan petunjuk untk
menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi
ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis (^)%), kadang-
kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah,
demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum
tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit
B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early
B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T
juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel
timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T
helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat
ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan
hepatosplenomegali.Sakit tulang juga sering dijumpai. Jugaa timbul serangan
pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, “seizures” dan
gangguan penglihatan( Nuratif & Kusuma, 2015).
F. Pathway

FACTOR PENCETUS

- Genetik - kelainan kromosom


Sel neoplasma
- Radiasi - infeksi virus berproliferasi didalam
- Obat – obatan - paparan bahan kimia sumsum tulang

Infiltrasi sumsum tulang Penyebaran ekstramedular Sel onkogen

Pertumbuhan berlebih
Melalui sirkulasi darah Melalui sistem limfatik

Kebutuhan nutrisi
Pembesaran hati dan Nodus limfe meningkat
limfe

Limfadenopati
Hepatosplenomegali
Hipermetabolisme

Penekanan ruang Peningkatan tekanan


abdomen intra abdomen
Defisit Nutrisi(D.0019)

Sel normal digantikan Nyeri Akut(D.0077)


oleh sel kanker

Depresi produksi Suplai oksigen ke Perfusi perifer tidak


sumsum tulang jaringan inadekuat efektif(D.0009)

Penurunan eritrosit Risiko perdarahan(D.0012)


Anemia
Penurunan trombosit
Trombositopenia Kecenderunga perdarahan

Penurunan fungsi
leukosit Daya tahan tubuh Risiko infeksi(D.0142)

Infiltrasi periosteal Kelemahan tulang

Tulang lunak dan lemah

Fraktur fisiologis

Intoleransi aktivitas (D.0056)


G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari leukemia ada beberapa yaitu sebagai berikut ((Betz
Lynn. C & Sowden. AL, 2009) :
1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah
merah, maka anemiadapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan
anemia tersebut. Proses terapi Leukemiajuga dapat meyebabkan penurunan
jumlah sel darah merah.
2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah
(trombositopenia) padakeadaan Leukemia dapat mengganggu proses
hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis,
pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.
3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau
sendi. Keadaanini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan
leukosit abnormal yangberkembang pesat.
4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi
saat keadaanleukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini
menyebabkan limpa bertambah besar,bahkan beresiko untuk pecah.
5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien
dengan kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak
dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis)
dapat menyebabkan clot yang abnormal dan mengakibatkan stroke.
6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal,
tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan
pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan
leukemia juga dapat menurunkan kadarleukosit hingga terlalu rendah,
sehingga sistem imun tidak efektif.
g) Kematian.
H. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik pada penderita
leukemia sebagai berikut (Nuratif & Kusuma, 2015 ; Ngastyah, 2005) yaitu :
1. Pemeriksaan darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi yang monoton, terdapat sel blast, yang merupakan
gejala patogonomik untuk leukimia.
2. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis, sedangkan sistem lain
terdesak (apabila sekunder).
3. Biopsi limfe
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliperasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limfe yang mendesak, seperti limfosit normal, Res,
granulosit dan pulp cell.
4. Cairan serebrospinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu
leukemia meningeal.Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh.Untuk
mencegahnya diberikan metrotreksat (MTX) secara intra tekal.
I. Penatalaksanaan Medis pada Leukimia
1. Kemoterapi
Terapi definitive leukemia akut adalah dengan kemoterapi
sitotoksik menggunakan kombinasi obat multiple.Obat sitotoksik bekerja
dengan berbagai mekanisme namun semuanya dapat menghancurkan sel
leukemia.Tetapi dengan metode ini beberapa sel normal juga ikut rusak
dan ini menyebabkan efek samping seperti kerontokan rambut, mual,
muntah, nyeri pada mulut (akibat kerusakan pada mukosa mulut), dan
kegagalan sumsum tulang akibat matinya sel sumsum tulan.Salah satu
konsekuensi mayor dari neutropenia akibat kemoterapi adalah infeksi
berat.Pasien harus diterapi selama berbulan-bulan (AML) atau selama 2-3
tahun (ALL).
Menurut Suriadi (2006) dan Yuliani (2006), fase penatalakasanaan
kemoterapi meliputi tiga fase yaitu fase induksi, fase proflaksis, fase
konsolidasi.

a. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnose ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vincristin, dan L
asparaginase.Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis
Sistem saraf pusat, pada terapi ini diberikan metotreksat, cytarabine
dan hydrocortisone melalui intrathecal untuk mencegah invasi sel
leukemia ke otak.Terapi irradiasi cranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan system saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh.Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan.Jika terjadi surpresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementra atau dosis obat dikurangi.

Penatalaksanaan medis dalam pemberian kemoterapi dan radioterapi:


1) Prednison untuk efek antiinflamasi
2) Vinkristin (oncovin) untuk antineoplastik yang menghambat
pembelahan sel selama metaphase
3) Asparaginase untuk menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk
pertumbuhan tumor)
4) Metotreksat sebagai antimetabolik untuk menghalangi metabolism
asam folat sebagai zat untuk sintesis nucleoprotein yang diperlukan
yang diperlukan sel-sel yang cepat membelah
5) Sitarabin untuk menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia
granulositik yang menekan sumsum tulang yang kuat.
6) Alopurinol sebagai penghambat produksi asam urat dengan
menghambat reaksi biokimia.
7) Siklofosfamid sebagai antitumor kuat.
8) Daurnorubisin sebagai penghambat pembelahan sel selama pengobatan
leukemia akut
(Hidayat, Aziz. 2008)
2. Transplantasi sumsum tulang
Ini merupakan pilihan terapi lain setelah kemoterapi dosis tinggi
dan radioterapi pada beberapa pasien leukemia akut. Transplantasi dapat
bersifat autolog, yaitu el sumsum tulang diambil sebelum pasien
meneraima terapi dosis tinggi, disimpan, dan kemudian diinfusikan
kembali.Selain itu, dapat jug bersifat alogenik, yaitu sumsum tulang
berasal dari donor yang cocok HLA-nya. Kemoterapi dengan dosis sangat
tinggi akan membunuh sumsum tulang penderita dan hal tersebut tidak
dapat pulih kembali. Sumsum tulang pasien yang diinfusikan kembali akan
mengembalikan fungsi sumsum tulang pasien tersebut. Pasien yang
menerima transplantasi alogenik memiliki risiko rekurensi yag lebih
rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima transplantasi autolog,
karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan relaps. Pada
transplantasi alogenik memiliki risiko rekurensi yang lebih rendah
dibandingkan dengan pasien yang menerima transplantsi autolog, karena
sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan relaps. Pada
transplantasi alogenik, terdapat bukti kuat yang menunjukan bahwa
sumsum yang ditransplantasikan akan berefek antitumor yang kuat karena
limfosit T yang tertransplantasi. Penelitian-penelitian baru menunjukan
bahwa transplantasi alogenik menggunakan terapi dosis rendah dapat
dilakukan dan memiliki kemungkinan sembuh akibat mechanism
imunologis.
3. Resusitasi
Pasien yang baru didiagnosis leukemia akut biasanya berada dalam
keadaan sakit berat dan renta terhadap infeksi berat dan atau perdarahan.
Prioritas utamanya adalah resusitasi mengguakan antibiotic dosis tinggi
intravena untuk melawan infeksi, transfusi trombosit atau plasma beku
segar (fresh frozen plasma) utuk mengatasi anmia. Penggunaan antibiotic
dalam situasi ini adalah tindakan yang tepat walaupun demam yang terjadi
ternyata merupakan akibat dari penyakit itu sendiri dan bukan akibat
infeksi.Lebih mudah menghentikan pemberian antibiotic daripada
menyelamatkan pasien dengan syok dan septicemia yang telah diberikan
tanpa terapi antibiotik. (Patrick. 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC.

Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika .

Nuratif Huda.A & Kusuma Hardhi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2.Jogjakarta :
Medication

Sunaryati shinta.S. 2014. Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat


Mematikan. Jogjakarta : FlashBooks.

Tarwoto dan Wartonah.2008. Keperawatan Medikal Bedah gangguan


Hematologi. Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai