Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA PADA ANAK

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Keperawatan Anak II

Dosen pengampuh: Ns.Ellen R.V Purba, S.Kep.,M.Kes

Di Susun Oleh :

Anjenita Wakim (P0712020005) Jhordane Sangpali (P071210200


Agustha Erubun (P07120120004) Julia G Natalia (P071201200
Dewi I Sarmitha (P7120120009) Milka Napo (P071201200
Excel Paunno (P07120120018) Uce Taudufu (P071201200
Faldo Halitopo (P07120120019) Winni Griapon (P07120120049)
Habiel Taruk (P07120120025) Yolanda Makuba (P07120120050)

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jayapura


Program Pendidikan profesi Ners
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai ASUHAN
KEPERAWATAN LEUKIMIA PADA ANAK ini dengan sebaik mungkin.

Tidak lupa pula Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ellen R.V
Purba,S.Kep,.M.Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan anak II. Dalam penulisan
makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang
berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, walaupun
demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.Semoga dalam
makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan
kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana
mestinya.

Penulis

Jayapura, 28 Agustus 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. PATOFISILOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

BAB III ,

A. ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) insiden penyakit leukemia menempati angka
31,5 persen dari semua kanker pada anak di bawah usia 15 tahun di negara industri, dan
sebanyak 15,7 persen di negara berkembang termasuk Indonesia. Data dari Global Burden
of Cancer (Globocan) pada tahun 2018 memperkirakan kasus baru leukimia di Indonesia
pada anak laki-laki berumur 0-19 tahun mencapai sekitar 33.5 persen kasusnya. Sedangkan,
kasus baru leukimia pada anak perempuan di jenjang usia yang sama mencapai sekitar 31
persen dari semua jenis kanker pada anak.

Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana penerapan asuhan keperawatan
leukimia pada anak.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan leukimia pada anak.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan penyakit leukimia
b. Mampu mendeskripsikan hasil rumusan diagnos pada anak dengan penyakit
leukimia
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan penyakit
leukimia
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan penyakit
leukimia
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan penyakit
leukimia

BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi
Leukemia merupakan penyakit kanker sistemik yang menyerang sel darah putih
yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada semua aspek kehidupan yaitu fisik,
psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang disebabkan oleh pertumbuhan tidak
normal pada sel darah putih (leukosit), dimana sel darah putih muda tidak menjadi
matang seperti seharusnya melainkan menjadi sel yang dikenal sebagai sel leukemia
(Yayasan Kanker Indonesia (YKI), 2008). Leukemia adalah penyakit yang dapat
menyerang semua jenis usia, tidak terkecuali pada anak-anak. Leukemia merupakan jenis
kanker yang sering ditemukan pada anak dibawah usia 15 tahun. Leukemia merupakan
penyakit kronis yang menempati urutan kedua dan ketiga sebagai penyebab kematian
pada anak (Andra dalam Farmacia, 2007).
Anak dengan leukemia mengalami berbagai masalah yang dapat mengganggu
tumbuh kembangnya. Hal ini membuat anak mengalami masa sulit selama proses
pertumbuhannya. Tanda dan gejala yang muncul pada anak dengan leukemia antara lain
pilek yang tidak sembuh-sembuh, pucat, lesu, demam, anoreksia dan penurunan berat
badan, petekie, memar tanpa sebab, nyeri pada tulang dan persendian, nyeri abdomen,
limfadenopati, dan hepatosplemegali (Suriadi & Yuliani, 2010).
B. Etiologi
Penyebab leukemia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun dari
beberapa penelitian ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan leukemia
diantaranya adalah penggunaan pestisida, medan listrik, riwayat keguguran pada ibu,
radiasi, bahan kimia (benzene), virus, kelainan genetik, ibu yang umurnya relatif tua saat
melahirkan, ibu yang merokok saat hamil, konsumsi alkohol saat hamil, penggunaan
marijuana saat hamil, medan magnet, pekerjaan orang tua, berat lahir, urutan lahir,
radiasi prenatal dan postnatal, vitamin K, serta diet (Simanjorang, 2010).
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan leukimia pada
anak. Namun, leukimia pada anak seringkali disebabkan karena masalah pada
penumpukan sel-sel kanker di sumsum tulang belakang sehingga sel-sel darah normal
tidak bisa diproduksi dengan baik. Sel darah dan trombosit diproduksi di sumsum tulang.
Pada penderita leukemia, beberapa sel darah putih baru gagal matang dengan baik.
Sel-sel yang belum matang ini terus bereproduksi dengan kecepatan tinggi, memadatkan
sel-sel sehat dan menghasilkan sejumlah gejala. Akibatnya, sang anak tidak memiliki
cukup sel darah merah, sel darah putih dan trombosit darah.

C. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait dengan
sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari
leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya
(granulosit dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegaly, hepatomegaly).
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopetik lainya
dan mengarah ke pengembangan / pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenia (Friehling
et al, 2015).
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan terpengaruh
dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi,
manifestasi akan teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem
saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism, depresi sumsum tulang yang akan
berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada eksra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, linfe, dan nyeri persendian (Friehling et al, 2015)
Sel-sel leukemia menyusup ke dalm sumsum tulang, mengganti unsur-unsur sel yang
normal. Akibatnya timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang tidak
mencukupi. Timbulnya perdarahan akibat menurunya jumlah trombosit yang
bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit.
Penyusupan sel-sel leukemia ke dalam semua orgna-organ vital menimbulkan
hepatomegaly, splenomegaly dan lomfadenopati. Timbul disfungsi sum-sum tulang,
menyebabkan turunya jumlah eritrosit, neutrophil dan trombosit. Sel-sel leukemia
menyusipi limfonodus, limfa, hati, tulang dan susunan saraf pusat (David,2015).
Disemua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat menekan produksi dan elemen di
darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk menghilangkan sel
normal yang berfungsi sebagai nutrisi untuk metabolisme. Tanda dan gejala dari
leukemia merupakan hasil dari filtrasi sumsum tulang, dengan 3 manifesatsi yaitu anemia
dan penurunan RBC, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan karena produksi platelet
yang menurun. Invasi sel leukemia yang berangsur-angsur pada sumsum menimbulkan
nyeri.

B. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinisnyaantara lain pucat, mudah memar, letargi, anoreksia, malaise,
nyeri tulang, nyeri perut dan perdarahan. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan hal –
hal sebagai berikut : demam, keletihan, anoreksia, pucat, petekie dan ekimosis pada kulit
atau membran mukosa, perdarahan retina, pembesaran dan fibrosis organ – organ sistem
retikuloendotelial seperti hati, limpa, dan limfonodus, berat badan turun, nyeri abdomen
yang tidak jelas, nyeri sendi dan nyeri tekan pada tulang (Betz & Sowden β009).

C. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat pada darah tepi
berdasarkan pada kelainan sumsum tulang berupa adanya pansitopenia, limfositosis yang
kadang – kadang menyebabkan gambaran tepi monoton dan terdapat sel blas. Terdapat sel
blas dalam darah tepi merupakan gejala patognomik untuk leukemia. Dari pemeriksaan
sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton, yaitu hanya terdiri dari sel
limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder). Anak dengan sel
darah putih lebih dari 50.000/mmγ adalah tanda prognosis kurang baik. Kadar hematokrit
dan hemoglobin rendah mengindikasikan anemia. Trombosit rendah mengindikasikan
potensial perdarahan.

b. Aspirasi sumsum tulang (BMP), hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda
c. Biopsi limpa Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit.

d. Cairan serebrospinalis atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS) Bila terdapat jumlah patologis
dan protein, berarti suatu leukemia meningeal. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat
(MTX) secara intratekal secara rutin pada setiap pasien yang menunjukkan gejala tekanan
intrakranial meninggi.

D. Penatalaksanaan

1) Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan
bila terdapat tanda – tanda DIC dapat diberikan heparin (Ngastiyah, 2012).

2) Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik, tujuannya untuk membunuh


atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang
telah lepas dari sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan limfe ke bagian tubuh
lain. Prose kemoterapi terbagi dalam empat fase, yaitu :

a) Terapi induksi Yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang dari 5% sel –
sel leukemia dalam sum – sum tulang. Hampir segera setelah diagnosis ditegakkan, trrapi
induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat – obatan utama yang
dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin, dan
L-asparaginase, dengan atau tanpa doksorubisin. Terapi obat pada AML meliputi
doksorubisin atau daunorubisin (daunomisin) dan sitosin arabinosida.

b) Terapi profilaksis SSP Yang mencegah agar sel – sel leukemia tidak menginvasi SSP.
Penanganan SSP terdiri atas terapi profilaksis melalui kemoterapi intratekal dengan
metotreksat, sitarabin, dan hidrokortison. Karena adanya kekhawatiran terhadap terhadap
efek samping iradiasi kranial, terapi ini hanya dialakukan pada pasien – pasien yang
beresiko tinggi dan yang memiliki penyakit SSP.

c) Terapi intensifikasi (konsolidasi) Yang menghilangkan sel – sel leukemia yang masih
tersisa, diikuti dengan terapi intensifikasi lambat (delayed intensification), yang mencegah
timbulnya klon leukemik yang resisten. Penyuntikan intratekal yang menyertai kemoterapi
sistemik meliputi pemberian Lasparaginase, metotreksat dosis tinggi atau sedang, sitarabin,
vinkristin dan merkaptopurin.
d) Terapi rumatan Yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi. Terapi rumatan
dimulai sesudah terapi induksi dan konsolidasi selesai dan berhasil dengan baik untuk
memelihara remisi selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia. Regimen terapi obat
kombinasi yang meliputi pemberian merkaptopurin setiap hari, metotreksat seminggu sekali,
dan terapi intratekal secara periodik diberikan selama β tahun kemudian. Demikian juga
selama terapi rumatan, harus dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk
mengevaluasi respons sum – sum tulang terhadap obat – obatan yang dilakukan.

e) Reinduksi sesudah relaps Adanya sel – sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau
testis menunjukkan terjadinya relaps atau kekambuhan penyakit. Terapi pada anak – anak
yang mengalami relaps mengalami relaps meliputi terapi reinduksi dengan prednison dan
vinkristin, disertai pemberian kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi preventif
SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya
dan dilaksanakan setelah remisi.

Efek samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik dari obat – obat sitotoksik
sehingga menghambat proliferasi tidak hanya sel – sel kanker melainkan juga sel normal.
Efek samping obat kemoterapi atau obat sitotoksik dapat berupa :
a) Sel – sel darah Sel – sel ini melawan infeksi, membantu darah membeku, dan
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika sel – sel terpengaruh, penderita leukemia
lebih mudah mengalami infeksi, memar, perdarahan, dan rasa lemah serta lelah.
b) Sel – sel pada akar rambut Kemoterapi dapat menimbulkan kerontokan rambut.
c) Sel – sel yang melapisi pencernaan Kemoterapi dapat menyebabkan luka mulut dan bibir,
mual dan muntah, diare, serta penurunan nafsu makan (Maharani, 2009).

3) Terapi radiasi
Terapi radiasi (radiotherapy) dilakukan dengan menggunakan sinar – sinar bertenaga tinggi
untuk membunuh sel – sel leukemia.pada terapiini, radiasi diarahkan pada limpa, otak, atau
bagian – bagian dari tubuh yang menjadi tempat berkumpulnya sel – sel leukemia. Radiasi
ini biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang. Ketika pasien menerima terapi
radiasi umumnya kulit menjadi kemerahan, kering, dan peka pada area yang dirawat
(Maharani, 2009).
4) Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak – anak yang
menderita ALL dan AML dengan hasil yang baik. Mengingat prognosis ank-anak yang
menderita AML lebih buruk, transplantasi sumsum tulang alogenik bisa dipertimbangkan
selama remisi pertama. Transplantasi sumsum tulang alogenik meliputi tindakan
memperoleh sumsum tulang dari donor anggota keluarga yang histokompatibel dan cocok
(Wong, 2008).

BAB III
ASUHAN KEPERAWAN

A. Skenario Kasus
An. Budi usia 7 tahun, agama Islam, alamat tinggal jln. Ratu Jambi Cidolod, kelas 2 SD,
masuk rumah sakit tanggal 8/11/2011. Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas,
demam, sakit kepala, lemah, nyeri tulang dan sendi. Saat pemeriksaan fisik didapatkan:
menggunakan otot bantu nafas, CRT > 3 detik, , konjungtiva anemis, akral dingin, BB klien
turun dari 25 kg menjadi 22 kg, mual (+) dan muntah (+). Selain itu terdapat pembesaran
limfa (splenomegali) dan hati (hepatomegali). Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
diperoleh : TD : 80/50 mmHg, N : 80x/menit, RR : 34 x/menit , S : 38,60C. Dari hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab : Hb: 6,7 gr/dl, leukosit: 70.500 ml3,
trombosit: 44.000 ml.
B. Pengkajian
1. Identitas
Nama : An. Bd

Usia : 7 tahun

JK : Laki-laki

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Jalan Ratu Jambi Cidolod

2. Keluhan Utama
An. Bd mengatakan sesak napas, demam, sakit kepala, lemah, nyeri tulang dan sendi.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Saat dilakukan pemeriksaan pada fisik An. Bd, CRT > 3 detik, konjungtiva anemis,
akral dingin, BB turun, mual dan muntah. Selain itu, terdapat pembesaran limfa dan
pembesaran hati.

4. Riwayat Penyakit dahulu: -


5. Riwayat Penyaki Keluarga: -
6. Riwayat Psikososial: -
C. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breath):
RR 37x/menit, sesak napas, menggunakan otot bantu pernapasan yaitu otot
sternokleidomastoid.
2. B2 (Blood):
TD 80/50 mmHg, CRT >3detik, akral dingin, HR 80x/menit, Hb 6,7 gr/dl, leukosit
70.500 ml3, trombosit 44.000ml3
3. B3 (Brain): sakit kepala
4. B4 (Bladder): -
5. B5 (Bowel):
BB turun, mual, muntah, pembesaran limfa, pembesaran hati
6. B6 (Bone): Nyeri tulang dan sendi

D. Analisa Data dan Diagnosa


NO Data Etiologi Masalah
Keperawatan

1 DS : Faktor eksternal (agent, obat- Gangguan


obatan, radiasi) pertukaran gas b.d
 Sesak nafas
↓ Perubahan
 Sakit kepala Menyebabkan sel tumbuh membrane alveolus-
melebihi normal dan ganas Kapiler.
DO: ↓
Sel muda yang seharusnya
 RR 19 x/menit (Sumber : SDKI No.
membentuk limfosit berubah
(takipnea) D0003)
ganas
 HR 80x/menit ↓
 CRT >3 detik Muncul sel kanker
 Akral dingin ↓
 Hb 6,7 gr/dl Menghasilkan leukosit yang
 SaO2 90% imatur lebih banyak
 AGD menunjukkan ↓
hasil: Leukosit imatur menyusup ke
Asidosis respiratorik sumsum tulang

Limfosit imatur berproliferasi di
sumsum tulang belakang dan sel
perifer

Mengganggu perkembangan sel
normal

Haemopoesis normal terhambat

Penurunan produksi eritrosit

Hemoglobin menurun

Pengangkutan O2 oleh darah
menurun

Oksigen tidak terdistribusi dengan
baik

Gangguan pertukaran gas

2 DS : F aktor eksternal (agent, obat- Hipertermi b.d


obatan, radiasi) Proses Penyakit
 Merasa badannya panas
↓ (Kanker)
Menyebabkan sel tumbuh
DO : melebihi normal dan ganas (Sumber : SDKI No.
↓ D0130)
 Suhu 38,60˚C Sel muda yang seharusnya
 Demam membentuk limfosit berubah
 Turgor kulit menurun ganas
 Membrane mukosa ↓
kering Muncul sel kanker
 Kulit merah ↓
 Kulit teraba hangat Menghasilkan leukosit yang
 Leukosit 70.500 ml3 imatur lebih banyak

Leukosit imatur menyusup ke
sumsum tulang

Limfosit imatur berproliferasi di
sumsum tulang belakang dan sel
perifer

Mengganggu perkembangan sel
normal

Haemopoesis normal terhambat

Penurunan produksi leukosit

Mempengaruhi system retikulo
endothelial

Gangguan pertahanan tubuh

Infeksi

Peningkatan laju metabolism

Hipertermi

3 DS : Faktor eksternal (agent, obat- Deficit nutrisi b.d


 Mual obatan, radiasi) Ketidak mampuan
 Muntah ↓ mengabsorbsi
Menyebabkan sel tumbuh Nutrien
DO : melebihi normal dan ganas
 BB turun yang ↓
semua 25 kg Sel muda yang seharusnya
menjadi 22 kg membentuk limfosit berubah
ganas (Sumber : SDKI
 Pembesaran limfa
↓ No.D0019)
 Pembesaran hati
Muncul sel kanker
 Penurunan turgor

kulit
Menghasilkan leukosit yang
 Membrane mukosa
imatur lebih banyak
kering

 Kelemahan
Leukosit imatur menyusup ke
 Hb: 6,7 gr/dl
sumsum tulang
 leukosit:70.500 ml3 ↓
 trombosit: 44.000 Limfosit imatur berproliferasi di
ml. sumsum tulang belakang dan sel
perifer

Mengganggu perkembangan sel
normal

Haemopoesis normal terhambat

Penurunan produksi eritrosit

Anemia

Nutrisi tidak terdistribusi dengan
baik

Lemah, nafsu makan menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan
E. Tujuan , intervensi dan Rasional
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o
1 Gangguan Oksigenasi a. Berikan terapi a. Terapi oksigen
pertukaran gas pada oksigen jika perlu dapat
b.d Perubahan membrane mengoreksi
membrane aveolus-kapiler (sumber : SIKI hipoksemia yang
alveolus-Kapiler. dalam batas No.I01026) terjadi akibat
normal penurunan
(Sumber b. Monitor pola ventilasi paru.
: SDKI Kriteria Hasil : nafas
No. b. Mengoptimalkan
D0003) Dispnea (sumber : SIKI No. pertukaran gas
teratasi, RR I01014) alveoli dengan
24x/menit, pembuluh darah
pasien tidak
mengeluhkan
sakit kepala,
Hb normal,
SaO2 > 95%,
Hasil AGD
menunjukkan
nilai normal
PO2 80-100,
PCO2 35-45,
pH 7-7,5.

(Sumber SLKI
No.L01003)

2. Hipertermi b.d suhu tubuh a. Longgarkan atau a. Pakaian yang


Proses Penyakit pasien kembali lepaskan pakaian minimal akan
(Kanker) normal (36,6 C membantu
– 37,2 C). b. Lakukan mengurangi
(Sumber : SDKI pendinginan pengupan tubuh.
No. D0130 Kriteria Hasil : eksternal
b. Konduksi suhu
Suhu Normal c. Berikan cairan membantu
antara 36,6 C – oral menurunkan
37,2 C, tanda- suhu tubuh yang
tanda infeksi d. Monitor suhu memungkinkan
berkurang atau tubuh. pelepasan panas
hilang, kulit secara konduksi
berwarna (Sumber : dan evaporasi.
normal, turgor SIKI
lentur, No.I15506) c. Peningkatan
membrane suhu tubuh
mukosa mengakibatkan
lembab. penguapan
cairan tubuh
(Sumber SLKI meningkat,
No.L14134) sehingga perlu
diimbangi
dengan intake
cairan yang
banyak.

d. Untuk
mengetahui
adanya
perubahan yang
terjadi pada
pasien

3. Deficit nutrisi b.d Keadekuatan a. Identifikasi a. Mengetahui


Ketidak asupan nutrisi faktor pencetus faktor yang
mampuan untuk mual dan muntah menyebaabkan
mengabsorbsi memenuh mual dan
Nutrien kebutuhan (Sumbe SIKI No. muntah.
metabolism I03117)
membaik. b. Meningkatkan
(Sumber : SDKI b. Sajikan makanan nafsu makan
No.D0019) Kriteria Hasil : dengan tampilan anak agar
pasien menarik yang kebutuhan
menunjukkan berprotein/ kalori nutrisi
nafsu makan sangat tinggi tercukupi atau
meningkat, yang disajikan terpenuhi dan
tidak adanya pada saat mendukung
anoreksia, individu ingin proses
berat badan makan metabolic
klien dalam pasien yang
keadaan stabil c. Kolaborasi berisiko tinggi
atau naik. dengan ahli gizi terhadap
dalam malnutrisi
(Sumber : memnutukan
SLKI No. protein pasien c. Bekerjasama
L03030) yang mengalami dalam
ketidakadekuatan pemberian
asupan protein nutrisi pasien
agar adekuat
(Sumber SIKI dan tepat.
No.I03119)
BAB IV

 KESIMPULAN

Leukimia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini di sebut oleh sel darah putih
yang di produksi melebihi jumlah yang sehausanya ada. Leukimia akut pada anak adlah
suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putih oleh sumsum tulang anak
maupun gangguan pematnagan sel-sel tersebut selanjutnya. Ganguaan ini sekitar 25
sampai 30% jumlahnya dari seluruh keganasan yang di dapat pada anak. Leukimia
terdiri dari 2 tipe besar, yakni acute lymphoblastic leukimia dan akut myeloid leukimia.
Jumlah penderita acute lymphoblastic leukimia umumnya lebih banyak dibandingkan
jenis myeloid leukimia. Penybab utama kelainan darah ini sampai sekarrang belum
dikethui secara pasti, dan masi di teliti.

 Saran

Bagi keluarga sebaiknya mmemahami bagaima tata laksaan terapeutik untuk pasien
leukimai agar penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut .
DAFTAR PUSTAKA

Apriany, Dyna. 2016. Asuhan Keperawatan Anak dengan Keganasan. Bandung : PT


Refika Aditama.
Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Bulechek, G, M. Butcher, H, K. Dochterman, J, M. Wagner, C, M. (2013). Nursing
Intervention Classificasion (NIC) (6th ed). Mosby: Lowa City
Hari. Soetaryo. Kusuma. (2009). The Risk Factor of Urinary tract infection in patient
with leukimia. Berkala Ilmu Kedokteran, Volume 41, nomor 4. Diakses dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=1γ19β7&val=5016&titl
e=The%β0risk%β0factor%β0of%β0urinarytract%β0infection%β0in%β0pati ent
%β0with%β0leukemia diakses tanggal 28 Agustus 2022.
Herdman. H.T & Kamitsuru. S. (2015). NANDA Internasional, Inc: Nursing Diagnoses,
Definitions & Classification 2015- 2017 (10th ed). Jakarta : EGC
Hidayat, A.Aziz. 2012. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah edisi 2.
Jakarta : Salemba medika Hidayat. Gatot. Djer. (β01β). Validasi Sistem Skoring
Rondinelli Untuk Mendeteksi Komplikasi Infeksi Berat Pada Pasien Leukemia
Limfoblastik Akut L1 Dengan Demam Neutropenia Selama Kemoterapi Fase
Induksi. Diakses dalam : http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-5-10.pdf tanggal
28 Agustus 2022

Anda mungkin juga menyukai