Pembimbing :
dr. Selvi Nafianti, Sp.A(K)
Disusun Oleh :
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul Leukimia Limfoblastik Akut.
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran, pendapat,
koreksi, dan tanggapan yang membangun guna perbaikan selanjutnya.
Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3. Epidemiologi
2.1.4. Etiologi
1. L1, ditandai dengan sel blast yang berukuran kecil, homogen (relatif
sama besar), dengan sitoplasma sel yang sedikit dan nukleoli (anak
inti) yang samar/ tidak jelas. L1 ini adalah LLA yang paling banyak
terjadi dibanding jenis LLA lainnya, dan pada umumnya terjadi
pada anak-anak.
2. L2, ditandai dengan sel blast yang berukuran lebih besar, heterogen
(tidak seragam), nukleolinya terlihat jelas dan rasio inti-
sitoplasmanya rendah. Biasanya LLA tipe ini terjadi pada orang
dewasa.
3. L3, ditandai dengan sel blast yang besar, sitoplasmanya bervakuol,
dan terlihat pekat (basofilik). Prognosisnya buruk akan tetapi
insidennya sedikit
Keluhan utama:
o Pucat. Seringkali terlihat pada pasien anemia. Pucat paling baik
dinilai pada telapak tangan/kaki, kuku, mukosa mulut, dan
konjungtiva.
Keluhan penyerta:
o Biasanya anak lemas, demam, penurunan kadar trombosit,
muntah sehingga menunjukkan gejala seperti serangan demam
berdarah bahkan dapat ditemukan kulit yang tampak kuning
pucat seperti penyakit kuning.
B. PEMERIKSAAN FISIK 11
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG11
T: CD1a, 2, 3, 4, 5, 7, 8, TdT
2.1.9. Penatalaksanaan 3
Induksi
Sistemik :
a) VCR (vinkristin): 2 mg/m2/minggu, intravena diberikan 6 kali.
b) ADR (adriamisin): 40mg/m2/2 minggu intravena diberikan 3
kali dimulai pada hari ketiga pengobatan
c) Prednisone 50mg/m2/hari peroral diberikan selama 5 minggu
kemudian tapering off selama 1 minggu.
Konsolidasi
a. MTX: 15 mg/m2/hari intravena diberikan 3 kali dimulai satu
minggu setelah VCR keenam, kemudian dilanjutkan dengan :
b. 6-MP (6-merkaptopurin): 500 mg/m2/hari peroral diberikan 3 kali
c. CPA (siklofosfamid) 800mg/m2/kali diberikan pada akhir minggu
kedua dari konsolidasi
Rumat
Dimulai satu minggu setelah konsolidasi terakhir (CPA) dengan :
a. 6-MP: 65 mg/m2/hari peroral
b. MTX: 20 mg/m2/minggu peroral dibagi dalam 2 dosis (misalnya
Senin dan Kamis)
Reinduksi
Diberikan tiap 3 bulan sejak VCR terakhir. Selama reinduksi obat -
obat rumat dihentikan.
Sistemik :
a. VCR: dosis sama dengan dosis induksi, diberikan 2 kali
b. Prednison dosis sama dengan dosis induksi diberikan 1 minggu
penuh dan 1 minggu kemudian tapering off
SSP: MTX intratrakeal, dosis sama dengan profilaksis, diberikan 2
kaliSSP: MTX intratrakeal, dosis sama dengan profilaksis,
diberikan 2 kali
Imunoterapi
BCG diberikan 2 minggu setelah VCR kedua pada reinduksi pertama.
Dosis 0,6 ml intrakutan, diberikan pada 3 tempat masing – masing 0,2
ml. Suntikan BCG diberikan 3 kali dengan interval 4 minggu. Selama
pengobatan ini, obat – obat rumat diteruskan.
Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Aqilah Chairunisa
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 7 tahun
Tanggal lahir : 08 Maret 2012
Tempat lahir : Lampung
Rekam medis : 1908197650
Tanggal masuk RS : 29 Agustus 2019
Lama rawat : 4 hari
Alamat : Jl. Sei Kera Gg Jawa No.44
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present : Compos mentis
Sensorium : GCS (E: 4 V: 5 M: 6)
Tinggi Badan : 119 cm
Berat Badan : 21.2kg
Status Lokalisata :
Kepala : Mata : Mata cekung (-)
Edema Palpebra (+/+)
Refleks cahaya (+/+)
Pupil isokor, diameter 2 mm
Conjungtiva palpebra inferior pucat (-/-)
Telinga : Bentuk normal, hiperemis (-/-)
Hidung : Sekret (-), septum deviasi (-)
Mulut : Normal, sianosis (-), Gusi bengkak (+),,
Tonsil T1-T1, hipeemis (-)
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (+)
Kaku Kuduk (tidak dapat dilakukan)
Dada : Simetris fusiformis
Retraksi (-), kedua lapang paru perkusi sonor
HR : 95 x/menit, reguler/ireguler, desah (-)
RR : 22 x/menit, reguler/ireguler, ronki (-/-)
Abdomen : Simetris, perut membesar, nyeri tekan epigastrium (-)
Peristaltik (+) normal
Anggota Gerak : Clubbing Finger (-)
Capillary refil time <2 detik
VIII. DIAGNOSIS
Leukemia Limfoblastik Akut
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (02/09/2019)
Parameter Hasil Nilai normal Satuan
Darah Rutin
Hematologi
Haemoglobin 7.2 10,6-16,0 g/dl
Leukosit 4,08 6,00-18,00 10^3/µL
Eritrosit 2,56 3,40-5,00 10^3/µL
Thrombosit 5 150-450 110^3/µL
Hematokrit 21,0 32,0-50,0 %
MPV 6,8 6,0-9,5 fL
RDW 16,8 11,5-14,0 %
HDW 3,30 2,38-3,15 g/dL
PDW 21,7 25,0-65,0 %
Nilai-nilai MC
MCV 82,0 76,0-90,0 fL
MCH 28,2 25,0-31.0 pg
MCHC 34,4 30,0-35,0 g/dL
Hitung Jenis
Eosinofil 0,2 1,0-3,0 %
Basofil 2,7 0,0-1,0 %
Neutrofil 15,0 50,0-70,0 %
Limfosit 79,3 20,0-40,0 %
Monosit 2,8 2,0-8,0 %
Liver Function
Alkaline Phosphatase 133 0-462 U/L
AST/SGOT 30 15-37 U/L
ALT/SGPT 20 30-65 U/L
Renal Function
Urea 25 13-43 mg/dL
Kreatinin 0.42 0.90-1.30 mg/dL
Uric acid 8.0 3.5-7.2 mg/dL
X. Terapi
IVFD D 5% NaCl 0.45% 30 gtt/i mikro
Allupurinol 3x80 mg (pulvis)
Transfusi PRC 175 ml
XII. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanactionam: Dubia ad malam
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
Pasien diantar oleh keluarganya ke poli anak Murni Teguh Memorial
Hospital dengan keluhan terdapat benjolan pada kepala yang dialami
pasien sejak 4 bulan yang lalu. Benjolan yang timbul terasa nyeri saat
disentuh. Selain itu saat ini pasien juga merasakan lemas dan nyeri pada
seluruh tubuh jika disentuh. Mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek(-). BAB
(+), BAK (+). Pada pasien ini didiagnosis dengan Leukemia Limfoblastik
Akut. Penegakan diagnosa ini adalah berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
3.2. SARAN
Saran yang dapat diberikan mengenai penulisan karya dan laporan kasus
ini adalah :
1. Praktisi kedokteran diharapkan lebih memahami mengenai kriteria
diagnosis dan perjalanan penyakit Leukemia Limfoblastik Akut agar
dapat melakukan tatalaksana sesuai dengan teori yang ada.
2. Tenaga kesehatan dan masyarakat diharapkan lebih proaktif terhadap
tanda dan gejala dari penyakit Leukemia Limfoblastik Akut sehingga
pratktisi kedokteran mampu memberi terapi yang tepat dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Santoso, BB. 2017. Megenal leukemia pada anak. IDAI. Dapat diakses
di : www.Idai.or.id/mengenalleukemiapadaanak
2. Degenarro, LJ.2014. Leukemia Limfobalstik Akut. AMGEN. Lake city,
UT.
3. Rudolph, M Abraham. Leukemia Limfoblastik Akut. Buku ajar pediatric
Rudolph .ed20.Jakarta : EGC 2006.
4. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
Laporan Nasional 2013. Jakarta; 2013.
5. Hunger, StephenP.; Mullighan Chaarles G. (14 October2015). “Acute
Lymphoblastic Leukemia in Children”. New England Journal of
Medicine.373(16): 1541-1552
6. "Childhood Acute Lymphoblastic Leukemia Treatment" .National Cancer
Institute. 8 December 2017
7. Inaba H, Greaves M, Mullighan CG (June 2013). "Acute lymphoblastic
leukaemia" . Lancet . 381 (9881): 1943–1955
8. Sudoyo, Aru W.2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. ed.4. jilid
2.Jakarta:FKUI
9. Kemenkes, RI. Pedoman penemuan dini kanker pada anak. Diktorat
pengendalian penyakit tidak menular.Jakarta;2011
10. Hassan, et al. Leukemia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Bagian ke-1. Cetakan ke-11. Jakarta: Percetakan Infomedika; 2007.
11. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Hematologi. Hassan,
R, Alatas, H. In: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Percetakan
Infomedika Jakarta; 2007. P.469-79.
12. Leukemia Limfoblastik Akut. 13 November 2010. Diunduh dari
http://www.exomedindonesia.com/referensi-
kedokteran/2010/10/13/leukemia-limfoblastik-akut/. 23 April 2011.
13. Baldy CM, Gangguan sel darah putih. In: Price SA, Wilson LM,
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6th ed. Jakarta: EGC;
2006.