Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI LEUKEMIA PADA ANAK

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Putu Adinda Saraswati (18C10002)


2. Ni Putu Ananda Putri Astawa (18C10004)
3. Kadek Ari Saputra Jaya (18C10007)
4. Ni Kadek Ayu Ananda Maharani (18C10012)
5. Ida Ayu Putu Indra Yani (18C10034)
6. Putu Ronanza Pretynda (18C10054)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
telah diselasaikannya Tugas yang berjudul "Asuhan Keperawatan Teori Leukemia Pada Anak".
Adapun tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah tugas dari mata kuliah Keperawatan
anak II. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Ni Made Sri Rahyanti,Mkep.,Sp.Kep.An yang memberikan Tugas


Keperawatan Anak II yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan Makalah ini.

2. Kepada teman kami dan rekan-rekan yang lainnya di Ilmu Keperawatan A yang sudah
menginspirasi saya dalam pembuatan judul Tugas ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Denpasar, 3 Maret 2021

1
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR i
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah : 2
1.3 Tujuan Umum : 2
1.4 Tujuan Khusus : 2
1.5 Manfaat 2
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
2.1 Teori Leukemia Pada Anak 4
2.1.1 Definisi Leukemia 4
2.1.1 Etiologi 4
2.1.1 Patofisiologi 5
2.1.1 Manifestasi Klinis 6
2.1.1 Pemeriksaan Diagnostik 8
2.1.1 Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan 8
BAB III 10
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI 10
LEUKIMIA PADA ANAK 10
3.1 Pengkajian 10
3.2 Analisa data 12
3.3 Diagnosa Keperawatan 13
3.4 Intervensi Keperawatan 13
3.5 Implementasi Keperawatan 21
3.6 Evaluasi 21
BAB IV 24
PENUTUP 24

2
4.1 Kesimpulan 24
4.2 Saran 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukimia berasal dari bahasa Yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang
berarti darah. Jadi leukimia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel
darah putih. Proses terjadinya leukimia adalah ketika sel darah yang bersifat kanker membelah
secara tak terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah normal.

Leukemia merupakan kanker yang sering menyerang anak-anak. Leukimia menyerang


anak-anak di bawah umur 15 tahun dengan puncak insiden umur 3-4 tahun (Apriany, 2016).
Berdasarkan data Global Cancer Observatory (2018) dari WHO angka kematian akibat leukimia
di Indonesia merenggut 11.314 jiwa. Data tahun 2013 menunjukkan bahswa prevalensi kanker
pada anak umur 0-14 tahun sekitar 16.291 kasus dan sepertiga dari jumlah kasus kanker anak
yang terjadi adalah leukemia (Riskesdas, 2013).

Menurut Mumpuni dan Romiyanti (2016) tanda dan gejala ALL meliputi mudah lelah
karena peningkatan sel darah putih yang menyebabkan energi cepat habis, berat badan menurun,
sering mmengalami perdarahan, timbulnya bitnik-bintik merah atau ungu di bawah kulit, terjadi
perdarahan internal seperti perdarahan dalam tinja dan urine, pembengkakan kelenjar getah
bening di bawah lengan serta di belakang dang di depan leher, pembengkakan pada hati dan
limpa, berkeringat pada malam hari, mengalami kejang otot dan kesulitan dalam mengontrol otot
maupun menyeimbangkan tubuh, sesak napas dan batuk dalam waktu yang lama. Menurut
Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) pengobatan leukemia pada anak memakan waktu
yang panjang. Anak akan sembuh dengan waktu pengobatan selama 5 tahun (Wahono & Sudarji,
2016). Lamanya perawatan di Rumah Sakit dapat menyebabkan anak mengalami kecemasan.
Untuk mengatasi masalah kecemasan pada anak dilakukan terapi bermain plastisin.

Di Indonesia kasus leukimia sebanyak + 7000 kasus/tahun dengan angka kematian


mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari international cancer parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan 60 %
diantaranya disebabkan oleh leukemia (Sindo,2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka

1
kematian di amerika serikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin,
1997). Di amerika serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia. Pada
akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia
(TLLS,2009).

Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembulu darah yang sering ditemui pada
anak-anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang dan sistem limfatik(Wonget
al,2009).Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan jenis leukemia dengan karakteristik
adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistemlimfopoetik yang mengakibatkan
organomegali dan kegagalan organ. LLA sering ditemukan pada anak-anak (82%) dari pada
umur dewasa (18%).Tanpa pengobatan sebagian anak-anak hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosa
diakibatkan oleh kegagalan sumsum tulang(NANDA,2015).

1.2 Rumusan Masalah :


1. Apa definisi Leukemia pada anak?
2. Bagaimana etiologi dari Leukemia pada anak?
3. Apa saja tanda atau gejala seorang menderita leukimia pada anak?
4. Bagaimana patofisiologi leukimia pada anak?
5. Bagaimana manifestasi klinis leukemia pada anak?
6. Bagaimana predisposisi leukemia pada anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan dan WOC leukemia pada anak?

1.3 Tujuan Umum :


1. Untuk mengetahui tentang penyakit leukemia pada anak

1.4 Tujuan Khusus :


1. Untuk mengetahui apa definisi dari leukemia pada anak
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit leukemia pada anak
3. Untuk mengetahui tanda atau gejala dari leukemia pada anak
4. Untuk mengetahui patofisiologi leukemia pada anak
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis leukemia pada anak
6. Untuk mengetahui predisposisi leukemia pada anak
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan WOC leukemia pada anak

2
1.5 Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi leukemia pada anak
2. Dapat mengetahui penyebab dari penyakit leukemia pada anak
3. Dapat mengetahui tanda dan gejala dari penyakit leukemia pada anak
4. Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi leukemia pada anak
5. Dapat mengetahui bagaimana manifestasi klinis leukemia pada anak
6. Dapat mengetahui bagaimana predisposisi leukemia pada anak
7. Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan WOC leukemia pada anak

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Leukemia Pada Anak


2.1.1 Definisi Leukemia
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu
atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada
waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis.
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.
Leukemia limfositik akut (LLA) adalah proliferasi maligna limfoblas dalam
sumsung tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistematik
(Smelrzer et sl, 2008).
Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang
berasal dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit
immaturea, pada darah tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal (Friehlig
et al, 2015).

2.1.2 Etiologi
Penyebab leukemia pada anak tidak diketahui secara pasti. Insiden leukemia
secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering
ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun. Menurut faktor
genetik insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia
akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital
misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom
Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom
trisomi D.

4
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : (Sibuea,2009)
1) Faktor genetik : virus tertntu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
2) (Tcell Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)
3) Radiasi
4) Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet hylstilbestrol
5) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6) Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran radiasi dan bahan
kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain obat anti kanker, meninggalkan
resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetic tertentu (misalnya
down sindrom dan sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia. ( NANDA,
2015 ).

2.1.3 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada
sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal
dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal,
merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel
darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi
untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat
meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom,
atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.

5
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik
sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari
pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada
akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ
lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Gejala klinis LLA (Leukemia Limfositik Akut) sangat bervariasi. Pada umumnya
adalah anemia, trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena
infiltrasi, hipermetabolisme, dan menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala
klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada),
infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.
Akibat adanya
gangguan sistem pembentukan darah, maka dapat muncul bermacam – macam gejala,
seperti :
a) Pucat (anemia)
Pucat pada anak disebabkan oleh kurangnya sel darah merah. Gejala ini dapat
diwaspadai oleh orang tua dengan melihat apakah bibir anak pucat atau tidak.
b) Perdarahan
Perdarahan pada anak dapat berupa lebam di kulit, mimisan ataupun berupa bercak
merah sebagai tanda adanya perdarahan. Perdarahan ini disebabkan oleh
trombositopenia atau trombosit kurang dari jumlah normal (<150.000/µL). Semakin
rendah trombosit semakin tinggi risiko perdarahan.
c) Mudah terinfeksi

6
Sel leukosit yang diproduksi sumsum tulang bukanlah leukosit yang normal,
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan anak mudah
terinfeksi kuman maupun virus.

d) Demam

Sel kanker dapat menyebabkan demam karena ada pelepasan zat-zat peradangan
(sitokin inflamasi) sehingga menyebabkan demam. Selain itu, demam juga sering
disebabkan karena adanya infeksi akibat kekebalan yang menurun.

e) Nyeri tulang/sendi

Nyeri yang dirasakan pada anak merupakan manifestasi dari adanya infiltrasi
(penyebaran) sel-sel kanker yang masuk kedalam permukaan tulang maupun sendi.
Selain nyeri, leukemia pada anak juga menyebabkan bengkak di daerah persendian.

f) Pembesaran organ (organomegali)

Pembesaran organ atau organomegali disebabkan oleh sel kanker yang menyebar ke
hati, limfa, kelenjar getah bening ataupun organ lain. Pembesaran ini sering
ditemukan secara tidak sengaja ketika dokter sedang melakukan pemeriksaan fisik. 

g) Kloroma

Kloroma adalah salah satu tanda khas dari leukemia yang berupa bercak kehitaman
pada kulit. Gejala ini merupakan salah satu tanda adanya infiltasi sel kanker ke
dermis, subdermis atau epidermis pada kulit.

h) Hiperleukositosis

Pada keadaan tertentu anak dapat mengalami kenaikan jumlah sel leukosit yang
sangat tinggi, yaitu lebih dari 100.000/µL. Hiperleukositosis ini dapat menyebabkan
komplikasi atau penyakit penyerta berupa kejang, sesak, perdarahan pada paru, otak
maupun ginjal. Anak – anak yang memiliki gejala di atas, perlu segera diperiksa

7
oleh dokter spesialis anak untuk pemeriksaan dan konfirmasi diagnosis lebih lanjut.
Pada anak, adanya leukemia sering kali terdeteksi secara tidak sengaja, yaitu baru
diketahui ketika anaknya berobat untuk keluhan lain seperti demam, atau batuk dan
pilek. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter ternyata ditemukan gejala
lain, seperti anak tampak pucat, atau adanya pembesaran organ yang tidak diketahui
oleh orangtua sebelumnya. Hal ini membuat kebanyakan pasien leukemia datang
terlambat untuk berobat.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran
darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogenamik untuk
leukemia.
2. Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu
hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem yang lain terdesak
(apanila skunder).
3. Pemeriksaan lain : Biopsi Limpa.
Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel
blast / sel primitive (NANDA, 2015).

2.1.6 Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur, kromosom dan
tipe penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah kemotrapi terdiri dari 6 fase yaitu:
1. Fase induksi
Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50% sel leukemia
pada sumsung tulang yang disebut dengan remisi.
2. Terapi profilatik
Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem saraf pusat.
3. Terapi konsolidasi
Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi lanjutan untuk
mencegah resistensi sel leukemia.
8
4. Kemoterapi
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase di
gunakan.

5. Radioterapi
Radiotrapi menggunakan sinar berenerfi tinggi untuk membunuh se-sel leukemia
6. Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum – sum tulang dilakukan untuk mengganti sum – sum tulang
yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi (penyinaran). Selain itu
transplantasi sum – sum tulangberguna untuk mengganti sel sel drah yang rusak
karena kanker (NANDA,2015).

9
Factor pencetus :
Sel neoplasma
Woc - Genetik - Kelainan kromosom berproliferasi didalam
sumsum tulang
- Radiasi - Infeksi virus

- Obat-obatan - Paparan bahan kimia

Sel – sel leukimia


Infiltrasi sumsum tulung Sel onkoge kemoterapi menginvasi periosteum

Sel normal digantikan oleh Pertumbuhan Penurunan


fungsi leukosit Zat- zat
sel kanker berlebih kimia
Peningkatan
tekanan pada
Depresi produksi Daya tahan
Kebutuhan periosteum
sumsum tulang tubuh Merusak folikel
nutrisi
meningkat rambut

Penurunan eritrosit Resiko Nyeri


infeksi akut
hipermetabolisme Infeksi Alopecia
Anemia Keletihan
Defisit nutrisi Demam Gangguan
Mual, muntah, citra tubuh
Suplai oksigen Mukosa bibir
Penurunan diare
kejaringan inadekuat
trombosit Hipertermi
Stomatitis
Risiko tinggi Mengganggu
Perfusi perifer defisit cairan motilitas dan mukosa
tidak efektif Trombositopenia tubuh usus 1

Kecenderungan
Ekstrafasasi
Risiko pendarahan what
Gangguan
Gangguan integritas kulit integritas
jaringan
Konstipasi

2
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

LEUKIMIA PADA ANAK

3.1 Pengkajian
a) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua.
Biasanya leukemia banyak diderita oleh anak yang berusia 2 sampai 5 tahun, diamana
penderita laki – laki lebih banyak dibandingkan penderita perempuan.
b) Keluhan utama
1) Riwayat Kesehatan sekarang.
Biasanya orang tua anak mengeluhkan anak demam, nafas sesak, anak tampak
bernafas cepat, terdapat petekie pada tubuh anak, anak tampak letih. Anak
mengeluh nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, penurunan selera
makan, sakit kepala dan perasaan tidak enak badan.
2) Riwayat kesehatan dahulu.
Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup riwayat kesehatan keluarga yaitu
terdapat keluarga yang mengalami leukemia.
3) Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang pernah mengalami penyakit LLA karenamerupakan
penyakit ginetik (keturunan)
4) Manifestasi dari hasil pemeriksaan
Biasanya di tandai dengan pembesaran sum-sum tulang dengan sel-sel
leukemia yang selanjutnya menekan fungsi sum-sum tulang, sehingga
menyebabkan gejala seperti dinawah ini.
a) Anemia

1
Ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat, malaise,
kelemahan,dan anoreksia.
b) Trombositopenia
Ditandai dengan perdarahan gusi, mudah memar, dan petekie.
c) Netropenia
Ditandai dengan demam tanpa adanya infeksi, berkeringat di malam hari
(Nursalam dkk, 2008:100).
5) Riwayat kehamilan dan kelahiran.
Riwayat kesehatan ibu saat hamil adanya pemaparan sinar X saat hamil
muda, riwayat keluarga dengan Down Sindrom, kelainan kromosom salah
satu penyebab terjadinya leukemia.
6) Riwayat pertumbuhan.
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan, nyeri pada ekstremitas, dan anak mudah terserang infeksi.

c) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kita cek kesadaran pasien apakah pasien compos mentis, apatis atau koma.
Mengalami takikardi, suhu tubuh tinggi, biasanya penderita pernafasannya
takipnea atau sesak nafas.
2. Kepala dan leher
Secara umum tidak ada kelainan pada kepala dan bisasanya terdapat benjolan
pada getah bening.
3. Mata
Biasanya penderita leukemia yaitu mengalami leukemia konjungtiva anemis,
perdarahan retina.
4. Hidung
Pada anak leukemia biasanya terjadi epistaksis ( perdarahan di hidung).
5. Mulut
Pada pasien leukemia bisanya mengalami perdarahan pada gusi.
6. Thorax

2
Pasien biasanya mengalami nyeri tekan pada dada karena terdapat efusi pleura.
7. Abdomen
Didapati adanya pembesaran dari kelenjar getah bening (limfadenopati),
pembesaran limpa (splenomegali), dan pembesaran hati (splenomegali), dan
pembesaran hati (hepatomegali). Kulit
Pasien leukemia biasanya terdapat petekie pada tubuh akibat perdarahan.
8. Ekstremitas
Pada bagian ekstremitas biasanya terasa nyeri saat digerakkan.

d) Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnose, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu:
1. Darah tepi : adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel belst yang merupakan gejala
patogonomik untuk leukemia.
2. Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik sedangkan sistem yang lain terdesak
(apanila skunder).
3. Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia darah, cairan cerebrospinal dan sitogenik.

3.2 Analisa data


a. Data Subjektif
Berikut adalah data subjektif pada pasien leukemia :
a. Lelah
b. Letargi
c. Sesak
d. Nyeri dada
e. Napas sesak
f. Hilangnya nafsu makan
g. Demam
h. Merasa cepat kenyang

3
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin muncul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
a) Pembengkakan Kelenjar Lympa
b) Anemia
c) Perdarahan
d) Gusi berdarah
e) Adanya benjolan tiap lipatan

3.3 Diagnosa Keperawatan


Masalah keperawatan yang muncul menurut ( SDKI,2017)
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan pengisian kapiler < 3 detik, akral
teraba dingin, warna kulit pucat, nadi perifer menurun atau tidak teraba.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat
kemoterapi ditandai dengan berat badan menurun menimal 10% di bawah rentang
ideal.
3. Risiko pendarahan berhubungan dengan efek agen farmakologis.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis

3.4 Intervensi Keperawatan


1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan pengisian kapiler < 3 detik, akral
teraba dingin, warna kulit pucat, nadi perifer menurun atau tidak teraba.

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Tindakan


Hasil
Setelah diberikan Observasi :
asuhan keperawatan 1. Identifikasi kepatuhan 1. Untuk mengetahui
selama 3 x 24 jam menjalani program kepatuhan menjalani

4
diharapkan Perfusi pengobatan program pengobatan
perifer tidak efektif 2. Observasi tanda-tanda
pada pasien dapat vital, CRT, akral dan
diatasi dengan kriteria warna kulit 2. Untuk memantau
hasil : Terapeutik : tanda-tanda vital,
1. Pengisian 3. Buat jadwal CRT, akral dan
kapiler (CRT) pendamping keluarga warna kulit
< 2 detik untuk bergantian
2. Nadi perifer menemani pasien 3. Dukungan dari
stabil dan selama menjalani keluarga sangat
teraba program pengobatan, dibutuhkan untuk
3. Akral hangat jika perlu program
4. Warna kulit 4. Diskusikan hal-hal yang pengobatan
kemerahan dapat mendukung atau pasien
menghambat program
pengobatan

Edukasi :
4. Untuk
5. Informasikan
mengetahui
program pengobatan
keberhasilan dari
yang harus dijalani
program
6. Informasikan manfaat
pengobatan
yang akan diperoleh
jika teratur menjalani
program pengobatan
Kolaborasi : -

5. Untuk
memberikan
pilihan program
pengobatan yang

5
harus dijalani
6. Untuk
menginformasika
n manfaat
program
pengobatan yang
sudah di jalani

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat
kemoterapi ditandai dengan berat badan menurun menimal 10% di bawah rentang
ideal.

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Tindakan


Hasil
Setelah diberikan Observasi :
asuhan keperawatan 1. Identifikasi status 1. Untuk
selama 3 x 24 jam nutrisi mengetahui
diharapkan Perfusi 2. Identifikasi alergi dan status nutrisi
perifer tidak efektif intolerasi makanan 2. Untuk
pada pasien dapat mengetahui
diatasi dengan kriteria 3. Identifikasi makanan pantangan
hasil : yang disukai makanan yang
1. Adanya 4. Monitror berat badan tidak boleh
peningkatan Terapeutik : diberikan
BB sesuai 5. Sajikan makanan 3. Untuk
dengan tujuan secara menarik dan meningkatkan
2. BB ideal sesuai suhu yang sesuai nafsu makan
dengan ringgi 6. Berikan makanan 4. Untuk

6
badan tinggi serat untuk pemantauan
3. Pasien mampu mencegah konstipasi berat badan
mengidentifikas Edukasi :
i kebutuhan 7. Anjurkan posisi 5. Agar makanan
nutrisi duduk yang disajikan
4. Dari hasil 8. Ajarkan diet yang di konsumsi
pemeriksan, diprogramkan
tidak terdapat Kolaborasi :
6. Untuk mencegah
tanda-tanda mal 9. Kalaborasi pemberian
konstipasi
nutrisi medikal sebelum
5. Tidak terjadi makan ( mis, pereda
7. Agar saat makan
penurunan BB nyeri, antimetik), jika
tidak tersedak
yang berarti perlu
pada pasien 10. Kalaborasi dengan
ahli gizi untuk 8. Untuk
menentukan jumlah kepatuhan
kalori dan jenis program diet
nutrien yang di
butuhkan 9. Untuk mencegah
terjadinya mual
muntah setelah
makan

10. Untuk tujuan


keberasilan
program diet
selama
pengobatan

7
3. Risiko pendarahan berhubungan dengan efek agen farmakologis.

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan O :
tindakan keperawatan - Proses
- Identifikasi kesiapan
selama …..x24 jam pembelajaran
dan kemampuan
diharapkan risiko sangat
menerima informasi
perdarahan dipengaruhioleh
berhubungan dengan kesiapan fisik
N:
efek agen farmakologis dan mental
menurun. - Berikan kesempatan klien
untuk bertanya
Kriteria Hasil:
- Agar keluarga
E:
1. Tidak ada lebih
hematemesis - Anjurkan melaporkan memahami
gejala demam, tentang
2. Kehilangan
menggigil, mimisan, penyakit
darah yang
lebam-lebam, tinja tersebut.
terlihat
berwarna merah
3. Tekanan darah tua/hitam
dalam batas - Anjurkan - Untuk
normal sistol menghindari mencegah
dan diastole penggunaan produk terjadinya
aspirin perdarahan
4. Hemoglobin
dan hematrokrit
K:-
dalam batas
normal

- Aspirin

8
berfungsi untuk
mengencerkan
darah sehingga
dapat terjadi
perdarahan
K: -

4.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya ystem pertahanan tubuh

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Tindakan


Hasil
Setelah diberikan Observasi :
asuhan keperawatan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk
selama 3 x 24 jam gejala infeksi lokal mendeteksi
diharapkan resiko dan sistemik kemungkinan
infeksi pada pasien Terapeutik : resiko infeksi
dapat diatasi dengan 2. Berikan perawatan
kriteria hasil : kulit pada area 2. Untuk menjaga
1. Klien bebas dari edema keadaan kulit agar
tanda dan gejala 3. Cuci tangan sebelum tidak timbul
infeksi dan sesudah kontal terjadinya infeksi
2. Menunjukan dengan pasien an 3. Untuk mencegah
kemampuan lingkungan pasien terjadinya resiko

9
untuk mencegah 4. Pertahankan teknik infeksi yang dapat
timbulnya aseptik pada pasien di timbulkan oleh
infeksi berisiko tinggi tenaga medis
3. Jumlah leukosit Edukasi : 4. Untuk mencegah
dalam batas 5. Jelaskan tanda dan terjadinya infeksi
normal. gejala infeksi pada pasien

5. Agar pasien dan


keluarga dapat
6. Anjurkan mengetahui tanda
meningkatkan dan gejala
asupan nutrisi mencegah
7. Anjurkan terjadinya resiko
meningkatkan infeksi
asupan cairan 6. Untuk menjaga
kekebalan tubuh
terhadap resiko
Kolaborasi : - infeksi
7. Untuk menjaga
kekebalan tubuh
terhadap risiko
infeksi

5. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera biologis

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Tindakan


Hasil

Setelah dilakukan Observasi :


asuhan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi,

diharapkan nyeri yang karakteristik, karakteristik, durasi,

di alami pasien dapat durasi, frekuensi, frekuensi, kualitas,


kualitas, intensitas intensitas nyeri pada

10
teratasi: nyeri. pasien
2. Identifikasi skala 2. Mengetahui skala nyeri
1. Keluhan nyeri
nyeri pada pasien
teratasi
3. Identifikasi skala 3. Mengetahui skala nyeri
2. Pasien tamak tidak
nyeri non verbal non verbal pada pasien
meringis lagi
Terapeutik :
3. Pasien tidak gelisah
4. Berikan teknik 4. Untuk meredakan atau
4. Pasien dapat tidur
nonfarmakologis mminimalisisr nyeri
dengan normal
untuk mengurangi 5. Agar nyeri tidak
rasa nyeri bertambah buruk
5. Kontrol lingkungan 6. Untuk dapat memberikan
yang memperberat intervensi yang tepat.
rasa nyeri 7. Agar pasien bisa
6. Pertimbangkan menghindari faktor yang
jenis dan sumber memberatkan nyeri
nyeri dalam 8. Agar pasien mampu
pemberian strategi meredakan nyeri secara
meredakan nyeri mandiri
9. Agar pasien tahu cara
Edukasi : memonitor nyeri secara
7. Jelaskan penyebab, mandiri
periode, dan 10. Agar pasien dapat
pemicu nyeri mengurangi rasa nyeri
8. Jelaskan srategi secara mandiri
meredakan nyeri 11. Untuk meredakan nyeri
9. Ajurkan memonitor
nyeri secara
mandiri
10. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurani

11
rasa nyeri
Kolaborasi :
11. Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik, jika
perlu.

3.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanaan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari
rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.

3.6 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kubutuhan – kebutuhan klen.

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang berasal dari
sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit immaturea, pada darah tapi
terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal. Leukemia adalah penyakit keganasan sel
darah yang berasal dari sum sum tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal
dalam darah tepi (Muthia dkk, 2012).
Penyebab leukemia pada anak tidak diketahui secara pasti. Insiden leukemia secara
keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada
anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun. Selain itu juga ditemukan anoreksi,
nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit
leukemia pada anak yaitu :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan pengisian kapiler < 3 detik, akral
teraba dingin, warna kulit pucat, nadi perifer menurun atau tidak teraba.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat
kemoterapi ditandai dengan berat badan menurun menimal 10% di bawah rentang
ideal.
3. Risiko pendarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit ditandai dengan
efek samping pemberian terapi pemedahan, pemerian obat, pemerian produk darah
defisensi trombosit dan kemoterapi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/pengobatan (mis.
Pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)

13
4.2 Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai klien dengan leukemia karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas,
mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat mengenai leukemia. Dan
faktor-faktor pencetus, serta bagaimana pencegahannya. Peningkatan kualitas dan
pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan
pada klien dengan leukemia secara komprehensif.

14
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Ananda.2016. Asuhan Keperawatan Leukemia pada Anak.


https://www.academia.edu/31690187/Asuhan_Keperawatan_Leukemia_pada_Anak1_docx (
diakses 4 Maret 2021)

Apriany, Dyna.2016.Asuhan Keperawatan Anak dengan Keganasan.Bandung : PT Rafika


Aditama

Iriani, Restu dan Evi Vestabilivy.2017. Pengaruh Hipnoterapi dan Akupreseur terhadap Mual
Muntah

Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Asuhan Keperawatan Keperawatan Praktis (2015).
Yogyakarta : Media Action.

Nursalam; Susilaningrum, R. &amp; Utami, S.(2008).Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak


(Untuk Perawatan dan Anak), Jakarta: Salemba Medika.

15

Anda mungkin juga menyukai