Oleh :
Putu Krisna Yudha
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Banyuwangi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
tuntutan terhadap mahasiswa menjadi lebih tinggi . Sebagai tuntutan di tahap akhir pada
bangku perkuliahan mahasiswa adalah membuat sebuah karya tulis ilmiah. Tuntutan
akademik yang dihadapi mahasiswa ini menjadi stresor bagi mahasiswa. Banyaknya
stresor dan tuntutan yang dihadapi menyebabkan mahasiswa yang menyusun tugas
pada penelitian, kegagalan mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan
bacaan, serta kesulitan menemui dosen pembimbing. Mahasiswa dituntut pula untuk
lebih dewasa dalam pemikiran, tindakan, serta perilakunya, karena semakin tinggi
pendidikan, semakin tinggi pula tekanan-tekanan yang dihadapi dalam segala aspek.
negatif yang akhirnya dapat menimbulkan ketegangan, kekhawatiran, stres, rendah diri,
Stres pada mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir terjadi karena
2
dialami mahasiswa termasuk stres negatif sebab memberi dampak buruk pada diri
mahasiswa tersebut. Stres yang dialami mahasiswa nampak pada segi fisik, emosional,
kognitif, maupun interpersonal. Ada dua faktor penyebab stres pada mahasiswa yang
sedang menyusun tugas akhir yaitu faktor ekstenal dan internal. Faktor internal berupa
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
mengalami stres, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak
pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka
pertengahan tahun 80-an berkisar antara 10-15%. Melonjak drastis di tahun 2010-an di
angka 33-40% dengan berbagai gejala yang mengikutinya seperti gangguan makan,
perubahan pola tidur, menyakiti diri sendiri hingga keputusan untuk bunuh diri. Di
tahun 2015 disimpulkan hasil yang senada bahwa 20% mahasiswa mencari perawatan
dan konsultasi jiwa terkait tekanan yang mereka alami di dunia akademik (Nurma
Gupita, 2017).
Pada tahun 2016 Nurliana Sipayung melakukan penelitian tentang coping stres
yang berhubungan dengan mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir. Dalam
3
penelitiannya dilaporkan bahwa terdapat 33 mahasiswa (62%) yang sedang menyusun
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurma Gupita (2017) pada 53 mahasiswa yang
stres sedang dan 41,5% responden dengan stres ringan. Hal ini didukung juga oleh
penelitian lain yang dilakukan oleh Widya Oryza (2016) pada 54 mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi dilaporkan bahwa mahasiswa paling banyak mengalami stres
(35,2%), yang mengalami stres ringan sebanyak 7 mahasiswa (13,0%) dan yang tidak
mengalami stres 0 (0,0%). Dari hasil penelitiannya dikatakan bahwa mahasiswa paling
banyak mengalami stres berat yaitu sebanyak 28 mahasiswa (51,9%), hal ini
Stres dan gangguan tidur yang dialami oleh mahasiswa saat menyusun tugas
akhir juga didapatkan oleh peneliti berdasarkan hasil studi pendahuluan. Studi
serta disertai gangguan tidur, sedangkan 3 orang belum memikirkan tugas akhir dan
4
Banyaknya tuntutan dalam menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi
kualitas tidur pada mahasiswa terganggu. Apabila stres yang tidak mampu dikendalikan
dan diatasi akan memunculkan dampak negatif. Dampak negatif stres secara kognitif
seperti sulit berkonsentrasi. Dampak secara emosional seperti sulit memotivasi diri,
munculnya perasaan cemas, sedih, dan frustasi. Dan dampak secara fisiologis seperti
kesehatan yang terganggu, daya tahan tubuh menurun, dan gangguan pola tidur
mengalami gangguan tidur juga beresiko memiliki Grade Point Average (GPA) yaitu
nilai rata-rata akademik yang rendah. Selain itu, Gaultney juga menjelaskan bahwa
prestasi akademik mahasiswa yang mengalami gangguan tidur lebih rendah daripada
mahasiswa yang cukup tidur. Selain mendapatkan nilai rata-rata yang rendah gangguan
pola tidur yang terjadi berkelanjutan akan mengakibatkan kekebalan tubuh menurun,
IPK tinggi.
Dari latar belakang di atas, diharapkan bagi Prodi dapat memberikan kebijakan
kepada mahasiswa yang akan melakukan tugas akhir diberikan waktu persiapan selama
satu semester. Selain itu juga dari pihak kampus dapat bekerja sama dengan tim
kesehatan atau dinas kesehatan terkait untuk melakukan skrining kesehatan jiwa
sehingga dapat mencegah terjadinya stres yang lebih parah pada mahasiswa.
5
1.2 Rumusan Masalah
Kualitas Tidur saat Menyusun Tugas Akhir pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat
ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur saat
ini adalah :
c. Menganalisis hubungan tingkat stres dengan kualitas Tidur saat menyusun tugas
2021.
6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan
bacaan tambahan khususnya mengenai stres dan pola tidur bagi mahasiswa yang
berkepentingan dan diharapkan kepada mahasiswa agar dapat lebih siap dalam
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat saat membahas dampak stres
terhadap pola tidur khususnya di stase jiwa agar dapat lebih menekankan bagaimana
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau masukan
penyusunan skripsi.
BAB 2
TUNJAUAN PUSTAKA
Tinggi, mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. Bagi
7
sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran diri sendiri dalam mengembangkan
potensi diri di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau
kebebasan akademik dengan mengutamakan penalaran dan aklak mulia serta dapat
Perkuliahan di tingkat akhir tantangan bagi para mahasiswa. Gelar “maha” mereka
semakin harus menuntut mereka keterlibatkan dalam masyarakat maupun dalam sektor
profesi. Nyatanya tantangan yang mereka hadapi itu sudah terjadi selama perkuliahan.
Tantangan itu terjadi mulai dari awal perkuliahannya sampai akhir perkuliahan yang
akan dia tempuh. Dengan bertambahnya tantangan bagi mereka pada tingkat akhir yang
merupakan keharusan mereka untuk lulus dan mengejar karir mereka, mahasiswa
tingkat akhir memiliki kebiasaan yang buruk yaitu kebiasaan untuk cepat menyerah
dalam menghadapi masalah yang mereka hadapi. Hal seperti ini dapat membuat mereka
yang penting bagi bangsa. Berikut yang menjadi tugas mahasiswa sebenarnya adalah :
1. Guardian of Value
8
Mahasiwa sebagai penjaga nilai-nilai masyarakat yang kebenarannya mutlak
bergerak dalam melakukan perubahan kea rah yang lebih baik lagi dengan
3. Moral Force
Mahasiswa sebagai moral force diharuskan untuk memiliki moral yang baik.
bangsa yang diharapkan dapat menjadi contoh dan penggerak perbaikan moral
4. Social Control
sosial pada masyarakat dengan cara memberikan saran, kritik, serta solusi
9
Stres merupakan sebuah bentuk respon tubuh seseorang yang memiliki beban
pekerjaan berlebihan. Jika seseorang tersebut tidak sanggup mengatasinya, maka orang
Stres diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang
dimiliki individu, karena semakin tinggi kesenjangan terjadi maka semakin tinggi pula
tingkat stres yang dialami individu. Stres dalam bahasa latin yaitu “stingere” yang
berarti “keras”, sampai pada abad ke-17 stres diartikan sebagai kesukaran, kesusahan,
kesulitan dan penderitaan, kemudian pada abad 18 stres lebih diartikan sebagai suatu
tekanan, kekuatan, ketegangan, dan usaha keras yang difokuskan pada manusia
Definisi stres sendiri dikemukakan oleh beberapa tokoh yakni, Rice (dalam
Nasution, 2011) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus
(dalam Yosep, 2013) stres adalah suatu kondisi dimana sistem respon manusia untuk
2013) menyebutkan stres sebagai reaksi fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap
merisaukan individu. Pendapat lain Hans Selye (dalam Yosep, 2013) bahwa stres
adalah tanggapan tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan dari luar,
kemudian tubuh akan berusaha beradaptasi terhadap untutan atau pengalaman stres.
Dapat disimpulkan bahwa stres adalah bentuk interaksi individu dengan kondisi
10
kemampuan untuk mengatasinya sehingga mengakibatkan terjadinya reaksi fisik,
mental dan kimiawi dari tubuh untuk dapat beradaptasi dengan tuntutan-tuntutan
tersebut.
terjadinya respon stres, stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik kondisi fisik,
psikologi, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja di rumah, sekolah, dan
lingkungan luar lainnya. Stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi
udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial).
Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang
nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Notoatmodjo, (2012) membagi 3
1. Daily Hassles yaitu kejadian kecil yang dapat terjadi berulang-ulang seperti
2. Personal Stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau
kehilangan besar terhadap suatu yang terjadi pada level individual seperti
stressappraisal.
2 faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan orangnya (personal factor) dan faktor
11
2.2.3 Jenis Stres
Safaria & Saputra (2015) membedakan stres menjadi 2, yaitu stres yang
merugikan atau merusak yang disebut distress dan stres menguntungkan atau
1. Distress
Distress adalah stres yang bersifat kebalikan dengan eustress yaitu tidak sehat,
negatif, dan merusak. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
berkonsentrasi, dan sulit menerima hasil yang didapat (Safaria & Saputra,
2015).
2. Eustress
positif, dan membangun. Respon positif tersebut tidak hanya dirasakan oleh
individu tetapi juga oleh lingkungan sekitar individu, seperti dengan adanya
Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut Priyoto
a. Tahap Pertama
Merupakan tahapan stres yang paling rendah yang ditandai dengan semangat
12
senang dengan pekerjaan, akan tetapi tanpa disadari cadangan energi yang
b. Tahap Kedua
Pada tahap kedua ini seseorang memiliki ciri-ciri, yakni adanya perasaan
letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya segar, merasa mudah lelah
setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh perut atau
lambung tidak nyaman, detakan jantung lebih keras dari biasanya, otot
c. Tahap Ketiga
Pada proses tahap ketiga ini seseorang memiliki ciri-ciri, yakni adanya
gangguan lambung dan usus seperti maag, buang air tidak teratur,
terganggu.
d. Tahap Keempat
Pada proses tahap keempat ini seseorang memiliki ciri-ciri tidak mampu
e. Tahap Kelima
Pada proses tahap kelima ini seseorang memiliki ciri-ciri kelelahan fisik
13
ringan dan sederhana, mengalami gangguan sistem pencernaan yang berat,
f. Tahap Keenam
Pada proses tahap keenam ini seseorang mengalami panik dan perasaan takut
mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin tinggi, susah
Menurut Priyoto (2014) stres dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu:
1. Stres Rendah
Stres rendah adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti
terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi seperti
ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor rendah biasanya
tidak disertai dengan gejala yang berat. Ciri-cirinya, yaitu semangat meningkat,
meningkat. Stres yang rendah berguna, karena dapat memacu seseorang untuk
2. Stres Sedang
14
Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari. Situasi
perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang sakit, atau
ciri dari stres sedang, yakni sakit perut, otot-otot terasa tegang, perasaan tegang,
3. Stres Tinggi
Stres pada kategori tinggi adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang
tidak ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah tempat tinggal, dan
memiliki penyakit kronis. Ciri-ciri dari stres pada kategori tinggi, yaitu sulit
meningkat.
apatis, percaya diri yang rendah, agresif dan depresi. Selanjutnya hasil kognitif dari
yang benar atau sama sekali tidak mampu mengambil keputusan, hambatan mental, dan
penurunan rentang perhatian. Efek lain dari stres berifat prilaku seperti kecenderungan
terlarang, serta temperamen yang meledak-ledak. Terakhir, hasil fisiologis dari stres
15
mencakup detak jantung yang meningkat, tekanan darah naik, keringat, rasa panas
dingin, dan tingkat glukosa serta produksi gas asam lambung yang meningkat.
penyakit tertentu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dampak atau akibat stres identik
dengan akibat yang negatif yang dapat merugikan dan mengganggu fungsi organ tubuh
seperti sistem peredaran darah, sistem pencernaan, depresi, sistem kekebalan tubuh
Taylor (dalam Nasir & Muhith 2011) menyatakan bahwa stres dapat
16
respon tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu. Respon
1) Respon fisiologis
3) Respon emosi
ketimbang ‘seseorang’. Hal ini dapat muncul sangat luas menyangkut emosi
yang mungkin dialami individu seperti jenuh, mudah menangis, frustasi, takut,
cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri.
Manakala stres menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
tingkah laku yang tidsk diterima oleh masyarakat. Level stres yang cukup tinggi
17
berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi, mengambil
terhadap berat ringannya stres yang dialami oleh seseorang yang biasanya berupa
kuesioner dengan menggunakan sistem scoring yang akan diisi oleh responden dalam
suatu penelitian. Ada beberapa jenis kuesioner yang sering dipakai untuk mengetahui
Alat ukur pada stres yang terdiri dari 10 pertanyaan atau bisa lebih yang
tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban jarang mengalami stres, 3 untuk
stres, dan 5 untuk jawaban selalu mengalami stres dalam waktu 30 hari terakhir.
Self report questionnaire yang terdiri dari pertanyaan yang dapat mengevaluasi
18
penelitian. Skor PSS diperoleh dengan reversing responses (sebagai contoh 0 =
tentang perasaan dan pikiran responden dalam beberapa bulan terakhir. Anda
sebagai berikut :
Alat ukur stres yang terdiri dari 54 pertanyaan yang merupakan suatu skala
yang terdiri dari kejadian umum yang tidak menyenangkan bagi para
19
c. Beberapa kali : diberi skala 2
135 menunjukkan seseorang mengalami stres ringan, skor lebih dari 135
sebagai berikut :
20
Stres dapat terjadi dimana pun dan kapan pun serta pada siapa saja, termasuk
juga pada mahasiswa yang menyusun tugas akhir. Hal ini menjadi stressor tersendiri
yang akan menghambat proses belajar. Keberhasilan proses belajar mengajar sebagai
bersifat akademik, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non akademik.
Menurut Notoatmodjo (2012) faktor stres dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
mencari literatur dan referensi yang sesuai dengan judul, proses revisi yang
masalah stres akademik ini perlu diperhatikan dengan baik agar gejala emosional dan
21
kecemasan mahasiswa tingkat akhir dapat berkurang. Berikut adalah cara mengatasi
stres akademik saat mengerjakan tugas akhir menurut beberapa ahli yaitu:
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan tertundanya pengerjaan tugas akhir
menulis rencana secara rinci dan terstruktur, nantinya akan termotivasi untuk
membuat stres. Hal tersebut wajar terjadi, namun ada cara paling efektif dalam
membuat rencana pengerjaan tugas akhir yang rutin dan terstruktur yaitu
konsisten.
Saat mengalami stres akademik, mahasiswa akan mencari dukungan sosial dari
Dengan menemui teman, sahabat, dan orang lain bisa dijadikan sebagai tempat
untuk berkeluh kesah akan dapat mengurangi tingkat stres. Berbagi dan
bercerita dengan orang lain bisa mengurangi pikiran-pikiran negatif yang ada.
Rasa percaya diri juga akan meningkat karena merasa orang lain akan
22
senantiasa mendukung apa pun yang terjadi. Selayaknya makhluk sosial,
hormon stres adrenalin dan kortisol di dalam tubuh. Latihan fisik atau olah
raga dapat digunakan sebagai pengganti untuk metabolisme hormon stres yang
menjadi lebih tenang dan rileks dalam menghadapi sesuatu. Ketika merasa
stres, tertekan, dan jenuh saat mengerjakan tugas akhir, bisa melakukan jalan-
jalan dan menghirup udara segar. Aktivitas fisik tersebut bisa dilakukan secara
mengerjakan tugas akhir atau setelah makan pagi. Aktivitas fisik yang
Sudah hal yang umum di kalangan mahasiswa untuk mengerjakan tugas akhir
di malam hari, kemudian lanjut hingga pagi hari. Namun akibatnya, tidur
kurang berkualitas dan jumlah jam tidur pokok tidak terpenuhi. Kekurangan
jam tidur adalah salah satu penyebab utama stress. Untuk mengatasi hal
dijauhkan pada malam hari agar badan dan otak rileks saat akan tidur.
23
5) Mencoba Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi stres akademik
dan kecemasan. Salah satu teknik relaksasi yang paling sederhana dan dapat
yang selama ini menghantui. Jangan pernah merasa bahwa relaksasi adalah hal
yang sulit untuk dilakukan. Relaksasi adalah sebuah keterampilan yang akan
Pola pikir dapat menentukan tingkat stres akademik. Cobalah untuk menjadi
seseorang yang optimis dan memiliki pandangan baik ke masa depan. Percaya
pada diri sendiri bahwa semuanya bisa diselesaikan dengan baik. Jika terbiasa
berpikir optimis, maka otak akan otomatis merespon dengan perasaan bahagia
sehingga terhindar dari rasa cemas dan stres. Cara paling sederhana untuk
dengan memasang poster yang penuh inspirasi di dinding kamar tidur sehingga
nantinya setiap kali melihat poster tersebut, hati menjadi lebih damai dan
tenang. Mendengarkan lagu-lagu dengan nada dan lirik yang positif dan
bersemangat juga bisa membuat jiwa dan pikiran menjadi lebih damai.
mendapatkan sejumlah tidur Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye
24
Movement (NREM) yang pas (Kozier, 2010). Menurut Delauner & Ladner 2012,
aktivitas tidur merupakan melambatnya pernapasan dan denyut jantung tetapi tetap
teratur. Fase pertama dari tidur disebut sebagai NREM. Setelah 90 menit atau lebih dari
tahap NREM akan memasuki tahap REM. Orang dewasa biasanya memiliki4 hingga 6
periode REM sepanjang malam terhitung 20% hingga 25% dari tidur (Kozier, 2010).
Menurut Asmadi (2013), kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh komponen yaitu :
Penilaian subyektif diri sendiri terhadap kualitas tidur yang dimiliki, adanya
perasaan terganggu dan tidak nyaman pada diri sendiri yang berperan
2. Latensi Tidur
3. Efisiensi Tidur
Obat tidur dapat menandakan seberapa berat gangguan tidur yang dialami,
sangat terganggu pola tidurnya dan obat tidur dianggap perlu untuk
membantu tidur.
5. Gangguan Tidur
25
Seperti adanya mengorok, gangguan pergerakan sering terganggu dan mimpi
6. Durasi Tidur
Dinilai dari waktu mulai tidur sampai waktu terbangun, waktu tidur yang
1) Penyakit Fisik
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distres fisik yang dapat menyebabkan
daripada biasanya. Di samping itu siklus bangun- tidur selama sakit dapat
mengalami gangguan.
2) Lingkungan
sekitar kamar yang bising, memiliki teman tidur yang mengalami masalah
tidur dan kondisi kamar seperti suhu, cahaya, ukuran dan kenyamanan tempat
tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur.
26
3) Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin
4) Gaya Hidup
Individu yang berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur
dalam waktu yang tepat. Individu yang memiliki jadwal kerja berubah-ubah,
misalnya jadwal kerja (shift) setiap minggu berubah akan mempengaruhi tidur.
5) Stres Emosional
menyatakan bahwa stres berat sangat lekat dengan jam tidur yang rendah.
Selain itu stres berat sangat berpengaruh dan berhubungan positif dengan
tidur. Obat diaretik berefek pada noktaria sehingga individu sering terbangun
individu sulit tidur. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat
27
Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur
REM.
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah instrumen efektif yang digunakan
untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur orang dewasa. PSQI dikebangkan untuk
mengukur dan membedakan individu dengan kualitas tidur yang baik dan kualitas tidur
yang buruk. Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan
beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Dimensi tersebut
dinilai dalam bentuk pertanyaan dan memiliki bobot penilaian masing-masing sesuai
Validitas penelitian PSQI sudah teruji. Instrumen ini menghasilkan 7 skor yang
sesuai dengan domain atau area yaitu kualitas tidur subyektif, sleep latency, durasi
tidur, gangguan tidur, efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi
tidur pada siang hari. Tiap domain nilainya berkisar antara 0 (tidak ada masalah)
sampai 3 (masalah berat). Nilai setiap komponen kemudian dijumlahkan menjadi skor
global antara 0 – 21. PSQI memiliki konsistensi internal dan koefisien reliabilitas
(Cronbach’s Alpha) 0,83 untuk 7 komponen tersebut, dalam skala sebagai berikut :
28
Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar di Perguruan
mahasiswa akan melewati fase akhir yaitu menyusun tugas akhir. Tugas akhir
merupakan syarat bagi mahasiswa untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan atau Non-
berbagai masalah yang dapat menimbulkan tekanan dalam diri mahasiswa yang sedang
menyusun tugas akhir dan menjadi sumber stres bagi mahasiswa itu sendiri. Stres
adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari di lingkungan
kampus. Mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir sering mengalami stres.
ketidakmampuan dalam menghadapi sumber stres yang ada dan menyebabkan tekanan
dalam diri, karena dalam proses penyusunan tugas akhir biasanya mahasiswa akan
mengalami frustasi karena sulit menentukan judul atau sulit dalam menentukan
terkadang sulit daitemui, desakan misalnya orang tua selalu mendesak agar anaknya
cepat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu, perubahan misalnya usia yang
semakin bertambah, dan kekeliruan dalam berpikir misalnya mahasiswa merasa dirinya
yang dapat menyebabkan mahasiswa mengalami stres dalam menyusun tugas akhir.
29
Mahasiswa yang mengalami stres dalam penyusunan tugas akhir dapat memunculkan
lain dan menunda-nunda pekerjaan serta yang paling parah berdampak pada gangguan
tidur. Mahasiswa yang dalam menyusun tugas akhirnya mengalami stres tidak menutup
kemungkinan akan mengalami gangguan tidur. Keadaan stres yang dialami individu
mempengaruhi kemampuan individu untuk tidur atau tetap tertidur (Muhammad Iqbal,
2018).
Mayoral (2016) menyatakan bahwa stres berat sangat lekat dengan jam tidur
yang rendah, selain itu stres berat sangat berpengaruh dan berhubungan positif dengan
Dari uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa stres menjadi salah satu
faktor yang memunculkan adanya gangguan kualitas tidur. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tingkat stres yang dialami mahasiswa saat menyusun tugas akhir memiliki
31
Penelitian kan skala detak jantung ketidakseim
: ordinal tidak stabil. bangan
purposive Mahasiswa antara
sampling mengalami masalah
gejala yang
psikologis dihadapi
dengan dengan
tingkat kemampuan
ringan mengatasi-
sebanyak nya, dan
85.2% orang tingkat stres
dengan yang
gejala seperti dialami oleh
cemas, mahasiswa
mudah marah tingkat
karena hal akhir.
yang sepele,
merasa sedih
dan
tertekan,
mudah panik,
takut dan
gelisah.
Kemudian
mahasiswa
mengalami
gejala
perilaku pun
dengan
tingkat
ringan
sebanyak
92.6% orang
dengan
gejala seperti
merasa sulit
untuk
bersantai,
tidak mampu
bersabar jika
mengalami
penundaan
serta
kehilangan
minat dan
32
inisiatif
dalam
melakukan
sesuatu.
34
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
35
Faktor Internal : pada mahasiswa
1.Kondisi Kesehat- Faktor Internal :
An Psikis atau 1. Penyakit Fisik
Emosional STRES KUALITAS TIDUR 2. Kelelahan
2.Kondisi Kemam- 3. Gaya Hidup
puan Fisik 4. Stres Emosi-
3. Kondisi Ekonomi onal
Faktor Eksternal : Faktor Eksternal :
1. Kondisi Lingku- 1. Lingkungan
ngan 2. Alkohol dan
2. Keterbatasan Fa- Obat-obatan
silitas
3. Manajemen Waktu
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur
Mahasiswa Saat Menyusun Tugas Akhir
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
: berhubungan
tugas akhir dibagi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal yang
waktu.
36
Apabila stres tidak ditangani dan berkelanjutan dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap kualitas tidur. Kualitas tidur juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kualitas tidur
adalah penyakit fisik, kelelahan, gaya hidup, dan stres emosional. Sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi kualitas tidur adalah lingkungan dan alhohol & obat-
obatan.
hipotesis penelitian yaitu ada hubungan yang signifikan tingkat stres dengan kualitas
tidur saat menyusun tugas akhir pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV STIKES
BAB 4
METODE PENELITIAN
cross sectional. Cross sectional adalah jenis penelitian yang melakukan waktu
37
pengukuran observasi data variabel bebas (independent) dan variabel terikat
(dependent) hanya satu kali pada saat itu juga. Pada jenis ini variabel independent dan
variabel dependent dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tidak lanjut.
Tentunya tidak semua subyek penelitian harus diobservassi pada hari atau waktu yang
sama, akan tetapi baik variabel independent atau variabel dependent dinilai hanya satu
kali saja (Nursalam, 2013). Penelitian ini menganalisa hubungan tingkat stres dengan
kualitas tidur saat menyusun tugas akhir pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV
4.2.1 Populasi
2013). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian yaitu seluruh Mahasiswa S1
4.2.2 Sampel
pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Adapun kriteria inklusi sampel adalah :
38
c. Responden yang sementara bimbingan proposal
sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik penarikan sampel purposive
dilakukan berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik
untuk dijadikan sampel penelitiannya. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi relatif
kecil dan karakteristik responden yang homogen dengan strata pendidikan yang sama
yaitu menempuh pendidikan S1, umur yang relatif sama 20-25 tahun serta sementara
berada pada level penyusunan tugas akhir. Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam
Populasi :
85 orang Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV STIKES Banyuwangi
Teknik Sampling :
Purposive Sampling
Sampel :
70 orang Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV STIKES Banyuwangi
39
Desain :
Deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional
Pengumpulan Data :
Menggunakan Kuesioner
Pengolahan Data :
Editing, coding, scoring, data entry, cleaning, dan tabulating
Analisa Data :
spss
Laporan Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu
40
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat stres saat menyusun
Tahun 2021.
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kualitas tidur saat menyusun
Tahun 2021.
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena. Pada
(Nursalam, 2013).
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur saat
Menyusun Tugas Akhir pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV
STIKES Banyuwangi Tahun 2021
Skor
Definisi
Variabel Parameter Instrumen Skala
Operasional
Kriteria
Variabel Hasil 1. Fisik Kuesioner Ordinal 1. Normal
independent : pengukuran 2. Psikologis ZSAS 20-44
Tingkat stres kondisi (Zung self- 2. Stres
41
saat psikis dan 3. Emosi rating ringan
menyusun emosi yang 4. Perilaku Anxiety 45-49
tugas akhir dialami saat Scale) 3. Stres
pada menyusun sedang
Mahasiswa tugas akhir 60-74
S1 pada 4. Stres
Keperawatan Mahasiswa berat
tingkat IV S1 75-80
STIKES Keperawatan
Banyuwangi Tingkat IV
Tahun 2021 STIKES
Banyuwangi
Tahun 2021
Variabel Hasil 1. Kualitas Kuesioner Ordinal 1. Tidur
dependent : pengukuran tidur PSQI dengan
Kualitas tidur tentang subyektif (Pittsburgh baik 0
saat siklus 2. Latensi, Sleep 2. Tidur
menyusun bangun dan efisiensi, Quality dengan
tugas akhir tidur saat dan durasi Index) cukup
pada menyusun tidur baik 1-7
Mahasiswa tugas akhir 3. Gangguan 3. Tidur
S1 pada ketika dengan
Keperawatan Mahasiswa tidur tidak
tingkat IV S1 malam baik 8-
STIKES Keperawatan 4. Mengguna 14
Banyuwangi Tingkat IV kan obat 4. Tidur
Tahun 2021 STIKES tidur dengan
Banyuwangi 5. Terganggu sangat
Tahun 2021 nya tidak
aktivitas di baik 15-
siang hari 21
42
skor penilaian “4” untuk responden yang menjawab selalu, skor “3” bila
menjawab sering, skor “2”bila menjawab kadang-kadang, dan skor “1” bila
yang mencakup 7 skor yang sesuai dengan domain atau area yaitu kualitas
kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi tidur pada siang hari.
menjawab selalu, skor “3” bila menjawab sering, skor “2”bila menjawab
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
2013). Dalam melakukan penelitian ini, prosedur yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
43
1. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing dan penguji, peneliti mengajukan
permohonan ijin kepada bagian akademik untuk memperoleh data dan jumlah
2. Peneliti menemui calon responden dengan chat melalui aplikasi whatsapp untuk
7. Apabila semua dirasa sudah cukup peneliti melakukan pengolahan data dan
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini
disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum
44
memberikan informasi apa-apa dan belum siap disajikan (Nursalam, 2013). Proses
1. Editing
pengambilan data ulang untuk melengkapi data-data tersebut. Tetapi kalau tidak
memungkinkan maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau
jawaban satu per satu apakah cek list sudah diisi sesuai petunjuk yang telah
2. Coding
demografi seperti :
a. Jenis Kelamin :
1 = laki-laki 2 = Perempuan
b. Status Tinggal :
45
1 = bersama orang tua 2 = kost
c. Umur
3. Scoring
Scoring yaitu menentukan skor/nilai untuk tiap item pertanyaan dan tentukan
skor “4”, bila menjawab pertanyaan sebagian waktu diberikan skor “3”, bila
b. Untuk mengukur gangguan tidur mahasiswa saat menyusun tugas akhir bila
skor “2”, dan bila menjawab pertanyaan tidak pernah diberikan skor “1”.
skor “2”, dan bila menjawab pertanyaan tidak pernah diberikan skor “3”.
4. Data Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program atau “software” komputer. Dalam proses ini dituntut ketelitian dari
orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak akan terjadi bias,
5. Cleaning
46
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,
dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data
cleaning).
6. Tabulating
dan teratur. Setelah jawaban terkumpul kita kelompokkan jawaban yang sama
dengan menjumlahkannya. Pada tahapan ini data yang diperoleh untuk setiap
stres dengan kualitas tidur saat menyusun tugas akhir pada Mahasiswa S1
1. Data Umum
berdasarkan jenis kelamin, umur, dan status tinggal dengan disribusi frekuensi
menggunakan rumus :
47
P = Ʃf x 100%
SN
Keterangan :
P = angka persentase
SN = banyaknya responden
2. Data Khusus
a. Variabel Independent
b. Variabel Dependent
48
2). Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 (dua) variabel yang diduga berkorelasi atau
untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur saat menyusun tugas
2021. Pengolahan analisa data bivariat ini dengan menggunakan bantuan spss. Uji
statistik yang digunakan adalah uji Rank Spearman dengan tingkat kesalahan α =
0,05. Dasar digunakannya uji statistik Rank Spearman adalah jika data yang akan
keputusan hasil uji statistik dengan membandingkan nilai P (p-value) dan nilai α (0,05)
a. Apabila p ≤ 0,05, berarti ada hubungan signifikan tingkat stres dengan kualitas
b. Apabila p ≥ 0,05, berarti tidak ada hubungan signifikan tingkat stres dengan
49
2 0,26 – 0,50 Cukup
5 1,00 Sempurna
dan menghormati hak responden berupa sekumpulan prinsip dan nilai peraturan yang
Penelitian ini tidak menimbulkan bahaya dan manfaat secara langsung kepada
responden serta tidak menempatkan responden pada situasi yang merugikan atau
beresiko merugikan responden. Penelitian ini menjaga kerahasiaan data yang diberikan
dicantumkan kode inisial. Calon responden akan mendapat penjelasan terkait penelitian
Responden dipilih secara acak dan bukan berdasarkan pertimbangan personal peneliti.
Seluruh responden akan mendapat perlakuan yang sama terkait dengan penelitian.
Penelitian bersifat sukarela dan semua responden diberi hak penuh untuk menyetujui
concent (terlampir).
50
4.10 Keterbatasan Penelitian
kekurangan, sehingga memungkinkan hasil yang ada belum optimal antara lain:
1. Pengumpulan data tidak dapat bisa dipantau secara langsung. Hal ini karena
COVID-19.
2. Peneliti tidak mengetahui kondisi subjek dengan pasti saat pengisian skala
yang sebenarnya.
51
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
swasta yang berdiri di atas lahan seluas 3 (tiga) hektar yang beralamat di Jalan Letkol
Banyuwangi, Jawa Timur. Kampus STIKES Banyuwangi berdiri pada tahun 2006 dan
merupakan kampus yang telah berkonversi dari Akper Blambangan pada tahun
sebelumnya.
sehingga pada saat ini menjadi 9 (sembilan) dimana mayoritas Program Studi tersebut
telah memiliki Akreditasi B. Sembilan Program Studi tersebut adalah Program Studi S1
52
Keperawatan, D3 Keperawatan, D3 Kebidanan, D3 Farmasi, Ners Perawat, S1 Gizi, S1
menempuh pendidikan. Pengambilan data diambil dengan mengambil sampel dari satu
angkatan tahun 2017 Program Studi S1 Keperawatan kelas 4A dan kelas 4B yang
sedang menyusun tugas akhir tahun 2021. Pengambilan data dilakukan dengan cara
pengisian kuesioner secara online menggunakan google form dan semua hasil data
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden saat Menyusun Tugas Akhir
Berdasarkan Jenis Kelamin pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV
STIKES Banyuwangi Tahun 2021
53
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden saat Menyusun Tugas Akhir
Berdasarkan Status Tinggal pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV
STIKES Banyuwangi Tahun 2021
tinggalnya bersama orang tua sebanyak 52 orang (74,29%) dan minoritas responden
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden saat Menyusun Tugas Akhir
Berdasarkan Umur pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV STIKES
Banyuwangi Tahun 2021
54
1). Tingkat Stres Responden
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres pada Responden saat Menyusun Tugas
Akhir pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV STIKES Banyuwangi
Tahun 2021
tingkat stres normal sebanyak 27 orang (38,57%), mengalami tingkat stres ringan
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden saat Menyusun Tugas Akhir
pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV STIKES Banyuwangi Tahun
2021
dengan katagori cukup baik sebanyak 35 orang (50,00%), frekuensi kualitas tidur
55
dengan katagori tidak baik 29 orang (41,43%), frekuensi kualitas tidur dengan katagori
sangat tidak baik 6 orang (8,57%), dan frekuensi kualitas tidur responden dengan
jumlah skor tertinggi dan skor terendah. Skor tertinggi berada pada komponen efisiensi
tidur dengan total skor 208 dan jumlah nilai rata-rata 2,97. Dan komponen dengan total
skor terendah berada pada komponen penggunaan obat-obatan tidur dengan total skor
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur Responden
saat Menyusun Tugas Akhir pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV
STIKES Banyuwangi Tahun 2021
Tabel 5.7 Hasil Analisa dengan Menggunakan Uji Statistik Rank Spearman
Correlations
Tingkat Stres Kualitas Tidur
Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000 -.032
Tingkat Stres Sig. (2-tailed) . .795
N 70 70
Kualitas Tidur Correlation Coefficient -.032 1.000
56
Sig. (2-tailed) .795 .
N 70 70
Berdasarkan hasil dari tabulasi silang di tabel 5.6 didapatkan bahwa responden
dengan tingkat stres normal dan memiliki kualitas tidur cukup baik sebanyak 10 orang
(14,29%). Responden dengan tingkat stres normal dengan kualitas tidur tidak baik
sebanyak 16 orang (22,86%) dan 1 orang (1,43%) dengan tingkat stres normal dengan
kualitas tidur sangat tidak baik. Responden dengan tingkat stres ringan dan memiliki
kualitas tidur cukup baik sebanyak 23 orang (32,86%), tingkat stres ringan dengan
kualitas tidur tidak baik sebanyak 11 orang (15,71%), dan 2 orang (2,86%) mengalami
stres ringan dengan kualitas tidur sangat tidak baik. Untuk responden yang mengalami
tingkat stres sedang dengan kualitas tidur cukup baik sebanyak 2 orang (2,86%),
responden yang mengalami stres sedang dengan kualitas tidur tidak baik sebanyak 1
orang (1,43%), dan sebanyak 1 orang (1,43%) mengalami stres sedang dengan kualitas
tidur sangat tidak baik. Dan untuk responden yang mengalami stres berat dengan
kualitas tidur cukup baik sebanyak 0 orang (0%), stres berat dengan kualitas tidur tidak
baik sebanyak 1 orang (1,43%), dan 2 orang (2,86%) mengalami stres berat dengan
Rho dari tabel 5.7 didapatkan ρ value 0,795 (≥ 0,05), sehingga dapat dikatakan tidak
terdapat hubungan signifikan tingkat stres dengan kualitas tidur saat menyusun tugas
akhir pada Mahasiswa S1 Tingkat IV STIKES Banyuwangi Tahun 2021. Hal ini
memiliki arti bahwa ada Penerimaan Ho dan Penolakan Ha. Hasil penelitian ini selaras
57
pada penelitian sebelumnya oleh Muhammad Iqbal yang menyebutkan bahwa tidak ada
hubungan atau korelasi antara tingkat stres dengan gangguan tidur (p-value 0,828 >
variabel adalah sedang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur selain stres. Ada lima faktor yang mempengaruhi baik
buruk nya kualitas tidur yaitu lingkungan tidur, faktor latensi tidur, kondisi medis,
masalah kesehatan mental dan gangguan pada tidur (Perry dan Potter, 2015).
5.2 Pembahasan
Banyuwangi Tahun 2021 sesuai dengan tabel 5.4 didapatkan bahwa frekuensi
mengalami tingkat stres ringan sebanyak 36 orang (51,43%), mengalami tingkat stres
sedang sebanyak 4 orang (4,29%), dan mengalami tingkat stres berat sebanyak 3 orang
(4,29%). Ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami stres dan minoritas
responden tidak mengalami stres/normal. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Desi Ratnawati (2019), didapati bahwa dari 81 responden pada
penelitian ini didapatkan hampir seluruh responden memiliki tingkat stres ringan, yaitu
58
berat sebanyak 7 (8,6%) responden, dan stres sangat berat sebanyak 3 (2,5%)
responden.
Stres merupakan suatu respon individu, baik berupa respon fisik maupun psikis,
terhadap tuntutan atau ancaman yang dihadapi sepanjang hidupnya, yang dapat
menyebabkan perubahan pada diri individu, baik perubahan fisik, psikologi, maupun
Pada saat melakukan penelitian, peneliti menanyakan pada responden hal apa
saja yang membuat responden sampai merasakan stres. Dari hasil telah diketahui
bahwa dari 70 responden terdapat 3 orang yang mengalami stres berat, yang
tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental / beban kehidupan) dan waktu
penyelesaian tugas akhir yang sudah dekat. Mereka beranggapan bahwa skripsi itu
adalah hal yang sangat menakutkan dan memberatkan. Mereka juga beranggapan
sepertinya tidak ada jalan keluar untuk bisa menyelesaikan skripsi sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan akibatnya akan menimbulkan stressor yang berat dan kecemasan
yang berlebihan. Dengan kejadian seperti ini mahasiswa sebaiknya lebih bisa dapat
manajemen waktu dengan baik untuk mengerjakan tugas akhir seperti penyusunan
mencari bahan-bahan dan referensi yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir,
sehingga dapat selesai tepat waktu dan dapat mengalokasikan waktu sebaik mungkin
dari melakukan ujian proposal, penelitian, sampai dengan ujian hasil sesuai dengan
waktu yang diharapkan dan sehingga menghindari terjadinya stres yang dapat
59
stres/normal ini dikarenakan mereka memiliki kecerdasan emosional sehingga mampu
dihadapi akan lebih mudah diatasi dengan hati yang tentram dan tenang. Selain itu
diakibatkan karena adanya langkah yang baik dalam menanggulangi gejala perilaku
yang dirasakan, seperti dengan melakukan hal-hal yang membuat dirinya tenang
dengan menceritakan masalah yang dihadapi kepada teman, saudara atau orang tua. Di
samping itu mereka beranggapan bahwa skripsi sebagai ancaman yang masih wajar
sehingga masih mampu mengatasi stresor yang dihadapi selama menyusun skripsi,
apalagi selama menyusun skripsi mayoritas responden status tinggalnya bersama orang
tua sehingga mereka merasa sangat diringankan bebannya saat menyusun skripsi.
dalam penyusunan skripsi kepada orang tua sehingga mereka merasa terhibur dan bisa
Rata-rata tingkat stres yang rendah dan sedang dialami mahasiswa yang sedang
pertumbuhan otak mencapai puncaknya. Hal ini adalah karena selama periode, proses
perkembangan integritas yang dialami mahasiswa sudah baik. Integritas paling tepat
dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-
60
penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya.
Hasil penelitian berdasarkan keempat indikator tingkat stres berupa gejala fisik,
emosi, psikologis, dan perilaku didapatkan jumlah skor tertinggi dan skor terendah.
Dari hasil keempat indikator didapatkan jumlah skor tertinggi dan skor terendah. Skor
tertinggi berada pada gejala fisik (indikator 1) dengan total skor 1146 dan jumlah nilai
rata-rata 16,37 dan indikator dengan skor terendah berada pada gejala perilaku
(indikator 4) dengan total skor 275 dengan jumlah nilai rata-rata 3,93 (terlampir).
Gejala stres bersifat fisik yang dirasakan responden juga dikategorikan ringan
apabila pernyataan responden yang mengatakan tidak sesuai dengan dirinya atau tidak
pernah dirasakan dalam dirinya maupun kadang-kadang atau sesuai dengan dirinya
sampai tingkat tertentu, gangguan fisik yang dirasakan saat sebelum dan setelah
bimbingan skripsi, seperti tidak menghabiskan banyak energi, tidak teramat gemetar,
Gejala stres fisik ringan ini juga terjadi akibat adanya langkah yang baik dalam
menanggulangi gejala stres bersifat fisik yang dirasakan, misalnya dengan melakukan
hal-hal yang membuat keadaan tubuh stabil yakni lari pagi, menggerak-gerakkan badan
(senam) hal ini diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ismiati (2015)
pernyataan responden yang mengatakan tidak sesuai dengan dirinya atau tidak pernah
dirasakan dalam dirinya maupun kadang-kadang (sesuai dengan dirinya sampai tingkat
tertentu) gangguan perilaku yang dirasakan saat sebelum dan setelah bimbingan skripsi,
61
seperti terkadang sulit merasa santai, terkadang tidak sabar ketika mengalami
Gejala perilaku stres ringan ini juga terjadi akibat adanya langkah yang baik
dalam menanggulangi gejala perilaku yang dirasakan, misalnya dengan melakukan hal-
hal yang membuat dirinya tenang seperti menceritakan masalah yang di hadapi dengan
sehingga dalam hal ini dapat dianggap positif atau dianggap perlu. Meskipun demikian
stres yang terlalu berat dapat menyebabkan sakit, penilaian yang buruk dan
ketidakmampuan untuk bertahan. Stres dapat terjadi di manapun dan pada siapapun
terutama pada mahasiswa saat menyusun tugas akhir. Tuntutan untuk menyelesaikan
tugas akhir membuat mahasiswa menjadi cemas dan mudah gelisah. Kecemasan dan
kegelisahan apabila tidak diatasi dapat menimbulkan stres (Muhammad Iqbal, 2018).
Menurut Kozier (2010), stres dapat disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal stres disebabkan oleh kondisi kesehatan
psikis atau emosional, kondisi kemampuan fisik, dan kondisi ekonomi. Sedangkan
faktor eksternal stres dipengaruhi oleh hambatan lingkungan, keterbatasan fasilitas, dan
manajemen waktu.
mengatasi stresnya dalam menyusun tugas akhir. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
responden saat menyusun tugas akhir, responden menilai tugas akhir sebagai ancaman
yang masih wajar sehingga masih mampu mengatasi stresor yang dihadapi saat
menyusun tugas akhir. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil yang menunjukkan bahwa
62
mayoritas mahasiswa mengalami stres ringan. Persepsi responden terhadap stres
aktivitas lain seperti olah raga, bekerja, ataupun berorganisasi. Selain itu berdasarkan
informasi yang didapat dari responden diketahui bahwa tugas akhir yang diselesaikan
pembimbing. Hal ini mempengaruhi mahasiswa banyak dibantu oleh dosen dalam
penyelesaian tugas akhir dan menilai tugas akhir itu sebagai hal yang wajar sehingga
Banyuwangi sesuai dengan tabel 5.5 didapatkan bahwa frekuensi kualitas tidur
responden dengan katagori cukup baik sebanyak 35 orang (50,00%), frekuensi kualitas
tidur dengan katagori tidak baik 29 orang (41,43%), frekuensi kualitas tidur dengan
katagori sangat tidak baik 6 orang (8,57%), dan frekuensi kualitas tidur responden
dengan katagori baik 0 orang (0%). Ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan yang memiliki kualitas tidur
baik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Desi Ratnawati
‘Aisyiyah Yogyakarta tahun 2019 lebih banyak mengalami kualitas tidur buruk
63
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada kualitas tidur responden
sebagian besar responden mengatakan susah tidur karena cemas dengan banyaknya
tugas yang harus diselesaikan sehingga mengakibatkan mahasiswa kelelahan dan susah
untuk istirahat. Dan didapatkan yang paling banyak mengalami kulitas tidur kurang
baik dan berdasarkan dengan teori bahwa jam tidur pada normalnya adalah 7-8 jam
untuk dewasa muda, dan didapatkan hasil berdasarkan jawaban rata- rata responden
bahwa tidur hanya 4-6 jam dikarenakan tugas, sulit memulai untuk tidur dan gangguan
pada saat tidur, seperti bangun untuk ke kamar mandi, mendapat mimpi buruk dan
batuk.
Hal ini dibenarkan dalam teori bahwa ketidaknyamanan fisik seperti kecemasan
atau depresi dapat menyebabkan masalah tidur (Desi Ratnawati, 2019). Rutinitas harian
sesorang mempengaruhi pola tidur seseorang. Maka dari itu istirahat yang cukup sangat
penting demi menjaga stabilitas kerja tubuh dan menghindari berbagai dampak yang
timbul akibat dari kurangnya tidur dimalam hari oleh banyaknya aktivitas, dampak dari
kualitas tidur yang kurang baik adalah hilangnya fokus saat berkendara, hilang
memperburuk kondisi kesehatan tubuh, stres yang meningkat, kulit terlihat lebih tua,
pelupa dan obesitas atau kegemukan. Gejala yang dialami jika kurangnya tidur pada
seseorang yaitu kesulitan untuk jatuh tertidur atau tercapainya tidur yang nyenyak.
Keadaan ini dapat berlangsung sepanjang malam dan dalam tempo berhari- hari,
berminggu-minggu bahkan lebih, merasa lelah saat bangun tidur dan tidak merasakan
kesegaran, sering tidak merasa tidur sama sekali, sakit kepala di pagi hari, kesulitan
berkonsentrasi, mudah marah, mata merah dan mudah mengantuk di siang hari.
64
Hasil penelitian berdasarkan 7 (tujuh) komponen kualitas tidur berupa respon
kualitas tidur subyektif, latensi tidur (kesulitan memulai tidur malam), lama tidur
malam, efisiensi tidur, gangguan ketika tidur, menggunakan obat-obatan tidur, dan
terganggunya aktivitas di siang hari, didapatkan jumlah skor tertinggi dan skor
terendah, dimana skor tertinggi pada komponen efisiensi tidur dengan total skor 208
dan jumlah nilai rata-rata 2,97. Dan komponen dengan total skor terendah berada pada
komponen penggunaan obat-obatan tidur dengan total skor 18 dan jumlah nilai rata-
rata 0,26. Responden yang mengalami kualitas tidur buruk menilai tidur sebagai
kebutuhan yang tidak memiliki aturan waktu pelaksanaan sehingga bisa tidur kapanpun
kualitas tidur merupakan suatu kondisi ketika individu mengalami atau beresiko
ketidaknyamanan atau mengganggu hidup yang diinginkan. Kualitas dan kuantitas tidur
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penyakit fisik, kelelahan, gaya hidup, stres
mengatakan bahwa tidur dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang kurang
Menurut Potter & Perry (2015), responden yang mengalami kualitas tidur tidak
baik disebabkan oleh peningkatan stimulus yang diterima oleh Reticular Activating
System (RAS) sehingga hormon katekolamin disekresi membuat responden terjaga atau
terbangun. Sebaliknya ketika pada responden terjadi penurunan RAS maka terjadi
sekresi pada hormon serotonin sehingga membuat responden dapat tidur dengan baik.
65
Sedangkan menurut teori Kozier (2010), mekanisme RAS akan bekerja ketika
menerima stimulus audio, visual, nyeri, dan taktil sehingga mengeluarkan hormon
katekolamin yaitu hormon untuk tetap terjaga. Responden dapat menerima segala
Bulbar System Reticular (BSR) atau sebaliknya, dikarenakan RAS dan BSR bekerja
secara intermittent. Stimulus tersebut berasal dari kebiasaan atau kondisi responden
ketika akan tidur, misalnya diiringi suara musik atau televisi atau cahaya kamar yang
berlebih, menjadi stimulus yang akan diterima oleh RAS. Stimulus ke RAS membuat
RAS oleh BSR untuk mengeluarkan serotonin sehingga individu dapat tertidur atau
tetap tertidur.
Responden dengan kualitas tidur tidak baik dapat disebabkan oleh aktivitas
yang membuat kelelahan fisik. Kelelahan fisik sepanjang hari dapat menyebabkan
kualitas tidur terganggu (Potter & Perry, 2015). Individu dengan kelelahan sepanjang
hari akan merasakan ketidaknyamanan pada tubuh saat malam hari. Hal ini akan
menyebabkan individu sulit rileks sehingga sulit untuk memulai tidurnya. Namun
tingkat rileks setiap individu berbeda-beda sehingga walaupun ada beberapa responden
yang tidak mengalami kelelahan akibat aktivitas, responden tetap dapat merasakan
kesulitan untuk rileks karena hanya melakukan hal yang sama sepanjang hari.
Responden yang mengalami kualitas tidur cukup baik menilai tidur sebagai
kebutuhan yang tidak memiliki aturan waktu pelaksanaan sehingga bisa tidur kapanpun
yang diinginkan dan tanpa harus menggunakan obat-obatan tidur. Bagi responden yang
66
mengalami kualitas tidur tidak baik berpendapat bahwa kualitas tidur yang tidak baik
tidak berdampak pada kesehatan. Aspek inilah yang menyebabkan responden tidak
mengetahui jenis gangguan kualitas tidur dan dampak bagi kehidupan sehingga tidak
5.2.3 Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur saat Menyusun Tugas
Akhir pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV STIKES Banyuwangi
Tahun 2021
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat stres dengan kualitas tidur saat menyusun tugas akhir pada Mahasiswa
S1 Keperawatan Tingkat IV STIKES Banyuwangi tahun 2021. Hasil ini selaras dengan
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal yang menyebutkan
bahwa tidak ada hubungan atau korelasi antara tingkat stres dengan gangguan tidur (p-
value 0,828 35 > 0,05) (Iqbal, 2018). Secara fisiologi, banyak studi menyatakan tidur dan
stres saling berkait antara satu sama lain yaitu berhubungan dengan hipothlamus-pituitary-
Bagaimanapun juga faktor tunggal tidak dapat mempengaruhi gangguan kualitas tidur yaitu
selain akibat tekanan akademik, dapat disebabkan oleh penyakit fisik sehingga
menimbulkan nyeri, pengunaan obat-obatan, aktivitas fisik, asupan nutrisi dan diet
terhadap pengelolaan tingkat stres yang berdampak pada gangguan kualitas tidur.
Mahasiswa yang stres tetapi tetap berinteraksi dengan teman ataupun orang tua akan
memiliki lebih banyak energi untuk mengatasi stres sehingga stres tersebut tidak
67
dukungan sosial akan merasa bosan melakukan aktivitas untuk mengatasi rasa
tidur.
tingkat stres ringan dengan kualitas tidur katagori cukup baik yaitu sebanyak 23 orang
(32,86%) dan minoritas mengalami tingkat stres berat dengan kualitas tidur katagori
cukup baik sebanyak 0 orang (0%). Hal ini terjadi karena koping maladaftif dilakukan
oleh responden dengan tingkat stres ringan dan berat, seperti merokok (Mayoral, 2016).
Stres yang ringan membuat individu tidak menyadari bahwa dirinya sedang
menghadapi suatu atau beberapa ancaman secara teratur. Sebaliknya, individu dengan
Ketidakseimbangan emosi dan pikiran yang dialami oleh individu dengan stres ringan
maupun stres berat akan menstimulus mekanisme RAS meningkat dan BSR menurun
gangguan tidur disebabkan oleh hal tertentu misalnya insomnia dialami oleh individu
yang tidak mengalami stres, prevalensi sleep apnea meningkat karena kenaikan berat
badan, diabetes, dan hipertensi (Potter & Perry, 2015). Stres yang dialami tidak
mempengaruhi penyakit kronis, tidak terpasang alat medis, tidak mengkonsusmsi obat-
Keadaan terjaga atau bangun dipengaruhi oleh sistem RAS (Potter & Perry,
2015). Bila aktivitas RAS ini meningkat maka individu dalam keadaan terjaga atau
68
bangun, tetapi bila aktivitas RAS menurun maka individu dalam keadaan tidur.
Aktivitas RAS ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter yang tidak
BAB 6
69
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
orang (51,43%) dan minoritas mengalami tingkat stres berat sebanyak 3 orang
(4,29%).
menyusun tugas akhir mayoritas memiliki kualitas tidur dengan katagori cukup
baik sebanyak 35 orang (50,00%) dan minoritas memiliki kualitas tidur dengan
menyusun tugas akhir mayoritas mengalami tingkat stres ringan dengan kualitas
tidur katagori cukup baik yaitu sebanyak 23 orang (32,86%) dan minoritas
mengalami tingkat stres berat dengan kualitas tidur katagori cukup baik
sebanyak 0 orang (0%). Dan hasil analisis dengan uji korelasi Spearman’s Rho
tidak terdapat hubungan signifikan tingkat stres dengan kualitas tidur saat
6.2 Saran
70
1. Bagi Mahasiswa.
hasil penelitian ini sebagai informasi dan bahan bacaan tambahan khususnya
mengenai stres dan pola tidur dan diharapkan kepada mahasiswa agar dapat
2. Bagi Keperawatan.
pencegahan stres dalam penyusunan tugas akhir seperti menganjurkan orang tua
akhir.
3. Bagi Penelitian
maupun eksternal yang dapat menyebabkan stres dalam menyusun skripsi pada
mahasiswa. Karena pada penelitian ini hanya berfokus pada tingkat stres
Program Studi S1 Keperawatan saja tetapi juga pada Program Studi lain
semakin luas.
71