Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

OLEH KELOMPOK 3

ASMA FHARA FADILLAH P07220218004

MARIA REGOLINDA OLO P07220218012

M. TEDY KURNIAWAN P07220218015

MUTHIA FITRI DESIRANTI P07220218019

RUSMIATI P07220218029

WILLY B. MARBUN P07220218037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang “ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMA”
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat
dan dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Samarinda, 13 Agustus2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 5
D. Metode Penulisan ............................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Leukimia .......................................................................... 6


B. Asuhan Keperawatan Leukimia ....................................................... 14

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Darah
manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok
sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah
putih, dan keping-keping darah. Sel-sel darah tersebut dibuat di sumsum tulang, di
ruang medula tulang. Proses pembentukan sel-sel darah disebut dengan
hematopoiesis.
Orang dewasa memiliki sumsum yang digunakan untuk pembentukan sel
berupa sumsum tulang merah yang terbatas pada tulang anggota tubuh dan
tengkorak. Meskipun disebut sumsum tulang merah, tempat tersebut membuat sel
darah merah maupun sel darah putih. Sumsum di tulang anggota badan, tulang-
tulang panjang dari tubuh, adalah dalam bentuk sumsum lemak kuning, yang
merupakan cadangan dan tidak aktif berhubungan dengan pembuatan sel-sel darah.
Akan tetapi, dapat berubah menjadi sumsum tulang merah bilamana terdapat
kekurangan darah (Green, 2009).
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru. Keping-keping darah
atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi
leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam jumlah
yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel
darah putih. Leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada
angka pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui, namun banyak penelitian
yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan

4
juga pada kelompok orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam.
Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat
berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan diagnosa leukemia
sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka :
“bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan leukimia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada penderita
leukimia
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memecahkan masalah keperawatan pada penderita
leukimia
D. Metode Penulisan
Adapun metode penulis yang penulis gunakan dan menyusun makalah ini
adalah metode studi pustaka yaitu sebuah metode penulisan karya tulis dengan
mencari informasi dari berbagai jenis referensi, mulai dari literatur buku, internet,
televisi, dan jenis referensi lainnya.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Makalah ini diawali dengan halaman judul, kata pengantar, dan daftar isi
2. BAB I yang merupakan pendahuluan dibagi menjadi beberapa sub-bab
seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
3. BAB II yang merupakan pembahasan dibagi menjadi beberapa sub-bab
4. BAB III yang merupakan penutup yang dibagi menjadi beberapa sub-bab
yaitu kesimpulan dan saran

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Leukemia merupakan keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan si induk hematopoietik
(Handayani & Haribowo, 2008).
Menurut Wong dkk pada tahun (2009), leukemia adalah sekelompok
penyakit ganas pada sumsum tulang belakang dan sistem limfatik yang ditandai
dengan proliferasi tanpa batas sel darah putih yang abnormal dan imatur (Dona &
Wong, 2009).
Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang ditandai dengan proliferasi sel-sel darah putih dengan manifestasi adanya
sel-sel abnormal dalam darah tepi (Permono and Ugrasena, 2005).
Leukimia limfositik akut atau yang juga biasa disebut leukimia limfoblastik
akut (LLA) adalah keganasan sel yang terjadi akibat proliferasi sel limfoid yang
diblokir pada tahap awal deferensiasinya (Conter et al, 2004).
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa leukemia merupakan suatu
penyakit dimana produksi sel darah putih sangat berlebihan melebihi jumlah
leukosit normal di dalam tubuh yang bersifat abnormal dan imatur.
B. klasifikasi Leukemia
1. Leukimia Akut
Leukemia akut merupakan proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan, serta
dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian
(Handayani & Haribowo, 2008).
Menurut klasifikasi FAB (French-American-British) dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
a. Leukemia Mieloblastik Akut/Acute Myeloid Leukemia (LMA/AML)

6
Leukemia mieloblastik akut adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
myeloid (Sudoyo dkk, 2009).
Menurut klasifikasi FAB (French-American-British) LMA dibagi menjadi
enam jenis, yaitu:
M1 : Leukemia mieloblastik tanpa pematangan;
M2 : Leukemia mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan;
M3 : Leukemia promielositik hipergranular;
M4 : Leukemia mielomonositik;
M5 : Leukemia monoblastik;
M6 : Eritroleukemia (Handayani & Haribowo, 2008).
b. Leukemia Limfoblastik Akut/Acute Lymphoblastic Leukemia
(LLA/ALL)
LLA adalah keganasan klonal dari sel-sel prekursor limfoid. Lebih dari
80% kasus, sel-sel ganas berasal dari limfosit B, dan sisanya merupakan
leukemia sel T. Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling
banyak pada anak-anak. Walaupun demikian, 20% dari kasus LLA adalah
dewasa (Sudoyo dkk, 2009).

Klasifikasi LLA adalah sebagai berikut :

a) Secara morfologis, menurut FAB (French, British, and American) LLA


dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
L1 : LLA dengan sel limfoblast kecil-kecil, neukleoli yang tidak jelas,
dan merupakan 84% dari LLA, biasanya ditemukan pada anak-anak
L2 : sel lebih besar, inti ireguler, kromatin bergumpal, nukleoli jelas, dan
sitoplasma agak banyak, merupakan 14% dari LLA, biasanya terjadi pada
orang dewasa
L3 : tipe ini memiliki sitoplasma basofil dengan banyak vakuola, dan
hanya merupakan 1% dari LLA.
b) Secara imunofenotipe LLA dapat dibagi menjadi empat golongan besar
yaitu sebagai berikut:

7
Common ALL, frekuensi relatif pada anak-anak 76% dan dewasa 51%.
Null ALL, frekuensi relatif pada anak-anak 12% dan dewasa 38%.
T-ALL, frekuensi relatif pada anak-anak 12% dan dewasa 10%.
B-ALL, frekuensi relatif pada anak-anak 1% dan dewasa 2% (Handayani
& Haribowo, 2008)
2. Leukimia Kronik
Leukemia kronik memiliki sel darah yang abnormal masih dapat berfungsi,
dan orang dengan leukemia jenis ini mungkin tidak menunjukkan gejala.
Perlahan-lahan, leukemia kronik memburuk dan mulai menunjukkan gejala
ketika sel leukemia bertambah banyak dan produksi sel normal berkurang. Pada
stadium dini leukemia kronik, sel leukemia dapat berfungsi hampir seperti sel
normal.
a. Leukemia Myeloid Kronik (LMK)
leukemia mielositik kronik (LMK) sering terjadi pada orang dewasa usia
pertengahan tetapi dapat juga timbul pada setiap kelompok umur lainnya.
b. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia limfositik kronik adalah suatu keganasan hematologik yang
ditandai oleh proliferasi klonal dan penumpukan limfosit B neoplastik dalam
darah, sumsum tulang, limfonodi, limpa, hati, dan organ-organ lainnya. LLK
ini masuk dalam kelainan limfoproliferatif. Tanda-tandanya meliputi
limfositosis, limfadenopati, dan splenomegali. Kebanyakan LLK (95%)
adalah neoplasma sel B, sisanya neoplasma sel T (Sudoyo dkk, 2009).
C. Etiologi
Sebagian besar penderita leukemia memiliki faktor-faktor penyebab yang tidak
dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia sesuai dengan klasifikasinya.
1. Leukemia Mieloblastik Akut/Acute Myeloid Leukemia (LMA/AML)
Etiologi dari LMA sebagian besar tidak diketahui. Meskipun demikian ada
beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan atau setidaknya menjadi
faktor predisposisi LMA pada populasi tertentu. Benzene suatu senyawa kimia
yang banyak digunakan pada industri penyamakan kulit di negara yang sedang

8
berkembang, diketahui merupakan zat leukomogenik untuk LMA. Selain itu
radiasi ionik juga diketahui dapat menyebabkan LMA. Ini diketahui dari
penelitian tingginya insidiensi kasus leukemia, termasuk LMA, pada orang
orang yang selamat dari serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada
tahun 1945. Efek dari leukomogenik dari paparan ion radiasi tersebut mulai
tampak sejak 1,5 tahun sesudah pengeboman dan mencapai puncaknya 6 sampai
7 tahun.
2. Leukemia Limfoblastik Akut/Acute Lymphoblastic Leukemia (LLA/ALL)
Penyebab LLA pada dewasa sebagian besar tidak diketahui. Faktor keturunan
dan sindroma predisposisi genetik lebih berhubungan dengan LLA yang terjadi
pada anakanak. Beberapa faktor lingkungan dan kondisi klinis yang
berhubungan dengan LLA, yaitu:
- Radiasi ionik. Orang-orang yang selamat dari ledakan bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki mempunyai risiko relatif keseluruhan untuk
berkembang menjadi LLA
- Paparan dengan benzene kadar tinggi dapat menyebabkan kerusakan sumsum
tulang, kerusakan kromosom
- Merokok sedikit meningkatkan risiko LLA pada usia diatas 60 tahun.
3. Leukemia Myeloid Kronik (LMK)
Penyebab pasti LMK belum diketahui secara pasti. Tetapi LMK meningkat
setelah peristiwa bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, dan juga di Rusia
setelah reaktor atom Chernobil meledak. Dengan kata lain, radiasi ionik
menyebabkan terjadinya LMK.
4. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Penyebab LLK masih belum diketahui. Kemungkinan yang berperan adalah
abnormalitas kromosom, onkogen, dan retrovirus (RNA tumour virus).
D. Manifestasi klinik
1. Leukemia Mieloblastik Akut/Acute Myeloid Leukemia (LMA/AML)
Tanda dan gejala utama LMA adalah adanya rasa lelah, perdarahan, dan infeksi
yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang sebagaimana
disebutkan di atas. Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau

9
petekia yang sering di jumpai pada ekstremitas bawah atau berupa epistaksis,
perdarahan gusi, dan retina. Infeksi sering terjadi di tenggorokan, paru-paru,
kulit, dan daerah peri rekta, sehingga organ-organ tersebut harus diperiksa
secara teliti pada pasien LMA dengan demam (Sudoyo dkk, 2009). Hal ini dapat
disebabkan diferensiasi sel ke bagian myeloid khususnya monosit. Monosit
berperan dalam sistem retikuloendotelial (RES) yang meliputi makrofag
alveolar dalam paru, kulit, dan makrofag pada usus (Mehta & Hoffbrand, 2008).
2. Leukemia Limfoblastik Akut/Acute Lymphoblastic Leukemia (LLA/ALL)
Pada umumnya gejala klinis menggambarkan kegagalan sumsum tulang atau
keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas
di sumsum tulang menyebabkan kurangnya sel-sel normal di darah perifer dan
gejala klinis dapat berhubungan dengan anemia, infeksi, dan perdarahan
(Sudoyo dkk, 2009). Anemia pada pasien LLA menyebabkan kelemahan,
dyspnea, bahkan gagal jantung kongestif. Sedangkan perdarahan yang terjadi
merupakan akibat dari trombositopenia (Burke, 2012). Demam atau infeksi yang
jelas dapat ditemukan pada separuh pasien LLA, sedangkan gejala perdarahan
pada sepertiga pasien yang baru didiagnosis LLA. Perdarahan yang berat jarang
terjadi.
3. Leukemia Myeloid Kronik (LMK)
LMK dibagi menjadi 3 fase berdasarkan perjalanan penyakitnya, yakni
- fase kronik : pasien sering mengeluh merasa cepat kenyang. Hal ini
disebabkan karena pembesaran limpa dimana limpa mendesak lambung.
Keluhan lain sering tidak spesifik, misalnya: rasa cepat lelah, lemah, demam
yang tidak terlalu tinggi, keringat malam.
- fase akselerasi : Ciri khas fase ini adalah leukositosis yang sulit dikontrol
oleh obat-obat mielosupresif, mieloblas di perifer mencapai 15-30%,
promielosit lebih dari 30%, dan trombosit kurang dari 100.000/mm3. Secara
klinis, fase ini dapat diduga bila limpa yang tadinya sudah mengecil dengan
terapi, kembali membesar, keluhan anemia bertambah berat, timbul petekie,
ekimosis. Bila disertai demam, biasanya terdapat infeksi.

10
- fase krisis blast : perubahan terjadi secara mendadak tanpa didahului masa
prodromal. Perubahan ini biasa terjadi pada sekitar 1/3 penderita.
4. Leukemia Limfoid Kronik (LLK)
Pada pasien dengan gejala, paling sering ditemukan limfadenopati, penurunan
berat badan, dan kelelahan. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan dan
penurunan kemampuan latihan/olahraga. Demam, keringat malam, dan infeksi
jarang terjadi pada awalnya, tetapi semakin menyolok sejalan dengan perjalanan
penyakitnya. Akibat penumpukan sel B neoplastik, pasien yang asimptomatik
pada saat diagnosis pada akhirnya mengalami limfadenopati, splenomegali, dan
hepatomegali.
E. Evaluasi diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalah sebagai
berikut:
1. Darah lengkap: menunjukkan adanya penurunan hemoglobin, hematokrit,
jumlah sel darah merah, dan trombosit. Jumlah sel darah putih meningkat
pada leukemia kronik, tetapi juga dapat turun, normal, atau tinggi pada
leukemia akut
2. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi memberikan data diagnostik definitif
3. Asam urat serum meningkat karena pelepasan oksipurin setelah keluar
masuknya selsel leukemia cepat dan penggunaaan obat sitotoksit;
4. Sinar x dada: untuk mengetahui luasnya penyakit;
5. Profil kimia, EKG, dan kultur spesimen untuk menyingkirkan masalah atau
penyakit lain yang timbul.

11
F. Web Of Caution (WOC)

Kelainan kromosom, radiasi ionik,


terpajan bahan-bahan kimia,
penggunaan obat-obat imunosupresif
Proliferasi sel kanker

Sel kanker bersaing dengan sel


normal untuk mendapatkan
nutrisi
Infiltrasi

Sel normal diganti dengan sel kanker

Akumulasi sel darah Infiltrasi


putih di sumsum Ekstramedular
tulang
Pembesaran limpa
Eritrosit Trombosit (splenomegali)
menuru menurun dan pembesaran
n hati
(hepatomegali)
Anemia Trombositopenia, Mk:
ptekie, epistaksis Mendesak lambung
Gangguan
rasa
Sel kekurangan nyaman
Perdarahan
oksigen dan nutrisi nyeri Anoreksia, mual,
dan muntah

Mk: Aktual/Risiko
BB Kelemahan
tinggi penurunan
menuru volume cairan
n
Mk: Intoleransi
ktivitas
a
Mk: Gangguan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

12
G. Penatalaksanaan Medis
Berikut adalah penatalaksanaan secara medis yang dapat diberikan kepada pasien
leukemia berdasarkan klasifikasi atau tipe dari leukemia.
1. Leukemia Mieloblastik Akut/Acute Myeloid Leukemia (LMA/AML
Terapi yang dapat diberikan kepada pasien LMA adalah sebagai berikut:
 Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat
menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat
yang biasanya digunakan meliputi daunorubicin, hydrochloride
(cerubidine), cytarabine (Cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol)
 Pemberian produk darah dan penanganan infeksi dengan segera
 Transplantasi sumsum tulang
2. Leukemia Limfoblastik Akut/Acute Lymphoblastic Leukemia (LLA/ALL)
Bentuk terapi utama dalam penanganan masalah LLA adalah kemoterapi.
Kemoterapi untuk LLA yang paling mendasar terdiri atas panduan obat.
 Induksi remisi
Tujuan dari terapi induksi remisi adalah mencapai remisi komplit
hematologik sehingga hematopoiesis dapat kembali normal. Obat yang
digunakan terdiri atas Vincristine (VCR), Prednison (Pred), L.Asparaginase
(L.asp), Daunorubicin (DNR.
 Terapi post-remisi
- Terapi untuk sanctuary phase (membasmi sel leukemia yang
bersembunyi dalam SSP dan testis
- Terapi intensifikasi/konsolidasi: pemberian regimen non-cross resistant
terhadap regimen induksi remisi yang bertujuan untuk mencegah relaps
dan juga timbulnya sel yang resisten obat
- Terapi pemeliharaan (maintenance): umumnya digunakan 6
mercaptopurine (6 MP) per oral, diberikan selama 2-3 tahun dengan
diselingi terapi konsolidasi.

13
3. Leukemia Myeloid Kronik (LMK)
Medikasi ataupun terapi yang dapat diberikan kepada pasien dengan LMA
yaitu:
 Busulphan (myleran) : terapi dimulai jika leukosit naik menjadi
50.000/mm3. Efek samping berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan,
fibrosis paru, dan bahaya timbulnya leukemia akut
 Hidroksiurea : dosis dititrasi dari 500-2.000 mg, kemudian diberikan dosis
pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000-15.000/mm3, efek
sampingnya lebih sedikit
 Interferon alfa : biasanya diberikan setelah jumlah leukosit terkontrol oleh
hidroksiurea.
 Tranplantasi sumsum tulang : memberikan harapan penyembuhan jangka
panjang, terutama untuk penderita yang berusia kurang dari 40 tahun.
Penanganan umum yang diberikan adalah allogeneic peripheral blood stem
cell transplantation.
 Terapi dengan memakai prinsip biologi molekuler : Obat baru inatinib
mesilate (gleevec) yang dapat menekan aktivitas tyrosine kinase, sehingga
menekan proliferasi sel myeloid.
4. Leukemia Limfoid Kronik (LLK)
Pengobatan sebaiknya tidak diberikan pada klien tanpa gejala, karena hal
ini tidak memperpanjang hidup. Hal yang perlu dihadapi adalah klien yang
menunjukkan progresivitas limfadenopati atau splenomegali, anemia,
trombositopenia, atau gejala akibat desakan tumor. Obat-obatan yang perlu
diberikan adalah sebagai berikut: Klorambusil, Kortikosteroid, Radioterapi
dengan menggunakan sinar x.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Handayani & Haribowo pada tahun (2009), langkah-langkah
keperawatan yang dapat dilakukan terhadap klien dengan leukemia adalah sebagai
berikut:
1. Pengkajian

14
a. Identifikasi batasan tanda-tanda dan gejala-gejala yang dilaporkan oleh
pasien dalam riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
b. Gambaran klinis akan beragam dengan tipe leukemia yang terjadi yaitu
kelemahan dan keletihan, kecenderungan perdarahan, petekia dan ekimosis,
nyeri, sakit kepala, muntah, demam, dan infeksi
c. Pemeriksaan darah mungkin menunjukkan perubahan sel-sel darah putih
dan trombositopenia.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data dasar pengkajian, diagnosis keperawatan yang muncul adalah
dengan pendekatan SDKI, SIKI, SLKI, adalah sebagai berikut :

a. Perfusi perifer tidak efektik b/d penurunan konsentrasi hemoglobin


b. Nyeri akut b/d infiltrasi leukosit jaringan sistemik
c. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
d. Intoleransi aktivitas b/d anemia
e. Gangguan integritas kulit b/d kemoterapi
f. Gangguan citra tubuh b/d efek tindakan/pengobatan kemoterapi
3. Intervensi keperawatan
a. Dx. No. D0009 perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi
hemoglobin
Intervensi utama
 perawatan sirkulasi (I.14569)
observasi
- periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler)
- identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. perokok, orang tua)
- monitor nyeri.

Terapeutik

- hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan


perfusi

15
- hindari pengukuran tekanan dara pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
- hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cedera
- lakukan pencegahan infeksi
- lakukan perawatan kaki dan kuku
 Manajemen sensasi perifer (I.022046)
Observasi
- Identifikasi penyebab perubahan sensai
- Identifikasi periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur
benda.
- Monitor perubahan kulit
- Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena

Terapeutik

- Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya


b. Nyeri akut b/d infiltrasi leukosit jaringan sistemik
Intervensi
- Kaji karakteristik nyeri: lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi.
- Tenangkan klien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakannya
adalah nyata dan bahwa anda akan membantu klien dalam mengurangi
nyeri tersebut.
- Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, dan marah klien.
- Berikan analgetik untuk meningkatkan peredaan nyeri optimal dalam
batas resep dokter.
- Kaji respon perilaku klien terhadap nyeri dan pengalaman nyeri.
- Kolaborasikan dengan klien, dokter, dan tim perawatan kesehatan lain
ketika mengubah penatalaksanaan nyeri diperlukan
- Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri: distraksi, imajinasi,
dan relaksasi.
- Berikan dukungan penggunaan strategi pereda nyeri yang telah klien
terapkan dengan berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya.

16
c. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
Intervensi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
d. Intoleransi aktifitas b/d anemia
Intervensi
- Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari,
terutama sebelum dan sesudah latihan fisik.
- Tingkatkan jam tidur total pada malam hari.
- Atur kembali jadwal setiap hari dan atur aktivitas untuk menghemat
pemakaian energi.
- Berikan masukan protein dan kalori yang adekuat.
- Berikan dorongan untuk teknik relaksasi.
- Kolaborasi pemberian produk darah sesuai yang diresepkan.
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kemoterapi
Intervensi
- Diskusikan potensial kerontokan rambut dan pertumbuhan kembali
rambut bersama klien dan keluarga.
- Cegah atau minimalkan dampak kerontokan rambut
- Cegah trauma pada kulit kepala.
- Sarankan cara untuk membantu dalam mengatasi kerontokan rambut
seperti mengenakan wik atau memakai topi.
- Jelaskan bahwa pertumbuhan rambut biasanya mulai kembali ketika
pengobatan telah selesai.
f. Gangguan citra tubuh b/d efek tindakan/pengobatan kemoterapi
Intervensi
- Kaji perasaan klien tentang gambaran dan tingkat harga diri.

17
- Berikan motivasi untuk keikutsertaan yang kontinu dalam aktivitas dan
pembuatan keputusan.
- Berikan dukungan pada klien untuk mengungkapkan kekhawatirannya.
- Bantu klien dalam perawatan diri ketika keletihan.
- Berikan motivasi kepada klien dan pasangannya untuk saling berbagi
kekhawatiran mengenai perubahan fungsi seksual.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel lain. Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel
yang berproliferasi. Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut, merupakan
leukemia yang paling sering di jumpai pada anak, menggambarkan kanker dari
turunan sel limfosit primitive. Leukemia granulostik adalah leukemia eosinofil,
neutrofil, atau basofil. Leukemia pada orang dewasa biasanya limfositik kronis
atau mielobastik akut. Angka kelangsungan hidup jangka panjang untuk leukemia
bergantung pada jenis sel yang terlibat, tetapi berkisar sampai lebih dari 75%
untuk leukemia limfositik akut pada masa kanak-kanak, merupakan angka statistic
yang luar biasa karena penyakit ini hamper brsifat fatal. Obat yang dapat memicu
terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi, epindophy ilotoxin. Kondisi
genetik yang memicu leukimia akut yaitu Down sindrom, bloom sydrom, fanconi
anemia, ataxia telangiectasia. Bahan kimia pemicu leukimia yaitu benzen.
Kebiasaan hidup yang memicu leukimia yaitu merokok, minum alkohol
keduanya.

18
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, khususnya perawat yang sering
bersama dengan pasien tentunya harus mampu untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sel darah putih (leukemia). Diagnose
keperawatan yang dapat ditemukan dari pasien dengan gangguan sel darah putih
adalah gangguan pertukaran gas, hipertermi dan resiko ketidak adekuatan nutrisi.
Oleh karena itu sebagai seorang perawat harus mampu memberikan asuhan
keperawatan untuk mengembalikan kondisi pasien ke keadaan yang lebih baik.
B. Saran
1. Makalah ini adalah makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan
pasien dengan Leukemia, sehingga diharapkan bermanfaat bagi pembaca yang
membutuhkan.
2. Makalah ini belum memenuhi kesempurnaan, oleh karena itu dibutuhkan
perbaikan makalah ini agar lebih baik dan lengkap.
3. Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Leukemia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Beda. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Burke, J.M. 2012. Dx/Rx leukemia. Mississauga: Jones & Bartlett Learning

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
EGC : Jakarta. Marilyn E. Doenges,

Green, J.H. 2009. Fisiologi kedokteran. Tangerang: Binarupa Aksara

Goldsmith, C. 2012. Leukemia. Minneapolis: USA Today

Sudoyo, A.W dkk. 2009. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing

Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler.2002. Rencana Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wilkinson, Judith. M, Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan


(Nanda, NIC,NOC). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Wong, D.L dkk. 2009.Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC

20
21

Anda mungkin juga menyukai