Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS FRAKTUR

Disusun Oleh:

Dyah Ayu W NIM P07220218005


Melly Rose E.S NIM P07220218013
M. Arfian Nur Rizki NIM P07220218016

POLTEKKES KEMENKES KALTIM


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji  syukur  kami  panjatkan  kepada  Tuhan  Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam kepada  junjungan  kita Nabi Muhammad
SAW sehingga kami  dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Pada Kasus
Fraktur”  untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gadar. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan baik tulisan maupun informasi yang ada di dalamnya.
Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada Bapak Ismansyah, S.Kp.,M.Kep   atas
bimbingannya dalam menulis dan menyusun makalah ini, sehingga  penulis dapat membuat
makalah sesuai dengan kaidah dalam membuat karya tulis.
Meskipun  makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan,  kami sangat
mengharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga  makalah ini dapat selalu bermanfaat bagi pembaca dan atas kekurangan dalam
makalah ini kami mohon maaf. Terakhir tidak lupa kami mengucapkan terima kasih.

Samarinda, 2 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................3
A. Pengertian Fraktur...........................................................................................................3
B. Penyebab Fraktur............................................................................................................3
C. Tanda dan Gejala Fraktur................................................................................................3
D. Jenis-Jenis Fraktur...........................................................................................................4
E. Patofisiologi Fraktur........................................................................................................6
F. Konsep Penyembuhan Tulang.........................................................................................9
1) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma......................................................................9
2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler..................................................................................9
3) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus.............................................................................9
4) Stadium Empat-Konsolidasi........................................................................................9
5) Stadium Lima-Remodelling.......................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung
(Sjamsuhidajat & Jong, 2013). Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari
pada perempuan dengan umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor, sedangkan pada orang tua, wanita lebih sering
mengalami fraktur dari pada laki-laki yang berhubungan dengan
meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon
pada menopause. Kebiasaan masyarakat ketika mengalami fraktur yaitu tidak mau
melakukan mobilisasi, apabila tidak melakukan untuk mobilisasi akan mengalami
Atrofi otot yaitu dimana terjadi penurunan massa otot ,biasanya akibat cedera atau
terjadi suatu penyakit sehingga bagian tubuh tidak di gerakkan dalam jangka waktu
yang cukup lama.
Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi diintegritas tulang dan juga bisa
karena kecelakaan baik itu kecelakaan kerja maupun lalu lintas dan sebagainya.
Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi disabilitas pada umur 5 – 17 tahun sebesar
3,2% dan pada umur 18 – 59 tahun sebesar 22%. Pada umur 60 keatas 2,6%
mengalami disabilitas berat dan ketergantungan total.
Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor
patologik dan yang lainnya karena faktor beban. Tanda dan gejala pada fraktur
Tibia adalah nyeri hebat bagian bawah, kesulitan berjalan, berlari, atau
menendang, ketidakmampuan untuk menanggung berat pada kaki yang
terluka, kelainan bentuk di daerah kaki bagian bawah, lutut, tulang kering atau
pergelangan kaki, tulang yang menonjol, bengkak sekitar lokasi cedera serta
memar dan kebiruan pada kaki yang terluka.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang bisa diangkat dari makalah ini, yaitu: “Bagaimana
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Kasus Fraktur?”

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain :

1. Mengetahui  pengertian fraktur.


2. Mengetahui penyebab fraktur.
3. Mengetahui tanda dan gejala fraktur.
4. Mengetahui jenis-jenis fraktur.
5. Mengetahui konsep penyembuhan tulang.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap
(Nurarif, 2015).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma (Lukman, 2009). Patah
Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
B. Penyebab Fraktur
a. Kekerasan Langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
b. Kekerasan tidak Langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang
jauh dari tempat kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan dan penekanan kombinasi dari ketiganya dan penarikan.
C. Tanda dan Gejala Fraktur
Menurut Nurafif & Kusuma (2015), Tanda dan gejala dari fraktur antara lain :
1. Tidak dapat menggunakan/menggerakan anggota gerak.
2. Nyeri dengan pembengkakan Pembengkakan pada perubahan warna lokasi
pada daerah fraktur.
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari
kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan
kerja, trauma, olahraga).
4. Gangguan fisik anggota gerak.
5. Deformitas atau mengalami perubahan bentuk pada daerah fraktur.

3
6. Kelainan gerak.
7. Krepitasi atau dating dengan gejala-gejala lain.
D. Jenis-Jenis Fraktur
Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis ,
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi.
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau ketidak-komplitan fraktur.
1) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
2) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
 Hairline atau Stress Fraktur, Celah kecil di tulang yang disebabkan
oleh stres atau kekuatan berulang, biasanya karena penggunaan
berlebihan.
 Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
 Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang biasanya terjadi pada tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma.
1) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
3) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

4
4) Fraktur hancur/comminuted: yaitu ketika tulang patah atau hancur
menjadi tiga bagian atau lebih. Yang biasa terjadi ketika tulang remuk
atau hancur akibat tekanan.
5) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
6) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.
1) Fraktur Simple: fraktur dimana hanya terdapat satu garis patahan
2) Fraktur Hancur/comminuted: fraktur dimana garis patah lebih dari satu
dan saling berhubungan.
3) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
4) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
 Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
 Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
 Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen
saling menjauh).
f. Berdasarkan posisi fraktur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1) 1/3 proksimal (mendekati tubuh)
2) 1/3 medial (garis tengah)
3) 1/3 distal (menjauhi tubuh)
g. Berdasarkan faktor presdisposisi, fraktur dibagi menjadi
1) Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan atau penggunaan yang
berulang-ulang.

5
2) Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis
tulang, dapat berupa Penurunan densitas tulang karena tumor,
osteoporosis dan lain-lain.
Pada fraktur tertutup, terdapat tanda klasifikasi tersendiri yang didasarkan
pada keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera
jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan
lunak bagian dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan ancaman sindroma kompartement.

E. Patofisiologi Fraktur
Patofisiologi fraktur menurut (Black, Joyce, & Hawks, 2014) Frakturbiasanya
disebabkan karena cedera/trauma/ruda paksa dimana penyebab utamanya adalah
trauma langsung yang mengenai tulang seperti kecelakaan mobil, olah raga,
jatuh/latihan berat. Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan
fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang
mungkin hanya retak saja bukan patah. Selain itu fraktur juga bisa akibat stress
fatique (kecelakaan akibat tekanan berulang) dan proses penyakit patologis.
Perubahan fragmen tulang yang menyebabkan kerusakan pada jaringan dan pembuluh
darah mengakibatkan pendarahan yang biasanya terjadi disekitar tempat patah dan
kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, maka dapat terjadi penurunan
volume darah dan jika COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi jaringan.
Fraktur secara umum dibagi menjadi dua yaitu fraktur terbuka dan tertutup.
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
lingkungan luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah dan terjadi
perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah di dalam jaringan lunak sekitar
tulang, jaringan lunak tersebut juga biasanya mengalami kerusakan. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla
tulang. Jaringan tulang akan segera berdekatan kebagian tulang yang patah.

6
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan darah ke estermitas
dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan penekanan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat
anoreksia mengakibatkan rusaknya serabur saraf maupun jaringan otak. Komplikasi
ini dinamakan sindrom compartement (M.Clevo Rendy dan Margharet 2012). Trauma
pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan, fraktur
terjadi berupa fraktur terbuka dan tertutup. Fraktur tertutup tidak di sertai kerusakan
jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah (M.Clevo Rendy
dan Margharet 2012). Pasien harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita
komplikasi antara lain nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot.
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi,
mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri. Reduksi terbuka dan
faksasi interna (ORIF) Fragmen-fragmen tulang di pertahankan denagan pen, plat,
paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang
seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami
kerusakan selama tindakan operasi. Menurut . (Wahid, 2013).

7
Pathway Fraktur

Patofisiologis (Penurunan
densitas tulang karena tumor, Trauma langsung/Tidak langsung Stress/Tekanan tulang
osteoporosis

Jaringan tidak kuat / tidak dapat menahan kekuatan dari luar

Konservatif Fraktur Operatif (ORIF/OREF)

Fiksasi Eksternal
Perubahan letak Luka terbuka Kerusakan bagian Perubahan status
fragmen / deformitas jaringan lunak kesehatan
Traksi/Gips
Port of entry kuman
Kelemahan / kehilangan Jaringan saraf rusak / Kurangnya informasi
fungsi gerak fungsi menurun
Resiko Infeksi
Defisit pengetahuan
Gerak terbatas Resiko Perdarahan Implus nyeri

Penekanan pada Immobilitas Gangguan Nyeri akut Kerusakan jaringan


bagian yang Integritas Kulit Pembuluh darah
menonjol
Gangguan
Mobilitas Fisik Aliran darah menungkat
Sirkulasi perifer
menurun
Produksi cairan Tekanan pembuluh
Edema
ekstra sel meningkat darah
Iskemia
Resiko tinggi
Nekrosis jaringan gangguan perfusi
jaringan

Gangguan 8
Integritas
Jaringan
F. Konsep Penyembuhan Tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk
tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel
tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-
sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai
tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48
jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam
lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses
osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang
menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8
jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
3) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan
osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang
yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago,
membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal.
Sementara tulang yang matur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga
gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4) Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan
osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat

9
dibelakangnya osteoclast mengisi celah- celah yang tersisa diantara fragmen
dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5) Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terus- menerus. Lamellae yang lebih tebal
diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak
dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk
struktur yang mirip dengan normalnya.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap
(Nurarif, 2015).
Jenis-jenis fraktur terbagi atas beberapa kelompok, yaitu :
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme
trauma.
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
6. Berdasarkan posisi fraktur
7. Berdasarkan faktor presdisposisi

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang
kami harapkan dari dosen pembimbing, agar makalah ini jauh lebih baik dari
sebelumnya, dan kritik yang membangun dari pembaca, mudah - mudahan makalah
ini bisa lebih sempurna lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nurarif A H. Kusuma H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis


dan NANDA NIC NOC jilid 2, Yogyakarta : Mediaction Publishing. Diakses pada tanggal 24
Agustus 2019 pukul 09:20 WIB.

Riskesdas 2018 www.KementrianKesehatanRepublikIndonesia.blogspot.com/2018 Diakses


pada tanggal 27 Agustus 2019 pukul 12:30 WIB.

Sjamsuhidajat & jong (2014) Laporan pendahuluan Fraktur


www.laporanperawat.blogspot.com/2016. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2019 pukul 13.30
WIB.

Wahid, Abdul.2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Trans


info Media: Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai