Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH

ILMU BEDAH UMUM VETERINER

FRAKTUR INKOMPLIT

KELOMPOK 4 :
Ferdy Olga Saputra 1809511050
Komang Hendry Wibawa Pramartha 1909511058
Putu Andarisa Widyastiti 1909511061
Gusti Ayu Putu Ratih Wijayanti 1909511064
Maharani Widya Wardhana 1909511065
Ayu Thalia Shalsa Billa 1909511066

KELAS C

LABORATORIUM BEDAH VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
RINGKASAN

Salah satu kasus ortopedi yang paling sering dijumpai pada hewan adalah
fraktur; baik itu fraktur komplit maupun inkomplit.Fraktur inkomplit mengacup
ada kerusakan pada tulang namun tulang tidak terpisah secara sepenuhnya,
umumnya terjadi pada tulang-tulang panjang pada hewan muda akibat trauma.
Hewan yang mengalami kondisi akan menunjukkan tanda-tanda klinis seperti
kesulitan atau kesakitan saat bergerak dan kadang juga ditemukan pembengkakan
dan bentuk abnormal pada daerah dimana terjadi fraktur. Pengamatan dan
pemeriksaan klinis disertai pemeriksaan radiografi perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis dan mengetahui tipe, lokasi dan keparahan dari sebuah
fraktur. Prinsip pengobatan yang dapat diterapkan umumnya mencapi pembatasan
gerak dengan menggunakan fiksasi dan memberikan waktu bagi tulang untuk
sembuh dengan sendirinya. Prognosis untuk kasus fraktur inkomplit umumnya
bagus dan dalam beberapa minggu pasien akan dapat sembuh.

One of the most common orthopedics cases in animals is fracture; be it


complete or incomplete. Incomplete fracture refers to a break in the bone that does
not separate the bone completely, occurs frequently on the long bones of young
animals due to trauma. Animal suffering from this condition will show clinical
signs such us difficult or painful locomotion and sometimes visible swelling or
deformity in the affected area. Clinical observations and examinations should be
done to assess an incomplete fracture, along with the use of diagnostic imaging to
determine the type, location and severity of an incomplete fracture. The principles
for treating such condition involve immobilization of the affected bone by the use
of fixation while allowing the natural healing to take place. The prognosis for this
condition is often good and after a few weeks of treatment patient will heal
completely.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan paper mata kuliah Ilmu Bedah
Umum Veteriner yang berjudul “Fraktur Inkomplit” ini dengan tepat waktu.
Dengan membuat paper ini, kami berharap untuk membagikan ilmu kepada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana serta pembaca
lainnya tentang fraktur inkomplit.
Paper ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. drh. I Ketut Anom Dada, M.S.
2. drh. Anak Agung Gde Jaya Wardhita, M.Kes.
3. drh. I Gusti Agung Gde Putra Pemayun, M.P.
4. drh. I Wayan Gorda, M.Kes.
5. Dr. drh. I Gusti Ngurah Sudisma, M.Si
6. drh. I Wayan Wirata, M.Sc.
Selaku dosen mata kuliah Ilmu Bedah Umum Veteriner yang telah
membimbing dalam penyelesaian tugas paper ini. Tak lupa juga kepada teman-
teman yang telah memberi dorongan dan masukan demi terselesaikannya paper
ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan paper ini
untukmendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun, kami menyadari bahwa
paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan paper selanjutnya. Semoga
paper ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 25 November 2021


Hormat kami,

Kelompok 4

iii
DAFTAR ISI

RINGKASAN ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
BAB III PEMBAHASAN................................................................................... 4
3.1 Definisi .......................................................................................................... 4
3.2 Etiologi .......................................................................................................... 4
3.3 Tanda Klinis .................................................................................................. 5
3.4 Diagnosis ....................................................................................................... 5
3.5 Prognosis ....................................................................................................... 7
3.6 Treatment....................................................................................................... 8
BAB IV SIMPULAN........................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh hasil radiografi fraktur inkomplit pada os radius pada anjing .. 7
Gambar 2. Jenis-jenis fraktur berdasarkan arah patahannya ……………………...8
Gambar 3. External fixation dengan pin (kiri) dan Internal fixation dengan pelat
dan sekrup (kanan) ............................................................................................... 9

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
melekatnya otot yang menggerakan tubuh. Fraktur merupakan setiap retak atau
patah yang terjadi pada tulamg yang utuh. Penyebab dari fraktur sendiri
kebanyakan dari trauma dimana adanya tekanan yang berlebihan pata tulang, baik
itu trauma langsung maupun tidak langsung tetapi bisa juga disebabkan oleh
penyakit. Kasus fraktur merupakan salah satu kejadian yang sering dijumpai pada
hewan peliharaan terutama anjing. Umumnya fraktur pada hewan disebabkan oleh
trauma karena terbentur benda keras, jatuh dari tempat yang tinggi dan tertabrak
kendaraan. Sampai saat ini kasus fraktur sering kali dijumpai, terutama pada
tulang panjang seperti tulang femur, radius, ulnahumerus, tibia, dan fibula. Jenis –
jenis frktur sendiri ada 4 yaitu fraktur komplit, fraktur inkomplit, fraktur terbuka
dan fraktur tertutup.
Fraktur inkomplit adalah garis patahan tidak melalui seluruh penampang
tulang, sehingga tidak mengenai korteks (korteks masih atau dalam keadaan utuh).
Fraktur inkomplit juga bisa dikatakan sebagai hilangnya sebagian kontinuits
tulang putus yang dapat berupa retak (fisura) atau greenstick fractur dimana
periosteum tulang masih kuat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ?
2. Apa saja etiologi dari fraktur inkomplit?
3. Apa saja tanda klinis dari fraktur inkomplit?
4. Bagaimana cara mendiagnosa fraktur inkomplit?
5. Apa prognosis dari fraktur inkomplit?
6. Bagaimana cara treatment fraktur inkomplit?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang fraktur inkomplit, dari definisi, etiologi, tanda
klinis, cara mendiagnosa, prognosis hingga treatmennya.
2. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
ilmu bedah umum veteriner

1.4 Manfaat
1. Memberikan wawasan kepada mahasiswa atau pembaca mengenai fraktur
inkomplit pada hewan
2. Memperdalam ilmu tentang fraktur inkomplit

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fraktur merupakan gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu


tulang, baik karena trauma, tekanan maupun kelainan patologis. Pendapat lain
mengatakan, fraktur merupakan rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh
tekanan eksternal yang dating lebih besardibandingkandengan yang
dapatdiserapolehtulang (Asikin, dkk, 2016). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang yang di tandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas,
gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2002).
Fraktur dapat disebabkan oleh tekanan berlebih atau trauma langsung pada
suatu tulang yang menyebabkan suatu retakan, hal ini mengakibatkan kerusakan
pada otot sekeliling dan jaringan sehingga mendorong kearah perdarahan, edema
dan kerusakan jaringan local maka menyebabkan terjadinya fraktur atau patah
tulang. Fraktur juga bias disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Fraktur menurut
bentuk kerusakannya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu fraktur komplit dan fraktur
inkomplit. Fraktur komplit adalah patah tulang yang menyebabkan tulang menjadi
2 fragmen, sedangkan pada fraktur inkomplit biasanya ditandai dengan sebagian
tulang masih menyambung dan jarang terjadi perpindahan tulang (Brinker, 1974).
Menurut penelitian oleh Abd El Raouf et al. (2019), fraktur inkomplit paling
umum terjadi pada hewan muda (80.62%) dan terjadi pada tulang-tulang panjang
seperti os femur, os tibia / os fibula, os radius / os ulna dan os humerus.

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan
maupun kelainan patologis. Fraktur juga dapat dikatan sebagai patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik . Fraktur inkomplit merupaakan
patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang,
sehingga tidak mengenai korteks (kortek masi atau dalam keadaan utuh)

3.2 Etiologi
Penyebab umum fraktur ialah trauma mekanik yang mengenai tulang,
dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang dan biasanya
terjadi dikarenakan kecelakaan seperti tertabrak kendaraan atau dikarenakan jatuh
dari ketinggian.
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dikarenakan:
1. Cidera traumatik pada tulang, hal ini dapat disebabkan oleh:
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
radius distal. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari
otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik, yaitu kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana
dengan trauma dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut:
a. Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b. Rakitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh
defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

4
Selain faktor utama, terdapat juga faktor penunjang yaitu diantaranya:
a. Umur : Hewan yang berumur muda lebih mudah mengalami fraktur
dibandingkan hewan tua. Hal ini disebabkan tulang hewan muda lebih lunak
konsistensinya dan masih banyak mengandung zat perekat. Sedangkan
hewan tua mempunyai zat perekat sedikit sehingga konsistensi tulang
tulangnya menjadi keras.
b. Gizi : Hewan yang bergizi jelek akan lebih mudah mengalami fraktur
dibandingkan hewan yang bergizi baik. Disamping pembentukan urat
daging yang baik dari karbohidrat, protein dan lemak, pertumbuhan
tulangnya juga akan lebih baik dengan cukupnya mineral dan vitamin yang
dikonsumsi. Hewan yang kekurangan mineral, terutama yang berfungsi
untuk komponen tulang seperti kalsium dan fosfor, maka tulangnya menjadi
rapuh.
c. Tempat terjadinya trauma : Lebih mudah terjadi pada bagian tubuh hewan
yang tidak diselaputi atau sedikit sekali diselaputi urat daging dibandingkan
tulang pada bagian tubuh yang dilindungi oleh urat daging yang tebal.

3.3 Tanda Klinis


Kebanyakan hewan peliharaan yang mengalami fraktur pada anggota
badannya akan menahan anggota badan yang terkena tergantung pada lokasi dan
sifat patahannya. Kesulitan saat bergerak dan kesakitan juga terlihat pada hewan
yang mengalami fraktur, hewan juga akan mengangkat kaki yang mengalami
fraktur sehingga nampak pincang ketika berjalan atau bahkan hewan bisa menolak
untuk bergerak karena rasa sakit yang dirasakan. Selain itu, ditemukan juga
adanya pembengkakan, memar, rasa nyeri, ektremitas tidak berfungsi seperti
biasanya, atau gerakan yang abnormal pada lokasi yang terkena. Temuan yang
lebih kritis termasuk edema, perubahan jaringan lunak seperti abrasi atau laserasi.

3.4 Diagnosis
Diagnosis fraktur inkomplit pada hewan kecil perlu dilakukan dalam beberapa
tahap, yaitu agar diagnosis dapat ditegakkan dengan benar karena diagnosis
merupakan dasar dalam menyusun rencana pemulihan bagi pasien. Terdapat 5

5
langkah dalam menegakkan diagnosis; kelima langkah tersebut adalah
memperoleh anamnesa, melakukan pengamatan atau observasi terhadap tanda
klinis, melakukan pemeriksaan fisik, mengukur panjang kaki dan ditegakkan
dengan pemeriksaan radiografi.

1. Anamnesa
Memperoleh anamnesa atau riwayat pasien sangat penting dalam
menegakkan suatu diagnosis. Dalam kasus fraktur inkomplit, beberapa
data penting yang harus didapat umur hewan, status gizi, perkembangan
penyakit dan apabila terjadi trauma, bagaimana trauma tersebut terjadi.
Umur hewan dan status gizinya memberi gambaran awal mengenai
masalah ortopedi yang diderita. Data mengenai perkembangan penyakit
didapat dengan menanyakan sejak kapan mulai muncul tanda-tanda klinis
yang mengarah ke fraktur (seperti pincang atau kesusahan bergerak) dan
apakah tanda-tanda klinis tersebut menjadi semakin parah.
2. Pengamatan tanda klinis
Pengamatan atau observasi terhadap tanda klinis dapat dilakukan
dengan membiarkan hewan berjalan di ruang periksa, cara jalan hewan
tersebut akan memberikan petunjuk apakah terjadi masalah ortopedi atau
tidak. Beberapa tanda-tanda klinis umum yang akan ditunjukkan hewan
adalah enggan atau kesulitan bergerak dan kepincangan. Selain itu
diperhatikan juga adanya bentukan abnormal atau pembengkakan pada alat
gerak hewan. Tanda-tanda klinis tersebutlah yang harus diperhatikan dan
dapat memberikan petunjuk kaki yang mana yang mengalami fraktur
inkomplit.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan seperti palpasi dapat dilakukan pada bagian yang
dikiranya bermasalah. Palpasi pada bagian yang sekiranya mengalami
masalah ortopedi akan menyebabkan hewan untuk menunjukkan rasa
sakit. Namun palpasi harus dilakukan secara hati-hati dan tidak terlalu
keras agar tidak menyebabkan hewan memberontak dan memperparahan
fraktur. Untuk mencegah hal tersebut, hewan harus direstrain dengan
benar saat dilakukan pemeriksaan fisik, baik secara fisik maupun dengan

6
sedasi. Dalam pemeriksaan fisik, ada baiknya juga dilakukan pemeriksaan
terhadap sistem neuromuscular hewan.
4. Pengukuran panjang kaki
Mengukur panjang kaki yang mengalami fraktur sering kali
dilakukan dalam diagnosis karena dapat memberi petunjuk mengenai jenis
fraktur yang dialami hewan. Namun pada fraktur inkomplit, sering kali
kaki yang normal dan kaki yang mengalami fraktur panjangnya masih
sama akibat tulang tidak terpisah secara sepenuhnya.
5. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiografi seperti pemeriksaan
roentgen atau x-ray merupakan gold standard dalam
menegakan diagnosis kasus-kasus yang meliputi tulang
dan sendi. Hewan yang akan diperiksa secara radiografi
harus diposisikan dan direstrain dengan benar agar gambar
hasilnya bagus dan jelas. Foto roentgen yang diambil juga
sebaiknya dilakukan dari dua sudut yang berbeda agar
analisis fraktur bisa lebih komprehensif. Hasil tersebut
dapat menunjukkan apakah hewan benar mengalami fraktur Gambar 1. Hasil radiografi
inkomplit dan juga menunjukkan tingkat keparahan fraktur fraktur inkomplit os radius
pada anjing.
tersebut sehingga dapat disusun rencana pengobatan yang
Sumber: www.acvs.org
terbaik bagi pasien.

Hasil roentgen atau x-ray yang menunjukkan fraktur inkomplit dapat


diklasifikasikan menjadi tiga.
1. Bowing fracture: hasil roentgen akan menununjukkan pembengkokan
tulang tanpa adanya retakan, umumnya terjadi pada tulang panjang.
2. Torus fracture: hasil roentgen menunjukkan pembengkokan dengan derajat
yang lebih tinggi dan terlihat juga garis-garis fraktur.
3. Greenstick fracture: terjadi ketika pembengkokan sudah melewati
kapasitas tulang sehingga akan terlihat garis-garis fraktur yang lebih jelas
daripada kasus torus fracture, namun garis-garis fraktur tersebut tidak pada
keseluruhan diameter tulang (Gambar ..).

7
Informasi lain yang didapatkan dari hasil radiografi adalah lokasi fraktur,
yang dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Proximal: fraktur inkomplit terjadi pada daerah caput (kepala) dan collum
(leher) tulang.
2. Diaphyseal: fraktur inkomplit terjadi pada bagian corpus (badan) tulang,
atau pada daerah yang diameter tulangnya hampir seragam.
3. Distal: fraktur inkomplit terjadi di lokasi yang paling jauh dari tubuh,
contohnya pada os humerus, fraktur distal menunjukkan fraktur pada
epicondylus.
Selain menunjukkan lokasi dan jenis fraktur inkomplit yang terjadi, hasil
radiografi juga dapat menunjukkan arah patahan dari suatu fraktur inkomplit.
Beberapa arah patahan fraktur inkomplit dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini.

Gambar 2. Jenis-jenis fraktur berdasarkan arah patahannya.


Sumber: Radiology Key

3.5 Prognosis
Progonosis merupakan suatu perkiraan dari kemungkinan hasil akhir suatu
gangguan penyakit atau tingkat kesembuhannya, baik dengan atau tanpa
pengobatan. Prognosis meliputi tiga yaitu fausta, dubius, dan infausta. Prognosis
fausta artinya suatu penyakit dapat disembuhkan, dubius artinya kesembuhan
diragukan, sedangkan infausta artinya suatu penyakit yang dipastikan tidak dapat
disembuhkan. Semua prognosis bervariasi tergantung dari berat-ringannya fraktur,

8
cepat lambatnya penanganan dan teknik penanganan. Prognosis dari kasus fraktur
inkomplit biasanya fausta karena fraktur dapat disembuhkan dan apabila ditangani
secepatnya prognosis akan baik.

3.6 Treatment
Fraktur inkomplit dapat diobati dengan mengatur kesejajaran tulang dan
menerapkan bidai atau gips. Ada dua jenis utama perbaikan tulang, yaitu:
a. Fiksasi eksternal
Fiksasi eksternal melibatkan penggunaan pin yang dihubungkan dengan
batang logam. Pin tersebut ditanamkan melalui pembedahan melalui kulit dan
kedalam tulang, dengan batang luar menahan pin dengan kokoh di tempatnya
selama proses penyembuhan
b. Fiksasi internal
Fiksasi internal adalah pemasangan batang, sekrup, pelat, dan perangkat keras
logam lainnya secara langsung ke tulang itu sendiri melalui pembedahan,
memasang ujung tulang di tempatnya secara kaku dan permanen. Setelah
penyembuhan selesai, perangkat keras biasanya akan tetap berada di dalam
hewan.

Gambar 3. External fixation dengan pin (kiri) dan Internal fixation dengan pelat
dan sekrup (kanan)

9
Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, reposisi dan
rehabilitasi (Fossum. 2002).
a. Rekognisi, mengenaljenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umum; riwayat
kecelakaan, parah tidaknya luka, deskripsi kejadian oleh klien, menentukan
kemungkinan tulang yang patah dan adanya krepitus.
b. Reduksi, mengembalikan fragmen tulang keposisi anatomis normal untuk
mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena
edema dan perdarahan. Reduksi ada 3 (tiga), yaitu:
 Reduksi tertutup (close reduction) dengan cara manual/manipulasi,
dengan tarikan untuk menggerakan fragmen tulang/mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan).
 Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Dimana beratnya traksi di sesuaikan dengan spasme otot. Sinar-X
digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen
tulang.
 Reduksi terbuka, dengan memasang alat untuk mempertahankan
pergerakan. Yaitu fiksasi internal (kawat, sekrup, plat, nail dan batang
implant logam) dan fiksasi ekterna (pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinue).
c. Retensi, yaitu setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi
atau dipertahankan dalam posisi penyatuan yang tepat. Imobilisasi dapat
dilakukan dengan cara fiksasi internal (kawat, sekrup, plat, nail, pin dan
batang dan implant logam) dan fiksasi ekternal (pembalutan, gips)
d. Rehabilitasi. mempertahankan dan mengembalikan fungsi tulang secara
sempurna, dengancara:
1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
2. Meninggikan ekstremitas untuk meminimalkan pembengkakan
3. Memantau status neorovaskular
4. Mengontrol kecemasan dan nyeri
5. Latihan isometrik dan setting otot
6. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
7. Kembali keaktivitas secara bertahap.

10
BAB IV
KESIMPULAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan
maupun kelainan patologis. Penyebab umum fraktur ialah trauma mekanik yang
mengenai tulang. Kesulitan saat bergerak dan kesakitan juga terlihat pada hewan
yang mengalami fraktur, hewan juga akan mengangkat kaki yang mengalami
fraktur sehingga nampak pincang ketika berjalan atau bahkan hewan bisa menolak
untuk bergerak karena rasa sakit yang dirasakan. Diagnosis fraktur inkomplit pada
hewan kecil perlu dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu anamnesa, pengamatan
dan pemeriksaan klinis, selanjutnya diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan radiografi.

11
DAFTAR PUSTAKA
DADA, I. K. A. BEDAH KASUS FRAKTUR OS FEMUR SINISTRA PADA
ANJING LOKAL.
Atalenov Z. Betentley T.P. (2021). Greenstick Fracture. StatPearls Publishing,
Treasure Island (FL)
Abd El Raouf, M., Ezzeldein, S. A., danEisa, E. F. M. (2019).Bone Fractures in
Dogs: A Retrospective Study of 129 Dogs. Iraqi Journal of Veterinary
Sciences, Vol. 33, No. 2: 401-405.
Brunner &Suddart. Jakarta: EGC. Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hincle, J.I., &
Cheever, K.H. (2008).Textbook of medical surgical nursing;
brunner&suddarth's (Ed 11).
Fossum, T.W. 2002. Small Animal Surgery, ed 2nd Mosby, St. Lois
London.Philandelphia Sydney. Toronto.
American College of Veterinary Surgeons. 2018. https://www.acvs.org/small-
animal/fractured-limbs.

Anda mungkin juga menyukai