Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN LEUKEMIA

OLEH :
KELOMPOK II B13A

NI PUTU JULI ARTINI (203221093)


PANDE WAYAN WIJAYANTI (203221094)
LUH PUTU DIAH KUSUMA DEWI (203221095)
DEWA GDE SUDIASTA (203221096)
I WAYAN SELAMET WIDYAGUNA (203221097)
NI WAYAN SUPARTI (203221098)
NI MADE DIANTARINI (203221099)
NYOMAN RAI PARMINI (203221100)
NI WAYAN PANDE WIRA DEWI (203221101)
NI PUTU YULIA RESTIANA (203221102)
SANG RAKA INDRAYANTI (203221103)
NI NYOMAN MANIK ARIANTI (203221104)
I PUTU SUARAYANA (203221105)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020

1
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN LEUKEMIA

A. Pengertian
Leukemia adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal
dari sel-sel hematopoietik.

B. Patofisiologi
Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang ditandai dengan
ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok – agranulosit (leukemia
granuosit/mielositi) atau limfosit ( limpfositik ). Klasifikasi ini didasarkan pada
morfologis diferensiasi sel dan pematangan sel-sel leukemia predominan di dalam
sum-sum tulang dan sitokimiawi (Gralnick, 1977; Dabich, 1980, Price,1995).
Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam manifestasi klinik,
prognosis dan pengobatannya.

Jika dilihat dari proses diferensiasi sel darah penggolongan leukemia limfoblastik dan
mieloblastik dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Mielosit - Netrofil
Sel Mieloblast -Netrofilik - Eosinofil
induk -Basofilik - Basofil
pluripo -Eosinofilik
tensial
Limfoblast
- Burs
a Equivalen
- Limf. B
- Timus - Limf. T

Gambar 1. Leukemia dapat terjadi sebagai akibat diferensiasi abnormal pada salah satu proses
diatas.

Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit
lebih banyak dibanding wanita. Leukemia limfositik, terutama akut menyolok pada
anak-anak umur kurang dari 15 tahun, dengan puncaknya pada umur 2-4 tahun.

Penyebab leukemia secara jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi
pengaruh lingkungan dan genetik diperkirakan memegang peranan penting. Faktor
genetik dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.
Faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi
leukemia timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen, arsen,
kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan dengan frekwensi
yang meningkat , khususnya agen alkil. Agent virus HTLV-1 dari leukemia sel T
sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.

Leukemia akut baik granulositik atau mielositik merupakan jenis leukemia yang
banyak terjadi pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya
atau tidak adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983). Tanda dan gejala leukemia
akut berkaitan dengan netropenia dan trombositopenia. Ini adalah infeksi berat yang

2
rekuren disertai timbulnya tukak pada membrana mukosa, abses perirektal, pnemonia,
septikemia disertai menggigil, demam, tachikardi dan tachypnea. Trombositopenis
menyebabkan perdarahan yang tak terkontrol. Tulang mungkin sakit dan lunak.
Anemia bukan merupakan manifestasi awal disebabkan karena umur eritrosit yang
panjang. Gejala anemia berupa pusing, malaise, dan dispnea waktu kerja fisik yang
melelahkan. Pensitopenia dapat terjadi setelah dilakukan kemoterapi.

Leukemia limfositik akut (LLA), paling sering menyerang anak-anak dibawah 15


tahun dan mencapai puncaknya pada umur 2-4 tahun. Manifestasi LLA berupa
proliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstra medular
seperti kelenjar limfe dan limpa. Tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan pada
unsur – unsur sum-sum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia
merupakan manifestasi utama. Tanda lain berupa limfadenopati, hepatosplenomegali,
nyeri tulang, sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan. Data laboratorium
berupa leukositosis, limfositosis, trombosit dan sel darah merah rendah, hiperseluler
sum-sum tulang belakang

C. Pengkajian

SISTEM DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF


Aktivitas Lesu, lemah, terasa payah, Kontraksi otot lemah
merasa tidak kuat untuk Klien ingin tidur terus dan
melakukan aktivitas sehari- tampak bingung
hari
Sirkulasi Berdebar Tachycadi, suara mur-mur
jantung, kulit dan mukosa
pucat, defisit saraf cranial
terkadang ada pendarahan
cerebral.
Eliminasi Diare, anus terasa lebih Perianal absess, hematuri.
lunak, dan terasa nyeri.
Adanya bercak darah segar
pada tinja dan kotoran
berampas, Adanya darah
dalam urine dan terjadi
penurunan output urine.
Rasa nyaman Nyeri abdominal, sakit Meringis, kelemahan,
kepala, nyeri persendian, hanya berpusat pada diri
sternum terasa lunak, kram sendiri.
pada otot.
Rasa aman Merasa kehilangan Dpresi, mengingkari,
kemampuan dan harapan, kecemasan, takut, cepat
cemas terhadap lingkungan terangsang, perubahan
baru serta kehilangan teman. mood dan tampak bingung.
Riwayat infeksi yang Panas, infeksi, memar,
berulang, riwayat jatuh, purpura, perdarahan retina,

3
perdarahan yang tidak perdarahan pada gusi,
terkonrol meskipun trauma epistaksis, pembesaran
ringan. kelenjar limpa, spleen, atau
hepar, papiledema dan
exoptalmus,
Makan dan minum Kehilangan nafsu makan, Distensi abdomen,
tidak mau makan, muntah, penurunan peristaltic usus,
penurunan berat badan, splenomegali,
nyeri pada tenggorokan dan hepatomegali, ikterus,
sakit pada saat menelan. stomatitis, ulserasi pada
mulut, gusi membengkak
(acute monosit leukemia).

Sexualitas Perubahan pola menstruasi,


menornhagi. Impoten.
Neurosensori Penurunan kemampuan Peningkatan kepekaan otot,
koordinasi, perubahan mood, aktivitas yang tak
bingung, disorientasi, terkontrol.
kehilangan konsentrasi,
pusing, kesemutan, telinga
berdenging, kehilangan rasa
Respirasi Nafas pendek, Dyspnoe, tachypnoe, batuk,
ada suara ronci, rales,
penurunan suara nafas.
Belajar Riwayat terpapar bahan
kimia seperti benzena,
phenilbutazone,
chloramfenikol, terkena
paparan radiasi, riawat
pengobatan dengan
kemotherapi. Riwayat
keluarga yang menderita
keganasan.

Data penunjang:
Penghitungan sel darah :
- Normocitic, normokromik anemia
- Hb < 10 g/100 ml
- Retikulosit : rendah
- Platelet count : < 50.000/mm
- WBC > 50.000/cm (Shift to left) tampak blast sel leukemia
- PT/PTT memanjang
- LDH meningkat
- Serum asam urat dalam urine : meningkat
- Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit dan myelosit
leukemia.

4
- Serum tembaga : meningkat
- Serum Zinc : menurun
- Biopsi Bone Narrow: abnormal WBC lebih dari 50 %, lebih dari 60 % - 90 %
blast sel,
- Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien
- Lymp node biopsy : tampak pengecilan

A. Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur
invasive, malnutrisi dan penyakit kronis.
2. Resiko tinggi devisit cairan s.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan,
diare, demam
3. Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari
kecemasan.
4. Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan energi, suplay
oksigen yang tidak seimbang, terapi isolasi.
5. Kurangnya pengetahuan tentang perjalanan penyakit, prognosis dan
pengobatan s.d kurangnya informasi, atau misinterprestasi.

B. Intervensi Keperawatan dan Rasional

DX INTERVENSI RASIONAL
1 - Tempatkan pada ruang khusus - Untuk menjaga klien dari
dan batasi pengunjung. Awasi agent patogen yang dapat
pemberian buah dan sayyur segar. menyebabkan infeksi.

- Lakukan protap pencucian - Mencegah infeksi silang


tangan bagi setiap orang yang kontak
dengan klien
- Progresive hipertermia sebagai
- Monitor vital sign pertanda infeksi atau demam
sebagai efek dari pemakaian
kemotherapi maupun tranfusi
- Membantu
- Cegah peningkatan suhu tubuh menghilangkan demam yang
dengan cara pemberian cairan yang dapat menimbulkan ketidak
adekuat serta lakukan kompres hangat. seimbamgan cairan tubuh,
ketidak nyamanan serta
komplikasi CNS.
- Mencegah sumbatan
- Lakukan pemeriksaan suara sekresi saluran pernafasan.
nafas dan batuk secara teratur.. - Mencegah eksoriasi.
- Pegang klien dengan lembut dan linen
tetap kering dan rapi. - Untuk mencegah infeksi
- Jaga integritas kulit, luka yang terbuka local. (Luka biasanya tidak
dan kebersihan kulit dengan bernanah akibat rendahnya
pembersih antibakteri. kadar granulosit).
- Jaringan mukosa mulut
- Periksa mukosa mulut dan lakukan merupakan medium bagi
oral hygiene. perkembangan bakteri.

5
- Untuk mencegah
- Jaga kebersihan kebersihan anus dan terjadinya infeksi anal maupun
genital. genital.
- Awasi istirahat dan pola tidur klien - Untuk konservasi energi
secara ketat. bagi perkembangan sel-sel
- Berikan asupan makanan yang adekuat klien.
yang mengandung cairan serta protein - Untuk mempertahankan
tinggi. daya tahan tubuh klien dan
keseimbangan cairan tubuh
- Lakukan tindakan kolaborasi: kien.
- Blood test count : WBC dan
Neutrofil. - Penurunan WBC merupakan
kesimpulan dari proses penyakit
dan efek samping dari
- Lakukan kulture pengobatan kemoterapi.
- Untuk mengetahui sensitivitas
- Pemberian antibiotik sesuai order. kuman.
- Review serial X-Ray - Untuk mencegah infeksi
- Indikator dari perkembangan
- Berikan makanan yang memiliki kondisi klien.
resiko tinggi menimbulkan infeksi
sperti yang sudah dimasak atau yang
sudah diproses secara higienes.
2.
- Monitor intake dan out-put
- Penurunan volune cairan
dapat menjadi prekusor kerusakan
RBC sehingga dapat menimbulkan
kerusakan tubulus ginjal dan
terbentuknya batu ginjal.
- Tim bang berat badan setiap hari
- Untuk melakukan analisis
tentang fungsi ginjal.
- Monitor Tensi dan frekwensi jantung.
- Perubahan dapat menjadi
- Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan indikasi hipovolemia.
kondisi mukosa. - Sebagai indicator status
- Perhatikan mukosa dari ptechie, dehidrasi.
ecchymosis, perdarahan gusi.
- Penekanan bone narrow
dan produksi platelet yang rendah
- Lakukan tindakan yang lembut untuk beresiko menimbulkan
mencegah perlukaan seperti perdarahan yang tak terkontrol.
menggunakan sikat gigi yang lembut, - Jaringan yang lemah, dan
kapas swab, lakukan tepid sponge, mekanisme pembekuan yang
gunakan alat cukur elektrik. abnormal sering menjadi
- Kolaborasi: penyebab perdarahan tak
- Lakukan pemasangan IV line terkontrol.

- Monitor laboratorium Platelet, Hb/Ct, - Untuk mempertahankan


cloting. kebutuhan cairan tubuh.
- Jika platelet count <
- Pemberian anti muntah 20000/mm. Penurunan Hb/Hct
dapat menimbulkan perdarahan.
- Pemberian Alluporinol - Mencegah hilangnya
cairan melalui muntahan.

6
3. - Mencegah timbulnya
- Kaji keluhan nyeri dengan skala nyeri (0 nefropati
– 10)
- Monitor vital sign dan kaji ekpresi
nonverbal. - Untuk mempermudah intervensi
- Jaga lingkungan agar tetap tenang dan observasi terhadap
- Kurangi stimulasi yang meningkatkan - Mengetahui efektivitas tindakan
stress. terhadap nyeri.
- Letakkan pada posisi nyaman - Meningkatkan kesempatan
istirahat dan memperbaiki koping
- Lakukan perubahan posisi secara mekanisme.
periodic - Mencegah rasa tidak nyaman pada
persendian
- Evaluasi koping mekanisme klien - Meningkatkan sirkulasi jaringan
- Kolaborasi: dan mobilitas sendi.
- Kadar asam urat
- Pemberian analgetik - Untuk mengetahui kemampuan
- Pemberian narkotik kontrol klien terhadap nyeri.
- Antianxiety
4.
- Kaji kelemahan tubuh klien dan ajak
anak berpartisipasi untuk bermain.

- Mengkaji efek dari leukemia


- Berikan kesempatan istirahat dan tidur terutama pada fase pengobatan,
yang cukup sehingga perlu dianalisa perlu
- Berikan makanan selingan yang cukup tidaknya bantuan.
selama kemotherapi - Untuk menyimpan energi
- Kolaborasi: dan perbaikan sel.
- Antiemetik -
- Berikan oksigen

5
- Berikan penjelasan tentang patologi
leukemia, tindakan serta
prognosenya.kepada keluarga
- Menyiapkan mental untuk
tindakan menghadapi kasus yang
diderita anaknya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Bagian I. Media Aesculapius,
FKUI. Jakarta.

Perry & Potter. 2000. Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar edisi 3. EGC.
Jakarta.

Oka, P.N. 1993. Buku Penuntun Ilmu Perawatan Mata. Airlangga University Press. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai