No Nama NIM
1. Yesua W D Kolly PO5303201201114
2. Yuli Damayanti PO5303201201115
3. Yulia V L Soares PO5303201201116
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Asuhan
Keperawatan pada Pasien Perilaku Kekerasan” dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Selain itu,
makalah ini dibuat guna menambah wawasan bagi pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, yang membantu kami dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diperlukan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut, maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan).
2.2 Etiologi
1. Factor predisposisi.
Menurut Yosep (2010), factor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan adalah :
a) Teori biologis.
1) Neurologic factor.
Beragam komponen dari sistem saraf seperti sinap, neurotransmitter, dendrite,
akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem
limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif.
2) Genetic factor.
Adanya factor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia
terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur, akan bangun jika
terstimulasi oleh factor eksternal. Menurut penelitian genetic tipe karyotype
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak criminal serta
orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
3) Cycardian rhytm.
(Irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu. Menurut
penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu orang lebih
mudah terstimulasi untuk bersifat agresif.
4) Biochemistry factor.
(Faktor biokimia tubuh), seperti neurotransmitter di otak (epineprin,
norepineprin, dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya
stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan akan
dihantar melalui impuls neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui
serabut efferent. Peningkatan hormone androgen dan norepineprin serta
penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat
menjadi factor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
b) Teori psikologis.
1) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang 9life span history). Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat
kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup, cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai
kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman, dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Perilaku agresif dan
tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
2) Imitation, modeling, and information processing theory.
Menurut teori ini, perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan
yang mentolelir kekerasan.
3) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan
dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa
agresivitas lingkungan sekitar menjadia peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.
2. Factor presipitasi
Menurut Yosep (2010), factor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
seringkali berkaitan dengan :
a) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalma sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian missal, dan
sebagainya.
b) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c) Kesulitan dalam mengonsumsikan sesuatu dalam keluarga, serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alcohol
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
e) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan keluarga.
2.3 Respon Rentang Marah
Menurut Yosep (2010), perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan
ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut
merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu.
Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia
“tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti, atau
diremehkan”. Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal
(asertif) sampai pada respon sangat tidak normal (maladaptif).
Perilaku kekerasan
Core problem
B. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawatan mempunyai izin
dan berkompeten dan mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien di
dapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature yang berkaitan catatn
medis klien masa lalu dan konsultasi dengan professional lain yang kesemuannya
dikumpulkan selama pengkajian.
Dari beberapa data yang didapatkan pada pasien perilaku kekerasan, diagnose
yang dapat muncul yaitu :
1. Resiko perilaku kekerasan (D. 0146)
2. Harga diri rendah kronik (D. 0086)
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan
yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan diagnosa keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien . Perencanaan
keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan klien difteri yang ditegakan
antara lain :
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah pelaksanaan dari apa yang sudah
direncanakan dari setiap diagnose yang muncul.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang
penting untuk menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan
dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana
perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien. Beberapa teknik penulisan
dokumentasi asuhan keperawatan dengan SOAP (Subjektif, objektif, analisis,
perencanaan) pada pasien perilaku kekerasan antara lain sebagai berikut:
1. S: Mengumpulkan data subjektif
a) Menanyakan biodata pasien
b) Menanyakan riwayat penyakit pasien sebelumnya seperti catatan
perkembangan penyakit, mengetahui suhu, denyut nadi, pernapasan,
tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan
tambahan.
c) Menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien
2. O : Mengumpulkan data Objektif
Mengumpulkan data hasil observasi melalui pemeriksaan fisik pada pasien
seperti TTV dan lainnya.
3. A : Analisis dan Interpretasi
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi
diagnosa, antisipasi atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera.
4. P : Perencanaan
F. Membuat rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi
tersebut, maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi
dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau
perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan). Menurut Yosep
(2010), perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Respon adaptif adalah
respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku. Respon
maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
yang membaca makalah ini demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat ( et al). 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:EGC
Buku SDKI
Buku SLKI
Buku SIKI