Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok : 4
Anggota :
SARJANA KEPERAWATAN
BANDA ACEH
2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN NAPZA” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki. kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kita harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami maupun orang yang ikut membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PEDAHULUAN..............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................6
2.1 Defenisi.............................................................................................................................6
2.2 Pengertian Zat Adiktif.......................................................................................................7
2.3 Akibat Penggunaan Zat Adiktif........................................................................................7
2.4 Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba......................................................................8
2.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan..........................................................................9
2.6 Jenis-jenis NAPZA.........................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................12
3.1 Pengkajian.......................................................................................................................12
3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................................13
3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................................14
3.4 Implementasi...................................................................................................................14
3.5 Evaluasi...........................................................................................................................14
BAB VI..........................................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................15
4.1 Pengkajian.......................................................................................................................15
4.2 Diagnosa..........................................................................................................................16
4.3 Intervensi.........................................................................................................................16
4.4 Implementasi...................................................................................................................18
4.5 Evaluasi...........................................................................................................................19
BAB V...........................................................................................................................................20
PENUTUP.....................................................................................................................................20
3
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................20
5.2 Saran................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
4
BAB I
PEDAHULUAN
5
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami konsep NAPZA
2. Mampu memahami penyalahgunaan NAPZA
3. Mampu memahami ahukan keperawatan pada klien dengan NAPZA
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan
istilah narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah tersebut
kemudian berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari narkotik,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik adalah obat-obatan yang bekerja
pada susunan saraf pusat dan digunakan sebagai analgesik (pengurang rasa sakit) pada
bidang kedokteran. Psikotropika adalah obat-obatan yang efek utamanya pada aktivitas
mental dan perilaku, biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Bahan
adiktif adalah bahan yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau
ketergantungan. Pemakai dapat merasa tenang, merasa segar, bersemangat, menimbulkan
efek halusinasi, dan memengaruhi suasana perasaan pemakai. Efek inilah yang sering
dimanfaatkan pemakai saat ia merasa kurang percaya diri, khawatir tidak diakui sebagai
kawan, melarikan diri dari permasalahan, atau bahkan hanya untuk sekedar rekreasi
(bersenang-senang) ( YUSUF, DKK, 2015 ).
Tanpa disadari, narkoba sekali digunakan akan menimbulkan keinginan mencoba
lagi, merasakan lagi, dan mengulang terus sampai merasakan efek dari obat-obatan yang
dikonsumsi, yang akibatnya akan terjadi overdosis. Jika tidak mengonsumsi, maka tidak
tahan untuk memenuhi keinginannya, tetapi jika mengonsumsi akan khawatir mati akibat
overdosis. Hal ini merupakan lingkaran setan. Oleh karena itu, narkoba sekali dicoba
akan membelenggu seumur hidup. ( YUSUF, DKK, 2015 ).
7
2.3 Akibat Penggunaan Zat Adiktif
Seseorang yang menggunakan zat adiktif akan dijumpai gejala atau kondisi yang
disebut intoksikasi (teler) yaitu kondisi zat adiktif tersebut bekerja dalam susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan, dan
kesadaran.
Apabila seseorang menggunakan berulang kali atau sering secara berkesinambungan,
maka akan dicapai suatu kondisi toleransi, yaitu terjadinya peningkatan jumlah
penggunaan zat adiktif untuk mencapai tujuan dari pengguna (memerlukan dosis lebih
tinggi untuk mencapai efek yang diharapkan). Kondisi toleransi ini akan terus
berlangsung sampai mencapai dosis yang optimal (overdosis) ( YUSUF, DKK,2015 ).
Pada pemakaian yang terus-menerus tercapai, maka menyebabkan tingkat dosis
toleransi yang tinggi. Pengguna zat adiktif bila menghentikan atau tidak menggunakan
zat adiktif lagi akan menimbulkan gejala-gejala sindroma putus zat ataupasien dalam
kondisi withdrawal.
Gejala-gejala intoksikasi dan putus zat berbeda untuk masing-masing zat, seperti
pada bagan di bawah ini :
1. Eksperimental adalah kondisi penggunaan tahap awal, yang disebabkan rasa ingin
tahu. Biasanya dilakukan oleh remaja,yang sesuai tumbuh kembangnya ingin mencari
pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai taraf coba-coba.
2. Rekreasional adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman
sebayanya, misalnya waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun, dan sebagainya.
Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebayanya.
3. Situasional merupakan penggunaan zat yang merupakan cara untuk melarikan diri
atau mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya individu menggunakan zat bila
sedang dalam konflik, stres, dan frustasi.
4. Penyalahgunaan adalah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai
digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, sudah terjadi
penyimpangan perilaku, serta mengganggu fungsi peran di lingkungan sosialnya,
8
pendidikan, dan pekerjaan.Walaupun pasien menderita cukup serius
akibatmenggunakan, pasien tersebut tidak mampu untuk menghentikan.
5. Ketergantungan adalah penggunaan zat yang sudah cukup berat, sehingga telah
terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan
kondisi toleransi dan sindroma putus zat.
9
Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam
menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi yang
terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya diri.
10
Narkotika adalah sejenis zat / obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun bukan sintesis yang menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan hilangnya rasa (Dits Prasanti, 2018).
Berdasarkan UU No. 22 / 1997, jenis- jenis narkotika dapat dibagi menjadi 3
golongan, yakni :
a. Golongan I
Narkotika yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,dan
tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk
menyebabkan ketergantungan.
Contoh : Heroin / putaw, kokain, dan ganja.
b. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi yang bertujuan sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mangakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin dan petidin.
c. Golongan III
Narkoba yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan
bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Kodein.
2. Psikotropika
Menurut Dits Prasanti (2018), psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika,
baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
11
aktifitas normal dan perilaku. Berdasarkan undang – undang No. 5 tahun 1997,
psikotropika dikelompokkan dalam 4 golongan, yakni :
1. Golongan I
Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui
manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya.
Contoh : MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
2. Golongan II
Psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian.
Contoh : Amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.
3. Golongan III
Psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian.
Contoh : Lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.
4. Golongan IV
Psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian.
Contoh : Nitrazepam (mogadon, dumolid) dan diaxepamd.
3. Zat Adiktif
Zat adiktif lainnya adalah zat- zat selain narkotika dan psikotropika yang
dapat menimbulkan ketergantungan. Zat adiktif ini sering pula disebut dengan zat
psikoaktif yaitu zat yang mempunyai pengaruh pada sistem saraf pusat (otak)
sehingga bila digunakan akan mempengaruhi kesadaran, perilaku, pikiran dan
perasaan. Contohnya : rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang
memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thinner dan zat- zat lain seperti lem
kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin yang bila dihisap, dihirup, dan dicium,
dapat memabukkan (Dits Prasanti, 2018).
12
BAB III
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis
yang bertujuan untuk menentukan pola respons klien saat ini dan waktu sebelumnya
(Tiara Ramadani, 2019). Pengkajian pada asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyalahgunaan NAPZA terdiri dari :
1. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,suku / bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi dan lain- lain).
13
Berdasarkan SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien yang mengalami penyalahgunaan NAPZA yaitu :
1. Ansietas berhubungan dengan penyalahgunaan zat dibuktikkan dengan klien merasa
bingung, sulit berkonsntrasi, tampak gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur (D.0080)
2. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping yang berbeda
diantara klien dan orang terdekat dibuktikkan dengan klien merasa diabaikan, tidak
memenuhi kebutuhan anggota keluarga, tidak toleran, dan mengabaikan anggota
keluarga (D.0093)
3. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping
dibuktikkan dengan klien mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah, tidak
mampu memrnuhi peran yang diharapkan sesuai usia, dan menggunakan mekanismr
koping yang tidak sesuai (D.0096)
3.4 Implementasi
Implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan (Rizka Safitri, 2015).
Tindakan keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
14
3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Dinarti & Yuli Muryati, 2017).
15
BAB VI
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Nama : Fathir
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Serangan, Ngampilan, Yogyakarta
Pekerjaan : pelajar
Gol darah : B
Agama : Islam
16
4.2 Diagnosa
1. Koping individu tidak efektif b.d Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri
mengatasi masalah
2. Risiko harga diri rendah b.d Terpapar situasi traumatis
4.3 Intervensi
NO. SDKI SIKI SLKI
17
1. Koping individu tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi :
efektif keperawatan selama 1x24 jam, - Identifikasi persepsi
dihaarapkan masalah keperawatan mengenai masalah dan
koping tidak efektif membaik. informasi yang memicu
Dengan kriteria hasil : konflik
- Kemampuan membuat Terapeutik :
keputusan : meningkat - Fasilitas mengklarifikasi
- Konsentrasi : meningkat nilai dan harapan yang
- Pemahaman makna membantu membuat pilihan
situasi : meningkat - Diskusikan kelebihan dan
kekurangan dari setiap
solusi
- Fasilitasi melihat situasi
secara realistic
- Motivasi mengungkapkan
tujuan perawatan yang
diharapkan
- Fasilitasi pengambilan
keputusan secara kolaboratif
- Hormati hak pasien untuk
menerima atau menolak
informasi
- Falisitasi menjelaskan
keputusan kepada orang
lain, jika perlu
- Fasilitasi hubungan antara
pasien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lainnya
Edukasi :
- Informasikan alternative
solusi secara jelas
- Berikan informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan
keputusan
2. Risiko harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 1x24 jam, diharapkan - Identifikasi kegiatan jangka
masalaah keperawatan risiko harga pendek dan panjanhg sesuai
diri rendah membaik. tujuan
Dengan kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan
- Penilaian diri positif : yang dimiliki
meningkat - Identifikasi dampak situasi
- Berjalan menampakkan terhadap peran dan
18
wajah : meningkat hubungan
- Konsentrasi : meningkat - Identifikasi metode
- Kontak mata : meningkat penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap
hubungan sosial
Terapeutik :
- Diskusikan peran yang
dialami
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Diskusikan alasan
mengkritiik diri sendiri
- Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi prilaku diri
sendiri
- Diskusikan konsekuensi
tidak menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
- Fasilitasi dalam
memperoleh informasi yang
dibutuhkan
- Tinjau kembali kemampuan
dalam pengambilan
keputusan
- Hindari mengambil
keputusan saat pasien
berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
Edukasi :
- Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
- Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Anjuurkan keluarga terlibat
- Ajarkan cara memecahkan
19
masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan Teknik
relaksasi
4.4 Implementasi
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1. Koping individu tidak efektif b.d 1. Mengidentifikasi persepsi mengenai masalah
Ketidakpercayaan terhadap kemampuan dan informasi yang memicu konflik
diri mengatasi masalah 2. Memfasilitas mengklarifikasi nilai dan
harapan yang membantu membuat pilihan
3. Memfasilitasi melihat situasi secara realistic
4. Memotivasi mengungkapkan tujuan
perawatan yang diharapkan
5. Memfasilitasi pengambilan keputusan secara
kolaboratif
6. Memfasilitasi hubungan antara pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya
7. Memberikan informasi yang diminta pasien
2. Risiko harga diri rendah b.d terpapar situasi 1. Mengidentifikasi kemampuan klien
traumatis 2. Mengidentifikasi dampak situasi pada pasien
3. Melakukan pendekatan dengan pasien dengan
tenang dan meyakinkan
4. Mendiskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan mengevaluasi prilaku
diri sendiri
5. Mendiskusikan risiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
6. Memotivasi terlibat dalam kegiatan sosial
7. Menganjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
8. Menganjurkan keluarga terlibat
9. Mengajarkan teknik relaksasi
4.5 Evaluasi
NO. DIAGNOSA EVALUASI
1. Koping individu tidak efektif b.d S :
Ketidakpercayaan terhadap kemampuan - Klien mengatakan merasa lebih baik, tetapi
20
diri mengatasi masalah masih teringat tentang sensasi ketika
memakai obat-obatan.
- Klien mengatakan bisa sedikit mengontrol
keinginan memakai obat-obatan.
O:
Pasien lebih konsentrasi dari sebelumnya
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Terus dilakukan intervensi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Terus dilakukan intervensi
BAB V
PENUTUP
21
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Setelah kami menyelesaikan makalah Manajemen Kasus pada Klien dengan
Penyalahgunaan NAPZA, kami mengalami beberapa hambatan dalam penulisan ini.
Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak mampu menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka kami menyarankan :
1. Asuhan keperawatan yang telah dilakukan serta kerjasama antara tim kesehatan yang
terjalin dengan baik hendaknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Perawat perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas
dalam pemberian asuhan keperawatan dalam melakukan manajemen kasus dengan
baik.
2. Diharapkan perawat dapat terus menggali ilmu pengetahuan untuk menambah
wawasan dan ketrampilan sebagai seorang perawat profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Ah. Fitriyani PK, R, dan Nihayati, H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta Selatan : Salemba Medika.
22
Kusumawati, Farida, 2010. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC. Jakarta.
Dits Prasanti, D. R. F. (2018). Narkoba Dan Penanggulangan Narkoba. Pembentukan Anak Usia
Dini : Keluarga, Sekolah, Dan Komunitas, 2(2), 15.
Daniel, S. dan B. (2013). Komentar dan Pembahasan Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. Sinar Grafika. http://eprints.umm.ac.id/39568/3/BAB II.pdf
Klien, A. K., & Narkoba, K. (2005). Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan
Ketergantungan Narkoba ( NAPZA ). 1–18.
Pendidikan, J. P. (2016). Penyalahgunaan napza di kalangan remaja ( studi kasus pada 2 Siswa
di MAN 2 Kota Bima ). 2, 26–32.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Edisi I Ce). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi I Ce). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi I Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
23