Tugas Ini Di Susun Guna Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Dari Mata
Kuliah Keperawatan Medikan Bedah II
DI SUSUN OLEH
Kasmiati : 21212069
Khairi soffa azzura : 21212047
vira Adesintia : 21212060
Zahara ramadhani : 21212050
Darmiliana 21212070
Nurmaini : 21212075
Zulfahmi : 1912210192
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan bayak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.
PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................... 1
1.2. TUJUAN PENULISAN..................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum..................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. DIABETES MELLITUS .................................................................. 3
2.1.1 Pengertian............................................................................. 3
2.1.3 Etiologi.................................................................................. 4
2.1.6 Klasifikasi............................................................................ 12
2.1.7 Patofisiologi......................................................................... 13
2.1.10 Komplikasi........................................................................ 16
2.1.11 Patoflowdiagram.............................................................. 17
iii
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................. 18
A. KESIMPULAN................................................................................... 38
B. SARAN................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 39
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian
a. Pankreas
3
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh
baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak
pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung.
Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah
limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. 7 Dari segi
perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal
dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan
utama, yaitu Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum, pulau
2.1.3 Etiologi
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
4
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Price,2005)
Faktor resiko:
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik
mulai menurun.
b. Obesitas
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33%
untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan
nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes
tipe 2.( Martinus,2005)
6
pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang wanita hamil
menderita diabetes gestasional.
e. Infeksi
7
2.1.4 Tanda dan Gejala
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing
manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni
(urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine
sering dilebung atau dikerubuti semut.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan,
terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.Lain
halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami
berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita
kencing manis.
8
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Pruritus Vulvae
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati visceral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit koroner
Hipertensi
9
1. Sering kencing/miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil
(poliuria) adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh
ginjal bersama urin karena keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan
kemampuan dari reabsorpsi dari tubulus ginjal
7. Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan asam lemak
akan dipecah menjadi keton yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan
menjadi ginjal
10
8. Terkadang tanpa gejala
Adanya tanda dan gejala DM ditambah kadar gula darah acak atau
random lebih atau sama dengan 200 mg/dl
Gula darah puasa atau Fasting Bood Sugar (FBS) lebih besar atau sama
dengan 126 mg/dl (puasa sekurangnya 8 jam)
Hasil Glukose Toleran Test (GTT) lebih besar atau sama dengan 200
mg/dl, 2 jam sesudah beban.
Darah
kapiler < 90 mg/dl 90-199 mg/dl >200 mg/dl
11
2.1.6 Klasifikasi
b. Diabetes Melitus tipe 2 banyak terjadi pada usia dewasa lebih dari 45 tahun,
karena berkembang lambat dan kadang tidak terdeteksi, tetapi jika gula darah
tinggi baru dapat dirasakan seperti kelemahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi,
proses penyembuhan luka yang lama, infeksi vagina, kelainan penglihatan.
Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang dari
80% berat badan ideal.
12
2.1.7 Patofisiologi
13
2.1.8 Gangren Kaki Diabetik
a. Teori Sorbitol
b. Teori Glikosilasi
14
2.1.9 Manifestasi gangguan
Pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di
malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
oksigen (zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (
Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin terikat pada reseptor khususdi permukaan sel. Akibat dari
terikatnya insulin tersebut maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolism glukosa dalam sel tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus
tipe II ini dapat disertai adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan
hal – hal tersebut insulin menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh
jaringan tersebut.
Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini
diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, serta kadar glukosa
dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit meningkat.
Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan otomatis
meningkat dan terjadilah Diabetes Melitus Tipe II ini.
Walaupun sudah terjadi adanya gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri
khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih terdapat insulin dalam sel
yang adekuat untuk mencegah terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada
15
badan keton yang menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut ketoadosis
diabetikum, akan tetapi hal initidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II.
2.1.10 Komplikasi
a. Komplikasi akut
b. Komplikasi kronis
2. Makroangiopati
1. Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka yang tidak
sembuh sembuh
16
2.1.11 Patoflowdiagram
17
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
Diet
Latihan
Pemantauan
Terapi
18
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih
0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, Rhtmical, Interval, Progresiv,
endurance training). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang seling antara gerak cepat dan
lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap
dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adlah
jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75%-85%
denyut nadi maksimal.Denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan
menggunakan formula berikut:
DNM= 220 – umur (dalam tahun)Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan
jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu
yang pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia,
harus selalu membawa permen, dan memeriksa kaki setelah berolahraga.
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang
teratur tapi kadar glukosa darah masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian
obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan)
a. Pemeriksaan fisik
19
Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang
tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa
lembek.
b. Pemeriksaan Vaskuler
2. Pemeriksaan Laboratorium
20
2.2.3 Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Sulfonylurea
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk(IMT>30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-
30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor α glukosidase
21
a. Medis
2. Insulin
Hiperglikemi berat
Neucrotomi
Amputasi
a. Diit
b. Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan – jalan
sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
22
c. Pemantauan Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya
secara mandiri dan optimal.
d. Terapi insulin Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali
sesudah makan dan pada malamhari.
e. Penyuluhan kesehatan
f. Nutrisi
g. Stress Mekanik
23
i. Pengobatan
24
terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga
kadar glukosa darah turun. Olahraga juga dapat meningkatkan
kepekaan sel terhadap insulin.
25
Eliminasi : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan
berkemih, diare.
Integumen : gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, luka
gangreng.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan integumen :
Luka gangren
b. Muskuloskeletal
Kelemahan otot
Nyeri tulang
Osteomilitis.
26
c. Sistem persarafan
Menurunnya kesadaran
d. Sistem pernapasan
e. Sistem kardiovaskuler
Takhikardia, palpitasi
f. Test diagnostik
Pemeriksaan darah
Peningkatan HgbA1c
Pemeriksaan albumin
Pemeriksaan elektrolit
27
Pemeriksaan urin
Rontgen foto
1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur,
pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas
data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang
memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40
tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang
berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas
berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
3. Riwayat Kesehatan
28
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab
terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus
berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
4. PolaAktivitas
Pola Nutrisi
Pola Eliminasi
29
5. PengkajianFisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
b. Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji
pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di
daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
4) Sistem kardiovaskuler
30
5) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6) Sistem muskuloskeletal
7) Sistem neurologis
b. PemeriksaanLaboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
31
2.2.5 Diagnosa Keperawatan
32
glukosa tubuh dan membran mukosa.
dalam rentang
R : Merupakan indikator
toleransi
dari tingkat dehidrasi atau
volume sirkulasi yang
adekuat.
R : memeberikan perkiraan
kebutuhan akan cairan
pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang
diberikan.
R : memberikan hasil
pengkajian yang terbaik dari
status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya
dalam memberikan cairan
pengganti.
g. Kolaborasi pemberian
terapi cairan sesuai indikasi
33
2 Resiko berat badan a. Timbang berat badan setiap
dapat meningkat hari sesuai indikasi
ketidakseimba
dengan nilai R : Mengetahui pemasukan
ngan cairan laboratorium makan yang adekuat.
normal dan tidak b. Tentukan program diet dan
berhubungan
ada tanda-tanda pola makanan pasien
dengan malnutrisi. dibandingkan dengan
makanan yang dapat
hiperglikemia
dihabiskan pasien.
dan poliuria R: Mengindentifikasi
penyimpangan dari
kebutuhan.
c. Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual,muntah,
pertahankan puasa sesuai
indikasi.
R : mempengaruhi pilihan
intervensi.
d.Observasi tanda-tanda
hipoglikemia, seperti
perubahan tingkat kesadaran,
dingin/lembab, denyut nadi
cepat, lapar dan pusing.
R : secara potensial dapat
mengancam kehidupan, yang
harus dikali dan ditangani
secara tepat.
e. Kolaborasi dalam pemberian
insulin, pemeriksaan gula
darah dan diet.
R : Sangat bermanfaat untuk
mengendalikan kadar gula
darah.
3. Resiko pasien dapat a. Observasi tanda-tanda
mempertahankan infeksi dan peradangan
kerusakan
keseimbangan seperti demam, kemerahan,
integritas kulit cairan adanya pus pada luka ,
sputum purulen, urin warna
berhubungan
keruh dan berkabut.
dengan R : pasien masuk mungkin
dengan infeksi yang biasanya
neuropati
telah mencetus keadaan
ketosidosis atau dapat
34
sensori perifer, mengalami infeksi
nosokomial.
defisit fungsi
b. Tingkatkan upaya
motoring, pencegahan dengan
melakukan cuci tangan yang
neuropati
baik, setiapkontak pada
otonomik semua barang yang
berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.
R : mencegah timbulnya infeksi
nosokomial.
Pertahankan teknik aseptik
pada prosedur invasif (seperti
pemasangan infus, kateter
folley, dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi
dalam darah akan menjadi
media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
Pasang kateter / lakukan
perawatan perineal dengan
baik.
R : Mengurangi risiko terjadinya
infeksi saluran kemih.
Berikan perawatan kulit
dengan teratur dan sungguh-
sungguh. Masase daerah
tulang yang tertekan, jaga
kulit tetap kering, linen
kering dantetap kencang
(tidak berkerut).
R : sirkulasi perifer bisa
terganggu yang menempatkan
pasien pada penigkatan risiko
terjadinya kerusakan pada
kulit / iritasi dan infeksi.
Posisikan pasien pada posisi
semi fowler.
R : memberikan kemudahan bagi
paru untuk berkembang,
menurunkan terjadinya risiko
hipoventilasi.
Kolaborasi antibiotik sesuai
indikasi.
R : penenganan awal dapat
membantu mencegah
35
timbulnya sepsis.
4 Resiko pasien dapat1. 1.Memahami dan mengukur
memperlihatkan kemampuan apa saja yang
tidak
kemampuan arus disampaikan kepada
efektifnya untuk asien Informasi awal yang
mempertahankan penting untuk perencanaan
regimen
gula darah dalam intervensi lebih lanjut
terapeutik rentang toleransi
dan dapat
berhubungan
memunjukkan 2. Informasi adanya
dengan baru pengetahuan komplikasi ada pasien DM
tentang perawatan merupakan indikator pasien
terpapar DM,
diri pada pasien mengalam DM pada masa
pengobatan DM. yang lama
medik dan
kurang
pengetahuan
tetang diabetes
dan
pengobatannya
36
pengisian kapiler
baik dan membran
mukosa lembab
atau basah.
37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
38
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1919/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH.
pdf
https://www.scribd.com/document/180641578/askep-osteoporosis
https://www.academia.edu/8493928/MAKALAH_trauma_medula_spinalis_bar
uu
https://www.academia.edu/6661140/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASI
EN_CEDERA_MEDULA_SPINALIS_LUMBAL
https://www.academia.edu/34698144/Makalah_askep_trauma_medula_spinali
s
Heri.”AsuhanKeperawatan
HIV/AIDS”,(Online),(http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-
keperawatan-hivaids.html
https://gustinerz.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-covid-19/
https://www.alodokter.com/covid-19
39
Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Jakarta: EGC
Tambayong, Jan dr. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. EGC
www.trinoval.web.id
www.ilmukeperawatan.com
www.klikdokter.com
40