Anda di halaman 1dari 44

DIABETES MELITUS

Tugas Ini Di Susun Guna Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Dari Mata
Kuliah Keperawatan Medikan Bedah II

Dosen Pengampu : Mahruri Saputra, S.Kep.,NS.,M.Kep

DI SUSUN OLEH

Kasmiati : 21212069
Khairi soffa azzura : 21212047
vira Adesintia : 21212060
Zahara ramadhani : 21212050
Darmiliana 21212070
Nurmaini : 21212075
Zulfahmi : 1912210192

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH
2023
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan bayak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.

Harapan kami semoga makalah yang membahas tentang “DIABETES


MELITUS” dapat menabah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Neurosains. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran
yang membangun.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. .

BANDA ACEH 16 MARET 2023

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................... 1
1.2. TUJUAN PENULISAN..................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum..................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. DIABETES MELLITUS .................................................................. 3

2.1.1 Pengertian............................................................................. 3

2.1.2 Anatomi fisiologi................................................................... 3

2.1.3 Etiologi.................................................................................. 4

2.1.4 Tanda dan Gejala................................................................. 8

2.1.5 Kriteria Diabetes Melitus.................................................. 11

2.1.6 Klasifikasi............................................................................ 12

2.1.7 Patofisiologi......................................................................... 13

2.1.8 Gangren Kaki Diabetik...................................................... 14

2.1.9 Manifestasi gangguan........................................................ 15

2.1.10 Komplikasi........................................................................ 16

2.1.11 Patoflowdiagram.............................................................. 17

iii
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................. 18

2.2.1 Penatalaksanaan Medis................................................................. 18

2.2.2 Pemeriksaan Penunjang................................................................ 19

2.2.3 Obat Hipoglikemik Oral (OHO)................................................... 21

2.2.4 Pengkajian keperawatan............................................................... 25

2.2.5 Diagnosa Keperawatan................................................................. 32

2.2.6 Implementasi Keperawatan.......................................................... 37

2.2.7 Evaluasi Keperawatan................................................................... 37

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN................................................................................... 38
B. SARAN................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 39

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh
dunia.Diperkirakan 15,7 juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes
mellitus. Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes yang
terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di Amerika Serikat
menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan kematian lebih dari
162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh penyebab utama kematian
pada daftar angka kematian di AS, tapi diabetes diyakini termasuk kematian yang
tidak tidak terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian.
Diabetes adalah penyebab utama dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65%
penderita diabetes menderita hipertensi. Hal yang mengejutkan biaya pengeluaran
untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes pada tahun
1997 diperkirakan mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak memberikan
timbal balik yang kehidupan patien diabetes dan keluarganya.(Sharon n Margaret
2000)
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, hal
ini dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase penderita
diabetes mellitus lebih besar di kota daripada di desa, 14,7% untuk dikota dan
7,2% di desa. Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah
terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat sangat penting
dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian yang disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan
mahasiswa keperawatan dapat memahami dan menguasai konsep asuhan
keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

1
1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa
mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

1.2.2. Tujuan Khusus


Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memahami konsep medis diabetes mellitus
b. Memahami konsep keperawatan diabetes mellitus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DIABETES MELLITUS

2.1.1 Pengertian

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis


yang ditandai peingkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena
ketidakseimbangan antara supplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh
dibutuhkan untuk mefasilitasi masuk nya glukosa dalam sel agar dapat digunakan
untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin
menjadikan glukosa di dalam darah dan menimbulkan peningkatan gula darah,
sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan dalam darah
dan menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel yang menjadi
kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kelansungan dan fungsi sel.

Diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik dikarakterisasikan


dengan tinggi nya glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat defek
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. (American Diabetes Assocation
(ADA), 2005 )

Diabetes Melitus adalah penyakit kronik, progresif yang dikarakterisikan


dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein awal terjadinya hiperglikemia. (Black & Hwak, 2009).

2.1.2 Anatomi fisiologi

a. Pankreas

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm,


lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90
gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.

3
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh
baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak
pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung.
Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah
limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. 7 Dari segi
perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal
dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan
utama, yaitu Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum, pulau

Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi


insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau Langerhans yang menjadi
sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat
hanya 1-3 % dari berat total pankreas.Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan
besar masing-masing pulau berbeda.

Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar


300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100-225 m. Jumlah semua pulau
langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta.

2.1.3 Etiologi

Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen,


akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam
mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi, 2011).

Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka


penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini
merupakan beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:

1.Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )

a. Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
4
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi


terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Price,2005)

2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan


sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor resiko:

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th

Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik
mulai menurun.

b. Obesitas

Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang


menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan
glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam
darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh
tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan
dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
5
c. Riwayat keluarga

Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33%
untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan
nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes
tipe 2.( Martinus,2005)

3. Diabetes gestasional (GDM )

Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:

 Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil

 ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

 Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu


hamil dan menghilang setelah melahirkan.

 Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum


hamil dan berlanjut setelah hamil.

 Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi


penyakit

pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul


dan pembuluh darah perifer.Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon
yang mengalami peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan
human placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah
hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam
mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang
kebal terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance.Saat fungsi insulin
dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah gula dalam darah

6
pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang wanita hamil
menderita diabetes gestasional.

4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya

 a.Kelainan genetic dalam sel beta.Pada tipe ini memiliki prevalensi


familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien
seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin.

 b. Kelainan genetic pada kerja insulinsindrom resistensi insulin berat


dan akantosis negrikans

 c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali

 d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta

 e. Infeksi

Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit Diabetus


Melitus antara lain :

 Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai


dengan terjadinya kegagalan pada sel Bmelepas insulin.

 Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara


lain agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat serta gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan
kehamilan.

 Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system


imunologi

 Adanya kelainan insulin

 Pola hidup yang tidak sehat

7
2.1.4 Tanda dan Gejala

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing
manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni
(urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine
sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah


ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

 Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

 Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

 Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

 Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

 Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

 Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

 Cepat lelah dan lemah setiap waktu

 Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

 Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

 Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan,
terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.Lain
halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami
berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita
kencing manis.
8
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :

 Katarak

 Glaukoma

 Retinopati

 Gatal seluruh badan

 Pruritus Vulvae

 Infeksi bakteri kulit

 Infeksi jamur di kulit

 Dermatopati

 Neuropati perifer

 Neuropati visceral

 Amiotropi

 Ulkus Neurotropik

 Penyakit ginjal

 Penyakit pembuluh darah perifer

 Penyakit koroner

 .Penyakit pembuluh darah otak

 Hipertensi

9
1. Sering kencing/miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil
(poliuria) adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh
ginjal bersama urin karena keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan
kemampuan dari reabsorpsi dari tubulus ginjal

2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia)

Banyak miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi) hal ini


merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus

3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)

Meningkatnya katobalisme, pemecahan glikogen untuk energi menyebabkan


cadangan energi berkurang, keadaan ini menstimulasi pusat lapar

4. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan,


glikogen dan cadangan trigliserida serta massa otot

5. Kelainan pada mata, penglihatan kabur

Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah menjadi


lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata yang dapat
merusak retina kekruhan pada lensa.

6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal di sekitar penis dan vagina.


Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada kulit sehingga
menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang kulit.

7. Ketonuria

Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan asam lemak
akan dipecah menjadi keton yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan
menjadi ginjal

10
8. Terkadang tanpa gejala

Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan peningkatan


glukosa darah.

2.1.5 Kriteria Diabetes Melitus

Menurut Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) tahun 1997 untuk menentukan


diagnosa dan kriteria DM, memenuhi 2 diantara 3 kriteria sebagai berikut:

 Adanya tanda dan gejala DM ditambah kadar gula darah acak atau
random lebih atau sama dengan 200 mg/dl

 Gula darah puasa atau Fasting Bood Sugar (FBS) lebih besar atau sama
dengan 126 mg/dl (puasa sekurangnya 8 jam)

 Hasil Glukose Toleran Test (GTT) lebih besar atau sama dengan 200
mg/dl, 2 jam sesudah beban.

Kadar Glukosa Dalam Darah dalam mendiagnosis DM

Kadar glukosa Bukan DM Belum DM


darah (mg/dl) pasti DM
Sewaktu Plasma 100-199 >200 mg/dl
vena < 100 mg/dl mg/dl

Darah
kapiler < 90 mg/dl 90-199 mg/dl >200 mg/dl

Puasa Plasma < 100 mg/dl 100-125 >126 mg/dl


vena mg/dl
Darah < 90 mg/dl 90-99 mg/dl >100 mg/dl
Kapiler

11
2.1.6 Klasifikasi

Menurut WHO, 1985 dan American Diabetes Association, 2003, penyakit DM


diklasifikasikan menjadi:

a. Diabetes Melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (INNDM)


yaitu DM yang bergantung insulin. Diabetes tipe 1 disebabkan karena kerusakan
sel beta pankreas yang menghasilkan insulin.

b. Diabetes Melitus tipe 2 banyak terjadi pada usia dewasa lebih dari 45 tahun,
karena berkembang lambat dan kadang tidak terdeteksi, tetapi jika gula darah
tinggi baru dapat dirasakan seperti kelemahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi,
proses penyembuhan luka yang lama, infeksi vagina, kelainan penglihatan.

c. Diabetes karena Malnutrisi

Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi, biasanya penduduk yang


miskin. Diabetes tipe ini ditegakan jika ada 3 gejala dari gejala yang mungkin
yaitu:

 Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang dari
80% berat badan ideal.

 Adanya tanda-tanda malabsorpsi makanan

 Usia antara 15-40 tahun

d. Diabetes sekunder yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atau


penyakit tertentu, misalnya penyakit pankreas, endokrinopati, hormon tiroid.

e. Diabetes melitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada masa kehamilan,


dapat didiagnosa dengan menggunakan test toleran glukosa, terjadi pada kira-kira
24 minggu kehamilan.

12
2.1.7 Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah


satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

 Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang


mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.

 Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang


menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.

 Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang


mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan.

Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (


konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria
karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa.Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan
poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama
akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan
pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

13
2.1.8 Gangren Kaki Diabetik

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat


hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.

a. Teori Sorbitol

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan


jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,
tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi
sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan
kerusakan dan perubahan fungsi.

b. Teori Glikosilasi

Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua


protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi
pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro
maupun mikro vaskular.Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh
faktor – factor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya
KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting
untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya
gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan
hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah
titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi
pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit
tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.

14
2.1.9 Manifestasi gangguan

Pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di
malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
oksigen (zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (
Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin terikat pada reseptor khususdi permukaan sel. Akibat dari
terikatnya insulin tersebut maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolism glukosa dalam sel tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus
tipe II ini dapat disertai adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan
hal – hal tersebut insulin menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh
jaringan tersebut.

Dalam mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan terbentuknya


glukosa dalam darah, maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin dalam sel
untuk disekresikan .

Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini
diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, serta kadar glukosa
dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit meningkat.
Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan otomatis
meningkat dan terjadilah Diabetes Melitus Tipe II ini.

Walaupun sudah terjadi adanya gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri
khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih terdapat insulin dalam sel
yang adekuat untuk mencegah terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada

15
badan keton yang menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut ketoadosis
diabetikum, akan tetapi hal initidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II.

2.1.10 Komplikasi

a. Komplikasi akut

 Koma hiperglikemia disebabkan karena gula sangat tiggi biasanya


terjadi pada NIDDM

 Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak


dan protein terutama terjadi pada IDDM

 Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak


terkontrol

b. Komplikasi kronis

1. Mikroangipati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-organ yang


mempunyai darah kecil

2. Makroangiopati

 Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard infark


maupun gangguan fungsi jantung karena arteriskelosis

 Penyakit vaskuler perifer

 Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke

1. Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka yang tidak
sembuh sembuh

16
2.1.11 Patoflowdiagram

17
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin


dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas klien.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

 Diet

 Latihan

 Pemantauan

 Terapi

 Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth, 2002:


1226)

a. Penatalaksanaan Diet/Perencanaan Makanan(Meal planning)

Pada consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia(PERKENI) telah


ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi
seimbang berupa karbohidrat(60-70%), protein (10-15%), lemak (20-25%),.
Apabila diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga
memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah
kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan
kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolestrol
<300mg/hari. Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan jenis
serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakan secukupnya.

18
b. Latihan Jasmani

Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih
0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, Rhtmical, Interval, Progresiv,
endurance training). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang seling antara gerak cepat dan
lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap
dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adlah
jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.

Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75%-85%
denyut nadi maksimal.Denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan
menggunakan formula berikut:

DNM= 220 – umur (dalam tahun)Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan
jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu
yang pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia,
harus selalu membawa permen, dan memeriksa kaki setelah berolahraga.

c. Obat berkhasiat hipoglikemik

Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang
teratur tapi kadar glukosa darah masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian
obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan)

2.2.2 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang untuk


penderita diabetes melitus antara lain :

a. Pemeriksaan fisik

 Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya


(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).

19
 Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang
tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa
lembek.

 Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah


terjadinya ulkus

b. Pemeriksaan Vaskuler

1. Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda asing,


osteomelietus.

2. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP


(Gula Darah Puasa),

 Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya


kandungan glukosa pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan
dilakukan menggunakan cara Benedict (reduksi). Setelah pemeriksaan
selesai hasil dapat dilihat dari perubahan warna yang ada : hijau (+),
kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).

 Pemeriksaan kultur pus Bertujuan untuk mengetahui jenis kuman yang


terdapat pada luka dan untuk observasi dilakukan rencana tindakan
selanjutnya.

 Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan


pembedahan

20
2.2.3 Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

1) Sulfonylurea

Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :

 Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan

 Menurunkan ambang sekresi insulin

 Meningkatkan rangsangan insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

2) Biguanid

Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk(IMT>30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-
30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.

3) Inhibitor α glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di


dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukos.

4) Insulin sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek


farmakologi meningkatkan sensitifitas insulin, sehingga bias mengatasi masalah
resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum beredar di
Indonesia.

Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita setelah


menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan perawatan dalam
jangka panjang.

21
a. Medis

Menurut Sugondo (2009 ) penatalaksaan secara medis sebagai berikut :

1. Obat hiperglikemik Oral

2. Insulin

 Ada penurunan BB dengan drastis

 Hiperglikemi berat

 Munculnya ketoadosis diabetikum

 Gangguan pada organ ginjal atau hati.

1. Pembedahan Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan


yang bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat,
tindakannya antara lain :

 Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.

 Neucrotomi

 Amputasi

b. Keperawatan Menurut Sugondo (2009), dalam penatalaksaan medis secara


keperawatan yaitu :

a. Diit

Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.

b. Latihan

Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan – jalan
sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.

22
c. Pemantauan Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya
secara mandiri dan optimal.

d. Terapi insulin Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali
sesudah makan dan pada malamhari.

e. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi penderita


ulkus dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala komplikasi pada
dirinya dan mampu menghindarinya.

f. Nutrisi

Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement, karena


asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energy yang dikeluarkan.

g. Stress Mekanik

Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah seperti bedrest,


dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan. Dan setiap hari
tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan perawatan (medikasi) untuk
mengetahui perkembangan luka dan mencegah infeksi luka setelah dilakukan
operasi debridement tersebut. (Smelzer & Bare, 2005)

h. Tindakan pembedahan Fase pembedahan menurut Wagner ada dua


klasifikasi antara lain : Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan
atau tidak ada. 17 Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan
medis, dan dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan luka
terkontrol dengan baik. (Smelzer & Bare, 2005)

23
i. Pengobatan

Tujuan pengobatan diabetes mellitus adalah secara konsisten menormalkan


kadar glukosa darah dengan variasi minimum. Penelitian-penelitian erakhir
mengisyaratkan bahwa mempertahankan glukosa darah senormal dan sesering
mungkin dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian.

Tujuan ini dicapai melalui berbagai cara, yang masing-masing disesuaikan


secara individual.

 Insulin : pengidap diabetes tipe I memerlukan terapi insulin. Tersedia


berbagai jenis insulin dengan asal dan kemurnian yang berbeda-
beda.insulin juga berbeda-beda dalam aspek saat awitan kerja, waktu
puncak kerja, dan lama kerja. .pengidap diabetes tipe II, walaupun
dianggap tidak bergantung insulin, juga dapat memperoleh manfaat dari
terapi insulin. Pada pengidap diabetes tipe II, mungkin terjadi defisiensi
pelepasan insulin atau insulin yang dihasilkan kurang efektif karena
mengalami sedikit perubahan.

 Pendidikan dan kepatuhan terhadap diet : adalah komponen penting lain


pada pengobatan diabetes tipe I dan II. Rencana diet diabetes dihitung
secara individual bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, rencana
penurunan berat (biasanya untuk pasien diabetes tipe II), dan tingkat
aktivitas. Distribusi kalori biasanya 50-60% dari karbohidrat kompleks,
20% dari protein, dan 30% dari lemak. Diet juga mencakup serat,
vitamin, dan mineral. Sebagian penderita diabetes tipe II mengalami
pemulihan kadar glukosa darah mendekati normal hanya dengan
intervensi diet karena adanya peran faktor kegemukan.

 Program Olahraga : terutama untuk pengidap diabetes tipe II, adalah


intervensi terapetik ketiga untuk diabetes mellitus. Olahraga, digabung
dengan pembatasan diet, akan mendorong penurunan berat dan dapat
meningkatkan kepekaan insulin. Untuk kedua tipe diabetes, olahraga

24
terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga
kadar glukosa darah turun. Olahraga juga dapat meningkatkan
kepekaan sel terhadap insulin.

2.2.4 Pengkajian keperawatan

a. Riwayat penyakit sekarang

 Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala penyakit diabetes


melitus dan apakah sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.

 Apakah pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg

 Apakah pernah mengalami penyakit pankreas seperti pankreatitis,


neoplasma, trauma/ panreatectomy, penyakit infeksi seperti kongenital
rubella, infeksi citomegalovirus, serta sindrom genetik diabetes seperti
sindrom Down

 Penggunaan obat-obatan atau zat kimia seperti glukokor tikoid, hormon


tiroid, dilantin, nicotinic acid.

 Hipertensi lebih dari140/90 mmHg atau hiperlipidemia, kolesterol atau


trigkiserida lebih dari 150 mg/dl.

 Perubahan pola makan, minum dan eliminasi urin.

 Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit DM

 Apakah riwayat luka yang lama sembuh.

 Penggunaan obat DM sebelumnya

d. Keluhan utama pasien saat ini

 Nutrisi : peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau


peningkatan berat badan, banyak minum dan perasaan haus.

25
 Eliminasi : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan
berkemih, diare.

 Neurosensori : nyeri kepala, parasthesia, kesemutan pada ekstremitas,


penglihatan kabur, gangguan penglihatan.

 Integumen : gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, luka
gangreng.

 Muskuluskeletal : kelemahan dan keletihan

 Fungsi seksual : ketidak mampuan ereksi (impoten), regiditas,


penurunan libio, kesulitan orgasme pada wanita.

 Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan integumen :

 Kulit kering dan kasar

 Gatal-gatal pada kulit dan sekitar alat kelamin

 Luka gangren

b. Muskuloskeletal

 Kelemahan otot

 Nyeri tulang

 Kelainan bentuk tulang

 Adanya kesemutan, paresthesia dan kram eksremintas

 Osteomilitis.

26
c. Sistem persarafan

 Menurunnya kesadaran

 Kehilangan memori, iritabilitas

 Paresthesi pada jari-jari tangan dan kaki

 Neuropati pada eksteremitas

 Penurunan sensasi dengan pemeriksaan monofilamen

 Penurunan reflek tendon dalam

d. Sistem pernapasan

 Napas bau keton

 Perubahan pola napas

e. Sistem kardiovaskuler

 Hipotensi atau hipertensi

 Takhikardia, palpitasi

f. Test diagnostik

 Pemeriksaan darah

 Pemeriksaan gula darah meningkat

 Peningkatan HgbA1c

 Kolesterol dan trigliserida meningkat

 Pemeriksaan albumin

 Pemeriksaan darah urea nitrogen (BUN) dan kreatinin

 Pemeriksaan elektrolit

27
 Pemeriksaan urin

 Glukosa urine meningkat

 Pemeriksaan keton dan albumin urin

 Rontgen foto

Rongen dada untuk menentukan adanya kelainan paru- paru

 Pemeriksaan angiografi, monofilamen, dopler pada luka

 Kultur jaringan pada luka gangren

 Pemeriksaan organ lain yang mungkin terkait dengan komplikasi DM


seperti pemeriksaan mata, saraf, jantung dll.

1. Identitas

Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur,
pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas
data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang
memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40
tahun.

2. Keluhan Utama

Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang
berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas
berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah


terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat
obesitas, hipertensi, atau juga aterosclerosis

28
b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab
terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.

c, Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus
berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.

4. PolaAktivitas

 Pola Nutrisi

 Pola Eliminasi

 Pola Istirahat dan Tidur

 Pola persepsi dan konsep diri

 Pola sensori dan kognitif

 Pola seksual dan reproduksi

 Pola mekanisme stres dan koping

29
5. PengkajianFisik

a. Keadaan Umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.

b. Head to Toe

1) Kepala Leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

2) Sistem integumen

Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji
pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di
daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.

3) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis, kaji


juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.

4) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,


takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler

30
5) Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.

6) Sistem muskuloskeletal

Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa


otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.

7) Sistem neurologis

Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien


sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

b. PemeriksaanLaboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan


dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

31
2.2.5 Diagnosa Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Ketidak kebutuhan a. Pantau tanda-tanda
seimbangan nutrisi pasien vital, catat adanya perubahan
nutrisi : kurang terpenuhi Kriteria tekanan darah ortestastik.
dari kebutuhan hasil :
R : Hipovolemia dapat
tubuh
1.Pasien dimanifestasikan oleh
berhubungan
menungkapkan hipotensi dan takikardia.
degan tidak
tidak ada mual
ade kuatnya b. Kaji pola napas dan
dan nafsu makan
produksi bau napas.
baik
insulin
R : Paru-paru
2. Berat badan
mengeluarkan asam karbonat
pasien dalam
melalui pernapasan yang
rentang ideal
menghasilkan kompensasi
3. Intake alkosis respiratoris terhadap
makanan sesuai keadaan ketoasidosis.
dengan kebutuhan
c. Kaji suhu, warna dan
tubuh, indeks
kelembaban kulit.
massa Tubuh
(BMI). R : Demam, menggigil,
dan diaferesis merupakan hal
4. Tidak ada
umum terjadi pada proses
tanda-tanda
infeksi. Demam dengan kulit
malnutrisi
yang kemerahan, kering,
5. Nilai Hb mungkin gambaran dari
dalam batas dehidrasi.
normal
d. Kaji nadi perifer,
6. Kadar pengisian kapiler, turgor kulit

32
glukosa tubuh dan membran mukosa.
dalam rentang
R : Merupakan indikator
toleransi
dari tingkat dehidrasi atau
volume sirkulasi yang
adekuat.

e. Pantau intake dan


output. Catat berat jenis
urine.

R : memeberikan perkiraan
kebutuhan akan cairan
pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang
diberikan.

f. Ukur berat badan


setiap hari.

R : memberikan hasil
pengkajian yang terbaik dari
status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya
dalam memberikan cairan
pengganti.

g. Kolaborasi pemberian
terapi cairan sesuai indikasi

R : tipe dan jumlah dari


cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon
pasien secara individual.

33
2 Resiko berat badan a. Timbang berat badan setiap
dapat meningkat hari sesuai indikasi
ketidakseimba
dengan nilai R : Mengetahui pemasukan
ngan cairan laboratorium makan yang adekuat.
normal dan tidak b. Tentukan program diet dan
berhubungan
ada tanda-tanda pola makanan pasien
dengan malnutrisi. dibandingkan dengan
makanan yang dapat
hiperglikemia
dihabiskan pasien.
dan poliuria R: Mengindentifikasi
penyimpangan dari
kebutuhan.
c. Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual,muntah,
pertahankan puasa sesuai
indikasi.
R : mempengaruhi pilihan
intervensi.
d.Observasi tanda-tanda
hipoglikemia, seperti
perubahan tingkat kesadaran,
dingin/lembab, denyut nadi
cepat, lapar dan pusing.
R : secara potensial dapat
mengancam kehidupan, yang
harus dikali dan ditangani
secara tepat.
e. Kolaborasi dalam pemberian
insulin, pemeriksaan gula
darah dan diet.
R : Sangat bermanfaat untuk
mengendalikan kadar gula
darah.
3. Resiko pasien dapat a. Observasi tanda-tanda
mempertahankan infeksi dan peradangan
kerusakan
keseimbangan seperti demam, kemerahan,
integritas kulit cairan adanya pus pada luka ,
sputum purulen, urin warna
berhubungan
keruh dan berkabut.
dengan R : pasien masuk mungkin
dengan infeksi yang biasanya
neuropati
telah mencetus keadaan
ketosidosis atau dapat
34
sensori perifer, mengalami infeksi
nosokomial.
defisit fungsi
b. Tingkatkan upaya
motoring, pencegahan dengan
melakukan cuci tangan yang
neuropati
baik, setiapkontak pada
otonomik semua barang yang
berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.
R : mencegah timbulnya infeksi
nosokomial.
Pertahankan teknik aseptik
pada prosedur invasif (seperti
pemasangan infus, kateter
folley, dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi
dalam darah akan menjadi
media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
Pasang kateter / lakukan
perawatan perineal dengan
baik.
R : Mengurangi risiko terjadinya
infeksi saluran kemih.
Berikan perawatan kulit
dengan teratur dan sungguh-
sungguh. Masase daerah
tulang yang tertekan, jaga
kulit tetap kering, linen
kering dantetap kencang
(tidak berkerut).
R : sirkulasi perifer bisa
terganggu yang menempatkan
pasien pada penigkatan risiko
terjadinya kerusakan pada
kulit / iritasi dan infeksi.
Posisikan pasien pada posisi
semi fowler.
R : memberikan kemudahan bagi
paru untuk berkembang,
menurunkan terjadinya risiko
hipoventilasi.
Kolaborasi antibiotik sesuai
indikasi.
R : penenganan awal dapat
membantu mencegah
35
timbulnya sepsis.
4 Resiko pasien dapat1. 1.Memahami dan mengukur
memperlihatkan kemampuan apa saja yang
tidak
kemampuan arus disampaikan kepada
efektifnya untuk asien Informasi awal yang
mempertahankan penting untuk perencanaan
regimen
gula darah dalam intervensi lebih lanjut
terapeutik rentang toleransi
dan dapat
berhubungan
memunjukkan 2. Informasi adanya
dengan baru pengetahuan komplikasi ada pasien DM
tentang perawatan merupakan indikator pasien
terpapar DM,
diri pada pasien mengalam DM pada masa
pengobatan DM. yang lama
medik dan
kurang
pengetahuan
tetang diabetes
dan
pengobatannya

5. Kekurangan Kondisi tubuh


volume cairan pasien
stabil, tanda-tanda
berhubungan
menunjukan
dengan vital, turgor kulit,
diuresis adanya perbaikan
normal
osmotik,
keseimbangan
kehilangan
gastrik, cairan, dengan
berlebihan
kriteria ;
diare, mual,
muntah, pengeluaran urine
masukan
yang adekuat
dibatasi, kacau
mental. (batas normal),
tanda-tanda vital
stabil, tekanan
nadi perifer jelas,
turgor kulit baik,

36
pengisian kapiler
baik dan membran
mukosa lembab
atau basah.

2.2.6 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,


faktorfaktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).

2.2.7 Evaluasi Keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan


terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.

Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan


pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien.

37
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh


peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat
penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin
dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti
ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata)
serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian
penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan
penyakit vaskuler perifer.

B. Saran
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

38
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1919/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH.
pdf

https://www.scribd.com/document/180641578/askep-osteoporosis

https://www.academia.edu/8493928/MAKALAH_trauma_medula_spinalis_bar
uu

https://www.academia.edu/6661140/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASI
EN_CEDERA_MEDULA_SPINALIS_LUMBAL

https://www.academia.edu/34698144/Makalah_askep_trauma_medula_spinali
s

Heri.”AsuhanKeperawatan
HIV/AIDS”,(Online),(http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-
keperawatan-hivaids.html

Istiqomah, Endah.”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


HIV/AIDS”,(Online) (http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan.html,

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis


Proses –Proses Penyakit . Jakarta : EG

https://gustinerz.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-covid-19/

https://www.alodokter.com/covid-19

Smeltzer. 2002. Buku Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 2. Jakarta : EGC

39
Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Jakarta: EGC

Buku ajar Fisiologi Guyton.

Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical


Nursing Ed.5.Mosby

Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes.Bandung:Nexx Media

Pearce, Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT


Gramedia Pustaka Utama

Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi volume Edisi 6.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC

Tambayong, Jan dr. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. EGC

www.trinoval.web.id

www.ilmukeperawatan.com

www.klikdokter.com

40

Anda mungkin juga menyukai