DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
No Nama Nim
1. DENNI SEPTIAWAN 221030122558
2. DEPPY PUTRI ZAGOTO 221030122265
DOSEN
3. DEVI MARITA SARI SIHOTANG 221030122715
MATA
4. HAFILAH FIRDAUS 221030122651
KULIAH :
5. VIDA WAHYUNI 221030122298
ROHANAH, SKM,. M, Kes
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas proposal skripsi yang berjudul “PENGARUH KOMBINASI
LATIHAN FISIK: SENAM AEROBIC LOW IMPACT DAN YOGA TERHADAP
PENURUNAN GULA DARAH PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2
DI LINGKUP WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG.” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari proposal ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Metode Penelitian. Selain itu, proposal ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
cara membuat proposal skripsi penelitian bagi para pembaca dan juga bagi tim penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Rohanah, SKM,. M, Kes selaku dosen Metode
Penelitian yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini.
Kami menyadari, propoal yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komsep Penyakit Diabetes Melitus
1. Definisi...........................................................................................................6
2. Etiologi...........................................................................................................6
3. Manifestasi klinis...........................................................................................7
4. Patofisiologi...................................................................................................9
5. Pemeriksaan diagnostik.................................................................................10
6. Komplikasi.....................................................................................................10
7. Penatalaksanaan ............................................................................................10
D. Senam Yoga
1. Definisi............................................................................................................17
2. Manfaat yoga...................................................................................................17
3. Pengaruh yoga terjadap perubahan Kadar Glukosa Darah..............................19
BAB III KERANGKA TEORI
A. Kerangka Teori......................................................................................................20
B. Kerangka Konsep..................................................................................................21
C. Hipotesis................................................................................................................21
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian...................................................................................................22
B. Populasi dan sampel..............................................................................................22
C. Lokasi dan Waktu..................................................................................................23
D. Variabel dan Definisi Operasional........................................................................24
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data.....................................................................25
F. Etika Penelitian......................................................................................................29
G. Teknik Pengolahan Data........................................................................................30
H. Teknik Analisa Data...............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Hasdianah & Suprapto, 2014). Penderita diabetes melitus
semakin berkembang dan menjadi ancaman bagi masyarakat dunia. DM yang paling
banyak diderita oleh penduduk dunia adalah penyakit DM tipe 2 yaitu lebih dari 91%
orang penderita masuk klasifikasi DM tipe 2. Prevelensi diabetes melitus tipe II
sebanyak 420 juta orang dewasa pada tahun 2015 dan akan meningkat menjadi 577 juta
orang dewasa pada tahun 2040. Secara global 1,6 juta orang tidak menyadari penyakit
mereka dan kebanyakan dari kasus ini adalah DM tipe 2 (WHO, 2019).
1
mikrovaskuler yaitu mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati, neuropati
saraf sensorik yang berpengaruh pada ekstremitas, saraf otonom berpengaruh pada
gastrointestinal, kardiovaskuler dan komplikasi jangka panjang berupa neuropati
diabetic, retinopati diabetic, nefropati diabetic, proteinuria, dan kelainan coroner (Rendi
& Margareth, 2012). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya komplikasi
tersebut pada lansia yaitu karena lansia tidak melakukan aktivitas fisik (Musthakimah,
2019).
Penanganan DM dapat dilakukan dengan lima pilar yaitu; edukasi, perencanaan makan,
aktivitas fisik, intervensi farmalogis dan pemeriksaan gula darah. Latihan fisik atau
aktivitas fisik merupakan salah satu pilar dalam mengelola DM yang berfungsi untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan untuk menjaga kebugaran tubuh. Latihan fisik
berfungsi memasukkan glukosa kedalam tubuh tanpa menggunakan insulin, selain itu
juga bisa menurunkan berat badan pada pasien diabetes yang obesitas (PERKENI,
2015). Pada saat tubuh bergerak akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh
oleh otot yang aktif, juga terjadi reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi
metabolisme, pelepasan dan pengaturan hormonal dan susunan saraf otonom. Pada
keadaan istirahat, metabolisme otot sangat sedikit sekali memakai glukosa sebagai
sumber bahan bakar, sedangkan saat olahraga, glukosa dan lemak akan dijadikan
sebagai bahan bakar utama. Diharapkan dengan dijadikan glukosa sebagai bahan bakar
utama, kadar glukosa darah akan menurun (Azitha et al., 2018).
Olahraga merupakan kebutuhan setiap manusia, agar kondisi fisik dan kesehatannya
tetap terjaga. Pada dasarnya semua olahraga baik untuk dilakukan oleh semua usia dan
jenis kelamin, akan tetapi jenis olahraga yang dilakukan harus sesuai dengan usia agar
tujuan dalam melakukan gerakan olahraga tersebut dapat tercapai (Prasetyo, 2013).
Terutama bagi lansia olahraga yang di lakukan harus sesuai dengan intensitasnya,
dikarenakan lansia sudah mengalami penurunan massa otot, perubahan distribusi darah
ke otot, otot menjadi kaku dan penurunan kekuatan otot (Ambardini, 2010).
Senam diabetes aerobic berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah karena
dalam melakukan senam diabetes melitus aerobic tersebut menggerakkan otot-otot
yang menggunakan oksigen dan penggunaan energi yang meningkat sehingga terjadi
penurunan kadar gula darah. Senam aerobic juga dapat meningkatkan glukosa ketika
tubuh bergerak aktif, otot-otot yang digunakan untuk menggerakan badanpun
menggunakan lebih banyak glukosa dibadingkan otot yang sedang beristirahat (Safira,
2018). Namun pada lansia senam aerobic dengan intensitas berat tidak dapat dilakukan
2
karena perubahan fisik yang dialami lanjut usia. Untuk itu dilakukan senam aerobic low
impact dengan intensitas gerakan yang rendah sehingga cocok untuk lansia karena
mempunyai gerakan ringan seperti jalan ditempat, menekuk siku, dan menyerongkan
badan, diiringi alunan musik yang tidak terlampau keras namun bersemangat, senam
aerobic low impact inilah yang tepat digunakan untuk lansia (Tangkudung, 2014).
Pelaksanaan senam aerobic low impact dalam menurunkan kadar gula darah memiliki
pengaruh yang relatif rendah sehingga perlu dibantu dengan aktivitas lain. Dalam hal
ini senam yoga merupakan alternatif lain yang bisa dilakukan oleh lansia. Senam yoga
merupakan suatu kombinasi antara gerakan fisik dalam teknik bernapas, relaksasi dan
meditasi serta latihan peregangan (Jain, 2011). Yoga ialah olahraga yang baik buat
melatih respirasi sehingga jantung dan paru-paru menjadi lebih sehat. Yoga merupakan
salah satu olahraga yang disarankan pada lansia karena dapat mengurangi kalori tanpa
memberi tekanan yang terlalu berat pada tubuh (Mirza, 2019). Selain itu melakukan
yoga secara teratur dapat membantu meningkatkan kadar insulin dan yoga juga dapat
berdampak positif pada tekanan darah, dimana tekanan darah yang stabil merupakan
aspek penting dalam mengurangi tingkat keparahan diabetes mellitus serta
komplikasinya (Mirza, 2019).
Telles dkk (2020) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada 3 efek samping umum
yang terjadi dalam melakukan yoga, salah satunya yaitu nyeri. Nyeri yang dirasakan
umumnya pada bagian tungkai bawah, nyeri pada otot dan sendi. Berbagai gerakan
dalam latihan yoga berfungsi sebagai latihan kekuatan yang membangun kekuatan
tubuh bagian atas dan beberapa gerakan juga akan menguatkan otot otot hamstring dan
juga abdominal (Hick, 2013). Sehingga nyeri yang ditimbulkan karena melakukan yoga
bisa saja terjadi dikarenakan kurangnya gerakan fisik pada tungkai bawah. Dalam hal
ini senam aerobic low impact merupakan olahraga lain yang bisa dilakukan,
gerakannya yang dimulai dari kepala sampai ujung kaki dapat memberikan kelenturan,
kekuatan dan peningkatan otot secara mudah dengan gerakan yang bersemangat dan
tidak terlampau keras (Indriani, 2010).
Dengan kombinasi kedua senam ini dapat meningkatkan kualitas aktivitas fisik yang
dilakukan, dimana senam aerobic low impact dapat meningkatkan kekuatan otot dan
sendi serta yoga dapat meningkatkan kualitas pernapasan serta membantu mengurangi
tekanan dari gerakan fisik tersebut. Sehingga memberikan kenyamanan dalam
melakukan aktivitas fisik dan akan menjadi lebih efektif dalam menurunkan kadar gula
darah pada pasien diabetes mellitus.
3
Berdasarkan data di atas peneliti ingin meneliti dan mengetahui apakah benar ada
pengaruh pelaksanaan kombinasi latihan fisik: senam aerobic low impact dan yoga
terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan
diteliti yaitu apakah ada pengaruh pelaksanaan “kombinasi latihan fisik: senam aerobic
low impact dan yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien dengan diabetes
mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang.?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui pengaruh pelaksanaan kombinasi latihan fisik: senam aerobic low impact
dan yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien dengan diabetes
mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gula darah sebelum pelaksanaan kombinasi latihan fisik: senam
aerobic low impact dan yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien
dengan diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang.
b. Diketahui gula darah sesudah pelaksanaan kombinasi latihan fisik: senam
aerobic low impact dan yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien
dengan diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang.
c. Diketahui Perbedaan kadar gula darah pasien sebelum dan sesudah pelaksanaan
kombinasi latihan fisik: senam aerobic low impact dan yoga terhadap
penurunan kadar gula darah pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai data dan masukan untuk memberikan informasi kepada petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk pengobatan non farmakologis dalam
upaya peningkatan kesehatan pada pasien diabetes melitus tipe 2.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus adalah kondisi kronis yang terjadi karena tubuh tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin, dan diamati dari
tingkat kadar glukosa dalam darah. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh
pankreas hal ini diperlukan sebagai transportasi glukosa dari aliran darah masuk
kedalam sel-sel tubuh yang mana digunakan sebagai energi. Kekurangan atau
ketidakefektifan insulin pada orang dengan Diabetes Melitus berarti glukosanya
masih beredar didalam darah. Seiring waktu kadar glukosa didalam darah akan
tinggi (hiperglikemia) menyebabkan banyak kerusakan didalam tubuh, mengarah
kepengembangan kompilkasi dan mengancam jiwa (IDF, 2015). Diabetes melitus
merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemi) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya (Smeltzer, 2015).
2. Etiologi
a. Obesitas
Menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh sehingga
insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek
metabolic (Wijaya & Yessie, 2013). Retensi insulin paling sering dihubungkan
dengan kegemukanatau obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak
juga ikut gemuk dan sel seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang
digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan
pada waktu tidak gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap
insulin (Hartini, 2009).
6
b. Usia
Diabetes melitus lebih sering dijumpai pada umur diatas 65 tahun (Wijaya &
Yessie, 2013). Orang yang memiliki usia yang tua akan mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik secara progresif, yang disebabkan oleh penurunan
elastisitas pembuluh darah, fibrosis pembuluh darah dan penurunan pengisian
dalam vaskular (Valliyot et all, 2013).
c. Riwayat keluarga
Seseorang yang memiliki keturunan penderita penyakit diabetes melitus akan
lebih beresiko untuk terkena penyakit diabetes melitus juga (Wijaya & Yessie,
2013). Orang yang mempunyai riwayat keluarga yang menderita diabetes akan
memiliki resiko sebesar 3 kali dibanding dengan pasien yang tidak memiliki
riwayat diabetes dalam keluarga (Valliyot et all, 2013).
d. Aktivitas Fisik
Orang yang kerja berat akan memiliki risiko 89% lebih kecil dibanding orang
yang kerja ringan. Tetapi pekerjaan yang dilakukan juga harus didukung oleh
aktivitas fisik yang dilakukan pada waktu luang. Misalnya orang yang
menggunakan waktu luang tersebut dengan pesta makan dan dengan orang yang
berolahraga (Valliyot et all, 2013).
e. Kelompok etnik
Beberapa kelompok memiliki suatu adat untuk mengkomsumsi makanan-
makanan yang berpotensi menyebabkan munculnya faktor resiko terjadinya
diabetes mellitus (Wijaya & Yessie, 2013).
Selain itu terdapat faktor-faktor pencetus diabetes diantaranya kurang gerak, olah
raga, makanan berlebihan dan penyakit hormonal yang kerjanya berlawanan dengan
insulin (Suryono & Subekti, 2009).
3. Manifestasi klinis
a. Keluhan klasik
1) Banyak kencing (poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
7
2) Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang
berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
b. Keluhan lain
1) Gangguan saraf tepi
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki diwaktu
malam hari, sehingga menganggu tidur.
4) Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan bawah payudara pada wanita. Sering pula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.Luka ini dapat
8
timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau
peniti.
5) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering tidak
secara terus terang sikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks,
apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
6) Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan. (Wijaya
& Yessie, 2013).
4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulinlah yang terjadi pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibatnya konsentrasi glukosa
darah dalam jaringan meningkat (Hiperglikemia). Sehingga energi yang dipakai
untuk metabolisme adalah hasil dari pemecahan lemak di otot, pemecahan lemak
yang berlebihan menyebabkan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Kadar Gula Darah
Menurut Wijaya dan Yessie (2013) yang terdiagnosis Diabetes melitus apabila:
1) Terdapat gejala DM dengan salah satu dari gula darah (puasa > 140mg/dl, 2
jam PP > 200mg/dl, random > 200mg/dl).
2) Tidak terdapat gejala DM tetapi terdapat 2 hasil dari gula darah (puasa >
140mg/dl, 2 jam PP > 200mg/dl, random > 200mg/dl).
b. Uji HBA1C
Uji HBA1C mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2-3 bulan terakhir.
Uji ini lebih sering digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah pada
penderita diabetes.
Normal <5,7%
Diabetes ≥6,5%
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes melitus adalah :
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
10
2) Penyakit makrovaskuler, mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi kronis
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner (Wijaya &Yessie, 2013)
7. Penatalaksanaan
Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia, terdapat beberapa penatalaksanaan diabetes melitus, yaitu (Perkeni,
2011):
a. Edukasi
Edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi dibutuhkan untuk
memberikan pengetahuan mengenai kondisi pasien dan untuk mencapai
perubahan perilaku. Pengetahuan tentang pemantauanglukosa darah mandiri,
tanda, dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada
pasien.
c. Latihan Jasmani
11
Latihan jasmani berupa aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga secara teratur 3-4
kali seminggu selama 30 menit. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan yang bersifat aerobic
seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani
disesuaikan dengan usia dan status kesehatan.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3- 4 kaliseminggu
selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan ±15 menit danpendinginan
±15 menit), merupakan salah satu cara untuk mencegah diabetes melitus. Kegiatan
sehari-hari seperti menyapu, mengepel, berjalan kaki, menggunakan tangga,
berkebun harus tetap dilakukan dan menghindari aktivitas sedenter misalnya
menonton televisi, main game komputer, dan lainnya (PERKENI, 2011).
Waktu yang tepat dalam melaksanakan pemeriksaan kadar gula darah dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Pemeriksaan kadar gula darah puasa, yaitu pemeriksaan yang dilakukan8
jam setelah tidak makan kecuali minum air putih (GDP).
2) Pemeriksaan kadar gula darah 2 jam postprandial yang dilakukan 2 jam
setelah makan (GD2PP)
3) Pemeriksaan kadar gula darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai
dengan kebutuhan (sewaktu/GDS) (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
2015)
12
Menurut WHO ada berbagai cara yang biasa dilakukan dalam memeriksa
kadar glukosa darah diantaranya:
Diabetes> 6,4 %
13
meningkat secara bertahap. Aerobik low-impactsangat ideal untuk manula,
penderita obesitas dan kelebihan berat badan serta wanita hamil (Lynne, 2004).
Menurut Giriwijoyo (2012) aerobic low impact merupakan pelatihan otot atau
kelompok otot tertentu secara bergiliran dengan menerapkan prinsip latihan
pliometrik (latihan peningkatan kontraksi otot) sehingga seluruh otot mendapatkan
gilirannya. Menurut Norman (2010) aerobic low impact adalah kegiatan latihan
fisik yang diarahkan.
14
memperhatikan hal – hal terpenting dalam olahraga seperti durasi dan intensitas
olah raga yang dilaksanakan.
Pada kondisi normal respon tubuh pada awal olah raga, ototnya menggunakan
energy didalam otot (ATP) dan glikogen. Ketika glikogen tersebut habis maka otot
naikkan asupannya dengan menarik glukosa dari sirkulasi darah. Kemudian proses
glikogenolisis meningkat agar mampu memacu peningkatan glikoneogenesis
sepanjang durasi latihan/olahraga meningkat. Saat olahraga kebutuhan glukosa
meningkat kemudian insulin dilepaskan untuk mentransportasikan glukosa masuk
ke dalam sel, sedangkan pada istirahat tubuh menghasilkan hormone katekolami
glukagon, kortisol, dan hormone pertumbuhan agar mampumendorong produksi
gula oleh hati. Untuk menyeimbangkan kerja insulin menyerap glukosa kedalam
sel, maka kadar gula darah kembali normal (euglikemia). Glukosa masuk ke dalam
sel melalui suatu proses, proses tersebut adalah melalui GLUT– 4 GLUT– 4
merupakan isoform utama dalam mengatur kadar otot melalui kerja insulin dan
kontraksi. insulin memberi respon dengan mengaktifkan 5 AMP
protein kinase (Adenosin Monofosfat) untuk mengaktifkan GLUT– 4 kemudian
memicu terjadinya perpindahan lokasi GLUT– 4 ke permukaan sel dan membawa
glukosa ke dalam sel.
Insulin diibaratkan sebagai sebuah kunci dan GLUT – 4 sebagai pintu. Insulin
menempel ke reseptor insulin untuk membuka pintu masuk glukosa ke dalam sel
GLUT – 4. Pada orang normal system endokrin akan meningkat bila kadar gula
darah meningkat dan menghasilkan insulin dari pancreas untuk menjaga kestabilan
gula darah. Insulin menempel di reseptor insulin pada permukaan sel, kemudian
reseptor insulin akan memberikan sinyal terhadap GLUT – 4 akan berpindah dari
dalam sel ke permukaan sel untuk memasukkan glukosa.
Proses penghantaran atau transduksi sinyal dari reseptor insulin ke wadah GLUT– 4
terbagi 3 yaitu penerimaan, transduksi dan respon. Tahap pertama penerimaan yaitu
sel mendeteksi adanya sinyal dari molekul lain dari luar sel. Tahap Transduksi
adalah saat zat kimia pembawa sinyal atau disebut ligan sudah mengikat reseptor
maka reseptor tersebut akan mengalami perubahan. Perubahan ini memulai
terjadinya proses perpindahan. Dan tahap respon sel target dapat memberi stimulasi
pada GLUT – 4 untuk berpindah ke permukaan sel dan membawa masuk glukosa.
Pada penderita DM tipe II stimulasi insulin terhadap GLUT– 4 lemah, sehingga
olahraga atau aktifitas fisik dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Senam
15
aerobic dan pembebanan meningkatkan stimulasi terhadap GLUT– 4 dan asupan
gula darah. Olah raga dapat menurunkan kadar glukosa darah melalui
meningkatnya asupan glukosa otot, sensitivitas resptor, transportasi glukosa.
Latihan meningkatkan transportasi glukosa melalui kontraksi otot. Kontraksi otot
menimbulkan kebutuhan glukosa didalam otot yang lebih lanjut melalui mekanisme
kerja insulin, dengan memberi sinyal terhadap GLUT– 4 berpindah ke permukaan
sel untuk membawa masuk glukosa, selain dengan mekanisme ini juga bisa terjadi
tanpa tergantung pada kerja insulin yaitu melalui mekanisme Ca++ selama
kontraksi otot, mekanisme ini mengeluarkan protein 5 AMP kinase yang berfungsi
sebagai aktifator untuk perpindahan GLUT– 4 ke permukaan sel. Dan olahraga juga
dapat berfungsi mirip seperti insulin tidak hanya melalui Ca++ tetap kontraksi otot
juga 5 AMP kinase, reactive Oxygen Species, NO (Nitric Oxide) untuk memberi
sinyal pada GLUT–4. Selain berperan dalam meningkatkan translokasi GLUT– 4,
terutama efek latihan meningkatkan jumlah mitokondria yang dipengaruh oleh nitrit
oksid, membuat oksidasi lemak dipemukaan sel mningkat sehingga meningkatkan
sensitivitas respon terhadap insulin. (Morrison, Colberg, Mariano, Parson, & Vinik,
2010).
16
maksimal seseorang (DNM). Oleh karena tingkat usia manusia berbeda, berarti
denyut nadi yang dimiliki juga berbeda.
Yoga sebagai salah satu bantuk latihan fisik yang efektif mengontrol kadar gula
darah. Pada DM tipe II pankreas menghasilkan insulin tetapi sedikit, kurangnya
produksi insulin membuat gula darah tidak bisa masuk kedalam sel, sehingga kadar
gula darah menjadi meningkat. Pernapasan yoga yang membuat gerakan turun-naik
perut dengan gerakan-gerakan yoga sendiri akan menekan kerja pancreas. Hal ini
membuat hormon insulin menjadi aktif dan kerusakan pankreas lambat laun di
perbaiki. Akibat positifnya, tidak terjadi peningkatan kadar gula darah. Yoga
dibutuhkan untuk membakar kelebihan glukosa di dalam tubuh. Olahraga ini juga
memacu badan untuk lebih efektif menggunakan karbohidrat. Yoga yang dilakukan
secara teratur membantu penurunan berat badan (Surya & Harlinawati, 2006).
17
2. Manfaat yoga
Menurut Hicks (2013), manfaat senam yoga adalah sebagai berikut:
a. Fleksibelitas
Pada gerakan inti merupakan salah satu bagian dari aliran yoga yang
mempunyai peran untuk melepaskan asam laktat. Sehingga dapat
menghilangkan kekakuan dan ketegangan pada anggota tubuh yang memang
ditimbulkan oleh asam laktat.
b. Kekuatan
Berbagai gaya di dalam latihan yoga yang berfungsi sebagai latihan kekuatan
yang berfungsi untuk membangun kekuatan tubuh bagian atas. Dan beberapa
gerakan yoga lainnya jika dilakukan secara benar akan menguatkan otot-otot
hamstring dan abdominal.
c. Postur
Seseorang yang melakukan yoga secara teratur akan memiliki postur tubuh
yang lebih baik, akibatnya dari adanya peningkatan fleksibilitas dan kekuatan.
d. Perbaikan sirkulasi
Pose-pose yoga akan memperbaiki sirkulasi darah kelenjar getah bening pada
seluruh tubuh serta tekanan dari abdomen terdapat diafragma yang dapat
melatih otot-otot diafragma dan jantung. Selain itu dapat meningkatkan kualitas
tidur karena terjadi proses relaksasi pada pose istirahat atai rilex sehingga pada
system saraf simpatik membuat respon relaksasi untuk masuk.
e. Mengurangi stress
Selain karena efek relaksasi, orang yang melakukan yoga kan mengalami
penurunan kadar ketokolamin yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal karna
adanya kadar ketokolamin dalam menanggapi stress. Ketokolamin merupakan
hormone yang dihasilkan saat seseorang mengalami stress.
f. Menyehatkan jantung
Efek yoga terhadap jantung adalah berupa penurunan tekanan darah
memperlambat denyut jantung. Hal ini tentu saja sangat bermanfaat pada
penderita hipertensi dan stroke.
g. Mencegah osteoporosis
18
Dengan melakukan yoga dapat membantu untuk menguatkan pada daerah
tulang lengan yang rentan terkena osteoporosis.
Pada dasarnya, yoga adalah latihan yang menggabungkan kerja fisik, teknik
pernapasan, relaksasi, serta menyelaraskan tubuh, mental, dan holistik kita. Selama
yoga, pikiran kita pun akan berhenti sejenak agar tetap fokus dan tenang untuk
melihat gambaran besar dari masalah kita sebenarnya. Ini membuat kita lebih
mampu mawas diri dan bertindak atas dasar kesadaran penuh, bukannya kepanikan
semu.
Selain itu, bila dikombinasikan dengan olahraga yang lebih keras seperti lari dan
senam aerobik, yoga dapat meningkatkan kualitas pernapasan serta membantu
19
mengurangi tekanan akibat olah fisik keras tersebut. Semua hal tersebut baik
dilakukan untuk orang yang memiliki diabetes (Novita, 2019).
BAB III
KERANGKA TEORI
A. Kerangka Teori
Diabetes melitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya (Smeltzer, 2015). Menurut Wijaya & Yessie
(2013) terjadinya diabetes mellitus memiliki beberapa penyebab seperti; obesitas,
factor usia, riwayat penyakit keluarga dan kelompok etnik. Selain itu terdapat faktor-
faktorpencetus diabetes diantaranya obesitas, kurang gerak, olah raga, makanan
berlebihan dan penyakit hormonal yang kerjanya berlawanan dengan insulin (Suryono
& Subekti, 2009).
Penanganan DM dapat dilakukan dengan lima pilar yaitu: edukasi, perencanaan makan,
aktivitas fisik, intervensi farmalogis dan pemeriksaan gula darah. Latihan fisik atau
aktivitas fisik merupakan salah satu pilar dalam mengelola DM yang berfungsi untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan untuk menjaga kebugaran tubuh (PERKENI,
2015).
Olahraga merupakan kebutuhan setiap manusia, agar kondisi fisik dan kesehatannya
tetap terjaga. Pada dasarnya semua olahraga baik untuk dilakukan oleh semua usia dan
jenis kelamin, akan tetapi jenis olahraga yang dilakukan harus sesuai dengan usia, agar
tujuan dalam melakukan gerakan olahraga tersebut dapat tercapai (Prasetyo, 2013).
Terutama bagi lansia olahraga yang di lakukan harus sesuai dengan intensitasnya,
dikarenakan lansia sudah mengalami penurunan massa otot, perubahan distribusi darah
ke otot, otot menjadi kaku dan penurunan kekuatan otot (Ambardini, 2010). Pada saat
tubuh bergerak akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang
aktif, juga terjadi reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi metabolisme,
pelepasan dan pengaturan hormonal dan susunan saraf otonom. Pada keadaan istirahat,
metabolism otot sangat sedikit sekali memakai glukosa sebagai sumber bahan bakar,
sedangkan saat olahraga, glukosa dan lemak akan dijadikan sebagai bahan bakar utama.
20
Diharapkan dengan dijadikan glukosa sebagai bahan bakar utama, kadar glukosa darah
akan menurun (Azitha et al., 2018).
Penyebab Diabetes Melitus
Aktifitas Fisik
Senam aerobic low
impact
Senam yoga
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini dengan variabel dependen adalah kadar gula darah
sedangkan variabel independennya adalah pelaksanaan kombinasi latihan fisik senam
aerobic low impact dan yoga pada pasien dengan diabtese melitus 2.
Pelaksanaan Kombinasi
latihan fisik senam aerobic Kadar Gula Darah
low impact dan yoga pada
pasien diabetes melitus 2
21
C. Hipotesis
Menurut (Notoatmodjo, 2018) hipotesis merupakan suatu asumsi atau anggapan atau
dugaan sementara yang digunakan peneliti untuk menguji tingkat kebenaran hubungan
antara variabel penelitiannya, sehingga hipotesis penelitian ini yaitu :
Ha : Ada pengaruh pelaksanaan kombinasi latihan fisik: senam aerobic low impact
dan yoga terhadap perubahan kadar gula darah pada lansia dengan diabetes
melitus DM tipe 2 di lingkup wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang
Ho : Tidak ada pengaruh pelaksanaan kombinasi latihan fisik: senam aerobic low
impact dan yoga terhadap perubahan kadar gula darah pada lansia dengan
diabetes melitus DM tipe 2 di lingkup wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experiment
Design dengan pendekatan One Group Pre Test – Post Test. Penelitian ini mengukur
pengaruh perlakuan (intervensi) sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada
kelompok intervensi (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini mengukur pengaruh
pemberian kombinasi latihan fisik: senam aerobic low impact dan yoga terhadap
penurunan kadar gula darah pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Pamulang.
K1 O1 X O2
Keterangan :
K1 = Responden
O1 = Pengukuran Pertama
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi, makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan
23
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya (Notoatmodjo, 2018). Tehnik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah non- probability sampling, yaitu
purposive sampling. Menurut Nursalam (2017) purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel sesuai yang dikehendaki peneliti.
Menurut (Suhaerah, 2014) untuk penelitian eksperimental secara sederhana dapat
dirumuskan menggunakan rumus federer berikut ini :
(t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan Rumus :
t : jumlah intervensi r : sampel/kelompok
Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel dalam penelitian ini adalah:
(t-1) (r-1) ≥ 15
(1-1) (r-1) ≥ 15
(r-1) ≥ 15
r ≥ 15+1
r ≥ 16
r = 16 orang
Hasil yang didapatkan adalah 16 orang. Maka jumlah sampel minimal yang harus
didapatkan oleh peneliti adalah 16 orang sampel yang memenuhi kriteria inklusi
dan eklusi.
Kriteria Inklusi:
a. Partisipan berumur 60 tahun keatas dengan diabetes melitus tipe 2
b. Partisipan bersedia menjadi responden
Kriteria Eksklusi:
a. Partisipan mengalami luka terbuka.
b. Partisipan mempunyai penyakit jantung.
c. Partisipan mempunyai penyakit asma
d. Partisipan dengan gangguan muskuloskeletal
24
C. Lokasi dan Waktu
Penelitian Penelitian dilakukan lingkup wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang dari
bulan September 2022 sampai dengan Desember 2022. Waktu pengumpulan data
dilakukan pada Oktober 2022 sampai dengan Desember 2022.
2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah variabel operasional yang dilakukan penelitian
berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasional ditentukan berdasarkan
parameter ukuran dalam penelitian. Definisi operasional mengungkapkan variabel
dari skala pengukuran masing-masing variabel tersebut (Donsu, 2016)
26
b. Glucometer (alat ukur untuk gula darah)
b. Prosedur Penelitian
1) Persiapan Penelitian
a) Mengurus surat perizinan dan persetujuan tempat penelitian dari
pimpinan Fakultas Keperawatan kepada Dinas Kesehatan Kota
Tanggerang Selatan dan Kepala Puskesmas Pamulang.
b) Melakukan study pendahuluan di Puskesmas Pamulang Untuk
memperoleh data yang mendukung.
c) Menentukan dan menyaring jumlah responden yang akan menjadi
responden penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
d) Penelitian ini dibantu dengan 1 orang petugas puskesmas yang akan
mengkoordinir responden dan 2 orang enumerator yang akan menjadi
fasilitator selama kegiatan senam berlangsung.
2) Pelaksanaan Penelitian
Setelah didapatkan responden sesesuai kriteria, penelitian dilaksanakan
dengan responden diberikan senam aerobic low impact dan senam yoga
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Responden sesesuai kriteria yang telah ditetapkan diberikan informed
concent sebagai kesediaan untuk menjadi responden.
b) Menyiapkan instrument dan alat penelitian
c) Dilakukan pengukuran kadar gula darah sewaktu (GDS) menggunakan
glucometer sebelum diberikan intervensi
d) Diberikan intervensi selama 3x dalam seminggu selama 2 minggu,
dimana senam aerobic low impact dan senam yoga dilakukan dengan
selang seling. Dilakukan sebanyak 3x senam aerobic low impact dan 3x
senam yoga. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 08.00
wib.
27
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Intervensi
Hari Intervensi
Durasi
Pelaksanaan Aerobic Low Impact Yoga
28
Hari I ✓
Hari II ✓
Hari III ✓
Hari IV ✓
Hari V ✓
Hari VI ✓
Pengumpulan Data
Populasi
29
Pengecekan gula darah sewaktu (post test)
Analisis Data
F. Etika Penelitian
Menurut (Notoatmodjo, 2018) masalah etika yang harus diperhatikan diantaranya:
1. Informed Consent (Format persetujuan)
Sebelum peneliti memberikan lembar persetujuan responden, peniliti lebih dahulu
menjelaskan tujuan penelitian, berapa lama penelitian berlangsung dan
keuntungan responden mengikuti penelitian ini. Kemudian lembar persetujuan
diberikan kepada responden dengan kriteria inklusi.
2. Anonymity
Peneliti hanya menggunakan inisial responden dalam lembar hasil penelitian,
untuk menjaga kerahasiaan responden. Apabila terjadi masalah dikemudian hari,
peneliti meminta nama asli, umur dan pengodean pada data absen responden.
Dimana tujuannya agar tidak tertukar antara hasil kuisioner pre dan post pada
responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti menjanjikan kerahasiaan lembar pengisian responden, disimpan dengan
baik dan tidak menyebarkan kepada orang lain.
4. Justice (Keadilan)
Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan yang mana peneliti selalu
menjelaskan prosedur penelitian dan menjamin bahwa semua subjek penelitian
mendapatkan keuntungan dan perlakuan yang sama dalam satu kelompok.
5. Honesty
Saat penelitian dilakukan , peneliti berusaha menjalin komunikasi yang baik, dan
membangun rasa saling percaya antara peneliti dan respon. Serta jujur dalam
30
pengumpulan daftar pustaka, pengumpulan data, penerapan metode dan prosedur
penelitian hingga publikasi hasil.
31
penurunan gula darah pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2. Sebelum
melakukan pengolahan data dilakukan uji normalitas data menggunakan uji
Shapiro-willk (sampel<50). Kriteria hasil uji normalitas di dapatkan data
berdistribusi normal. Selanjutnya data diolah dengan uji paired-test. Data
dikatakan bermakna apabila nilai (p)<0,05.
32
DAFTAR PUSTAKA
ADA. (2014). Recommendation: Report of the Commite on the diagnosis and clasification of
Diabetes Melitus Diabetes Care. USA.
Azhita, et al. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien
Diabetes Melitus yang Datang Ke Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit M. Djamil
Padang. Jurnal Keseatan Andalas: Di akses pada tanggal 10 November 2021
melalui http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/893
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol.
2. Jakarta: EGC.
Dahlan, Sopiyudin M. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi Kelima. Jakarta:
Salemba Medika
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 Edisi I. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Diakses pada tanggal 11 Agustus
2021
Harber, P.M., & Scoot, T. (2009). Aerobic Exercise Training Improves Whole Muscle And
Single Myofiber Size And Function In Older Woman. Journal Physical Regular Integral
Company Physical. Diakses pada 12 Oktober 2021 melalui
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3774188/
Indriyani, P. (2010). Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Pada Penderita Dm Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga. Nurse
Media: Journal of Nursing, 1(2), 89–99. https://doi.org/10.14710/nmjn.v1i2.717
Indriyani, P. (2010). Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Pada Penderita Dm Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas
Merdawati L, dkk. (2019). Pengaruh Latihan Yoga terhadap Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Fkep Unand. Diakses melalui
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/202
Mirawati, et al. (2018). Efektivitas Senam Aerobik Terhadap Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Mamajang Kota Makassar.
Mirza, M. Puguh. (2019). Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Lansia di Pukesmas I Kembaran.
Penerbit EGC.
Nuryanti, I., & Bantas, K. (2014). Prevalensi dan faktor risiko kejadian diabetes mellitus pada
wanita dewasa di indonesia. Jurnal Universitas Indonesia.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1111/j.1541-1338.2011.00508.x
34