Anda di halaman 1dari 3

NOTULEN PRESENTASI KELOMPOK 5 KEPERAWATAN JIWA

Materi : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Resiko Bunuh Diri


Moderator : Vida Wahyuni (221030122298)
Pemateri :
1. Rika Emawati (221030121953)
2. Dyah Wulan Julianti (221030122051)
Notulen : Vida Wahyuni (221030122298)

Pertanyaan :
1. Kelompok 1 (Mustiyawati 221030122714 )
“ Ada kasus mahasiswa bunuh diri karena skripsi ditolak oleh dosennya, bagaimana
tanggapa kelompok mengenai kasus tersebut? Bagaimana peran kita sebagai teman
atau perawat?”

(Di jawab oleh Denni Septiawan (221030122558) dan Rika Emawati


(221030121953))

Sebelum seseorang melakukan tindakan bunuh diri, ada beberapa tahap yang dilalui
yaitu Ancaman bunuh diri (baik verbal maupun nonverbal) dan Upaya Bunuh Diri.
Pada kasus mahasiswa sampai melakukan bunuh diri, kemungkinan terjadi setelah
tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan oleh orang sekitar, sehingga mahasiswa
yang melakukan upaya bunuh diri dari yang awalnya tidak benar-benar ingin mati
akhirnya menjadi mengakhiri hidupnya. Saat mahasiswa sudah memberikan tanda dan
gejala seperti kelelahan, rasa tidak mampu, sedih, perasaan yang sensitive, menarik
diri, sampai insomnia menetap, pada kondisi seperti ini sangat dibutuhkan dukungan
sosial dari keluarga atau temannya sebagai sumber koping mahasiswa tersebut.
Sumber koping yang kuat sangat berguna agar mahasiswa tersebut bisa merubah
koping yang destruktif menjadi koping yang konstruktif/sehat. Dukungan yang dapat
diberikan seperti : menjadi teman curhat, membantu tugas makalah semampu yang
kitab bisa, mengajak rekreasi untuk mengurangi kejenuhannya, memeberikan nasihat-
nasihat.

2. Kelompok 2 (Reni Nuraeni 221030122053)


“ Apakah tindakan keperawatan yang diberikan perawat untuk keluarga pasien agar
tidak terjadi nya RBD berulang?”
(Di jawab oleh Ahmad Mulyadi (221030122552))

Peran Tindakan perawat kepada keluarga adalah memberikan edukasi dan


mengajarkan keluarga tentang :
 Bagaimana agar keluarga dapat ikut mengawasi pasien serta jangan pemah
meninggalkan pasien sendirian
 Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien
 Menjelaskan kepada keluarga dan pentingnya mengawasi agar pasien minum
obat secara teratur.
 Keluarga agara dapat menciptakan hubungan saling percaya secara terapeutik
 Keluarga melibatkan pasien dalam kegiatan sosial dan sesekali memberikan
pujian serta mengajak kegiatan rekreasi.

3. Kelompok 3 (Titin Yuliana 221030122550)


“Bunuh diri itu ada beberapa komponen. Bagaimana cara kita menentukan pasien itu
masuk klasifikasi RBD yang mana?”
(Di jawab oleh Rika Emawati (221030121953))

Dengan cara pengkajian. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang
merencanakan kematian dengan tindakan kekerasan, mempunyai rencana spesifik,
dan mempunyai alat untuk melakukannya.
Ancaman bunuh diri : merupakan peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Contoh Verbal : mengungkapkan
bahwa ia tidak akan berada disekitar kita lebih lama lagi. Contoh nonverbal :
memberikan barang berharga sebagai hadiah, membuat wasiat.
Upaya bunuh diri : semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu
yang dapat menyebabkan menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
Bunuh diri : Tindakan mengakhiri hidup seseorang. Terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau diabaikan.

Ancaman bunuh diri menunjukan ambivalensi seseorang tentang kematian.


Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri. Orang yang melakukan upaya bunuh diri awalnya tidak benar-
benar ingin mati mukin akan mati, jika mereka tidak ditemukan tepat waktu ( Bunuh
diri ).

4. Kelompok 4 (Candra Irawan 221030121952)


Pasien RBD tidak hanya pada pasien gangguan jiwa, namun juga pada pasien tidak
gangguan jiwa. Bagaimana cara terapi konseling yang diberikan kepada pasien RBD
tanpa gangguan jiwa?”
(Di jawab oleh Devi Marita Sihotang (221030122715) dan Rika Emawati
(221030121953))

Pada rentang respon RBD, ada rentang respon dari Adaptif hingga Maladaptif.
Intervensi yang dapat dilakukan agar terhindar melakukan upaya bunuh diri adalah
membuat pasien agar tetap direntang adaptif dengan cara bina hubungan saling
percaya, memberikan dukungan sosial, memberikan keyakinan spiritual, ajak pasien
untuk berperan serta dalam aktivitas yang disukai, bantu pasien mengenal mekanisme
koping yang tidak sehat, bantu agar pasien patuh dengan pengobatan medisnya
( untuk pasien dengan penyakit kronik/ terminal), Sehingga pasien dapat menciptakan
koping yang konstruktif atau sehat.

5. Sholeh 221030121954
“ Mengapa angka RBD tinggi pada laki-laki dibandingkan wanita?”
(Di jawab oleh Rika Emawati (221030121953))
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian RBD pada laki-laki
yaitu:
 Laki-laki sebagai pencari nafkah dan tulang punggung keluarga : kehilangan
pekerjaan atau beban kerja yang sangat tinggi menjadi etiologi RBD
 Laki-laki tidak bisa mengungkapkan perasaannya saat ada masalah, jarang
ditemui laki-laki menangis, dan saat curhat dianggap laki-laki lemah
 Ego laki-laki lebih kuat, saat mengalami kegagalan, laki-laki lebih terpuruk
dibanding perempuan.
 Banyak aktifitas fisik beresiko kematian yang dilakukan oleh laki-laki misal :
tawuran, mengebut, merokok, tindakan criminal, aktivitas rekreasi beresiko
tinggi

6. Deppy Putri Zagoto 221030122715


“ Bagaimana cara kita menangani masalah RBD pada masyarakat yang masih tabu
akan berobat ke psikiatri?”

(Di jawab oleh Rika Emawati (221030121953))

Disini sangatlah penting peranan fasyankes pertama seperti Puskesmas. Ada fungsi
promotive dan preventif pada Puskesmas, masyarakat dilakukan screening kejiwaan
melalui tes SRQ 20 untuk mencari seseorang yang mengalami gangguan emosional.
Apabila ditemukan pasien yang beresiko tinggi melakukan RBD, selanjutnya
diberikan konseling dan merujuk ke psikiater. Pasein diberikan pemahaman bahwa
RBD bukanlah gila tetapi perlu bantuan penanganan serius oleh ahlinya. Meyakinkan
bahwa kerahasian data pasien sangatlah terjaga. Untuk RBD yang disebabkan oleh
Halusinasi, perlu penatalaksanaan medis oleh psikiater untuk pengobatannya.

Anda mungkin juga menyukai