Pertanyaan :
1. Kelompok 1 (Mustiyawati 221030122714 )
“ Ada kasus mahasiswa bunuh diri karena skripsi ditolak oleh dosennya, bagaimana
tanggapa kelompok mengenai kasus tersebut? Bagaimana peran kita sebagai teman
atau perawat?”
Sebelum seseorang melakukan tindakan bunuh diri, ada beberapa tahap yang dilalui
yaitu Ancaman bunuh diri (baik verbal maupun nonverbal) dan Upaya Bunuh Diri.
Pada kasus mahasiswa sampai melakukan bunuh diri, kemungkinan terjadi setelah
tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan oleh orang sekitar, sehingga mahasiswa
yang melakukan upaya bunuh diri dari yang awalnya tidak benar-benar ingin mati
akhirnya menjadi mengakhiri hidupnya. Saat mahasiswa sudah memberikan tanda dan
gejala seperti kelelahan, rasa tidak mampu, sedih, perasaan yang sensitive, menarik
diri, sampai insomnia menetap, pada kondisi seperti ini sangat dibutuhkan dukungan
sosial dari keluarga atau temannya sebagai sumber koping mahasiswa tersebut.
Sumber koping yang kuat sangat berguna agar mahasiswa tersebut bisa merubah
koping yang destruktif menjadi koping yang konstruktif/sehat. Dukungan yang dapat
diberikan seperti : menjadi teman curhat, membantu tugas makalah semampu yang
kitab bisa, mengajak rekreasi untuk mengurangi kejenuhannya, memeberikan nasihat-
nasihat.
Dengan cara pengkajian. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang
merencanakan kematian dengan tindakan kekerasan, mempunyai rencana spesifik,
dan mempunyai alat untuk melakukannya.
Ancaman bunuh diri : merupakan peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Contoh Verbal : mengungkapkan
bahwa ia tidak akan berada disekitar kita lebih lama lagi. Contoh nonverbal :
memberikan barang berharga sebagai hadiah, membuat wasiat.
Upaya bunuh diri : semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu
yang dapat menyebabkan menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
Bunuh diri : Tindakan mengakhiri hidup seseorang. Terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau diabaikan.
Pada rentang respon RBD, ada rentang respon dari Adaptif hingga Maladaptif.
Intervensi yang dapat dilakukan agar terhindar melakukan upaya bunuh diri adalah
membuat pasien agar tetap direntang adaptif dengan cara bina hubungan saling
percaya, memberikan dukungan sosial, memberikan keyakinan spiritual, ajak pasien
untuk berperan serta dalam aktivitas yang disukai, bantu pasien mengenal mekanisme
koping yang tidak sehat, bantu agar pasien patuh dengan pengobatan medisnya
( untuk pasien dengan penyakit kronik/ terminal), Sehingga pasien dapat menciptakan
koping yang konstruktif atau sehat.
5. Sholeh 221030121954
“ Mengapa angka RBD tinggi pada laki-laki dibandingkan wanita?”
(Di jawab oleh Rika Emawati (221030121953))
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian RBD pada laki-laki
yaitu:
Laki-laki sebagai pencari nafkah dan tulang punggung keluarga : kehilangan
pekerjaan atau beban kerja yang sangat tinggi menjadi etiologi RBD
Laki-laki tidak bisa mengungkapkan perasaannya saat ada masalah, jarang
ditemui laki-laki menangis, dan saat curhat dianggap laki-laki lemah
Ego laki-laki lebih kuat, saat mengalami kegagalan, laki-laki lebih terpuruk
dibanding perempuan.
Banyak aktifitas fisik beresiko kematian yang dilakukan oleh laki-laki misal :
tawuran, mengebut, merokok, tindakan criminal, aktivitas rekreasi beresiko
tinggi
Disini sangatlah penting peranan fasyankes pertama seperti Puskesmas. Ada fungsi
promotive dan preventif pada Puskesmas, masyarakat dilakukan screening kejiwaan
melalui tes SRQ 20 untuk mencari seseorang yang mengalami gangguan emosional.
Apabila ditemukan pasien yang beresiko tinggi melakukan RBD, selanjutnya
diberikan konseling dan merujuk ke psikiater. Pasein diberikan pemahaman bahwa
RBD bukanlah gila tetapi perlu bantuan penanganan serius oleh ahlinya. Meyakinkan
bahwa kerahasian data pasien sangatlah terjaga. Untuk RBD yang disebabkan oleh
Halusinasi, perlu penatalaksanaan medis oleh psikiater untuk pengobatannya.