Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

TENTAMEN SUICIDE

Disususn oleh kelompok 4


Desi Purnama Sari

Encan Reazsari Anisya

Erna Nabila Agustina

Hulfa Rangkas Bastian

Gala Gita Putri Kartini

Intan Permata Sari

Ibnu Jamaludin

Iswan

KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEHNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU

TAHUN AJARAN 2021/2022


KONSEP DASAR TENTAMEN SUICIDE

A. Definisi TENTAMEN SUICIDE

- Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I
Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).

- Bunuh diri adlah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi
Anna kelihat, 1991).

- Perlaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian
(Gail Wiscara Stuart, dan Sand epada kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra J. Sundeen, 1998).

B. Pasien bunuh diri dibagi dua:

- Egoalien: keinginan bunuh diri terasa aneh dan kurang apda tempatnya.

- Egosintonik: keinginan tersebut sudah sesuai dengan dirinya.

C. Perilaku desktruktif diri tak langsung meliputi perilaku berikut perilaku berikut

1. Merokok

2. Mengebut

3. berjudi

4. Tindakan kriminal

5. Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi m tindakan rekreasi beresiko tinggi

6. Penyalahgunaan zat

7. Perilaku yang menyimpang secara sosial

8. Perilaku yang menimbulkan stress

9. Gangguan makan

10. Ketidakpatuhan pada tindakan medik

D. Rentang Respon Protektif Diri

Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai diri sebagai respon paling respon
paling adaptif. Sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri dan bunuh diri merupakan respon
maladaptive. 12.1 menggambarkan rentang peningkatan diri sampai perilaku desktutif diri.

RENTANG RESPONS PROTEKTIF DIRI:

Respon adaptif Respon maldaptif


E. Skema Penatalaksanaan Percobaan Bunuh Diri (PBD)

F. Perilaku bunuh diri Biasanya dibagi menjadi tiga kategori

1. Ancaman bunuh diri

Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang
tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi
atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya
dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir.
Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat
ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2. Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah kematian
jika tidak dicegah.

3. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau tan terlewatkan atau diabaikan.
diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui t iketahui tepat pada waktunya. epat pada waktunya.

G. Faktor-faktor yang resiko bunuh diri

 Psikososial dan klinik


 Keputusasaan
 Ras kulit putih
 Jenis kelamin laki-laki
 Usia lebih tua
 Hidup sendiri
 Riwayat
 Pernah mencoba bunuh diri
 Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri
 Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat
 Diagnostik
 Penyakit medik umum
 Psikosis
 Penyalahgunaan zat

H. Patofisiologi TENTAMEN SUICIDE

Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respons individu terhadap stressor,
tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta tingkat stress yang dialami, individu yang sehat
senantiasa berespons secara adaptif dan jika gagal ia berespon secara maladaptive dengan menggunakan
koping bunuh diri. Rentang harapan-putus harapan merupakan rentang Rentang harapan-putus harapan
merupakan rentang adaptif-maladaptif. ptif-maladaptif. Respon adaptif
 Harapan
 Yakin
 Percaya
 Inspirasi
 Tetap hati Respons maladaptive
 Putus harapan
 Tidak berdaya
 Putus asa
 Apatis
 Gagal dan kehilangan  Ragu-ragu
 Sedih
 Depresi
 Bunuh diri
 Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis

Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak
mampu, seolah-olah koping yang biasa bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Harga diri rendah, apatis dan
tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.

 Kehilangan, ragu-ragu

Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis a n tidak realistis akan merasa kan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya t gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. idak
tercapai. Demikian pula jika individu Demikian pula jika individu kehilangan sesuatu yang sudah dimiliki
misalnya kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan. Individu akan merasa gagal,
kecewa, rendah kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri.

 Depresi

Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri.
Banyak teori yang menjelaskan tentang depresi, dan semua sepakat keadaan depresi merupakan indikasi
terjadinya bunuh diri. Individu berpikir tentang bunuh diri pada waktu depresi berat, namun tidak
mempunyai tenaga untuk melakukannya. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu keluar dari
keadaan depresi berat.

 Bunuh diri

Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk menagkhiri kehidupan, keadaan ini
didahului oleh respons maladaptive yang telah disebutkan sebelumnya. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Asuhan Keperawatan TENTAMEN SUICIDE

1. Faktor-faktor dalam pengkajian pasien destruktif diri

Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan
Tindakan persiapan metode yang dibutuhkan, mengatur rencana, membicarakan tentang bunuh diri,
memberikan milik berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri. Penggunaan cara kekerasan atau
obat/racun yang lebih mematikan pemahamanletalitas dari metode yang dipilih. Kewaspadaan yang
dilakukan agar tidak diketahui

Petunjuk gejala

 Keputusasaan
 Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga alam perasaan
 depresi
 Agitasi dan gelisah
 Insomnia yang menetap Penurunan berat badan
 Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial

Penyakit psikratrik

 Upaya bunuh diri sebelumnya


 Kelainan afektif
 Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat
 Kelainan tindakan dan depresi pada remaja
 Demensia diri dan status kekacauan mental pada lansia
 Kombinasi dari kondisi diatas

Riwayat ps - Riwayat psikososial ikososial

 Baru berpisah bercerai, atau kehilangan


 Hidup sendiri
 Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami stress
 kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah
 sekolah, ancaman terhadap sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin). krisis disiplin).
 Penyakit medik kronik
 Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat

Faktor-faktor kepribadian

 Impulsif, agresif, rasa bermusuhan


 Kekakuan kognitif dan negatif
 Keputuasaan
 Harga diri rendah
 Batasan atau gangguan kepribadian antisocial
Riwayat keluarga

 Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri


 Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme atau keduanya. keduanya.

2. Diagnosa Medik Terkait

Perilaku bunuh diri tidak secara terpisah diidentifikasi sebagai kategori diagnostik, oleh karena itu
diagnosa medik dimana tipe perilaku ini disebutkan sebagaimana mungkin dimasukkan kedalam bagian
ini.

Diagnosa keperawatan NANDA yang berhubungan dengan respons

perlindungan diri:

 Kerusakan penyesuaian diri


 Ansietas
 Gangguan citra tubuh
 Koping komunitas tidak afektif
 Koping keluarga tidak afektif: melemah
 Koping tidak efektif
 Menyangkal infektif
 Resiko kekurangan volume cairan
 Resiko untuk kesepian
 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
 Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
 Gangguan harga diri
 Resiko untuk mutilasi diri
 Distress spiritual Resiko untuk kekerasan terhadap diri

Dari North American Dari North American Nursing diagnosis association Nursing diagnosis
association, VANDA , VANDA diagnosis diagnosis keperawatan Nanda definisi dan klasifikasi 2001-
2002 diterjemahkan oleh: mahasiswa PSIK ± B FK UGM Angkatan 2002. Cook dan Fontaine (1987)

Menerangkan penyebab bunuh diri masing-masing dengan umur:

Penyebab bunuh diri pada anak

1) Pelarian dari penganiayaan atau aan atau pemerkosaan

2) Situasi keluarga yang kacau

3) Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik

4) Gagal sekolah

5) Takut atau dihinda di sekolah


6) Kehilangan orang yang dicintai

7) Dihukum orang lain

Penyebab bunuh diri pada remaja

1) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna

2) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal an hubungan interpersonal

3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan

4) Perasaan tidak dimengerti orang lain

5) Kehilangan orang yang dicintai

6) Keadaan fisik

7) Masalah orang tua

8) Masalah seksual

9) Depresi

Penyebab bunuh diri pada mahasiswa

1) Self ideal terlalu tinggi

2) Cemas akan tugas akademik yang banyak

3) Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua.

4) Kompetisis untuk sukses

Penyebab bunuh diri pada usia lanjut

1) Perubahan status dari mandiri ke tergantung

2) Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi

3) Perasaan tidak berarti di masyarakat.

4) Kesepian dan isolasi social

5) Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, ekerjaan, kesehatan, pasangan) pasangan)

6) Sumber hidup berkurang.

Sumber: Hendlin 1982, Dikutip oleh Cook dan Fontaine 1987, hal 518.
Pernyataan yang salah tentang bunuh diri (mitos)

Banyak pernyataan yang salah tentang bunuh diri yang harus diketahui perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan tingkah laku bunuh diri.

1) Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu dianggap serius.
Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.

2) Bunuh diri tidak memberi tanda, delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal atau perilaku
sebelum melakukan percobaan bunuh diri.

3) Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada klien hal yang paling penting dalam perencanaan
keperawatan adalah pengkajian yang akurat g akurat tentang rencana tentang rencana bunuh diri klien.

4) Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan tidak ada data dan hasil riset yang membantu pendapat ini
karena pola perilaku bunuh diri bersifat individual.

SIRS (Suicidal Intention Rating scale)

Skor O : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang

Skor 1 : ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri

Skor 2 : memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri

Skor 3 : mengancam bunuh diri, misalnya ³Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri´.

Skor 4 : aktif mencoba bunuh diri

INTOKSIKASI

A. Intoksikasi diberi batasan sebagai perilaku mual adaptif seperti memberontak, daya pertimbangan yang
terganggu, atau fungsi sosial dan kerja yang terganggu, yang terkait dengan penggunaan zat

- Rentang respon kimiawi

Walaupun terdapat suatu rentang dari penggunaan obat biasa atau alcohol sampai pada penggunaan
berlebihan dan penyalahgunaan serta ketergantungan, tetapi tidak semua orang yang menggunakan zat
akan menjadi penyalahguna atau tiap penyalahgunaan zat akan menjadi tergantung. Penyalahgunaan zat
merujuk pada penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah.
Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi
umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan sering digunakan
seolah-olah keduanya sama. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi
berarti bahwa memerlukan peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala
putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan zat.

- Penyalahgunaan zat termasuk alcohol, opium obat dengan resep, psikotomimetiks, kokain, mariyuana.
Masalah serius dan yang terus berkembang dalam penyalahgunaan zat adalah peningkatan penggunaan
lebih dari satu jenis zat secara serentak atau zat secara serentak atau berurutan. berurutan.
- Individu akan - Individu akan mengalam mengalami keadaan relaksasi, euphoria, stimulasi, keadaan
relaksasi, euphoria, stimulasi, atau peruba atau perubahan kesadaran dengan berbagai cara:

 Rentang Respons Koping Kimiawi


 Respons Adaptif Respons Maladaptif

B. Gambaran Klinis

Suatu sindrom yang secara khas terkait dengan penggunaan zat dapat diamati pada beberapa
pasien yang akan membantu untuk penegakan diagnosis, lihat tabel B. 87-1 sebagai kriteria 87-1 sebagai
kriteria diagnos diagnostik untuk tik untuk intoksikasi intoksikasi B.87-1 Kriteria diagnostik intoksikasi

a. Timbul sindrom yang khas akibat zat karena penggunaan yang baru saja dari zat psikoaktif (catatan:
lebih dari satu macam zat dapat menimbulkan sindrom yang serupa)

b. Perilaku yang meladaptif saat siaga karena pengaruh zat pada SSP (Contoh: sukar diatur, daya
mempertimbangkan yang terganggu, gangguan fungsi social dan akupasion kupasional).

c. Gambaran klinisnya tidak sesuai dengan salah satu dari sindrom mental organik seperti delirium,
sindrom waham organik, halusinosis organik, sindrom afektif organik, atau sindrom cemas organik
Tabel dari DSM II-R, Diagnostik and Stastical Manual of Mental Disorder, edisi

C. Pedoman Wawancara dan Psikoterapi

Status mental dari pasien dengan intoksikasi berubah dengan dibersihkannya zat dari tubuh.
Tetapi pasien yang secara potensial, berbahaya membutuhkan evaluasi segera walau mereka akan berubah
sekali beberapa jam kemudian. Selalu menduga juga bahwa pasien mengecilkan jumlah yang digunakan,
frekuensi dan lama penyalahgunaann penyalahgunaannya. Selalu menenangkan pasien dan berikan kesan
padanya bahwa segala sesuatu dapat diatasi dengan baik dan semua dapat dibatasi, paling tidak untuk
sementara atas pemakaian alcohol atau obat lain. Selalu mempertimbangkan adanya penyakit medik dari
intoksikasi akut atau kronik (Contoh: depresi pusat napas, setelah penggunaan apioda, barbiturat,
hipnotika-sedatif dan kejang serta disritmia jantung setelah penggunaan kokain).

D. Penyalahgunaan zat menunjukkan kegagalan upaya mengatasi masalah.

Mekanisme koping yang lebih sehat dan perilaku adaptif lain mungkin tidak adekuat atau tidak
dikembangkan. Mekanisme pertahanan ego yang khas digunakan oleh penyalahgunaan zat meliputi:

1. Penyangkalan (denial) terhadap masalah

2. Rasionalisas

3. Memprojeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya.

4. Mengurangi jumlah alcohol atau obat yang digunakan.


E. Klasifikasi zat yang banyak disalahgunakan

 Depresan SPP Stimulan SSP Halusinogen Kanobinoid lusinogen Kanobinoid


 Alkohol
 Bir, Anggur, dan liquor
 Barbiturat
 Pentobarbital (Nembutal), sekobarbital (seconal) dan amobarbital (Amytal)
 Sedatif/Hipnotik Sedatif/Hipnotik nonbarbitu nonbarbiturat
 Meaqualon (qualude), Erklovinol (placidly)
 Glutetimid (doriden) dan kloral hidrat (nocted)
 Ansiolitik
 Diazepan (valium) klordiazepoksid (lirbrium) oksazepam (serax) alprazolam
 (Xonax) dan lorazepam (ativan)
 Inhalan
 Pelarut hidrokarbon (misl: dalam bensin, lem, pengencer cat, cairan pembersih)
 Aerosol propelan (mis: dalam kaleng semprot, gas anestetik (mis: klorofom, nitro
 oksida)
 Opioid (Analgesik narkotik)
 Heroin, opium
 Morfin dan derivatnya (MS contin, roxanol)
 Kodein
 Oskikodon (Mis: dalam percodan)
 Sintetis
 Nemperidin (demierol) metadon (Dolaphine), Propoksifen (Darvoni dan
 Dentazosin (talwin) Amfetamin
 Dekstroamfetamin
 (Dexedrine)
 Metamfetamin (Desoxyn)
 Amfetamin sulfat
 (Benzedrine
 Stimulan non amfetamin
 Metilfenidat (Ritalin)
 Pemolin (cylert)
 Fenmetrazin (preludin)
 Kokain (Crack, coke)
 Nikotin
 Sigaret
 Tembakau kunyah dan tembakau pipa Tembakau hirup
 Kafein
 Kopi kola
 Teh
 Meskain (dalam penyote) kaktus
 Asam lisergis
 Fensiklidin (PCP
 Lain-lain
 STP, MOMA (Varian STP, MOMA (Varian Amfetamin) Kanabis (mariyana) Has Amfetamin)
Kanabis (mariyana) Hashish (hash) hish (hash)
 Pronabinol (Marinol)

F. Statistik Terpilih

1. Alkohol adalah zat yang paling banyak disalahgunakan di Amerika Serikat, dengan insidensi 13,8%, di
luar prevelensi sfumur hidup 10% sampai 16%. Alcohol mendapat peringkat ketiga sebagai masalah
kesehatan utama di Amerika Serikat bila dikaitkan dengan morbiditas.

2. Gender

Penyalahgunaan zat terjadi 2 sampai 3 kali lebih banyak pada pria disbanding wanita. Tetapi, wanita yang
mengalami penyalahgunaan zat lebih banyak menderita penyakit virulen dengan konsekuensi fisiologis
dan psikologis yang lebih mematikan (Brandley, dkk, 1998).

3. Kelompok resiko tinggi.

Kelompok yang angka penyalahgunaannya tinggi antara lain pengangguran, individu berusia 18 sampai
25 tahun, dan berprofesi di bidang medis (30 sampai 100 kali lebih tinggi dibanding).

4. Risiko bunuh diri

Individu dengan penyalahgunaan zat berisiko bunuh diri 20 kali lebih tinggi dibanding mereka yang tidak
menyalahgunakan alkohol.

5. Kokain crack

Kokain crack terus mendominasi masalah obat illegal di Amerika Serikat (Nida, 1999).

G. Wanita dan P G. Wanita dan Penyalah gunaan Zat

Penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko tertentu banyak terjadi pada wanita yang menjadi
penyalahgunaan zat (Mynatt, 1996). Antara lain:

1. Tumbuh di lingkungan keluarga yang kacau

2. Menjadi korban di masa kanak-kanak (mis, penganiayaan)

3. Mengalami penurunan harga diri

H. Sifat Kepribadian Umum

Diidentifikasi sebagai hal yang berkaitan dengan penyalahgunaan zat. Terdapat kontraversi tentang mana
yang terjadi kontraversi tentang mana yang terjadi lebih dulu, s lebih dulu, sifat ataukah penyalahgunaan.

1. Perilaku dominan dan kritis terhadap orang lain (yang menyamarkan keraguan
diri dan kepasifan).

2. Ketidakamanan pribadi dan penurunan harga diri

3. Sikap memberontak terhadap wewenang 4. Sulit membina hubungan intim dan kecenderungan ke arah
narsisma.

Pengkajian individu yang diketahui mengalami penyalahgunaan zat

1. Identifikasi gejala intoksikasi akut

2. Lakukan pengkajian fisik umum untuk menentukan status kesehatan dan tandatanda masalah fisik yang
berkaitan dengan penyalahgunaan zat.

3. Kaji klien untuk adanya respon emosi tipikal yang berkaitan dengan

penyalahgunaan zat:

a. Perasaan ansietas, marah, bersalah, malu, kecewa dan depresi.

b. Penggunaan mekanisme defensif umum, termasuk penyangkalan (tentang masalah penyalahgunaan zat)
rasionalisasi penggunaan dan proyeksi kesalahan. Diagnosis Keperawatan NANDA yang berhubungan
dengan respon kimiawi

 Alkoholisme, perubahan proses keluarga


 Ansietas
 Komunikasi Komunikasi, kerusakan terganggu kerusakan terganggu
 Kekacuan mental akut
 Koping individu enefektif
 Proses keluarga perubahan
 Ketakutan
 Berduka, disfungsional
 Pertumbuhan dan perkembangan, perubahan
 Keputusasaan
 Infeksi, resiko terhadap
 Cedera, resiko terhadap Cedera, resiko terhadap ketidakpatuhan ketidakpatuhan
 Ketidakpatuhan
 Nutrisi perubahan
 Nyeri
 Peran orang tua, perubahan
 Ketidakberdayaan
 Defisit perawatan diri
 Perubahan sensori/persepsi (uraikan)
 Disfungsi seksual
 Gangguan pola tidur
 Isolasi sosial
 Distres spiritual
 Proses pikir, perubahan
 Amuk, resiko terhadap

Dari North American Nursing diagnosis Association: NANDA Nursing Diagnosis: definisitions and
classification 1995-1996, Philadelphia, 1994, t 96, Philadelphia, 1994, the association.

Diagnosa keperawatan primer untuk respons kimiawi

Pengelolaan

1. Catat tanda vital pasien

2. Beri tanda lain dari intoksikasi, termasuk ataksia, disartria, nistagmus perubahan pupil, depresi SSP
perubahan pupil, depresi SSP dan agitasi. dan agitasi.

3. Pikirkan tentang kemungkinan overdosis, selalu menduga bahwa perkiraan enduga bahwa perkiraan
jumlah obat yang dimakan t jumlah obat yang dimakan terlalu dikecilkan. Juga erlalu dikecilkan. Juga
pikirkan kemungkinan pikirkan kemungkinan intoksikasi dan overdosis zat multipel.

4. Evalusi dan obati masalah medik klien

5. Berikan kesempatan agar zat itu terkuras dari tubuh pasien dan reevaluasi saat pasien tidak lagi
intoksikasi pasien dengan intoksikasi zat multiple dengan beraneka daya kerja far beraneka daya kerja
farmakokine makokinetik mungkin setelah t tik mungkin setelah terkurasny erkurasnya satu zat (seperti
zat (seperti alkohol) masih terdapat konsentrasi lain (seperti barbiturat) yang meningkat.

Evaluasi

Evaluasi pengobatan penggunaan zat dilandasi atas pencapaian hasil yang diharapkan. Estes, smith di
Julio, da diharapkan. Estes, smith di Julio, dan Heinemann tel n Heinemann telah mengidentifik ah
mengidentifikasi kriteria asi kriteria evaluasi untuk penanganan terhadap alkoholik. Kriteria ini ria ini
diterapkan bagi diterapkan bagi

pemakai obat lain:

1. Apakah pasien telah mengalami kemajuan yang berarti untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan?

2. Dapatkah pasien berkomunikasi seperti biasa tanpa perlu membela diri?

3. Apakah pasien mampu bereaksi dengan tepat, mengatasi tuntutan kehidupan

sehari-hari tanpa menggunakan obat.

4. Apakah pasien terlibat secara aktif pada berbaga berbagai kegiatan, menggunakan i kegiatan,
menggunak sumber kegiatan sosial eksternal?
5. Apakah pasien menggunakan sumber internal secara konsisten agar dapat produktif di tempat bekerja
dan terlibat dalam hubungan interpersonal yang berarti.

NYERI

Rasa nyeri adalah suatu gejala kompleks yang terdiri dari sensasi yang tidak menyenangkan yang
disebabkan oleh kemungkinan penyakit fisik dan suatu keadaan emosional yang menyertainya. Nyeri
kronis adalah rasa nyeri menetap lebih dari enam bulan.

GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS

Rasa nyeri adalah pengalaman subyektif yang tidak dapat diukur secara obyektif dan sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor selain dari derajat penyakit atau cedera fisik. Faktor-faktor tersebut adalah
k fisik. Faktor-faktor tersebut adalah keadaan psikol eadaan psikologis pasien, ada ogis pasien, adanya
depresi, nya depresi, kecemasan, atau gangguan psikotik; reaksi yang didapatkan dari keluarga, petugas
kesehatan, dan pekereja, serta lingkungan pasien lainnya; stresor; dan tingkat pengalihan perhatian
(distraction) dari stimuli lainnya. Rasa nyeri terjadi secara simultan sebagai gejala stres dan simultan
sebagai gejala stres dan suatu pertahanan suatu pertahanan terhadap stres. terhadap stres. Klasifikasi
fisiologis nyeri diberikan dalam Tab Klasifikasi fisiologis nyeri diberikan dalam Tabel 107-1.
Membedakan nyeri somatik dari nyeri psikogenik Membedakan nyeri somatik dari nyeri psikogenik
seringkali sulit (Tabel 107-2). ngkali sulit (Tabel 107-2).

Nyeri somatik adalah bervariasi Nyeri somatik adalah bervariasi menurut berjalannya waktu,
stres situasional, berjalannya waktu, stres situasional, keadaan emosi pasien, dan pemakaian analgesik.
Nyeri yang konstan yang tidak dipengaruhi oleh hal apapun seringkali merupakan nyeri psikogenik.
Presentasi yang tiba-tiba dan dramatik menyatakan gangguan kepribadian histrionik dan ambang. Jika
perjalanan nyeri pararel dengan depresi, psikosis, atau kecemasan, diagnosis psikiatrik tersebut harus
dibuat dan kea diagnosis psikiatrik tersebut harus dibuat dan keadaan tersebut diobati. Jika aan tersebut
diobati. Jika sedang terjadi perkara pengadilan, penilaian yang sedang terjadi perkara pengadilan,
penilaian yang dapat dipercaya mengenai apat dipercaya mengenai berapa besar nyeri yang somatik dan
berapa besar psikogenik tidak dimungkinkan didapatkan. Berpura-pura, gangguan buatan, dan perilaku
mencari obat (drugseeking) pada penyalahgunaan zat harus selalu disingkirkan. Tabel 107-1 Klasifikasi
Fisiologis dari Nyeri

Jenis Subtipe Contoh Komentar

 Nosiseptif Somatik
 Visceral Metastasis
 Obstruksi intestinal Disebabkan oleh aktivasi serabut peka nyeri; biasanya nyeri eka nyeri;
biasanya nyeri
 atau menekan.
 Deaferentasi Perifer
 Sentral
 Somatik
 Visceral Kausalgia
 Nyeri talamik
 Kausalgia

Nyeri perifer pada paraplegik

Nyeri pascaherpetik Disebabkan oleh interupsi jalur aferen. Patofisiologi belum diketahui dan
sebagian besar Patofisiologi belum diketahui dan sebagian besar sindroma kemungkinan ndroma
kemungkinan melibatkan perubahan sistem saraf perifer dan pusat. Sympathetic-dependent Nonsymp
Nonsympathetic-dependent Phantom athetic-dependent Phantom pain Biasanya disestetik, pain Biasanya
disestetik, seringkali seringkali membakar dan menusuk Psikogenik Gangguan somatisasi

Nyeri psikogenik

 Diagnosis nyeri spesifik, dengan kontribusi organik Low back pain


 Nyeri fasial atipikal
 Nyeri kepala kronis Tidak termasuk gangguan buatan yaitu berpura-pura dan
 sindrom sindroma Munshausen Munshausen

PEDOMAN WAWANCARA DAN PSIKOTERAPI

Periksalah efek yang telah disebabkan oleh nyeri terhadap pasien danlingkungan pasien. Apakah
anggota keluarga berespon dengan meningkatkan perawatan dan pengasuhannya? Apakah dokter yang
pertama berespon dengan memperkuat usaha untuk mendiagnosis gangguan medis yang tidak
diidentifikasi? Apakah proses pengadilan tergantung dari disabilitas pasien? Apakah pasien memerlukan
rasa nyeri untuk mendapatkan perawatan kesehatan? rasa nyeri untuk mendapatkan perawatan kesehatan?
Apakah pemberian analgesik pakah pemberian analgesik tergantung pada pembuktian pasien bahwa
nyeri memang ada, jadi menyebabkan pertentangan antara pasien dan staf pertentangan antara pasien dan
staf perawat?. perawat?. Terlepas dari kualitas keluhan, anggaplah bahwa terdapat penyebab somatisk dan
lakukan pemeriksaan medis. Jika nyeri tampaknya psikogenik, bantulah pasien untuk menyerahkan
tanggung jawab pada dokter untuk menemukan penyebab rasa nyerinya. Bantulah pasien untuk
mengambil tanggung jawab untuk mengatasi nyeri melalui rehabilitasi. Pasien dengan rasa nyeri adalah
peka terhadap tiap kesan bahwa nyeri sebagai hal yang nyata dan lakukan strategi untuk mengatasi stres
yang disebabkan oleh nyeri.Tabel 107-2 Karakateristik Nyeri Somatik dan Psikogenik

Nyeri somatik

Stimulus nosiseptif biasanya jelas Biasanya terlokalisir baik : nyeri visceral mungkin dialihkan Mirip
dengan nyeri somoatik lainnya pada pengalaman pasien Dihilangkan oleh anti-inflamasi atau a
Dihilangkan oleh anti-inflamasi atau analgesik nark nalgesik narkotik

Nyeri neuropati

Tidak terdapat stimulus noseseptif yang jelas Biasanya sulit dilokalisasi Tidak umum, tidak sama dengan
nyeri somatik Hanya dihilangkan sebagian oleh analgesik narkotik
PEMERIKSANAAN DAN PENATALAKSANAAN

1. Dilakukan pemeriksaan medis yang lengkap

2. Dapatkan riwayat nyeri yang terinci, termasuk frekuensi dan lama episode nyeri

yang terakhir dan faktor yang memperberat atau menghilangkan nyeri.

3. Lakukan pemeriksaan status mental yang lengkap, dan dapatkan riwayat psiatrik. Periksalah pasien
untuk adanya gejala depresi, gangguan kecemasan, gangguan psikotik, gangguan kepribadian, berpura-
pura, dan perilaku mencari obat. Periksalah pasien untuk kemungkinan bunuh diri, karena nyeri
kronismeningkatkan resiko bunuh diri.

4. Jika penyebab medis dan psikiatrik telah disingkirkan, gantilah menjadi pendekatan rehabilitatif.
Mulailah dengan pendekatan rehabilitatif. Mulailah dengan mendisku mendiskusikan substrat
neurofisiologis sikan substrat neurofisiologisdari nyeri, dan jelaskan bagaimanan faktor tersebut dapat
menyebabkan stres, mempengaruhi perilaku, dan menyebabkan gangguan fungsi.

5. Program nyeri kronis biasanya paling baik diterapkan untuk mengobari pasien dengan nyeri kronis;
mereka memberikan pengobatan medis dan psikiatrik, terapi individual, terapi kelompok, dan program
rehabilitasi. Rujukan si. Rujukan ke program nyeri ke program nyeri kronis akan mengurangi rasa frustasi
dokter yang mengobati dan menurunkan konflik langsung dengan pasien.

6. Terapi kognitif seringkali bermanfaat. Pepatah lama menyatakan, Jika anda berpikir mengenai rasa
nyeri anda sepanjang waktu anda akan membuatnya menjadi lebih buruk.´ Pendekatan kognitif menjadi
lebih buruk.´ Pendekatan kognitif mempelrua mempelruas konsep tersebut. Gunakan s konsep tersebut.
Gunakan relaksasi, visual imagery, dan teknik lain untuk mengalihkan perhatian pasienm dari rasa nyeri.

7. Psikoterapi individual dipersulit oleh banyaknya hambatan tetapi mungkin berguna pada beberapa
pasien. Pendekatan suportif jangka pendek yang pendek yang berorientasi masalah (problem-oriented)
harus bertujuan meningkatkan kekuatan ego pasien dan menghindari konflik serta kecemasan.

8. Terapi keluarga seringkali 8. Terapi keluarga seringkali membantu membantu. Keluarga . Keluarga
hampir selalu memainkan hampir selalu memainkan peran penting dalam membentuk perilaku pasien.
Terapi keluarga harus ditujukan untuk mengubah pola respon untuk memperkuat perilaku yang positif
dan menghilangk menghilangkan perilaku negatif. perilaku negatif. 9. Terapi kelompok adalah membantu
dan menempatkan tanggung jawab pada pasien untuk penatalaksanaan rasa nyerinya. Tetapi, hindari
menciptakan situasi di mana anggota kelompok bersaing untuk melihat siapa yang dapat lebih sakit atau
mempelajari perilaku peranan sakit (sick-role behavior) dari ior) dari satu sama lain. satu sama lain.

10. Gunakan terapi fisik sesuai keperluan

11. Gunakan stimulasi sensoris yang ditingkatkan, seperti pemijatan pemijatan, akunpuntur, akunpuntur,
dan stimulasi saraf dan stimulasi saraf transkutan transkutan.

12. Gunakan teknik biofeedback dan r 12. Gunakan teknik biofeedback dan relaksasi elaksasi
13. Blok saraf membedakan nyeri dengan sumber sentral dan sumber perifer. Ablasi kimia atau bedah
mungkin perlu dilakukan.

14. Bedah saraf adalah usaha yang terakhir, tetapi telah membantu beberapa pasien, walaupun
pembebasan dari rasa nyeri mungkin telah dihasilkan oleh penghilangan depresi berat atau perubahan
kepribadian.

TERAPI OBAT

Dasarkan terapi obat pada Dasarkan terapi obat pada diagnosis yang seakurat m diagnosis yang seakurat
mungkin. Lakukan terapi oba ungkin. Lakukan terapi obat dengan obat yang dituliskan dalam Tabel
sebagai bagian dari rencana pengobatan yang komprehensif dan berkesinambungan; dengan demikian,
medikasi tidak boleh diberikan di ruang gawat darurat atau tempat praktek anda. Sebelum memulai tiap
terapi obat, putuskan dengan jelas bahwa terapi obat tersebut jelas diindikasikan. Hindari ambivalensi
dalam memberikan meditasi nyeri untuk menekan :undermedicating´ pasien atau untuk memperberat
situasi di mana pasien harus berjuang untuk mendapatklan medikasi.

Obat yang Digunakan untuk Menghilangkan Nyeri

 Analgesik narkotik; dosis ekuivalen dan interval


 Nama generik Dosis (mg) Interval
 Aspirin 750-1250 Tiap 3 jam
 Phenacetin 750-1000 Tiap 3 jam
 Acetaminophen 600-800 Tiap 3 jam
 Phenylbutazone 200-400 Tiap 4 jam
 Indomethacin 50-70 Tiap 4 jam
 Lbuprofen 200-400 Tiap 4 jam
 Naproxen 250-500 Tiap 4 jam
 Analgesik narkotik dibandingkan dengan 10 mg morphine sulfate (MS)
 Nama generik Dosis IM (mg) Dosis oral (mg) Perbedaan dari MS
 Oxymorphine 1 6 Tidak ada
 Hydromorhone 1.5 7.5 Kerja lebih singkat
 Levoroph Levorophanol 2 4 P anol 2 4 Potensi oral-IM baik otensi oral-IM baik
 Heroin 4 Kerja lebih singkat
 Methadone 10 20 Potensi oral IM baik
 Morphine 10 60
 Oxycodone 15 30 Kerja lebih singkat
 Meperidine 75 300 Tidak ada Pentazocine 60 180 Pentazocine 60 180 Agonis-an Agonis-
antagonis tagonis
 Codeine 130 200 Lebih toksin
 Antikonvulsan
 Nama generik Dosis oral (mg) Interval
 Phenytoin 100 Tiap 6-8 jam
 Carbamazepine 200 Tiap 6 jam
 Clonazepam 1 Tiap 6 jam
 Antidepresant
 Nama generik Dosis oral (mg) Interval
 Doxepin 200 74-400
 Amitriptyline 150 75-300
 Imipramine 200 75-400
 Nortriptyline 100 40-150
 Desipramine 150 75-300
 Amoxapine 200 73-300
 Trazodone 150 50-600.

Pada kondisi dengan nyeri par Pada kondisi dengan nyeri paroksismal, seperti al, seperti neuralgia
trigeminal, cobalah neuralgia trigeminal, cobalah antikonvuls antikonvulsan tertentu seperti
carbamazepine (Tegretol) terlebi ertentu seperti carbamazepine (Tegretol) terlebih dahulu, dan resepkan
antikonvulsan secara tetap. Obat trisiklik seringkalo sangat membantu pada nyeri kronis, terlepas dari
apakah obat tersebut sedang digunakan untuk mengobati gangguan depresif atau insomnia. Dosis
antidepresan yang diperlukan seringkali lebih kecil ali lebih kecil dari yang dari yang dosis biasanya
digunakan untuk depresi ± sebagai contohnya, imipramine (Motril) atau amitriptyline (Elavil), keduanya
diberikan dengan dosisi 25 sampai 100 mg sebelum tidur. Analgesik non-narkotik, seperti aspirin dan
obat anti-inflamasi ti-inflamasi nonsteroid sebagai teroid sebagai contohnya, ibuprofen (Motrin) ± adalah
berguna dan harus diberikan secara tetap untuk mencapai kadar darah perapetik. Opioid adalah analgesik
yang efektif tetapi Opioid adalah analgesik yang efektif tetapi menyebabkan toleransi dan abkan toleransi
dan ketergantungan yang cepat dan harus dibatasi pada pemakaian jangka pendek. Tetapi, jika diambil
keputusan untuk menggunakan opioid, harus diberikan dosis yang cukup yaitu dosis yang cukup untuk
menimbulkan analgesia. Beberapa pasien dengan nyeri kronis menjadi tergantung pada opioid dan
selanjutnya memerlukan detoksifikasi. Jangan memberikan plasebo tanpa persetujuan pasien. Walaupun
efek a Walaupun efek analgesik nalgesik plasebo telah dicatat, pengobatan yang lebih tidak boleh
ditahan-tahan, dan penipuan terhadap pasien akan mengurangi kepercayaan pasien kepada
dokter.Referensi Silang :Agitasi, kecemasan, gangguan depresif, nyeri kepala, hipokondriasis, berpura-
pura, intoksikasi dan putus opioid.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail Wicarz, Buku Saku Keperawatan Jiwa / Stuart, Gail Wicarz, Buku Saku Keperawatan Jiwa /
Gail Wiscara, Sandra J, ail Wiscara, Sandra J,

Sundeen: Alih Bahasa, A Chir Yani S. Hamid; Eitor dalam Bahasa Indonesia, Yasmin Asih. Ed 3, EGC:
Jakarta, 1998.

Kapita Selekta kedokteran, editor, Mansjoer Arif (et.al) ed.III, ce. 2: t.al) ed.III, ce. 2: Media Aesculapius:
Jakarta, 1999.

Kaplan, Harold I, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Alih Bahasa W.M. Roan, Widya Medika: Jakarta: 1998.

I Saacs, Ann. Panduan Belajar, Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, n Jiwa dan Psikiatrik, Alih

Bahasa, Dean Praty Rahayuningsih; Editor, E Bahasa, Dean Praty Rahayuningsih; Editor, Edisi, In disi,
Indonesia, S donesia, Sari Kurnianingsih- ari Kurnianingsihed. EGC: Jakarta, 2004.

Keliat, Budi Anna, Tingkah Laku Bunuh Diri, Editor Rianti, Bhaktiyani Bhaktiyani, Arcan: , Arcan:
Jakarta, 1991.

PSIK B. FK. PSIK B. FK. UGM, Diagnosa Keperawatan Nanda, Yogyak UGM, Diagnosa Keperawatan
Nanda, Yogyakarta, 2002.

Anda mungkin juga menyukai