Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

Resiko Bunuh Diri (Suicide)

A. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri (Suicide)

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik
besar dalam psikatri kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan
riset yang mereka buat.
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat
1991: 4).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan
rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif–
maladaptif.

2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presivitasi


Menurut Stuart dan Sundeen (1998), penyebab bunuh diri antara
lain :
a. Faktor Prediposisi
1) Diagnostik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit
jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu
beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
5) Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
prilaku destrukif diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi seseorang melakukan percobaan bunuh diri
adalah :
1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan

3. Tanda dan Gejala


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini
disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang
menjadikan individu itu seolaholah tidak berkepribadian. Kegagalan
integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka
tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu
kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan
dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan
kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan
terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
Manifestasi Klinik Resiko Bunuh Diri
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
h. Petunjuk psikiatrik :
a) Upaya bunuh diri sebelumnya
b) Kelainan afektif
c) Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d) Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e) Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansiaf.
i. Riwayat psikososial :
f) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
g) Hidup sendiri
h) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
j. Faktor-faktor kepribadian
i) Implisit, agresif, rasa bermusuhan
j) Kegiatan kognitif dan negative
k) Keputusasaan
l) Harga diri rendah
m) Batasan/gangguan kepribadian antisosial
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah
sebagai berikut :
a. Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh
diri.
b. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic
( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
dan beradaptasi dengan stressor).
c. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
Faktor Resiko tingkah laku bunuh diri. (Stuart dan Sundeen, 1987)
Faktor Resiko tinggi Resiko rendah
Umur 45 tahun dan remaja 25-45 th dan < 12 th
Jenis kelamin laki-laki perempuan
Status kawin cerai,pisah,janda/ kawin
Jabatan duda Pekerjaan kasar
Pengangguran profesiona Pekerjaan
Penyakit fisik pekerja Tidak ada yg serius

Gangguan mental kronik, terminal Gangguan

Pemakai obat & alkohol depresi, halusinasi kepribadian


ketergantungan tidak

4. Rentang Respon
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan
respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat. Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas
yang jika tidak di cegah dapat mengarah kepada kematian. Rentang
respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling
adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri, dan bunuh
diri merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen, 1998)

Rentang sehat sakit juga dapat dipakai untuk menggambarkan respons


adaptif sampai respon maladaptif pada bunuh diri.

Dalam kehidupan, individu selalu mengadapi masalah atau stressor.


Respon individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan
masalah yang dimiliki serta tingkat stress yang dialami. Individu yang
sehat senantiasa berespons secara adaptif dan jika gagal ia berespons
secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh diri.
Beck, Rawlins, dan Williams (1984) mengemukakan bahwa individu
berharapan. Rentang harapan-putus harapan merupakan rentang
adaptif-maladaptif.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Harapan Putus Harapan
- Yakin - Tidak berdaya
- Percaya - Putus asa
- Inspirasi - Apatis
- Tetap hati - Gagal & kehilangan
- - Ragu-ragu
- - Sedih
- - Depresi
- - Bunuh diri
Rentang harapan-putus harapan (Beck, dkk.,1984)
a. Rentang adaptif : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap hati,
Respon
b. maladaptif antara lain :
a) Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan
meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu
mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna
lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin
tidak ada yang membantu.
b) Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis
akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai.
Misalnya: kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian,
perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri
yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri.
c) Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang
ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri
terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
d) Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi

5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah
orang mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak
ditemukan atau melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada
kasus bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka
bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan pasien
juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
1) Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan keperawatan
a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
- Perkenalkan diri dengan klien
- Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
- Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
- Bersifat hangat dan bersahabat.
- Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
- Jauhkan klien dari benda benda yang dapat
membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain
lain).
- Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat
oleh perawat.
- Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
- Dengarkan keluhan yang dirasakan.
- Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan. 3. Beri dorongan untuk
mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
- Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan lain lain.
d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya
- Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
- Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
- Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk
diselesaikan).
e) Membantu pasien untuk menggunakan koping individu yang
adaptif
- Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman
yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit, menulis surat dll.)
- Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia
sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
- Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain
yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang
sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif
2) Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan :
a) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah rasa ingin bunuh diri
Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin
bunuh diri adalah :
a) Membina hubungan saling percaya
- Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
- Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b) Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
- Utamakan pemberian pujian yang realitas
c) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat
digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah
d) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e) Memanfaatkan sistem pendukung yang ada
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien
- Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
C. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko Bunuh Diri

Ganguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Kecemasan/ansietas
2. Gangguan penyesuaian
3. Gangguan harga diri
4. Koping individu in-efektif
5. Koping keluarga in-efektif
6. Gangguan pola tidur
7. Isolasi social
8. Perubahan proses piker
9. Isolasi sosial
10. Perubahan proses piker
11. Resiko kekerasan

E. Data yang Perlu Dikaji


Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
klien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan
klien melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan. ”Tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik
tanpa saya.”
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh
diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/
sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-
hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien
telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau
melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong
urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
- Jenis kelamin: risiko meningkat tpada pria
- Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
- Status perkawinan: menikah dapat menurunkan risiko, hidup sendiri
merupakan masalah
- Riwayat keluatga: meinngkat apabila ada keluatga dengan
percobaan bunuh diri/ penyalah gunaan zat
- Pencetus (peristiwa yang baru terjadi): kehilangan orang yang
dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social, dll.
- Factor kepribadian:>>> sering pada kepribadian introvert/menutup
diri
- Lain-lain; penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih
beresiko mengalami prilaku bunuh diri
- Lingkungan dan upaya bunuh diri
Perawat perlu mengkaji peristiwa yang menghina atau menyakitkan,
upaya persiapan, ungkapan verbal, catatan, lukisan, memberi
benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun.
- Gejala
Perawat mencatat adanya keputusasaan, celaan terhadap diri
sendiri, perasaan gagal dan tiadak berharga, alam oerasaan
defresi, agitasi, gelisah, insomnia menetap, berat badan menurun,
bicara lamban, keletiahan, withdrawl.
- Riwayat psikososial
Bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan (stress multi
(pindah, kehilangan, putus hubungan, masalah sekolah, krisis
disiplin, penyakit kronik.
- Faktor berbadian
Infulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kakuk, putus
asa, harga diri rendah, antisosial.
- Riwayat keluarga
Riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme
Riwayat masa lalu :
a. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
c. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan
skizofrenia
d. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial
f. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
Symptom yang menyertainya
a. Apakah klien mengalami :
- Ide bunuh diri
- Ancaman bunuh diri
- Percobaan bunuh diri
- Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan
dan anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait
dengan resiko bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk
membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih
mendalam lagi diantaranya:
- Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
- Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya
atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai
dengan rencananya.
- Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien
untuk merencanakan dan mengagas akan suicide
- Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu
diakses oleh klien
Hal–hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian
tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko
bunuh diri
- Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
- Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
- Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam
dan mendorong komunikasi terbuka.
- Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan
kata–kata yang dimengerti klien
- Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat
pengobatannya
- Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
- Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
- Peroleh riwayat penyakit fisik klien

F. Diagnosis Keperawatan Jiwa


1. Resiko Bunuh Diri
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3. Ganguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
G. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
NO Intervensi
Keperawatan Tujuan Kreteria Evaluasi
1. Risiko Bnuh Diri Tujuan Umum : Kriteria Evaluasi : 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
Klien tidak 1 kspresi wajah menggunakan prinsip komunikasi teraupetik.
mencederai diri bersahabat, - Sapa klien dengan ramah baik verbal
sendiri 2 Menunjukkan rasa maupun non verbal
TUK 1 : Klien dapat senang, - Perkenalkan diri dengan sopan
membina 3 Ada kontak mata, mau - Tanyakan nama lengkap dan nama yang
hubungan saling berjabat tangan disukai klien.
percaya 4 Mau menyebutkan - Jelaskan tujuan pertemuan
nama, menjawab - Jujur dan menepati janji
salam, mau duduk - Tunjukkan rasa empati dan menerima klien
berdampingan dengan dengan apa adanya.
perawat, mau 1.2 Yakinkan klien dalam keadaan aman dan
mengutarakan masalah terlindung
yang dihadapi - Anda berada ditempat aman dan terlindung”.
- Gunakan keterbukaan dan kejujuran, jangan
tinggalkan klien dalam keadaan sendiri.
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 Adakan kontak sering dan awasi klien.
Klien dapat 1. Klien dapat 2.2 Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat
terlindung dari mempertahankan membahayakan.
perlaku bunuh diri aktivitas sehari-hari 2.3 Tempatkan klien diruangan yang tenang dan
2. Klien dapat terlindung selalu terlihat oleh perawat.
dari perilaku bunuh diri 2.4 Awasi klien secara ketat setiap saat
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : 3.1 Dengarkan keluhan yang
Klien dapat 1. Klien dapt mengontrol dirasakan klien.
mengekspresikan dirinya 3.2 Bersikap empati untuk
perasaannya. 2. Klien dapat melakukan meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
aktivitas secara terarah. dan keputusasaan.
3. Klien dapat 3.3 Beri waktu dan kesempatan
mengekspresikan untuk menceritakan arti penderitaannya.
perasaannya 3.4 Beri dukungan pada tindakan
atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 4.1 Bantu untuk memahami bahwa
Klien dapat 1. Klien dapat klien dapat mengatasi keputusasaannya.
meningkatkan meningkatkan harga 4.2 Kaji dan kerahkan sumber-
harga diri dirinya sumber internal individu.
2. Klien dukungan untuk 4.3 Bantu mengidentifikasi sumber-
meningkatkan harga diri. sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk
diselesaikan).
TUK 5 : Kriteria Evaluasi: 5.1 Ajarkan mengidentifikasi
Klien dapat Klien dapat menggunakan pengalaman-pengalaman yang
menggunakan koping yang adaptifKlien menyenangkan.
koping yang dapat memahami akibat 5.2 Bantu untuk mengenali hal-hal
adaptif. berhentinya mengkonsumsi yang ia cintai dan yang ia sayangi dan
obat tanpa konsultasi. pentingnya terhadap kehidupan orang lain.
5.3 Beri dorongan untuk berbagi
keprihatinan pada orang lain.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi: 6.1 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal
Klien dapat Klien dapat menggunakan individu.
menggunakan dukungan sosial. 6.2 Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki
dukungan sosial, klien.
6.3 Lakukan rujukan sesuai indikasi
TUK 7 : Kriteria Evaluasi: 7.1 Diskusikan tentang obat (nama, dosis,
Klien dapat Klien dapat menggunakan frekuensi, efek dan efek samping minum
menggunakan obat obat dengan tepat obat).
dengan benar dan 7.2 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5
tepat benar.
7.3 Anjurkan membicarakan efek dan efek
samping yang dirasakan oleh klien.
7.4 Beri reinforcement positif bila menggunakan
obat dengan benar.
H. Strategi Pelaksanaan Tindakan
Masalah Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan
Keperawatan Pasien Untuk Keluarga
Risiko Bunuh SP I p SP I k
Diri 1. Mengidentifikasi benda- 1. Mendiskusikan
benda yang dapat masalah yang
membahayakan pasien dirasakan keluarga
2. Mengamankan benda-benda dalam merawat pasien
yang dapat membahayakan 2. Menjelaskan
pasien pengertian, tanda dan
3. Melakukan kontrak treatment gejala risiko bunuh diri,
4. Mengajarkan cara dan jenis perilaku
mengendalikan dorongan bunuh bunuh diri yang dialami
diri pasien beserta proses
5. Melatih cara mengendalikan terjadinya
dorongan bunuh diri 3. Menjelaskan cara-
SP II p cara merawat pasien
1. Mengidentifikasi aspek positif risiko bunuh diri
pasien SP II k
2. Mendorong pasien untuk 1. Melatih keluarga
berfikir positif terhadap diri mempraktekkan cara
3. Mendorong pasien untuk merawat pasien
menhargai diri sebagai individu dengan risiko bunuh
yang berharga diri
SP III p 2. Melatih keluarga
1. Mengidentifikasi pola koping melakukan cara
yang biasa diterapkan pasien merawat langsung
2. Menilai pola koping yang kepada pasien risko
biasa dilakukan bunuh diri
3. Mengidentifikasi pola koping SP III k
yang konstruktif 1. Membantu
4. Mendorong pasien memilih keluarga membuat
pola koping yang konstruktif jadual aktivitas di
5. Menganjurkan pasien rumah termasuk
menerapkan pola koping minum obat
konstruktif dalam kegiatan harian 2. Mendiskusikan
SP IV p sumber rujukan yang
1. Membuat rencana masa bisa dijangkau oleh
depan yang realistis bersama keluarga
pasien
2. Mengidentifikasi cara
mencapai rencana masa depan
yang realistis
3. Memberi dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan yang
realistis
Daftar Pustaka

Captain, C, (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,


Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder
Company, Philadelphia.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia
Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing,
Mosby, St Louis.
Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St
Louis.

Anda mungkin juga menyukai