Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh :
RIKI SABDATUS ANDREANSE
NIM : 1911515121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

A. KASUS / MASALAH UTAMA : RESIKO BUNUH DIRI


1. Pengertian Bunuh Diri
a. Bunuh diri didefinisikan oleh herdman (2015) sebagai tindakan yang secara sadar dilakukan
oleh klien untuk mengakhiri kehidupnya.
b. Bunuh diri adalah tindakan sengaja membunuh diri sendiri.menyakiti diri adalah istilh lenbih
luas mengacu pada disengaja keracunan diri sendiri secra sengaja atau cedera, yang mungkin
tidak memiliki niat. Fatal atau hasil (WHO,2014)

c. Bunuh diri adalah penyebab kesepuluh kematian, jumlah lebih banyak dari pembunuhan, yang
merupakan lima belas penyebab utama kematian di Amerika Serikat (AamericanAssociation
of Psikologi) (dalam, stuart,2013).

2. Kategori Bunuh Diri, (stuart, 2007)


a. Bunuh diri langsung
Bunuh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri hidupnya
seperti pengorbanan diri (membakar diri), mrnggantung diri,mrnrmbak diri sendiri, meracuni
diri, melompat dari tempat yang tinggi, menenggelamkan diri, atau sufokasi.
b. Bunuh diri tidak langsung

Bunuh diri tidak langsung adalah keingin tersembunyi yang tidak disadari untuk mati, yang
ditandai dengan prilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makan berlebihan,
aktifitas seks bebas, ketidakpastuhan terhadap program medis, atua olahraga atau pekerjaan
yang membahayakan.

3. Prilaku Resiko Bunuh Diri


Menurut (stuart 2013). Prilaku bunuh diri biasanya dibagi ke dalam kategori ide bunuh diri,
ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan bunuh diri.
a. Ide bunuh diri adalah pemikiran untuk melakukan bunuh diri. Ide bunuh diri bisa pasif ketika
hanya ada pikiran untuk bunuh diri tanpa niat untuk bertindak atau aktif ketika ada pemikiran
dan rencana yang menyebabkan kematian.
b. Ancaman bunuh diri yaitu berupa peringatan langsung atau tidak langsung, verbal aau
nonverbal, bahwa seseorang berencana untuk mengakhiri hidupnya. Orang dengan ancaman
bunuh diri dapat membuat pernyataan seperti berikut:
‘’apakah anda akan mengingat saya ketika saya pergi,’’

2
‘’saya tidak akan berada disini lebih lama lagi’’
‘’tidak ada yang bisa saya lakukan lagi.’’
c. Percobaan bunuh diri
Semua tindakan bunuh diri terhadap diri sendiri yang dilakukan olrh individu yang sangat
menyebabkan kematian, jika tidak dicegah.
d. Bunuh diri
Upaya tindakan bunuh diri yang akan menyebabkan kematian jika tidak ditemukan tepat pada
waktunya.
Juga mengkomunikasikan secara nonverbal dengan memberikan harta berharga, membuat
surat wasiat atau peraturan pemakaman, atau menarik diri dari persahabatan dan kegiatan
sosial.

4. Jenis Bunuh Diri


a. Bunuh diri egoistik adalah karena kecewa terhadap masyarakat, maka ia meninggalkan
masyarakat itu.
b. Bunuh diri altruistic adalah bunuh diri demi orang lain atau membersihkan kesalahannya.

c. Bunuh diri anomik adalah bunuh diri dalam keadaan masyarakat yang kacau (tidak ada
hukuman, pegangan agama menurun, dukungan social tidak ada).

5. Skala
a. Skala intensitifitas bunuh diri (S I R S)
1) Skore 0 :
Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
2) Skore 1 :
Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
3) Skore 2 :
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
4) Skore 3 :
Mengancam bunuh diri, missal: tinggalkan saya atau saya bunuh diri.
5) Skore 4 :

Aktif mencoba bunuh diri.

b. SAD persons scale


1. Seks (laki-laki)
2. Usia lebih muda 19 atau lebih tua dari 45 tahun
3. Depresi (cukup parah untuk dianggap signifikan secara klinis)
3
4. Mencoba bunuh diri sebelumnya atau menerima layanan kesehatan
5. Alcohol berlebihan atau penggunaan narkoba
6. Berfikir rasional yang terpisah, bercerai atau janda (atau orang lain akhir dari hubungan
yang signifikan)

7. Rencan bunuh diri terorganisir atau attermp serius tidak ada atau sedikit dukungan social
penyakit kronis atau penyakit medis.

6. Rentang Respon

a. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap
situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan
diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan di tempat
kerjanya.
b. Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku destruktif atau
menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri,
seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang
membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seseorang karyawan menjadi tidak masuk kantor
atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencedaraan diri akibatnya hilangnya
harapan terhadap situasi yang ada.
4
e. Bunuh diri

Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Faktor predisposisi
a. Teori genetic dan biologis
1) Genetic
Perilaku bunuh diri menurut sadock dan sadock (2011) serta varcarolis dan halter (2010).
Merupakan yang diturunkan dalam keluarga kembar monozigot memiliki resiko lebih
tinggi melakukan bunuh diri (stuart,2011; videback, 2011). Selanjutnya riwayat keluarga
dengan bunuh diri secara signifikan berperan sebagai faktor resiko terhadap perilaku
destruktif terhadap diri sendiri (stuart, 2011; videback, 2011; sadock & sadock, 2011)
2) Hubungan neurokimia
Neuronstranmiter adalah zat kimia otak yang ditransmisikan dari dank e sel-sel saraf.
Peningakatan atau penurunan transmitter yang dikaitkan dengan perilaku bunuh diri
adalah dopamine.
3) Diagnosis psikiatri

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mengalami
gangguan jiwa.

b. Faktor psikologi
1) Kebencian terhadap diri sendiri
Bunuh diri merupakan hasil bentuk dari penyerangan atau kemarahan terhdap orang lai
2) Cirri kepribadian
Keempat aspek kepribadian yang paling tepat terkait dengan peningkatan resiko bunuh diri
adalah permusuhan, impulsive, depresi, dan putus asa. (stuart, 2013)
3) Teori psikodinamik
Teori psikodinamik menyatakan bahwa depresi yang terjadi karena kehilangan sesuatu.
2. Faktor prepitasi (stuart, 2009)
a. Akibat stress berlebihan yang dialami individu
b. Masalah interpersonal
c. Kehilangan pekerjaan
d. Ancaman pengurungan

e. Dipermalukan di depan umum

3. Penilaian terhadap stress


5
a. Kognitif: Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya, seperti pikiran
menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
b. Afektif: Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata akibat adanya stressor
dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.
c. Fisiologis: Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu Local
Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal tubuh terhadap stresor (misal: kita
menginjak paku maka secara refleks kaki akan diangkat) dan Genital Adaptation Symdrome
(GAS) adalah reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.
d. Perilaku: Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan
tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social
maupun budaya.

e. Sosial: Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien
melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

4. Sumber koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan
perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan
bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik secara social maupun
budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong bahkan mendorong klien
melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu mentoleransi stress, sehingga menurunkan angka bunuh diri. Aktif
dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

5. Mekanisme koping

Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan denga
perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression dan magical thinking. Mekanisme
pertahanan diri yang seharusnya tidak ditentang tanpa memeberikan koping alternative. Perilaku
bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.
Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

6
C. POHON MASALAH
1. Pohon Masalah

Resiko Bunuh Diri

Ketidakberdayaan

Harga Diri Rendah Kronis

2. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


N
DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH
O
1 Subjektif Resiko Bunuh Diri
Pasien mengatakan tentang :
1. Merasa hidupnya tak berguna lagi
2. Ingin mati
3. Pernah mencoba bunuh diri
4. Mengancam bunuh diri
5. Merasa bersalah / sedih / putus asa / tidak
berdaya
Objektif
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Banyak diam
4. Ada bekas percobaan bunuh diri
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : Resiko bunuh diri

Diagnosis medis : Depresi

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (TULIS SESUAI DENGAN MASALAH


UTAMA)
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (individu, keluarga dan kelompok)
1) Individu
2) Keluarga
3) Terapi Aktifitas Kelompok

7
A. Perencana Tindakan Keperawatan (Tulis Sesuai Dengan Masalah Utama)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Pasien Mampu : Setelah 3x pertemuan, SP 1
1) Mengendalikan pasien dapat menunjukan 1) Identifikasi beratnya masalah risiko 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
diri dari pentingnya : bunuh diri : isarat, ancaman, yang mengarah resiko bunuh diri
dorongan 1) Wajah bersahabat percobaan yang mengarah untuk 2) Memberikan pemahaman bahwa lingkungan
bunuh diri, dan 2) Menunjukan latihan bunuh diri nya aman
berfikir positif berfikir positif 2) Identifikasi benda benda berbahaya 3) Memberi pengetahuan
diri sendiri 3) dan mengatakannya bahwa 4) Mengontrol apa apa saja yang pasien
2) Mengendalikan lingkungan aman lakukan untuk kegiatan latihannya.
diri dari 3) Latihan cara mengendalikan diri dari
dorongan dorongan bunuh diri, latihan berfikir
bunuh diri, positif diri sendiri
latihan berfikir 4) Masukan dalam jadwal kegiatan
positif keluarga pasien.
SP 2
dan lingkungan
1) Evaluasi Kegiatan yang lalu (SP 1) 1) Membandingkan hasil dan harapan.
3) Mengetahui
2) Latihan cara mengendalikan diri dari 2) Memberi pengetahuan.
cara
dorongan bunuh diri, latihan berfikir 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
4) Membina
positif keluarga dan lingkungan lakukan untuk latihannya.

8
hubungan 3) Masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 3
saling percaya
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 1) Membandingkan hasil dan harapan.
SP 2)
2) Diskusikan harapan dan masa depan 2) Memberikan waktu klien untuk mengatakan
dan cara mencapai harapan dan masa harapan nya
depan 3) Memberi pengetahuan.
3) Laih cara mencapai masa depan 4) Memberi pengetahuan.
dengan secara bertahap 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan lakukan untuk latihannya.
pasien.

SP 4
1) Evaluasi kemampuan pasien yang 1) Membandingkan hasil dan harapan.
lalu (SP 1, SP 2 dan SP 3)
2) Latih tahap kedua kegiatan mencapai 2) Memberikan latihan untuk mencapai masa
masa depan depan
3) Masukan pada jadwal latihan berpikir 3) Memberi pengetahuan.
positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan , serta kegiatan yang
dipilih untuk persiapan masa depan

9
Keluarga mampu Setelah 4x pertemuan SP 1
merawat anggota keluarga mampu 1) Diskusikan masalah yang dirasakan 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
keluarga yang meneruskan melatih dalam merawat pasien yang akan di tingkatkan
mengalami kegiatan pasien dan 2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, 2) Memberi pengetahuan
masalah resiko mendukung pasien dan proses terjadinya resiko bunuh 3) Memberi pengetahuan
bunuh diri diri dengan menggunakna booklet 4) Memberikan latihan pujian
3) Jelaskan cara merawat resiko bunuh 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien
diri lakukan untuk latihannya.
4) Latih cara memberikan pujian hal
positif pasien, member dukungan
pencapaian masa depan
5) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadual dan memberikan pujian

SP 2
1) Evaluasi SP 1 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga cara member 2) Memberikan latihan untuk menciptakan
penghargaan pada pasien dan suasana positif
menciptakan suasana positif dalam
keluarga (tidak membicarakan 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
keburukan keluarga) lakukan untuk latihannya.
3) RTL keluarga atau jadwal keluarga
untuk merawat pasien.
SP 3
10
1) Evaluasi kemampuan SP 2 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Bersama keluarga berdiskusi dengan 2) Memberikan pandangan positif pada pasien
pasien tentang harapan masa depan 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
serta langkah-langkah mencapainya lakukan untuk latihannya.
3) RTL krluarga atau jadwal keluarga
untuk merawat.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan keluarga. 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Bersama keluarga berdiskusi tentang 2) Memberikan pandangan pada pasien bahwa
langkah dan kegiatan untuk mencapai diirnya berguna
harapan masa depan 3) Dorongan/motivasi untuk mampu
3) Follow up
Terapi Spesialis
1. Terapi indivisu : Terapi CBT
2. Terapi kelompok : logoterapi, terapi supportif
3. Terapi keluarga : terapi komunikasi
4. Terapi komunitas : assertive community theraphy

11
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2000). Standar Pedoman Jiwa


Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa. Workshops Ke- 7,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Nurjanah, Intisari. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC
Stuart, G.W., And Laraia (2005), Principles And Practice Of Psychiaatric Nursing, (7th Ed.) St.
Louis : Mosby Year Book.
Stuart, G.W. (2009). Principles And Pratice Of Psichiatric Nursing. ( 9th Ed.) St. Louis : Mosby
Suliswati, Dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

12

Anda mungkin juga menyukai