Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
“MENCEDERAI DIRI (BUNUH DIRI)”

Disusun Oleh :
Eka Pujia Rahayu
NPM: 1826010067

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(Ns. Ade Herman Surya Direja, S.Kep, MAN) (Ns. Raulina Sinaga, S.Kep)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

MENCEDERAI DIRI (BUNUH DIRI)

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Mencederai diri (Bunuh diri)
A. DEFINISI
1. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan.Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.(Budi
Anna kelihat, 2001).
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering
menyertai gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (Harold
Kaplan,2004).
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian (Gail W. Stuart, 2006).
Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau mernyakiti diri sendiri
(Yosep, Iyus. 2009).

2. Tanda dan Gejala


a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia

Riwayat psikososial:
a. Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
Faktor-faktor kepribadian :
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negatif
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial (Rastirainia, 2009)

3. Tingkatan
Menurut Tri Aan (2009), perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a) Suicidal ideation. Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari
suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan
aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan
idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang
keinginan untuk mati
b) Suicidal intent. Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
c) Suicidal threat. Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan
dan hasrat yan dalam  bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
d) Suicidal gesture. Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif
yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan,
misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara
mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih
memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini
sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan “Crying
for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak
mampu di selesaikan.
e) Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang
mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan
misalnya minum obat yang mematikan. Walaupun demikian banyak
individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f) Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang
yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi
kesedihan yang mendalam.

4. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori:
a) Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak
mendapat respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
b) Upaya bunuh diri: semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri
sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c) Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan,
orang yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar
ingin mati mungkin akan mati.
B. RENTANG RESPON
Rentang respon perilaku mencederai diri sendiri mempunyai peningkatan
diri sebagai respon paling adaptif, sedangkan perilaku mencederai diri sendiri
secara tidak langsungdan bunuh diri merupakan respon maladaptif.

Rentang ResponMencederai Diri

Respon Adaptif Respon maladaptif

Peningkatan diri pengambilan resiko perilaku mencederai diri bunuhdiri


yang meningkatkan tidak langsung
pertumbuhan
(Stuart dan Sundeen, 2004)

Rentang respon perilaku mencederai mempunyai peningkatan diri sebgai


respon yang paling adaptif hal ini terjadi jika seseorang mampu beradaptasi
dengan baik terhadap stressor yang sedang dihadapi. Sebaliknya, perilaku
destruktif diri tidak langsung, penderaan diri dan bunuh diri merupakan respon
maladaptif yang terjadi jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan baik
terhadap stressor yang dihadapinya.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunuh diri antara
lain :
1. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
4. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media  proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

D. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan
bunuh diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Penyebab lain:
1. Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
2. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
3. Tangisan untuk minta bantuan
4. Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang
lebih baik

E. MEKANISME KOPING
1. Mood/affek
Depresi yangpersisten, merasa hopelessness, helplessness, isolation, sedih,
merasa jauh dari orang lain, afek datar, sering mendengar atau melihat bunyi
yang sedih dan unhappy, membenci diri sendiri, merasa dihina, sering
menampilkan sesuatu yang tidak adekuat di sekolah, mengharapkan untuk
dihukum.
2. Perilaku/behavior.
Perubahan pada penampilan fisik, kehilangan fungsi, tak berdaya seperti
tidak intrest, kurang mendengarkan, gangguan tidur, sensitive, mengeluh
sakit perut, kepala sakit, perilaku antisocial : menolak untuk minum,
menggunakan obat-obatan, berkelahi, lari dari rumah.
3. Sekolah dan hubungan interpersonal. Menolak untuk ke sekolah, bolos dari
sekolah, withdraw sosial teman-temannya, kegiatan-kegiatan sekolah dan
hanya interest pada hal – hal yang menyenangkan, kekurangan system
pendukung sosial yang efektif.
4. Ketrampilan koping.
Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total
tidak berdaya.
F. POHON MASALAH
effect Bunuh Diri

core problem Resiko Bunuh Diri

causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


a. Masalah Keperawatan
a) Resiko Bunuh Diri
b) Bunuh Diri
c) Isolasi Sosial
d) Harga Diri Rendah Kronis

b. Data yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Resiko Bunuh Diri Subjektif
- mengungkapkan keinginan bunuh diri
- mengungkapkan keinginan untuk mati
- mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
- ada riwayat berulang percobaan bunuh diri
sebelumnya dari keluarga
- berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
dosis obat yang mematikan.
- mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
- mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil.
Objektif
- impulsif
- menunjukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh)
- ada riwayat penyakit mental ( depresi, psikosis,
dan penyalahgunaan alkohol).
- ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal).
- pengangguran (tidak bekerja, kehilangan
pekerjaan, atau kegagalan dalam karier).
- status perkawinan yang tidak harmonis.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a) Resiko Bunuh Diri
b) Bunuh Diri
c) Isolasi Sosial
d) Harga Diri Rendah Kronis
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Pasien tetap aman dan Setelah.....x pertemuan, pasien mampu: SP 1


selamat
-Mengidentifikasi benda-benda yang -Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
dapat membahayakan pasien. -Amankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
-Mengendalikan dorongan bunuh diri. -Lakukan kontrak treatment
-Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
-Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
Setelah.....x pertemuan, pasien mampu: SP 2
-Mengidentifikasi aspek positif dan - Identifikasi aspek positif pasien
mampu menghargai diri sebagai - Dorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
individu yang berharga. - Dorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang
berharga.
Setelah.....x pertemuan, pasien mampu : SP 3
Mengidentifikasi pola koping yang -Identifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
konstuktif dan mampu menerapkannya -Nilai pola koping yang biasa dilakukan
-Identifikasi pola koping yang konstruktif
-Dorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
-Anjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif
dalam kegiatan harian.
Setelah.....x pertemuan, pasien mampu : SP 4
Membuat rencana masa depan yang - Buat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
realistis dan mampu melakukan kegiatan. - Identifikasi cara mencapai rencana masa depan yang
realistis.
- Beri dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis.
Keluarga mampu merawat Setelah.....x pertemuan, keluarga mampu SP 1
pasien dengan risiko Merawat pasien dan mampu menjelaskan
bunuh diri pengertian, tanda dan gejala serta jenis
perilaku bunuh diri. -Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
-Jelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh diri dan jenis
perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
-Jelaskan cara-cara merawat pasien risiko bunuh diri
Setelah.......x pertemuan keluarga mampu: SP 2
Merawat pasien dan mampu melakukan - Latih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
langsung cara merawat pasien. risiko bunuh diri
- Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien risiko bunuh diri.
Setelah......x pertemuan keluarga mampu : SP 3
Membuat jadwal aktifitas di rumah dan - Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
mampu melakukan follow up minum obat
- Jelaskan follow up pasien setelah pulang
V. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ. 2008. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. Jakarta : EGC.

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.

Keliat, Anna Budi. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Rastirainia. 2009. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawtan Pada Klien Dengan Perilaku
Percobaan Bunuh Diri. Diakses dari situs http://rastirainia.wordpress.com/2009 tanggal
7 April 2011

Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 2004, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.

Stuart, GW. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Penerbit : Buku Kedokteran EGC ;
Jakarta.

Tri A’an Agustiansyah. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Risiko Bunuh Diri.
Diakses dari situs http://triaan.blog.com/ tanggal 6 april 2011.

Townsend C. Mary , 2000.Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC ; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai