Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH :
ADELA NOVENA TDA
P27220021100

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA
2023
A. Masalah Utama
Resiko perilaku bunuh diri

B. Konsep
Bunuh diri adalah tindakan sengaja bunuh diri sendiri. Menyakiti diri adalah istilah
yang lebih luas mengacu pada disengaja keracunan diri sendiri secara sengaja atau
cedera, yang mungkin tidak memiliki niat fatal atau hasil (WHO, 2014)
Jadi, Bunuh diri adalah perbuatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja yang
bertujuan untuk mengakhiri hidup dan menyakiti diri sendiri.
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa.Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan.(Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).

C. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2012):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar
kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan
oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2015) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang
untuk bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam
diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

D. Penyebab
a. Faktor Biologis
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya :
1) Stroke
2) Gangguan kerusakan kognitif (demensia)
3) Diabetes penyakit arteri koronaria
4) Kanker
5) HIV/AIDS
b. Faktor Psikologis
1) Pandangan psikoanaltik, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian dapat timbul agresif. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya, dan depresi
2) Pandangan Interpersonal, tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan
besarnya resiko bunuh diri adalah anipati, implusif, depresi
3) Pandangan perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan
4) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam(pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima
Respon Adaptif Respon Maladatif
Peningkatan diri Pengambilan Resiko Pencideraan diri Bunuh
resiko yang destruktif diri
meningkatkan diri tidak
pertumbuhan langsung
E. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2012):
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Impulsif
4. Menunjukan perilaku yang mencurigakan
5. Mendekati orang lain dengan ancaman
6. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
7. Latar belakang keluarga

F. kibat
Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan berbahaya atau
menciderai dirinya sendiri maupun llingkungan seperti menyerang orang lain atau
memecahkan perabot

G. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladatif

Peningkatan diri Beresiko destruktif Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri

H. Faktor Predisposisi
Tidak ada teori tunggal yang membahas tentang diri dan saran tentang cara
melakukan intervensi yang terapeutik. Teori Perilaku percaya adalah pencederaan
diri merupakan hal yang dipelajari dan diterima pada saat anak-anak dan masa
remaja. Teori Psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal perkembangan
ego, trauma interpersonal, dan kecemasan berkepanjangan yang mungin dapat
memicu seseorang untuk mencederai diri. Teori Interpersonal mengungkapkan
bahwa mencederai diri sendiri sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa
anak-anak mendapat kesulitan serta tidak mendapatkan kepuasa.
Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi faktor predisposisi atau presipitasi
pencederaan diri. Faktor predisposisi yang lain adalah ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan komunikasi (mengomunikasikan perasaan), perasaan
bersalah, depresi, dan perasaan yang tidak stabil.
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-
diri sepanjang siklus kehidupan adalah adalah sebagai berikut.
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang dibebaskan dengan cara membawa diri
sendiri yang mengalami gangguan JIwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, pemulihan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang dapat membantunya dengan antipati, impulsif, dan
depresi.
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi dapat menyebabkan pergolakan, dialah yang membantah,
kehilangan dukungan sosial, peristiwa-peristiwa negatif dalam hidup, penyakit
kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat
penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
menemukan masalah, respons seseorang dalam masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Sejarah Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan pembunuhan merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan pada klien dengan risiko yang terjadi pada diri sendiri
terjadi peningkatan zat-zat kimia yang ada di otak seperti serotonin, adrenalin,
dan dopamin. Electro Encephalo Graph (EEG). (Fitria,2012)

I. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya yang sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.
Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui
media tentang orang yang melakukan bunuh diri atau percobaan membunuh diri.
Bagi individu yang emosiya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan. (Fitria,2012)

J. Sumber Koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak
faktor, baik faktor sosial maupun budaya. Struktur sosial dan kehidupan bersosial
dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri.
Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang
untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat
lebih mampu menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.(Fitria,2012)

K. Mekanisme Koping

Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang


berhubungan dengan perlaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman


bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan
koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang. (Fitria,2012)

L. Pohon Masalah

Akibat
Resiko perilaku kekerasan
kekekekerasan
Resiko bunuh diri Core problem

Isolasi sosial Penyebab

Harga diri rendah Penyebab

DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Media
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Lp Dan Sp).
Jakarta: Salemba Medika
Stuart, G. W. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : ECG
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai